Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016

(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

TELAAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DAN SINTAKSNYA


SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ‘OIDDE’
STUDY OF INSTRUCTIONAL MODELS AND SYNTAX AS AN EFFORT FOR
DEVELOPING ‘OIDDE’ INSTRUCTIONAL MODEL

Atok Miftachul Hudha1,2), Mohamad Amin3), Sutiman Bambang S.,4), Sa’dun Akbar5)
1)Doctoral Program of Biology Education, State University of Malang, Jalan Semarang 5
Malang,
2)Biology Education Department, Faculty of Teacher Training and Education University of
Muhammadiyah Malang Jalan Raya Tlogomas 246 Malang,
HP: 081334526279/081333191718; atok_emha@yahoo.com
3)Biology Department, State University of Malang, Jalan Semarang 5 Malang,
HP: 082142262999; rizalamin98@yahoo.co.id
4)Biology Department, Brawijaya University, Jalan Veteran Malang
HP:08123306857; sutiman@ub.ac.id
5)Department of Education , State University of Malang, Jalan Semarang 5 Malang,
HP: 08155519223; mbahdun2011@gmail.com

ABSTRAK
Abad 21 menuntut tersedianya sumberdaya manusia yang memiliki tujuh keterampilan atau kompetensi
(Maftuh, 2016), yaitu: 1) berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah, 2) kreatif dan inovatif, 3)
berperilaku etis, 4) luwes dan cepat beradaptasi, 5) kompetensi dalam ICT dan literasi, 6) kemampuan
interpersonal dan kolaboratif, 7) keterampilan sosial dan interaksi lintas budaya. Salah satu kompetensi
sumber daya manusia abad 21 yaitu berperilaku etis harus dibentuk dan dibangun melalui pembelajaran
yang memuat kajian etika, sebab perilaku etis tidak dapat diciptakan dan dimiliki begitu saja oleh
manusia, namun harus berproses melalui pemecahkan masalah khususnya pemecahan dilema etis atas
problema etis atau problematika etika.
Permasalahan mendasar agar kompetensi berperilaku etis dapat dicapai melalui pembelajaran adalah
belum ditemukannya model pembelajaran yang tepat oleh guru untuk mengimplementasikan
pembelajaran yang berhubungan dengan nilai-nilai etis sebagaimana diharapkan dalam pendidikan
karakter (Hudha, dkk, 2014a, 2014b, 2014c). Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran yang layak
(valid), praktis dan efektif agar pembelajaran etika untuk membentuk sumber daya manusia berperilaku
etis dapat terpenuhi.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan telaah (analisis) dan modifikasi terhadap langkah-langkah
pembelajaran (sintaks) model pembelajaran yang ada, sehingga diperoleh model pembelajaran hasil
pengembangan sintaks. Salah satu model pembelajaran yang layak, praktis dan efektif dimaksud adalah
model pembelajaran hasil analisis dan modifikasi sintaks model pembelajaran sosial, sintaks model
pembelajaran sistem-sistem perilaku (Joyce dan Weil, 1980, Joyce, at al, 2009)serta sintaks model
pembelajaran Tri Prakoro (Akbar, 2013). Adapun hasil modifikasi sintaks menghasilkan model
pembelajaran ‘OIDDE’, merupakan akronim dari orientation, identify, discussion, decision, and engage
in behavior.

Kata kunci: Etika, Model Pembelajaran OIDDE, Model Pembelajaran Sistem-sisten Perilaku, Model
Pembelajaran Sosial, Model Pembelajaran Triprakoro, Sintaks

ABSTRACT
The 21st century requires the availability of human resources with seven skills or competence (Maftuh,
2016), namely: 1) critical thinking and problem solving skills, 2) creative and innovative, 3) behave
ethically, 4) flexible and quick to adapt, 5) competence in ICT and literacy, 6) interpersonal and
collaborative capabilities, 7) social skills and cross-cultural interaction. One of the competence of human
resources of the 21st century are behaving ethically should be established and developed through
learning that includes the study of ethics because ethical behavior can not be created and owned as it is
by human, but must proceed through solving problem, especially ethical dilemma solving on the ethical
problems atau problematics of ethics.

