Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH OPTALMOLOGI

STARBISMUS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Optalmologi
Dosen Pengampu: Dewi Puspitasari, S.Pd,. M.Pd dan Dr. Harlita, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :
Cahaya Dwi Dzulia (K5116015)
Darah Sri Rohmahwati (K5116017)
Fatimah Nur Uswatun (K5116025)
Krismajoli Dwi P (K5116035)
Novi Indriastuti (K5116044)

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
MEI 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kemudahan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Ada pun pembahasan umum
yang diuraikan dalam makalah ini adalah pengertian, penybab, gejala, klasifikasi serta
diagnosis dari strabismus. Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak sebagai berikut.
1. Bapak Hermawan selaku Kaprodi Pendidikan luar Biasa.
2. Ibu Harlita selaku pengampu mata kuliah Optalmologi
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan material.
4. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan dorongan.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan tugas-
tugas selanjutnya.

Surakarta, 19 Mei 2019.

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... ……...1


KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan................................................................................................... 4
D. Manfaat................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Starbismus .............................................................................. 6
B. Penybabab Starbismus.......................................................................... 7
C. Gejala Starbismus ................................................................................. 7
D. Klasifikasi Starbismus .......................................................................... 8
E. Diagnosis Starbismus ........................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang penting bagi manusia. Dengan
mata, kita dapat melihat indahnya dunia yang penuh warna serta berbagai bentuk yang
unik. Mata yang sempurna adalah dambaan setiap orang, hanya saja hal tersebut tidak
selalu dimiliki setiap orang. Salah satu kelainan pada mata adalah Strabismus atau
mata juling adalah keadaan kedudukan kedua bola mata dimana sumbu
penglihatannya tidak sejajar.
Bila satu mata melihat kearah benda yang menjadi pusat perhatiannya maka
mata satunya menyimpang kearah lain. Arah penyimpangan tersebut ada yang kearah
hidung, kearah pelipis, kearah atas atau kearah bawah bahkan ada yang berputar.
Strabismus ada yang terjadi sejak lahir dan ada pula yang terjadi dalam perjalanan
hidupnya. Penyebab strabismus ada yang tidak diketahui penyebabnya dan sebagian
lagi disebabkan oleh : herediter (keturunan); kelainan refraksi/kaca mata; kelainan
dalam otak; lumpuh sebagian syaraf yang mensyarafi otot-otot luar bola mata;
penyakit sistemis; kelainan otot-otot luar bola mata; kelainan-kelainan didalam bola
mata.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan
strabismus meliputi pembahasan kaitannya dengan pengertian, penyebab, gejala,
klasifikasi dan diagnosis dari strabismus itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud anak dengan Starbismus?
b. Apakah Penyebab dari Starbismus?
c. Bagaimana Gejala strabismus?
d. Bagaimana klasifikasi dari strabismus?
e. Bagaimana diagnosis dari starbismus?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Penyakit starbismus
b. Untuk mengetahui penyebab dari strabismus.

