Anda di halaman 1dari 4

Nama : Afif Fadil Ashar

Kelas : VII 2

PROSES HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH

1. Ali Menggantikan Nabi Muhammad di tempat tidurnya


Kafir Quraisy berencana membunuh Nabi Muhammad Saw. agar tidak jadi hijrah ke
Madinah. Pada saat itu umat Islam di Mekkah tinggal sedikit. Sebelum turun perintah
hijrah kepada Nabi Muhammad, beliau sudah meminta Abu Bakar untuk menemaninya.
Setelah itu, Abu Bakar menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya
kepada Abdullah bin Uraiqiz sampainanti tiba waktunya diperlukan. Ketika turun
perintah hijrah dari Allah Swt, Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar meninggalkan
Mekkah secara diam-diam untuk hijrah ke Madinah.

Pada malam akan hijrah, Nabi Muhammad meminta Ali bin Abi Talib untuk memakai
mantelnya dan berbaring di tempat tidurnya. Nabi Muhammad Saw. berpesan kepada
Ali bin Abi Thalib, setelah Nabi hijrah, untuk tinggal dulu di Makkah menyelesaikan
barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya.

Maka ketika para algojo kafir Quriasy mengintip ke tempat tidur Nabi Mhuammad Saw,
mereka melihat sesorang berbaring di tempat tidur dan mengira bahwa Nabi Saw masih
tidur. Setelah tahu bahwa yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib, mereka menyeretnya ke
Masjid Haram dan menyiksanya, lalu melepaskannya.

2. Gua Tsur
Nabi Muhammad dan Abu Bakar pergi ke Madinah melalui arah selatan dalam Rangka
mengelabuhi kafir Quraisy. Mereka berdua menetap di dalam Gua Tsur pada hari
Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Gua Tsur terletak di Jabal Tsur yang berjarak lima kilometer
sebelah selatan Kota Makkah. Selama berada di gua Tsur, Nabi Muhammad telah
merencakan secara matang untuk mengamankan proses hijrahnya, antara lain:
a. Abdullah bin Abu Bakar mendatangi gua setiap malam dan menyampaikan berita
tentang rencana dan kegiatan kafir Quraisy. Sebelum fajar ia sudah kembali ke
Mekkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Mekkah.
b. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam gua pada
malam hari sehingga Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar bisa minum susu
domba. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Mekkah sebelum fajar
setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Mekkah, agar jejak kaki Abdullah
terhapus oleh jejak domba-domba itu.
c. Abdullah bin Ariqt Laitsu, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai
pemandu yang diupah oleh Abu Bakar datang ke gua Tsur, setelah hari ke-tiga,
membawa dua ekor onta.
d. Pada waktu itu Abu Bakar menawarkan satu dari unta itu kepada Nabi Saw sebagai
hadiah. Namun beliau Saw memaksa membeli unta itu. Abu Bakar ra pun akhirnya
bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham. Unta dikenal sebagai
unta Nabi Mahammad Saw yang dinamai Quswa.
e. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan
menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.

3. Suraqa
Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara dengan hadiah seratus ekor unta bagi orang
yang dapat menyerahkan Nabi Muhammad Saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada
rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad
dan sahabatnya. Suraqa bin Malik bin Ju’syum, salah seorang dari Quraisy, juga ingin
memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin memperoleh hadiah seorang diri
saja. Ia mengelabui orang-orang dengan mengatakan bahwa itu bukan Muhammad.
Tetapi diam-diam ia menyuruh pembantunya untuk menyiapkan kuda dan
perlengkapannya. Ketika tidak ada orang yang melihatnya, ia segera memacu
kendaraannya ke pesisir yang ditunjukkan orang tersebut.

Suraqah mengendarai kuda yang cepat, sehingga ia bisa mengejar rombongan hijrah
Nabi Saw. tersebut dan jaraknya semakin dekat. Nabi Saw tetap tenang, sementara Abu
Bakar yang duduk di boncengan unta Nabi Saw, terlihat cemas dan berkali-kali melihat
ke belakang.

