Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI OLAHRAGA

(BAHASA ISYARAT PERWASITAN SEPAK BOLA)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Olahraga


Dosen pengampu:
Dr. Ika Novitaria Marani, S.Pd, Se, M.Si

Disusun oleh;

Doni Ramdoni (6315150183)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Bahasa isyarat atau kode wasit,
pelatih maupun segala perangkat pertandingan dalam sepak bola. Saya berterima kasih
kepada Ibu Dr. Ika Novitaria Marani, S.Pd, Se, M.Si, selaku dosen mata kuliah Komunikasi
Olahraga yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi materi agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, November 2018

Doni Ramdoni

2
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………....i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………...1
C. Tujuan………………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wasit……………………………………………………………………….4
B. Perwasitan Dalam Sepak Bola…………………………………………………………6
C. Pelanggaran-Pelanggaran……………………………………………………………...8
D. Menjadi Wasit yang Ideal……………………………………………………………...9
E. Wasit Sebagai Seorang Pemimpin……………………………………………………..11
F. Bahasa Isyarat perwasitan Sepak Bola…………………………………………………12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang pertandingan maupun permainan olahraga maka salah satu yang menjadi
bagian di dalamnya adalah wasit. Wasit memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu
pertandingan atau permainan olahraga, apalagi olahraga yang menuju prestasi. Tentu saja wasit
bukan penentu utama dari pentandingan olahraga. Banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya
pemain, pelatih, lapangan, penonton menjadi bagian dari penentu hasil pertandingan.
Sebagai suatu bagian yang sangat penting, seorang wasit diharapkan akan menjalankan
fungsinya secara baik dan benar dengan selalu menjunjung tinggi rasa keadilan dan tanggung
jawab terhadap terselenggarakannya pertandingan. Kesukaran yang muncul di lapangan tidak
saja disebabkan oleh barangkali kurang dikuasainya ‘medan’ lapangan, melainkan juga faktor-
faktor eksternal yang mendukungnya. Dari sejumlah pengalaman pertandingan, tidak jarang wasit
dijadikan biang kebrutalan dan ketidakpuasan baik yang dilakukan oleh pemain, ofisial, maupun
penonton. Hal ini kiranya bukan menjadi suatu kendala kemajuan dalam perwasitan,
melainkan lebih menjadikan suatu tantangan yang perlu dihadapi oleh wasit dalam
menegakkan otoritas dan kredibilitasnya.
Agar wasit bisa menjalankan tugas dan fungsinya, maka ia pun perlu memiliki sifat-sifat
seorang pemimpin. Selain itu, wasit sebagai pemimpin pertandingan hendaknya juga
mengenal kepribadiannya. Kepribadian wasit merupakan modal yang sangat utama. Dari
kapasitas ini memiliki modal dasar yang perlu untuk menjalankan fungsi dan tugasnya di
lapangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wasit?
2. Bagaimana menjadi seorang wasit yang ideal?
3. Apa perlu seorang wasit memiliki sifat pemimpin?
4. Bahasa isyarat perwasitan sepak bola

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud wasit
2. Untuk mengetahui bagaimana menjadi wasit yang ideal
3. Untuk mengetahui apakah seorang wasit memiliki sifat-sifat seorang pemimpin
4. Untuk mengetahui tentang Bahasa isyarat perwasitan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wasit
Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu
pertandingan olahraga. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain
dan pelatih dan ofisial sebuah tim. Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam bahasa Inggris
dikenal referee, umpire, judge atau linesman. Wasit dituntut agar selalu tegas, adil, disegani, dan
ditakuti oleh semua pemain dan official. Ia harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah
satu tim atau pemain tertentu. Oleh karena itu, wasit harus menguasai teknik-teknik perwasitan
dan peraturan pertandingan dengan sempurna. Seperti pemimpin pada umumnya penampilan wasit
sangat menentukan ketika ia berada di lapangan, wasit harus tampak berwibawa dan memiliki
kharisma.
Tugas pokok seorang wasit adalah memimpin suatu pertandingan agar pertandingan itu
berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan. Sebenarnya wasit adalah seorang pemimpin yang
mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk memperlancar
pertandingan. Agar wasit dapat melaksanakan hal itu maka ia harus memenuhi peraturan
perwasitan yaitu:
 Bakat
Menurut J.W. Bunn, perwasitan itu adalah suatu seni. Pribadi yang dapat mengembangkan
seni dari potensi dirinya diharapkan menjadi wasit yang baik. Selain itu memerlukan bakat
sehingga perwasitan juga memerlukan bakat.