4
c. Untuk mengetahui gejala starbismus
d. Untuk mengetahui klasifikasi dari starbismus
e. Untuk mengetahui diagnosis dari starbismus
D. Manfaat
Ada pun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memperluas wawasan mahasiswa calon guru tentang starbismus atau mata juling
2. Menjadi tambahan referensi terkait strabismus bagi pembaca.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Strabismus
Strabismus atau yang biasa dikenal sebagai mata juling merupakan salah satu
jenis kelainan pada mata. Kelainan ini cukup banyak terjadi dalam kehidupan dan
dikenal sebagai bentuk abnormalitas pada bola mata. Kelainan ini cukup mudah untuk
diamati. Misalnya, saat diajak berbicara, penderita strabismus terlihat seperti tidak
melihat kea rah rekan bicaranya atau kedua kornea mata terlihat mengarah ke bagian
tengah.
Menurut Sidarta (2004), strabismus merupakan suatu keadaan di mana terjadi
kegagalan kedua mata untuk terletak lurus yang mungkin diakibatkan oleh tidak
sempurnanya penglihatan kedua mata atau adanya kelainan pada saraf-saraf yang
menggerakan otot mata. Individu yang mengalami strabismus biasanya mengalami
kesulitan untuk mengarahkan kedua matanya ke satu objek (Offedaf, 2002).
Akibatnya, saat satu mata melihat lurus ke depan, mata lainnya akan menyimpang
dari posisi atau arah penglihatan yang seharusnya. Strabismus tidak hanya dapat
terjadi pada anak-anak, melainkan juga pada orang dewasa. Strabismus dapat bersifat
menurun dan bisa juga bersifat perolehan. Kondisi strabismus dapat bersifat
horizontal atau pun vertikal. Strabismus horizontal terjadi saat satu mata lebih ke
dalam atau ke luar daripada mata lainnya. Sementara strabismus vertical terjadi saat
satu mata lebih tinggi atau rendah daripada mata lainnya. Selain itu, strabismus juga
dapat bersifat konstan (muncul setiap saat) atau pun sementara (hanya muncul saat-
saat tertentu,. Beberapa kondisi yang dapat memunculkan kondisi strabismus adalah
saat sakit, melamun, melihat jauh, atau lelah.
Pada individu yang mengalami strabismus, kedua mata tidak dapat bergerak
ke arah yang sama. Seiring berjalannya waktu, mata yang lebih lemah akan menjadi
malas karena jarang digunakan. Hal ini dikarenakan otak biasanya menggunakan
signal dari mata yang lebih kuat.
Bayi biasanya belum memiliki koordinasi yang sempurna dalam hal
pergerakan bola mata. Maka dari itu, apabila bayi menunjukkan ketidaksinkronan
gerakan mata kanan dan kiri tidak dapat langsung didiagnosis mengalami strabismus.

6
Namun, kondisi ini perlu untuk terus dipantau, apakah bersifat sementara atau
menetap. Apabila kondisi ini bersifat menetap, maka harus segera ditangani.
Mengingat, apabila kondisi ini tidak segera ditangani dapat menimbulkan lazy eyes
atau mata malas yang jika terjadi sebelum usia Sembilan tahun dapat menimbulkan
abnormalitas dalam hal ketajaman penglihatan.
B. Penyebab Strabismus
Strabismus dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
1. Kelainan congenital.
2. Kelainan neuri okulomotor, saraf, dan otot-otot ekstra okuler sendiri.
3. Kelainan penglihatan yang dapat menyebabkan strabismus, seperti perbedaan
ukuran kacamata antara mata kanan dan kiri serta adanya kelainan atau kekeruhan
pada bagian mata yang dilalui oleh sinar.
4. Hilangnya kemampuan melihat pada satu mata.
5. Adanya kelainan persarafan yang mengatur penglihatan, sehingga mengganggu
pergerakan mata secara normal.
6. Tumor otak, hidrosefalus (penumpukan cairan pada otak), cerebral palsy
(kelumpuhan otak, terutama yang mengatur aktivitas motoric), serta diabetes
(tumpukan gula darah mengganggu saraf yang mengatur otot penglihatan).
7. Trauma kepala yang diakibatkan oleh kecelakaan atau benturan keras.
C. Gejala Starbismus
Berikut ini merupakan gejala yang dapat dialami oleh penderita mata juling, yaitu:
 Mata terlihat tidak sejajar.
 Kedua mata tidak bergerak secara bersamaan.
 Memiringkan kepala saat melihat sesuatu.
 Sering berkedip atau menyipitkan mata, terutama di bawah sinar matahari.
 Rasa tegang pada mata.
 Sakit kepala.
 Penglihatan kabur.
 Penurunan persepsi atau perkiraan akan jarak.
 Penglihatan ganda.
Keluhan penglihatan ganda biasanya ada pada penderita mata juling yang terjadi
saat dewasa. Ketika mata tidak melihat pada satu titik yang sama, memang seharusnya
akan menyebabkan penglihatan ganda. Namun, hal ini tidak terjadi pada penderita