Setelah jarak makin dekat, tiba-tiba kuda Suraqah terjerembab jatuh, Nabi Saw terus
saja berjalan tanpa memperdulikan Suraqah yang mengejarnya. Setelah berhasil
mendekati lagi, Suraqah menyiapkan anak panahnya, tetapi lagi-lagi kudanya
terjerembab, sementara Nabi Saw terus berjalan. Masih juga penasaran, setelah berhasil
membebaskan kudanya, ia mengejar lagi, tetapi untuk ketiga kalinya, kudanya
terjerembab dan kali ini diikuti dengan debu yang bertaburan di udara. Sadarlah
Suraqah bahwa orang yang dikejarnya bukanlah orang sembarangan.

Setelah berhasil membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat untuk menangkap atau
membunuh Nabi Saw, ia berhasil mendekati rombongan beliau dan memanggilnya.
Setelah berhadapan dengan Nabi Saw, ia meminta maaf dan memohon untuk tidak
diapa-apakan. Ia juga menawarkan untuk memberikan perbekalan yang dibawanya.
Nabi Saw memaafkannya tetapi menolak pemberiannya, hanya saja beliau meminta
untuk merahasiakan pertemuannya itu.

Sesaat kemudian Nabi Saw berkata pada Suraqah, “Wahai Suraqah, bagaimana
perasaanmu jika engkau memakai dua gelang Kisra?”
“Kisra bin Hurmuz?” Suraqah tercengang tak mengerti. Nabi Saw tersenyum
memandang ekspresi Suraqah, tetapi beliau tidak menjelaskan lebih lanjut.

Kemudian beliau meninggalkannya meneruskan perjalanan hijrah. Pada masa


keKhalifahan Umar bin Khaththab, datang ghanimah dari Persia yang telah dikalahkan
pasukan muslim. Umar teringat akan kisah Nabi Saw bersama Suraqah, ia mencari dua
gelang Kisra di antara tumpukan ghanimah.

Setelah ditemukan, Umar memanggil Suraqah dan berkata, “Pakailah dua gelang ini,
naiklah ke mimbar dan angkat tanganmu, lalu katakan, : Maha benar Allah dan
RasulNya.”

4. Masjid Quba’
Setelah menempuh perjalanan 7 hari, Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar sampai di
Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Beliau membangun
Masjid dan merupakan Masjid pertama dalam sejarah Islam.

Beliau tinggal di Quba’ selama empat hari. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari
Quba’ menuju ke Madinah. Ketika sampai di perkampungan Bani Salim bin Auf, waktu
shalat Jum’at tiba. Nabi Muhammad melaksanakan shalat Jumat disana. Inilah Jum’at
dan khutbah yang pertama dalam Islam.

5. Tiba di Madinah
Setiba Nabi Muhammad Saw di Madinah, Program pertama beliau adalah menentukan
tempat di mana akan dibangun Masjid. Beliau melepaskan untanya dan menetapkan
tempat berhenti untanya sebagai masjid. Ternyata untanya berhenti di tanah milik dua
orang anak yatim. Maka Nabi Saw minta keduanya untuk menjual tanahnya. Namun
keduanya ingin memberikan tanahnya sebagai hadiah. Tapi Nabi Saw tetap ingin
membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar. Dan Abu Bakar menyerahkan uang
kepada mereka berdua.

Nabi Muhammad Saw tinggal di rumah Abu Ayyub al-Anshari sampai selesai
pembangunan Masjid Nabawi dan tempat tinggal beliau. Seluruh sahabat bersama Nabi
Saw ikut membangun Masjid Nabawi, sebagaimana mereka melakukan bersama-sama
dalam pembangunan Masjid Quba’.

Beberapa hari kemudian, istri Nabi Saw; Saudah ra; dua putri beliau Fatimah ra dan
Ummu Kulsum ra, Usamah bin Zaid ra, ‘Aisyah ra dan Ummu Aiman ra juga menyusul
hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar ra. Adapun putri beliau
seorang lagi, Zainab ra, baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan
Badar.

Anda mungkin juga menyukai