Kti Asuhan Keperawatan Pada TN P Dengan Asma Bronchial Di Ruang Dahlia Rsud DR Soeselo Slawi
Kti Asuhan Keperawatan Pada TN P Dengan Asma Bronchial Di Ruang Dahlia Rsud DR Soeselo Slawi
Disusun Oleh
Nama : ARIS SETIAWAN
NIM : A0010046
kehidupan kita.
hati.
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing KTI untuk diseminarkan dalam
Ujian Sidang KTI pada tanggal 1 Agustus 2013
Pembimbing
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 5 Agustus 2013 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I,
Pembimbing II,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”
senantiasa kita haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan yang tak ternilai harganya dalam
yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Demikian laporan kasus Asuhan Keperawatan ini saya tulis, harapan penulis
semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam
menambah wawasan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................ 3
C. Manfaat Penulisan.............................................................................. 4
A. Pengertian ............................................................................................ 5
C. Etiologi.................................................................................................. 6
D. Patofisiologi ......................................................................................... 8
E. Pathways .............................................................................................. 11
H. Komplikasi ........................................................................................... 13
I. Penatalaksaan ....................................................................................... 14
A. Pengkajian............................................................................................. 22
B. Identitas................................................................................................. 22
C. Riwayat Kesehatan................................................................................ 23
E. Pemeriksaan Fisik................................................................................. 26
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 29
G. Analisa Data.......................................................................................... 30
I. Rencana keperawatan............................................................................ 32
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 46
BAB V PENUTUP.................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sendiri, 10% dari 250 juta penduduk Indonesia diperkirakan menderita
sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dibandingkan dewasa, tetapi ada
pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga
berbeda-beda antara satu kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia
orang tua yang karir pada anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan
serangan asma. Orang yang menderita penyakit asma 70% diantaranya adalah
disebabkan karena perilaku individu dan gaya hidup yang kurang bersih dan 30%
asma ringan akan sembuh pada usia 12-13 tahun, sedangkan 50-60% lainnya akan
sembuh pada usia 25 tahun dan sisanya sebanyak 20% akan menderita asma
seumur hidupnya, hal inilah yang digolongkan penyakit asma yang berat
(Sundaru, 2010).
Asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, para ahli masih belum
sepakat mengenai definisi penyakit tersebut. Dari waktu ke waktu definisi asma
membuat diagnosis asma, sehingga secara praktis para ahli berpendapat asma
reversibel (tetapi tidak lengkap pada beberapa pasien) baik secara spontan
mengi, dan sesak nafas. Penyempitan saluran nafas pada asma dapat terjadi secara
pula terjadi mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan nafas yang akut. Derajat
obstruksi ditentukan oleh diameter lumen saluran nafas, dipengaruhi oleh edema
Faktor resiko kematian karena asma adalah akibat dari terapi yang buruk.
Komplikasi lain yang mungkin muncul dari diagnosa asma adalah status
Menurut data yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. SOESELO
Slawi pada bulan Januari sampai bulan Juni 2013 didapatkan jumlah penderita
asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronchial di Rumah Sakit Umum Daerah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien
asma bronchial.
2. Tujuan Khusus
asma bronchial.
asma bronchial.
asma bronchial.
C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
pelayanan keperawatan.
2. Institusi Pendidikan
3. Masyarakat
asma bronchial.
4. Penulis
keterampilan penulis, baik dari segi konsep dasar penyakit maupun konsep
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
(Rab, 2002).
nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme
B. Klasifikasi
Klasifikasi asma menurut Smeltzer & Bare (2002), asma sering dicirikan
sebagai berikut:
a. Asma alergik
biasanya mempunyai riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.
b. Asma idiopatik atau nonalergik
seperti aspirin dan agens anti inflamasi non steroid lain, pewarna rambut,
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
c. Asma gabungan
Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
C. Etiologi
Menurut Somantri (2008) ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi
1. Faktor predisposisi
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma broncial jika terpapar dengan foktor pencetus.
a. Alergen
obatan.
b. Perubahan cuaca
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
d. Stress.