5
 Kemauan
Kemauan untuk menjadi wasit yang baik adalah modal utama dalam mengembangkan
kemampuan mewasiti. Dengan adanya kemauan yang besar akan mendorong seorang untuk belajar
mencari pengalaman dan berlatih.
 Kesegaran jasmani dan sehat
Seorang wasit yang mempunyai kesegaran jasmani baik akan mampu menjalankan
tugasnya sebagai wasit yang baik artinya tanpa gangguan jasmaniah orang yang sehat berarti bebas
dari penyakit. Agar wasit tetap sehat sebaiknya ia selalu melakukan latihan-latihan fisik.
 Kewibawaan
Wasit adalah seorang pemimpin. Agar sukses dalam memimpin seorang pemimpin harus
mempunyai wibawa. Kewibawaan wasit dapat diperoleh antara lain dengan:
1. Kepribadian wasit yang baik
2. Sikap perwujudan yang baik
3. Cara berpakaian yang sopan dan sesuai dengan situasi
4. Klasifikasi perwasitan tinggi
5. Banyak pengalaman
6. Kecakapan wasit yang baik.

 Pemusatan Perhatian
Selama bertugas wasit harus mampu memusatkan perhatian kepada tugas yang sedang
diembannya. Seorang wasit juga harus mampu menguasai peraturan permainan dan peraturan
pertandingan. Jadi sebelum terjun memimpin pertandingan seoreng wasit harus benar-benar
menguasai teori perwasitan sebagai bekal untuk kemantapan batin didalam menjalankan tugasnya.
Untuk bias menjadi seorang wasit yang memimpin suatu pertandingan maka seorang wasit
dan pembantu-pembantunya (assisten) harus memiliki persyaratan tertentu yaitu:
Memahami dan menguasai peraturan permainan dan pertandingan (suatu cabang olahraga)
secara menyeluruh
 Mengerti dam memahami tentang teknik dan taktik olahraga yang mereka tekuni

6
 Memiliki sikap kepribadian dan mental yang baik
 Bertindak cepat, tegas, adil dan bijaksana
 Memiliki kesegaran jasmani yang tinggi.

B. Perwasitan Dalam Sepak Bola


a. Syarat-syarat menjadi wasit
Untuk menjadi wasit harus memenuhi persyratan sebagai berikut:
1. Berbadan sehat menurut keterangan dokter (tidak berkacamata, tidak buta warna dan penglihatan
baik).
2. Umur antara 24 – 40 tahun.
3. Berijazah SMA atau yang sederajat.
4. Memahami dan melaksanakan janji wasit.
b. Pakaian dan perlengkapan wasit.
1. Baju lengan pendek atau lengan panjang, celana pendek, kaos kaki, sepatu bola, pada dada sebelah
kiri dipasang badge menurut haknya dan menurut ketentuan.
2. Peluit diikat dari pergelangan tangan.
3. Notes/buku kecil dan pensil atau alat tulis yang lain.
4. Jam wasit, stopwatch atau jam tangan.
5. Uang logam untuk undian.
6. Cadangan peluit dan pensil atau alat tulis yang lain.
7. Kartu merah dan kuning.
c. Kerjasama antara wasit, hakim garis, dan wasit cadangan.
Dalam memimpin suatu pertandingan, wasit dibantu oleh 2 hakim garis. Tugas dan kewenangan
yang diberikan kepadanya dimulai setelah memasuki lapangan permainan wasit dan hakim garis
harus saling mengisi kekurangan, saling membantu, dan bekerja sama.
1. Tugas seorang wasit
 Menegakan dan menjalankan peraturan
 Tidak menjatuhkan hukuman pada saat wasit itu yakin bahwa dengan jalan menghukum akan
memberi keuntungan pada regu yang melanggar.
 Membuat catatan jalannya pertandingan.
 Memberikan tendangan bebas langsung atau tidak langsung.