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 109


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

The fundamental problem, in order to ethical behavior competence can be achieved through learning, is
the right model of learning is not found yet by teachers to implement the learning associated with ethical
values as expected in character education (Hudha, et al, 2014a, 2014b, 2014c). Therefore, it needs a
decent learning model (valid), practical and effective so that ethics learning, to establish a human
resources behave ethically, can be met.
Thus, it is necessary to study (to analyze) and modificate the steps of learning (syntax) existing learning
model, in order to obtain the results of the development model of learning syntax. One model of learning
that is feasible, practical, and effective question is the learning model on the analysis and modification of
syntax model of social learning, syntax learning model systems behavior (Joyce and Weil, 1980, Joyce, et
al, 2009) as well as syntax learning model Tri Prakoro (Akbar, 2013). The modified syntax generate
learning model 'OIDDE' which is an acronym of orientation, identify, discussion, decision, and engage in
behavior.

Keywords: Ethics, OIDDE Learning Model, Model Behavior Learning System-consistent, Social
Learning Model, Model Learning Triprakoro, Syntax

Kemajuan abad 21 ditandai dengan Begitu pentingnya fungsi


perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan sebagai satu-satunya wadah
teknologi (IPTEK) baik teknologi yang tepat untuk menciptakan
informasi, otomasi, komputer seumberdaya manusia bermutu tinggi,
(Tamimuddin, 2013), komunikasi maka mendorong semua pihak untuk
danbiologi modern atau bioteknologi. mengupayakan kualitas pendidikan yang
Kemajuan IPTEK abad 21 tersebut bermutu dan salah satunya dengan
langsung maupun tidak membawa melaksanakan pembelajaran yang baik,
pengaruh pada berbagai pola kehidupan berkualitas dan profesional. Pembelajaran
manusia, sehingga menuntut dimilikinya yang baik, berkualitas dan profesional
berbagai keterampilan atau kompetensi yang dilakukan oleh guru diantaranya
hidup untuk dapat menjawab tuntutan abad ditentukan oleh penerapan model
21.Kompetensi hidup abad 21 pembelajaran yang layak, praktis dan
sebagaimana dipaparkan oleh Moylan efektif.
(2008), Rotherdam & Willingham Model pembelajaran yang layak
(2009),dan Maftuh (2016), menunjukkan praktis dan efektif tentu sangat diharapkan
adanya tuntutan profesionalisme pada oleh banyak guru untuk diimplementasikan
sumberdaya manusia. dalam pembelajaran, khususnya
Sumberdaya manusia yang pembelajaran mata pelajaran atau mata
profesional adalah sumberdaya manusia kuliah yang memuat etika sebagai bagian
yang mempunyai mutu tinggi dan memiliki kajian materi pembelajaran. Hal ini sesuai
kemampuan komparatif, inovatif, dengan Hudha, dkk (2014a, 2014b, 2014c),
kompetitif, dan mampu berkolaboratif, bahwa tidak semua model pembelajaran
sehingga lebih mudah menyerap informasi dapat dipilih guru untuk implementasi
baru dan mempunyai kemampuan handal pembelajaran pada mata pelajaran yang
dalam beradaptasi menghadapi perubahan diajarkan, khususnya mata pelajaran MIPA
zaman yang semakin cepat. Dan untuk berkarakter. Lebih lanjut Hudha, dkk
menjawab tuntutan yang demikian ini (2014a) mengatakan, bahwa adanya
menurut Trisdiono (2013) dapat dilakukan indikator karakter yang memuat nilai-nilai
melalui pendidikan, sebab pendidikan etis tidak dapat diterapkan dalam
merupakan satu-satunya wadah yang tepat pembelajaran oleh guru mata pelajaran
untuk menciptakan sumberdaya manusia IPA di SMP, sehingga indikator karakter
bermutu tinggi. Bahkan menurut Sugiyono, tersebut hanya tertuang di rencana
dkk (2014) pendidikan sangat berkaitan pembelajaran (RPP) hal ini disebabkan
erat dengan pembentukan mental yang guru mata pelajaran MIPA kesulitan
berkarakter kuat. memilih model pembelajaran yang tepat,