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
aktifitas tersebut.
D. Patofisiologi
menyempit pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal di tempat
peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien akan
bernafas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT).
Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara dengan
VEP (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) atau APE (Arus Puncak
Ekspirasi), sedangkan penurunan KVP (Kapasitas Vital Paksa) menggambarkan
derajat hiperinflasi paru. Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada
saluran nafas besar, sedang, maupun kecil. Gejala mengi menandakan ada
penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan pada saluran nafas kecil, batuk
Ada daerah-daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang
lebih berat lagi banyak saluran nafas dan alveolus tertutup oleh mukus sehingga
menyebabkan shunting yaitu peredaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas
fungsi pernafasan.
Resti
kelelahan kerusakan
Intoleransi infeksi
alveoli
aktivitas
Kerusakan
pertukaran gas
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada beberapa
keadaan, batuk mungkin satu-satunya gejala. Serangan asma sering kali terjadi
pada malam hari. Penyebabnya belum dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin
a. Pemeriksaan Spirometri
c. Pemeriksaan sputum
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma. Hal
ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik. Juga
dapat sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid
e. Uji kulit
f. Foto Dada
Pemeriksaan hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase awal
pada stadium yang lebih berat PaCO2 justru mendekati normal sampai
H. Komplikasi
a. Pneumotoraks.
c. Atelektasis.
e. Gagal nafas.
f. Bronkitis.
g. Fraktur iga.
I. Penatalaksanaan
a. Medis
b. Keperawatan
asap rokok.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
b. Sirkulasi.
jantung/takikardia.
c. Intregitas Ego.
d. Makanan/Cairan.
badan.
e. Higiene.
f. Pernapasan.
asma.
panjang.
g. Keamanan.
lingkungan.
1) Adanya/berulangnya infeksi.
2) Kemerahan/berkeringat.
h. Seksualitas.
i. Interaksi sosial.
2. Diagnosa Keperawatan
oksigen.
Bronchial adalah:
bronkospasme.
INTERVENSI
nafas.
terinfeksi.
oksigen.
kemampuan/situasi.
INTERVENSI
3) Palpasi fremitus.
menunjukan fekhipoksemia.
imun.
individu.
INTERVENSI
1) Awasi suhu.
bertahap.
beraktivitas.
beraktivitas.
keadaan individu.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 25 Juni 2013
Nama Mahasiswa : Aris setiawan
B. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Slawi Wetan RT: 4/RW: 4
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswata
Tanggal masuk : 24 Juni 2013
No. registrasi : 316461
Diagnosa medis : Asma Bronkhial
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y
Alamat : Slawi Wetan RT: 4/RW: 4
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Istri
C. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA : Tn. P mengatakan merasakan sesak nafas disertai batuk
berdahak.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Tn. P masuk RSUD Dr. Soeselo slawi Pada tanggal 24 Juni 2013 sekitar jam
18.50 WIB. Sebelum di bawa ke RSUD Dr. Soeselo Slawi Tn. P sejak 3 hari
yang lalu mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak, kemudian Tn. P
RSUD DR. SOESELO Slawi. Saat dikaji perawat IGD Tekanan darah Tn. P
bronchial, dan penyakit keturunan seperti DM, dan penyakit menular seperti
TBC, hepatitis.
terdekat.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit Tn. P mengatakan makan 3x sehari, habis 1 piring dengan
menu makan nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk. Dalam 1 hari Tn. P minum 8
gelas ukuran sedang. Selama sakit Tn. P mengatakan makan 3x sehari, habis
1 piring dengan menu yang diberikan dari rumah sakit yaitu nasi, sayur-
mayur, dan lauk-pauk. Dalam 1 hari Tn. P minum 8 gelas ukuran sedang,
hanya saja jika mau makan dan minum Tn. P dibantu oleh keluarganya.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit Tn. P BAB kurang lebih sehari 1x dengan konsistensi sedikit
lembek dan BAK kurang lebih 4 kali sehari dengan warna jernih dan berbau
khas. Selama sakit Tn. P BAB sehari 1x, dengan konsistensi sedikit lembek.