7
mata juling yang masih anak-anak. Dua gambar yang dikirimkan mata kepada otak
anak-anak akan diacuhkan oleh otak dan otak akan memilih gambar dari salah satu
mata, biasanya dari mata yang sehat. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan
kemampuan penglihatan salah satu mata menjadi turun, yang disebut dengan mata
malas (ambliopia). Namun, dapat juga terjadi sebaliknya, di mana justru mata malas
yang mengakibatkan mata juling.
D. Klasifikasi Starbismus
Ada beberapa jenis-jenis dari strabismus yaitu :
1. Esotropia
Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimna salah
satu sumbu penglihatan menuju titik fksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya
menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial.
Bentuk-bentuk esotropia:
a. Esotropia konkomitan, yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya
pada semua arah pandangan.
b. Esotropia nonkomitan, yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-
beda pada arah pandangan yang berbeda-beda pula.
Penyebab esotropia:
a. Faktor refeks dekat
b. Hipertoni rektus medius kongenital
c. Hipotoni rektus lateral akuisita
d. Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak.
2. Exotropia (Eksotropia)
Eksotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana
salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan
yang lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral.
Penyebab-penyebab eksotropia:
a. Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominant
b. Optis, tak ada hubungan dengan kelainan terhadap kehilangn penglihatan
binokuler
c. Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang
sensorimotor
d. Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon.

8
3. Hipotropia
Hipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana
salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan
yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior (bawah).
4. Hipertropia
Hipertropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana
salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan
yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior (atas) .
E. Diagnosa Strabismus
Seperti halnya penyakit lainnya, kita dapat mendiagnosa penyakit ini dengan
cara melakukan pemeriksaan fisik yang dikhususkan melalui beberapa pemeriksaan,
di mana pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan mata
standar, melihat bagaimana ketajaman penglihatan mata, pemeriksaan retina mata dan
pemeriksaan neurologis (saraf) sehingga dapat diketahui apakah seseorang mengalami
kelainan pada matanya dan dapat ditangani dengan segera.
Selain dengan pemeriksaan fisik, dalam ilmu medis, diagnosa penyakit
khususnya penyakit kelainan mata seperti strabismus dapat dilakukan dengan cara:
1. Anamnesis
Dengan pertanyaan yang lengkap dan tepat tentang riwayat sakit akan sangat
membantu dalam menentukan diagnosis, prognosis dan pengobatan strabismus.
Pertanyaan yang dapat diajukan misalnya:
 Riwayat sakit pada keluarga karena biasanya strabismus diturunkan secara
autosomal dominan
 Umur pada saat munculnya strabismus karena makin awal munculnya
strabismus akan makin jelek prognosisnya
 Munculnya strabismus apakah secara mendadak, bertahap atau bisa karena
berhubungan dengan penyakit sistemik
 Jenis deviasinya di mana pasien dapat menyadari strabismusnya? bagaimana
penglihatan matanya secara dekat? Kapan mata terasa lelah? Apakah matanya
dalam melihat akan selalu dalam keadaan lurus setiap saat? Apakah jika
terkena sinar matahari, pasien akan menutup mata? dan apakah derajat
deviasinya tetap setiap saat?
 Fiksasi itu apakah selalu berdeviasi satu mata atau bergantian?