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 110


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

layak, praktis dan efektif untuk bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
pembelajaran nilai-nilai etika (nlai-nilai serda sumberdaya manusia merupakan
etis) melalui mata pelajaran IPA. faktor penentu keberhasilan suatu bangsa
Pembelajaran IPA berkarakter melakukan daya saing.
maupun pembelajaran mata kuliah Banyaknya dilema etis dalam
bermuatan etika adalah proses pendidikan kehidupan global abad 21 turut mendorong
holistik karena tidak saja untuk tujuan betapa pendidikan etika perlu dihadirkan
pembentukan kecerdasan, tetapi juga dalam pembelajaran. Sebagaimana
bertujuan untuk membentuk tingkah laku dikemukakan oleh Reich (1995), bahwa
yang cerdas, membentuk moral dan watak salah satu aspek kehidupan manusia yang
atas nilai-nilai budaya yang luhur dewasa ini sangat erat kaitannya dengan
(Nugroho, 2012, Gunadi 2013). munculnya berbagai dilema etis untuk
Sebagaimana Barnabib (1996) dalam dipecahkan adalah problematika etik pada
Sugiyono (2014), bahwa terbentuknya berbagai bidang kdhidupan manusia, yaitu
watak, kepribadian, dan kualitas manusia bidang kesehatan (medis dan
yang lain tidak dapat dilepaskan dari keperawatana), lingkungan dan klinis.
kecerdasan tingkah laku seseorang. Itulah Demikian juga menurut Macer (2008),
sebabnya mengapa Maftuh (2016) Webster’s New World College Dictionary
menyatakan bahwa kompetensi berperilaku (2010), Sachrowardi dan Basbeth (2013)
etis menjadi kompetensi sumberdaya dan Theiman dan Palladino (2013), bahwa
manusia abad 21. Berperilaku etis tidak masalah etika kehidupan atau etika biologi
dapat diciptakan dan dimiliki begitu saja (bioetika) sebagai studi tentang masalah
oleh manusia, namun harus berproses etika yang diterapkan dalam ilmu-ilmu
melalui pemecahkan masalah kehidupan (life sciences) dan pengambilan
khususnyapemecahan dilema etis atas keputusan yang terkait dengan penggunaan
problema etisatau problematika etika organisme yang timbul dari kemajuan
melalui pembelajaran etika atau sains berhubungan erat dengan implikasi
pembelajaran yang dimuati etika. dari penelitian biologi dan aplikasi
Pendidikan etika penting bioteknologi khususnya yang berkaitan
dihadirkan dalam pembelajaran, sebab dengan ilmu kedokteran menjadi bagian
banyak persoalan etika yang menjadi penting dalam pembelajaran dewasa ini.
penyebab terpuruknya karakter bangsa, Terkait dengan pendidikan etika di
bahkan bangsa yang memiliki karakter Indonesia, upaya pembelajarannya
(watk) kuat terbukti unggul dan mampu dilakukan dengan menerapkan kebijakan
menjadikan dirinya sebagai bangsa pendidikan karakter. Namun demikian
bermartabat, berdaya saing dan perkembangan kajian etika dalam
diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di pembelajaran belum banyak dikaji dan
dunia. disinggung. Bioetika misalnya, sebagai
Kisah masyarakat Madaniah yang suatu disiplin ilmu belum banyak dipahami
hidup di jaman Nabi Muhammad SAW dan dikaji, padahal berbagai dilema etis
adalah contoh bukti masyarakat yang yang muncul dalam kehidupan manusia
menjunjung tinggi karakter dan etika, modern (yang hidup di abad global
khususnya karakter dan etika Islam, sekarang ini) berhadapan dengan banyak
sehingga kejayaan masyarakat Madaniah persoalan dilema etis atas problematika
(di Madinah) menjadi barometer etika. Misalnya etika kedokteran, etika
keunggulan kehidupan masyarakat Islam keperawatan, etika lingkungan, etika
yang sempurna. Jika hal ini dikaitkan hewan coba, etika pemberian kesejahteraan
dengan perkembangan global, maka sesuai hewan, dan lain sebagainya.Etika masih
dengan pendapat Trilling & Hood (1999) fokus dalamkajian filsafat belum banyak
maupun Wen (2003) yang menyatakan, bergerak dalam kajian implementatif