7
 Memberi tendangan hukuman.
 Memberikan teguran (peringatan teguran atau peringantan ringan) peringatan kartu kuning dan
mengeluarkan pemain (kartu merah).
 Menghentikan permainan untuk sementara atau seterusnya.
 Menetukan apakah bola yang akan digunakan untuk pertandingan memenuhi syarat.
2. Tugas hakim garis
 Membantu tugas wasit dengan berpegang teguh kepada peraturan yang sudah ditentukan.
 Memberi isyarat kepada wasit dalam hal-hal sebagai berikut.
- Bila bola di luar permainan harus dilakukan tendangan sudut atau tendangan gawang, serta bila
terjadi bola keluar melalui garis samping harus menentukan regu mana yang berhak untuk
melakukan lemparan ke dalam.
- Apakah permainan dalam keadaan offside.
3. Tugas wasit cadangan
 Menggantikan wasit atau hakim garis (apabila berhalangan).
 Mengurusi pergantian pemain.
 Memberi isyarat kepada wasit jika pertandingan telah selesai.
 Melarang offisial regu masuk ke dalam lapangan pertandingan.
 Menerima isyarat dari wasit tentang nilai dan penghentian pertandingan memberikan pendapatnya
jika diminta oleh wasit pertama.

C. Pelanggaran-Pelanggaran
Apabila anggota pemain melakukan pelanggaran yang cukup keras maka wasit dapat
memberikan peringatan dengan kartu kuning atau kartu merah. Pertandingan akan dihentikan dan
wasit menunjukkan kartu ke depan pemain yang melanggar kemudian mencatat namanya di
dalam buku. Kartu kuning merupakan peringatan atas pelanggaran seperti bersikap tidak sportif,
secara terus-menerus melanggar peraturan, berselisih kata-kata atau tindakan, menunda memulai
kembali pertandingan, keluar-masuk pertandingan tanpa persetujuan wasit, ataupun tidak
menjaga jarak dari pemain lawan yang sedang melakukan tendangan bebas atau lemparan ke
dalam. Pemain yang menerima dua kartu kuning akan mendapatkan kartu merah dan keluar dari
pertandingan.

8
Pemain yang mendapatkan kartu merah harus keluar dari pertandingan tanpa bisa digantikan
dengan pemain lainnya. Beberapa contoh tindakan yang dapat diganjar kartu merah adalah
pelanggaran berat yang membahayakan atau menyebabkan cedera parah pada lawan, meludah,
melakukan kekerasan, melanggar lawan yang sedang berusaha mencetak gol, menyentuh bola
dengan tangan untuk mencegah gol bagi semua pemain kecuali penjaga gawang , dan
menggunakan bahasa atau gerak tubuh yang cenderung menantang, pemain yang berposisi sebagai
penjaga gawang melakukan hands ball di luar kotak penalti .

D. Menjadi Wasit yang Ideal


Untuk menjadi wasit yang baik, maka ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi,
yaitu: syarat-syarat formal dan syarat-syarat psikologis.
a. Syarat-syarat Formal. Yaitu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang wasit. Syarat-
syarat ini sudah ditentukan dalam aturan yang telah ditetapkan oleh masing-masing induk
organisasi olahraga baik nasional maupun internasional.
b. Syarat-syarat Psikologis. Yaitu syarat-syarat khusus yang mencerminkan kemampuan,
kepribadian dan cara kerja wasit yang akan bermanfaat di dalam melakukan
kepemimpinannya di lapangan. Syarat-syarat ini hendaknya sudah dimiliki wasit dan
dapat digunakan sebagai modal untuk menjadi wasit yang ideal.
Adapun syarat-syarat dasar psikologis tersebut antara lain :
1. Mempunyai intelegensi umum yang cukup baik. Intelegensi menyangkut kemampuan dasar
yang dimiliki oleh seorang wasit. Kemampuan itu menyangkut kemampuan dalam memahami,
menganalisa dan mensintesa suatu persoalan, kemampuan antisipasi gerakan, dan kemampuan
bahasa yang cukup baik verbal maupun isyarat.
2. Mempunyai hasrat berprestasi yang baik. Seorang wasit yang ideal dituntut untuk selalu memiliki
motivasi untuk berprestasi secara memadai. Prestasi seorang wasit tidak saja dilihat
dari strata ijasah wasitnya, melainkan dilihat dari keberhasilan dalam setiap memimpin
pertandingan dan upaya untuk selalu bisa menjalankan fungsi dan tugasnya di lapangan maupun
di luar lapangan.
3. Memiliki kematangan kepribadian. Seorang pribadi wasit yang matang tidak saja dilihat dari
stabilitas emosionalnya, melainkan juga dari integritas perilaku dan perbuatannya.