9
2. Inspeksi
Pemeriksaan dengan inspeksi sudah dapat ditentukan apakah strabismus konstan
atau hilang timbul atau berganti – ganti atau menetap? Dalam pemeriksaan ini juga
harus diperhatikan ptosis terkait dan posisi kepala yang abnormal.
3. Pemeriksaan Kelainan Refraksi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan retinoskop yang menggunakan sikloplegik
adalah hal yang sangat penting. Obat yang digunakan agar sikloplegia sempurna
adalah atropine yang dapat diberikan dalam bentuk tetes mata atau salep mata 0,5
% atau 1 % beberapa kali sehari selama beberapa hari.
4. Pemeriksaan dengan Duksi (Rotasi Monokular)
Di mana pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan satu mata ditutup dan mata
lain mengikuti cahaya yang digerakkan ke segala arah pandangan, sehingga dapat
diketahui adanya kelemahan rotasi. Kelemahan seperti ini bisa dikarenakan
paralisis otot atau kelainan mekanik anatomik.
5. Pemeriksaan dengan Versi (Gerakan Konjugasi Okular)
Pemeriksaan dengan versi dilakukan dengan mata mengikuti gerakan cahaya
dengan jarak 33 cm dalam 9 posisi diagnosis primer – lurus ke depan, sekunder –
ke kanan, ke kiri ke atas dan ke bawah. Tersier – ke atas dan ke kanan, ke bawah
dan ke kanan, ke atas dan ke kiri, serta ke bawah dan ke kiri. Rotasi dengan satu
mata yang nyata dan relatif terhadap mata yang lainnya dinyatakan sebagai kerja –
lebih (overreaction) dan kerja – kurang (underreaction).
Sebenarnya masih ada lagi beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kelainan pada mata seperti strabismus. Jika merasa ada yang aneh
dengan mata kita, tidak ada salahnya melakukan pemeriksaan sejak awal karena
mata adalah bagian penting dari indera penglihatan.
 Sumber lain, mengenai diagnosa Strabismus
Dr. Raman R. Saman, M.D Ophth, AMS, ABA sebagaimana dikutip Carolina
Salim (2008) untuk melihat penyebab terhadap gangguan mata juling hendaknya
dilakukan pemerikasaan lebih lanjut terhadap mata. Mengenai anatomi, fisiologi
dan bahkan sampai pada penyakit mata lainnya. Namun demikian, Dr. Raman juga
menganjurkan agar semua anak dengan usia 3-3,5 tahun untuk memerikasakan
penglihatannya pada dokter spesialis anak, dokter umum, atau orang yang telah
terlatih untuk memeriksa penglihatan anak prasekolah.
10
Pemeriksaan tersebut dapat dimulai dengan melakukan pemeriksaan pada
mata dengan memfokuskan tes penajaman terhadap objek tertentu. Jika anak gagal
dalam tes pemeriksaan tajam penglihatan, maka segeralah untuk merujuk ke dokter
spesialis mata untuk pemeriksaan lebih lengkap. Bila terdapat riwayat keluarga
juling atau ambliopia, atau menggunakan kacamata tebal, seorang spesialis mata
akan melakukan pemeriksaan penglihatan walaupun usianya kurang dari 3 tahun.
Hal ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini apakah sang anak mengalami mata
juling sesuai bawaan atau tidak. Sebab ada kalanya orang menderita gangguan
mata juling akan menurun pada mata sang anak. Namun, jika anak memang secara
jelas terlihat mengalami mata juling kurang dari 6 bulan maka harus cepat
dilakukan pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin. Bayi dengan mata juling
yang berusia 6 bulan atau lebih harus dibawa ke dokter spesialis mata anak atau
pediatrik untuk menghindari risiko terjadinya ambliopia.
Menurut Carolin, tiga tes yang perlu dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang
tersebut juling atau tidak.
a. Hisberg Test/Light Reflex
Caranya adalah dengan menyenter kedua mata dari jarak sekitar 50 cm.