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 111


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

faktual kehidupan masyarakat al, 2009) serta sintaks model pembelajaran


sebagaimana yang dicontohkan. Hal ini Tri Prakoro (Akbar, 2013) dapat
diperkuat dengan pendapat Hudha (2015), dimodifikasi dan dikolaborasi untuk
bahwa kajian bioetika di kalangan dikembangkan menjadi model
mahasiswa calon guru biologi belum pembelajaran, yang selanjutnya disebut
banyak diketahui, namun ada harapan model pembelajaran OIDDE, sebagai
bahwa sebagaian besar mahasiswa akronim dari Orientation, Identify,
menyatakan pentingnya bioetika dan dapat Discussion, Decision, and Engage in
disajikan secara terintegrasi dengan mata Behavior.
kuliah biologi lainnya.
Pembelajaran etika biologi atau KAJIAN PUSTAKA
bioetika adalah pembelajaran yang
diarahkan untuk mengkaji dilema etis 1. Abad 21 dan Pentingnya
atasproblematika etika biologi yang Pembelajaran Etika
berhubungan dengan kehidupan manusia. Abad 21 dalam pandangan
Problematika etika semakin nyata dalam berbagai ahli digambarkan sebagai abad
biologi dengan dihasilkannya produk- yang penuh dengan tuntutan kecakapan
produk bioteknologi modern yang hidup yang harus dicapai sebagai
bersinggungan dengan masalah kehidupan keterampilan untuk menjawab
manusia. Perilaku manusia dalam kelangsungan hidup tercapai di abad 21.
pengelolaan pasien, merawat pasein, Maftuh (2016) menyebutkan ada tujuh
memperlakukan hewan coba, kesejahteraan kompetensi hidupyang harus dimiliki oleh
hewan (animal walfare), pengelolaan sumberdaya manusia di abad 21, yaitu: 1)
manusia terhadap lingkungan alam dan berpikir kritis dan kemampuan
perkembangan produk bioteknologi memecahkan masalah, 2) kreatif dan
modern seperti cloning, stem cell dan inovatif, 3) berperilaku etis, 4) luwes dan
berbagai produk rekayasa genetika adalah cepat beradaptasi, 5) kompetensi dalam
perilaku dan kemajuan ilmu pengetahuan ICT dan literasi, 6) kemampuan
yang beresiko menghasilkan dilema etis.. interpersonal dan kolaboratif, 7)
Menyadari pentingnya bioetika keterampilan sosial dan interaksi lintas
menjadi kajian interdisipliner untuk budaya.
membelajarkan nilai-nilai moral dan etika, Berpikir kritis dan kemampuan
maka perlu dilakukan pembelajaran memecahkan masalah adalah kecakapan
bioetika pada semua jenjang pendidikan hidup yang harus dimiliki oleh sumberdaya
melalui model pembelajaran yang manusia, tak terkecuali para peserta didik
dinyatakan Nieeven (1999) harus layak (Pitadjeng, 2008, Pratiwi, 2010, Suryadi,
(valid), praktis dan efektif. Model 2013 dan Mayasari dan Adawiyah, 2015).
pembelajaran yang layak (valid), praktis Hal ini disebabkan persoalan hidup abad
dan efektif dimaksud mampu diaplikasikan 21 semakin berat dan penuh dengan
pada pembelajaran yang mengkaji masalah permasalahan yang harus mampu dipecah
dilema etis atas problematika etis. oleh setiap sumber daya manusia. Hidup di
Berbagai sintaks dari banyak model abad 21 harus mampu menunjukkan
pembelajaran dapat ditelaah untuk perilaku etis (berperilaku etis), sebab
dimodifikasi dan dikolaborasikan guna banyak dilema etis yang dihadapi atas
pengembangan model pembelajaran yang munculnya berbagai problematika etis.
mengajarkan bioetika. Penulis telah Sebagai contoh, bagaimana berperilaku
membaca dan menelaah, bahwa dalam pemenuhan kebutuhan hidup dengan
sintaksmodel pembelajaran sosial dan menunjukan sikap peduli terhadap
sintaks model pembelajaran system-sistem lingkungan, apakah dalam memenuhi
perilaku (Joyce and Weil, 1978; Joyce, al hidup kita mengeksploitasi lingkungan