9
4. Memiliki penyesuain diri yang baik. Menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan merupakan
modal yang penting bagi seorang wasit. Dengan kemampuan penyesuain diri ini, seorang wasit
akan dengan mudah mengatasi persoalan persoalan yang muncul di lapangan.
5. Memiliki kepercayaan diri. Kepercayaan diri menyangkut persepsi akan kemampuan diri
dalam mengatasi semua persoalan yang ada. Keragu-raguan adalah bibit dari rusaknya keputusan
yang diambil dari seorang wasit. Kepercayaan diri seorang wasit bisa berfluktuasi, dari sangat
percaya diri hingga kurang percaya diri. Pengalaman pertandingan memiliki peran yang cukup
penting di dalam membentuk kepercayaan diri di samping wasit tersebut memang
sudah memiliki dasar-dasar psikologis yang baik dalam aspek ini.
Teliti. Ketelitian kerja bisa menjadikan keputusan akurat. Oleh karena itu seorang wasit yang memiliti
dasar-dasar teliti diharapkan juga bisa teliti pula di dalam melihat persoalan dan dalam melakukan
pengambilan keputusan.
7. Cukup kreatif. Wasit perlu kreatif, guna membawa situasi pertandingan enak ditonton. Di dalam
suatu pertandingan muncul kecenderungan iramanya menurun dan ada dalam tempo yang tinggi.
Bila muncul kejadian seperti itu, wasit perlu untuk lebih kreatif dalam mengarahkan ritme
pertandingan. Kreativitas wasit juga bermanfaat untuk mengembangkan berbagai macam
keputusannya dan caranya untuk berkomunikasi dengan pemain.
8. Memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan. Mengambil keputusan, menurut Wayne
Weiton (1992) meliputi kegiatan mengevaluasi lternatif dan membuat pilihan terhadap alternatif-
alternatif itu. Dengan demikian ada seorang wasit dituntut untuk mengevaluasi alternatif dan
memilih alternatif itu berdasarkan informasi yang dilihat dan diperolehnya dari hakim garisnya.
Modal ini merupakan salah satu syarat yang sangat penting sekali bagi seorang wasit.
9. Memiliki dasar kepemimpinan yang baik. Stogdil (1950) yang dikutip oleh Richard H. Cox (1985)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok
yang terorganisasi dalam upayanya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan tujuan
yang ingin dicapai. Dari pengertian itu wasit memiliki peran didalam mengorganisir aktivitas
pelatih khususnya di dalam mengarahkan berhasil dan lancarnya jalannya
pertandingan. Meskipun wasit merupakan diktator di lapangan, namun bila hal itu dijalalankan
dalam pertandingan, maka ia tidak saja akan dimusuhi oleh tidak tim-tim yang bertanding,
melainkan juga suporter yang menonton pertandingan. Dengan adanya persyaratan persyaratan

10
dasar yang telah ditentukan ini, maka kiranya seorang wasit akan bisa menjadi wasit yang baik
dan berprestasi.