BAK seperti biasa 4 kali sehari, dalam satu kali BAK Tn. P mengeluarkan
urin sampai 400 cc. Dalam satu hari ada 1600 cc.
4. Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Keterangan:
masalah. Penglihatan baik, pengecapan dan sensori Tn. P baik. Tn. P dapat
didalam persepsi dan daya ingat tidak ada masalah. Penglihatan baik,
pengecapan baik dan sensori Tn. P dapat membedakan manis, asam, pahit,
dll.
6. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit Tn. P mengatakan tidur selama 8 jam, dari jam 20.30 WIB
sampai jam 04.30 WIB dan tidur siang selama 11/2 jam dari jam 14.30 WIB
sampai jam 16.00 WIB. Selama sakit Tn. P mengatakan tidur terasa cukup
yaitu selama 8 jam, dari jam 21.30 WIB sampai jam 05.30 WIB dan tidur
siang selama 11/2 jam dari jam 14.30 WIB sampai jam 16.00 WIB.
7. Pola konsep pribadi dan persepsi pribadi
Sebelum sakit Tn. P mengatakan percaya pada dirinya sendiri bahwa apa
yang selama ini dia lakukan, itu semua semata-mata hanya ingin
penyakit yang diderita itu adalah cobaan dari Allah SWT bukanlah
kutukan.
8. Pola peranan dan berhubungan
Tn. P mengatakan hubungan Tn. P dengan orang lain dan keluarga
genetalia Tn. P, dan tidak ada gangguan dalam hubungan seksual, namun
selama sakit Tn. P tidak melakukan hubungan seksual karena kondisi
pada keluarganya.
11. Pola etika (nilai moral) dan kepercayaan
Tn. P beragama islam, Tn. P selalu shalat lima waktu. Selama sakit Tn. P
mengatakan hanya dapat shalat diatas tempat tidur dan berdo’a untuk
kesembuhannya.
E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : Composmenthis
b. Vital Sign : TD= 120/80 mmHg, RR= 32x/menit
N= 110x/menit, S= 37,5º C
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Mesochepal, tidak ada jejas, rambut hitam, bersih.
2) Wajah : Bentuk oval, tidak ada luka, tidak berjerawat.
3) Mata : Penglihatan normal, konjungtiva tidak anemis, sklera
bronkus
10) Abdomen
Perkusi = Tyimpani
11) Genitalia : Alat kelamin bersih, tidak ada kelainan pada alat kelamin
12) Ekstremitas :
20 tetes/menit, turgor kulit baik, dan tidak ada jejas, tidak ada
melemah.
4 4
4 4
Keterangan:
gerakan.
Skala 2 = Dapat menggerakan otot sesuai perintah tapi jika disuruh ditahan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Program terapi yang di berikan tanggal 25 Juni 2013 yaitu Infus RL 500 ml
20 tpm, injeksi ceftriaxon 2x1 1 gr/IV, dexa 2x1 6 gr/IV, Bisolvon 3x1 2 mg,
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Juni 2013 ditemukan analisa data dan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
TANGGAL/JA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
M
25 Juni 2013 DS: Tn. P mengatakan sesak nafas disertai batuk berdahak, Bersihan jalan nafas tidak Bronkospasme
Jam 08.30
DO: Tn. P terlihat batuk dan sesak nafas, bunyi nafas efektif
WIB
wheezing, terpasang O2 2liter/menit, RR= 32x/menit,
25 Juni 2013 DS: Tn. P mengatakan sedikit lesu, Tn. P makan dan minum Intoleransi aktivitas Keletihan
Jam 08.40
dibantu keluarga, mandi dibantu oleh keluarga,
WIB
berpakaian juga dibantu keluarga, serta BAB dan BAK
terlihat lemah.
H. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada saat pengkajian tanggal 25 Juni 2013 penulis menyusun intervensi dengan diagnosa
WIB selama 3 x 24 jam 2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari 2. Membantu melemaskan otot.
mempertahankan
frekuensi pernafasan
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
Jam 09.10 WIB 2. Menganjurkan untuk minum hangat.
DS : Tn. P mengatakan mau minum.
Jam 09.00 WIB 3. Mengatur posisi Tn. P semi fowler. DO: Tn. P terlihat sedang minum.
DS : Tn. P mengatakan lemas.
Jam 08.30 WIB DO: Tn. P terlihat tidur dengan posisi setengah duduk.
DS : Tn. P mengatakan nyaman di nebulizer.
Jam 09.20 WIB 4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline DO: Tn. P terlihat sesaknya berkurang.
DS : Tn. P mengatakan mau mempraktekkan.
Jam 11.30 WIB 2,5 mg. DO: Tn. P mengikuti apa yang dipraktekkan perawat.
5. Mendemonstrasikan batuk efektif DS : Tn. P mengatakan masih menggunakan O2.
DO: Obat masuk, RR= 30 x/menit.
6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
2. Mengajarkan aktivitas mandiri mulai DS : Tn. P mengatakan mau mencoba makan sendiri.
Jam 12.00 WIB DO: Tn. P terlihat makan sendiri, tetapi Tn. P belum
dari ringan, seperti makan, minum
mampu berjalan sendiri
sampai Tn. P bisa/mampu berjalan
Jam 12.20 WIB DS : Tn. P mengatakan lemas.
kekamar mandi.
DO: Tn. P terlihat lemas.
3. Mengukur TTV segera setelah aktivitas.
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
setelah aktivitas.
Evaluasi pada hari ke I (Selasa, 25 Juni 2013)
setengah duduk/semi fowler), tekanan darah Tn. P mencapai 120/70 mmHg, suhu badan Tn. P
mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 30 x/menit, masih terdengar bunyi wheezing.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 1. Monitor TTV.
2. Anjurkan untuk minum hangat.
3. Atur posisi Tn. P semi fowler.
4. Lakukan inhalasi 2 x/hari.
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.
25 Juni 2013, S : Tn. P mengatakan baru bisa berjalan sedikit demi sedikit. Aris
O : Tn. P terlihat masih lesu. Saat melakukan aktifitas sesaknya langsung kambuh dan langsung
Jam 13.00 WIB
dibantu dengan O2 sekitar 2-3 liter. Tekanan darah Tn. P mencapai 120/70 mmHg, suhu badan
P : lanjutkan intervensi
mandiri.
4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat
duduk.
4. Melakukan inhalasi 2 x/hari ventoline DO: Tn. P terlihat tidur dengan posisi setengah duduk.
Jam 11.30 WIB DS : Tn. P mengatakan nyaman di nebulizer.
2,5 mg. DO: Tn. P terlihat sesak berkurang. RR= 27 x/menit
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian DS : Tn. P mengatakan masih menggunakan O2.
DO: Obat masuk.
obat Ceftriaxon 2x1 gr/IV dan O2.
N= 110x/menit, S= 36,5º C.
beraktifitas.
DO : Tn. P telihat mengurangi aktifitas.
4. Mengurangi intensitas, frekuensi atau
setelah aktivitas
setengah duduk/semi fowler), tekanan darah Tn. P mencapai 120/80 mmHg, suhu badan Tn. P
mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 27x/menit, masih terdengar bunyi wheezing.
1 A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV.
2. Anjurkan untuk minum hangat.
3. Atur posisi Tn. P semi fowler.
4. Lakukan inhalasi 2 x/hari.
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.