Kemudian dilihat di mana titik cahaya lampu senter tersebut. Kalau kedua titik
cahaya berada di tengah mata, berarti mata normal. Selain mengarahkan tepat
dari depan, tes ini juga bisa dilakukan dengan menggerakkan lampu senter ke
kiri atau ke kanan. Kondisi normal apabila letak titik selalu simetris. Artinya,
kalau lampu senter diarahkan miring ke kanan, maka kedua titik cahaya di
mata akan berada di sebelah kanan. Sedangkan, kalau titik cahaya berada di
tengah dan satu di pinggir maka kemungkinan besar anak tersebut mengalami
gangguan mata juling.
b. Cover Uncover Test
Usia di atas atu tahun biasanya menggunakan tes ini. Caranya ialah
dengan menggunakan alat seperti lampu senter atau boneka yang diletakkan di
muka anak. Kemudian mata kiri dan kanan ditutup bergantian. Pada kondisi
mata normal, posisi mata tidak akan bergerak dan tetap menghadap ke arah
lamou senter atau boneka. Hal ini menandakan bahwa fungsi matanya bagus.
Otak akan memberi persepsi untuk melihat ke senter atau boneka tersebut. Jka
bola mata bergerak pada waktu tutup mata dipindahkan maka kemungkinan
besar anak tersebut juga mengalami gangguan mata juling.
11
c. Menutup Satu Mata
Metode untuk melakukan cara ini terbilang cukup mudah. Caranya
ialah dengan menutup sebelah mata anak, misalnya sebelah mata kanan atau
kirinya saja. Jika mata sebelah kanannya jelek, maka ketika ditutup anak tidak
akan marah atau mencoba menepis tangan yang menutupi matanya tersebut.
Anak akan marah ketika Anda menutupi mata kirinya, karena penglihatannya
menjadi terhalang. Hal ini menunjukkan bahwa mata sebelah kanannya tak
terlalu baik. Selain untuk mengetahui apakah mata anak juling atau tidak, tes
ini juga penting karena ada anak yang tidak juling tetapi salah satu matanya
tidak melihat. Di samping itu juga dapat digunakan untuk menajamkan mata
atau belajar mengonsentrasikan pandangan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
 Strabismus merupakan suatu keadaan di mana terjadi kegagalan kedua mata
untuk terletak lurus yang mungkin diakibatkan oleh tidak sempurnanya
penglihatan kedua mata atau adanya kelainan pada saraf-saraf yang
menggerakan otot mata
 Starbismus dapat disebabkan oleh Tumor otak, hidrosefalus (penumpukan
cairan pada otak), cerebral palsy (kelumpuhan otak, terutama yang
mengatur aktivitas motoric), serta diabetes (tumpukan gula darah
mengganggu saraf yang mengatur otot penglihatan). Dan Trauma kepala
yang diakibatkan oleh kecelakaan atau benturan keras
 Pemeriksaan starbismus dapat dimulai dengan melakukan pemeriksaan
pada mata dengan memfokuskan tes penajaman terhadap objek tertentu.
Jika anak gagal dalam tes pemeriksaan tajam penglihatan, maka segeralah
untuk merujuk ke dokter spesialis mata untuk pemeriksaan lebih lengkap.
B. Saran
Diharapkan calon guru atau tenaga pendidik mengetahui tentang
kelainan-kelainan dari indera mata utamanya strabismus dalam perkembangan
anak sehingga jika hal tersebut terjadi pada anak dapat segera dilakukan
penanganan lebih dini.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://halosehat.com/penyakit/mata-juling, Diakses pada tanggal 18 Mei, pukul 23.00

https://books.google.co.id/books?id=I1AdDQAAQBAJ&pg=PA67&lpg=PA67&dq=me
ndiagnosis+juling&source=bl&ots=zWew-
DvkF3&sig=ACfU3U3jFK1VQQ88rjZdoa4msUoCkw9YoQ&hl=id&sa=X&ved=2ahU
KEwibtIeJhaDiAhUQT48KHd24DZk4ChDoATAIegQIBhAB#v=onepage&q=mendiagn
osis%20juling&f=false, Diakses pada tanggal 19 Mei, pukul 00.30

14

Anda mungkin juga menyukai