E. Wasit Sebagai Seorang Pemimpin


Ada beberapa faktor penting yang harus dimiliki seorang wasit sebagai seorang pemimpin:
(a) confident (percaya diri); (b) tegas dan adil; (c) idealisme (berpijak pada nilai standar ideal); (d)
tanggung jawab tinggi (e) egaliter; (f) caring/tidak selfish (lebih mengutamakan kepentingan
umum); (g) dignified (bermartabat).
a. Confident (percaya diri)
Inilah syarat mutlak pertama yang mesti dimiliki siapapun yang ingin jadi wasit. Jangan
berharap dan bermimpi jadi wasit kalau tidak percaya diri. Ciri pribadi wasit percaya diri adalah:
Selalu menganggap setiap pemain/atlit/official sejajar dengan dirinya, tidak lebih tinggi dan tidak
lebih rendah. Tidak menunduk atau mengangkat kepala, apapun status orang yang dihadapi:
supporter/pendukung yang fanatik, manager kaya, tim besar, pemain elite, atau pemain yang biasa;
b. Tegas dan adil
Menjadi wasit yang tegas dan adil memang penuh resiko. Resiko dimusuhi, dicurigai dan
bahkan menjadi sasaran kemarahan. Tetapi kualitas kepemimpinan wasit dalam pertandingan
olahraga. Wasit yang adil dan tegas sangat dibutuhkan, jika tidak ada, maka pertandingan akan
berlangsung timpang dan bisa memicu anarki. Anarki artinya tidak ada pengaturan. Dengan kata
lain, tidak ada lagi yang bisa dipercayai untuk membuat keputusan-keputusan di dalam
pertandingan.
c. Idealisme
Wasit sebagai seorang pemimpin yang baik dan memiliki kepribadian kuat selalu bersikap
idealis. Dia tidak akan kompromi pada nilai-nilai idealisme yang prinsip; tapi rela bersikap
kompromistis, elastis atau pragmatis pada hal-hal yang tidak prinsipil. Fair Play adalah sebuah
idealisme. Wasit adalah sebuah instrument pendukungnya dan manusia adalah individu-
individunya.
d. Tanggung Jawab
Salah satu hal yang membuat induk organisasi olahraga memilih wasit
utuk memimpin suatu pertandingan adalah karena kita dinilai memiliki tanggung jawab.
Tanggung jawab itu identik/intrinsik/koheren dengan sikap konsisten dalam ucapan dan perilaku.

11
Tanggung jawab juga berkaitan erat dengan sikap semangat yang stabil dari awal tugas sampai
akhir. Dan akan selalu melakukan dan menyelesaikan tugas yang diemban dengang penuh
dedikasi, tanpa peduli tugasnya mendapat apresiasi atau kritikan bahkan makian. Karena wasit
yang baik tahu, melaksanakan tugas dan menyelesaikannya sampai tuntas adalah dalam rangka
membangun kredibilitas kepemimpinannya sendiri di masa sekarang dan masa depan.

e. Caring/Tidak Selfish atau Egois


Seorang wasit dalam pengambilan keputusan tidak egois, berusaha mengkomunikasikan
dan memerlukan bantuan asisisten wasit/pembantu wasit dalam mengambil suatu keputusan.
Sehingga keputusan memang benar-benar sesuai dengan peristiwa/kejadian yang terjadi.
f. Dignified (bermartabat)
Seorang wasit itu simbol yangg mewakili institusi dan seluruh anggotanya. Citra baik atau
buruk seorang wasit akan mempengaruhi citra institusi dan anggotanya.

F. Bahasa Isyarat Perwasitan

Isyarat wasit dan hakim garis adalah isyarat yang dilakukan berkenaan dengan permainan.
Isyarat diberikan untuk memberikan pemberitahuan wasit maupun hakim garis kepada pemain
tentang pelanggaran yang terjadi, bola keluar lapangan, jika terjadi offside, atau jika permainan
terus tidak ada pelanggaran, dan lain sebagainya. Dalam permainan sepak bola isyarat itu
dikeluarkan oleh wasit atau hakim garis.

A. Isyarat Bunyi Peluit


Isyarat wasit berupa bunyi peluit dan gerakan tangan. Bunyi peluit wasit umumnya ada dua
macam berdasarkan tujuan. Misalnya bunyi peluit dua kali yaitu pendek dan diikuti panjang
digunakan wasit dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Agar para pemain siap untuk memasuki lapangan permainan.