26 Juni 2013, 2 S : Tn. P mengatakan baru bisa berjalan sedikit demi sedikit. Aris
O : Tn. P terlihat berlatih untuk kekamar mandi sendiri, namun Tn. P terlihat sedikit lemas. Saat
Jam 13.00 WIB
kondisinya melemah, sesaknya langsung kambuh. Tekanan darah Tn. P mencapai 120/80
mmHg, suhu badan mencapai 36,5º C, nadi 100 x/menit, pernafasan 27x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi.
mandiri.
4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat
wheezing.
A : Masalah teratasi sebagian.
1
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV.
2. Atur posisi Tn. P semi fowler.
3. Lakukan inhalasi 2 x/hari.
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat dan O2.
27 Juni 2013, 2 S : Tn. P mengatakan sudah tidak lemas lagi dan sedikit sesak saat melakukan aktifitas. Aris
O : Tn. P terlihat sudah tidak lemas. Pernafasan dan nadi Tn. P sebelum dan sesudah beraktifitas
Jam 13.00 WIB
sama yaitu 24 x/menit, nadi 90 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi.
2. Ajarkan aktivitas mandiri mulai dari ringan seperti makan dan minum sampai klien berjalan
mandiri.
4. Kurangi intensitas, frekuensi atau lamanya aktivitas jika frekuensi pernafasan meningkat
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai Asuhan Keperawatan yang ditemukan
pada kasus Tn. P dengan Asma Bronchial di ruang Dahlia RSUD Dr. Soeselo
Slawi selama 3 hari pada tanggal 25 sampai 27 Juni 2013. Dimana didalam
seseorang mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
Batasan karakteristik batasan mayor meliputi batuk tidak efektif atau tidak
Oleh karena itu diangkat diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
dipenuhi dan menurut Triage Konsep bersihan jalan nafas termasuk kebutuhan
immediatly yang harus segera ditangani karena dapat menyebabkan kematian.
Pada Tn. P terdapat data subjektif Tn. P mengatakan sesak nafas dan
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) tiga gejala umum asma adalah batuk,
penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan pada saluran nafas kecil, batuk
eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma. Hal ini dapat
membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik. Juga dapat sebagai
atau topikal.
Hasil evaluasi tanggal 25, 26, dan 27 Juni 2013 jam 13.00 WIB
sedikit sesak, batuk tidak ada, dan data objektifnya batuk dapat mengeluarkan
mandiri. Tn. P telah mampu mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan,
kepada perawat ruangan agar tetap memantau kondisi Tn. P sampai kondisi
frekuensi nafas lebih dari 24 x/menit, frekuensi nadi lebih dari 95 x/menit,
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
sebab keletihan Tn. P, anjurkan Tn. P untuk tidur, istirahat, ajarkan aktivitas
mandiri mulai dari ringan, observasi RR, sebelum dan sesudah aktivitas.
Evaluasi tanggal 25, 26, dan 27 Juni 2013 jam 13.00 WIB masalah
dapat beraktivitas kembali secara mandiri, tetapi sedikit sesak. objektif Tn. P
terlihat tidak lemas dan tidak ada perubahan TTV, terutama pernafasan
kepada keluarga Tn. P dan perawat ruangan agar tetap memantau kondisi Tn.
PENUTUP
Pada akhir penulisan laporan kasus ini, penulis dapat menarik suatu
kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya. Selain itu penulis juga memberikan
rekomendasi atau saran yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
A. Kesimpulan
jalan nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau
spasme otot polos bronchial. Asma juga diartikan sebagai gangguan pada
masalah teratasi sebagian dan diagnosa kedua masalah teratasi, dan telah
dokter.
B. Saran
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosa Keperawatan (2006) alih bahasa Yasmin
Asih. Jakarta. EGC
Sundaru, Heru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Cetakan Kedua. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Rab, Tabani. 2000. Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Pertama. Jakarta : Hipokrates