2. Permainan babak pertama selesai
3. Permainan Babak kedua selesai.

Sedangkan untuk bunyi peluit panjang satu kali, digunakan wasit untuk isyarat dalam hal-hal
sebagai berikut:

12
1. Pada saat kick off, peluit panjang tanda permainan dimulai
2. Penghentian permainan untuk sementara, karena terjadi sesuatu dalam permainan
misalnya: Terjadi pelanggaran atas peraturan permainan , Bola keluar lapangan, Ada
pemain yang terluka sehingga permainan harus dihentikan untuk sementara, Situasi
gangguan hujan atau kerusuhan penonton

B. Isyarat Gerakan Tangan Wasit Sepak Bola

Untuk lebih memperjelas keputusannya isyarat wasit yang berupa bunyi peluit akan diikuti
dengan gerakan tangan sebagai isyarat.

Isyarat tangan itu diantaranya:

1. Mengankat salah satu tangan lurus ke atas baik tangan kanan atau kiri berarti “ terjadi
pelanggaran dengan hukuman tendangan bebas tidak langsung “.
2. Mengangkat kedua tangan didepan dada menghadap kebawah dan digerakkan menyilang
berarti “ tidak terjadi pelanggaran “.
3. Kedua tangan menggantung sejajar disamping badan dengan telapak tanganmenghadap
kedepan selanjutnta digerakan ke depan berarti “ meminta pemain untuk mundur ke
belakang “.
4. Salah satu tanganmenunjuk titik tengah berarti “ terjadi bola masuk kegawang/gol secara
sah”.
5. Salah satu tanganmenunjuk ke suatu tempat,sedang tangan yanglain menunjuk ke suatu
arah, berarti “ menunjukkan tempat terjadinya pelanggaran dan arah bola “.
6. Pada permulaan permainan wasit mengangkat salah satu tangan kea rah hakim garis dan
pemain, berarti “ meminta yang bersangkutan siap untukmemulaipertandingan “.

C. Gerakan Tangan Hakim Garis


Untuk memberikan isyarat hakim garis menggunakan bendera. Isyarat itu adalah:

Mengangkat bendera lurus ke atas, berarti “ memberitahu kepada wasit untuk menghentikan
permainan, karena bola keluar atau ada kejadian ataupun terjadi pelanggran, dengan menunjukkan
bendera kearah tempat tersebut.

13
D. Isyarat Wasit Cadangan Sepak Bola
Isyarat dari wasit cadangan diberikan dari luar lapangan.isyarat itu antara lain:

1. Adanya pergantian pemain


2. Memberitahukan sisa waktu pertandingan

Bentu-bentuk Isyarat wasit dan hakim garis dalam permainan sepak bola dapat anda lihat pada
gambar di bawah ini.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wasit sebagai pemimpin petandingan olahraga harus memiliki sifat kepemimpinan. Wasit
dituntut agar berwibawa, disegani, dan ditakuti oleh semua pemain dan official. Seorang wasit
harus pandai, cerdik, dan tidak memihak pada salah satu tim atau pemain tertentu. wasit adalah
seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi orang yang dipimpinnya agar mau berusaha untuk
memperlancar pertandingan Akan tetapi faktor-faktor eksternal disetiap pertandingan
mempengaruhi psokologis seorang wasit sehingga keputusan yang diambil kadang tidak tepat dan
berakibat buruk. Wasit dituntut untuk memiliki kemampuan intelegensia yang baik, kemauan
berprestasi, kematangan diri, teliti, sehingga dapat menganalisa suatu kejadian dalam suatu
pertandingan dan tepat dalam mengambil keputusan.
Disamping percaya diri, seorang wasit harus berperilaku tegas, adil, idealisme, tanggung
jawab, egaliter, tidak egois, dan bermartabat. Dengan sifat dan karakter tersebut, maka wasit akan
mampu memimpin suatu pertandingan dengan baik.
https://kumpmakalahlengkap.blogspot.co.id/

15
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Gilang. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesahatan Untuk SMA XII.
Moh. Zein. 2009. Sepakbola Indonesia Bermain dalam Aturan. PSSI
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik. Jakarta Erlangga
Fakultas Ilmu Keolahragaan Olahraga. UNJ. Olahraga (Majalah Ilmiah).2000

16

Anda mungkin juga menyukai