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 112


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

alam tanpa peduli terhadap pengelolaan Menyadari pentingnya pendidikan


dan pemeliharaan demi kelangsungan harus diimplementasikan melalui proses
hidup generasi mendatang? Jawaban ya belajar dan pembelajaran, maka sangat
dan tidak adalah persoalan dilema etis tepat pendapat Nichols (2013), bahwa
yang harus diambil dan dipecahkan atas proses belajar dan pembelajaran di abad 21
problematika etika lingkungan yang harus memperhatikan 4 (empat) kaidah
dihadapi. Disinilah ditunjukkan betapa esensial pembelajaran abad 21 (4 essential
persoalan etika sangat penting dalam rules of 21st century learning), yaitu: 1)
kehidupan abad 21 yang harus dipelajari Pengajaran berpusat pada peserta didik
dengan penuh kreatif, inovatif, luwes dan (Instruction should be student-centered);
diterapkan secara adaptif di abad 21 2) Pembelajaran harus bersifat kolaboratif
dengan memanfaatkan teknologi informasi (Education should be collaborative); 3)
dan komputasi yang didukung oleh Belajar harus kontekstual (Learning should
kemampuan literasi serta kemampuan have context);4) Sekolah harus terintegrasi
interpersolan yang dikembangkan secara dengan masyarakat (Schools should be
kolaboratif dengan mengandalkan integrated with society).
keterampilan sosial yang selalu Mengintegrasikan pendapat Maftuh
diimplementasikan dengan memperhatikan (2014) tentang pentingnya kemampuan
pola interaksi pada pendekatan budaya pemecahan masalah dan berperilaku etis
yang santun. pada setiap sumberdaya manusia serta
Begitu pentingnya kompetensi bagaimana 4 (empat) kaidah pembelajaran
hidup abad 21 (Maftuh, 2014) harus abad 21 menurut Nichols (2013)
dimiliki oleh setiap sumber daya manusia, diimplementasikan, maka sangat tepat jika
khususnya para peserta didik, maka bentuk pembelajaran yang dikembangkan
langkah tepat adalah dibentuk melalui adalah pembelajaran yang memuat
pendidikan. Sebagaimana Undang-undang kompetensi etika secara kolaboratif dan
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas integrative pada setiap mata pelajaran
menyebutkan, bahwa Pendidikan adalah maupun mata kuliah. Hal ni didasarkan,
usaha sadar dan terencana untuk bahwa etika adalah faktor prioritas yang
mewujudkan suasana belajar dan proses harus mendapat perhatian berbagai pihak,
pembelajaran agar peserta didik secara sebab tanpa memperhatikan bagaimana
aktif mengembangkan potensi dirinya etika diterapkan sangat mustahil
untuk memiliki kekuatan spiritual kompetensi kemampuan memecahkan
keagamaan, pengendalian diri, masalah, berpikir kritis dan inovatif,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, berperilaku etis, dan lainnya dapat dimiliki
serta keterampilan yang diperlukan oleh sumberdaya manusia, khususnya
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. peserta didik. Rotherdam & Willingham
Berdasarkan definisi pendidikan (2009) mencatat bahwa kesuksesan
dimaksud, maka setidaknya terkandung 3 seorang siswa tergantung pada bagaimana
(tiga) pokok pikiran utama,, yaitu: (1) kecakapan abad 21 dimilikinya. Hal
usaha sadar dan terencana; (2) tersebut dapat terwujud jika belajar dan
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran etika benar-benar diterapkan
pembelajaran agar peserta didik aktif dan diimplementasikan dalam
mengembangkan potensi dirinya; dan (3) pembelajaran di setiap mata pelajaran
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, maupun mata kuliah yang disajikan.
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, Menyikapi fenomena demikian,
akhlak mulia, serta keterampilan yang makasekolah maupun lembaga pendidikan
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan tinggi harus melakukan penataan
negara. penyelenggaraan pendidikan dengan
turutmendesain etika sebagai muatan

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 113


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

dalam setiap pembelajaran.Mendesain Adapun rincian uraian masing-


etika sebagai muatan dalam pembelajaran masing model pembelajaran dimaksud
dimaksudkan untuk tercapainya sebagai mana penjelasan berikut:
kompetensi kecakapan hidup abad 21, a. Model Pembelajaran Sosial
khususnya kemampuan berperilaku etis Model pembelajaran sosial
dan menurut Yuliana (2000) hal ini dapat dinyatakan oleh Joyce dan Weil (1978) dan
dilakukan denganmelalui revitalisasi Joyce, at al (2009) adalah kelompok model
pembelajaran karakter. Revitalisasi pembelajaran yang menekankan pada
pembelajaran karakter yang dimaksud tabiat sosial manusia, mempelajari tingkah
Yuliana (2000) adalah melakukan proses laku sosial, serta mempertinggi hasil
dan tindakan penanaman nilai-nilai etika capaian pembelajaran akademik melalui
kepada peserta didik baik melalui kajian pembelajaran yang berorientasi pada
estetika maupun kajian etika. kerjasama akademik, mempersiapkan
Kajian estetika mengacu pada hal- peserta didik menjadi warga negara yang
hal tentang dan justifikasi terhadap apa baik, serta membentuk kehidupan sosial
yang dipandang manusia sebagai ‘indah’, yang memuaskan, berdebat, berdiskusi.
apa yang mereka senangi, sedangkan etika Model pembelajaran sosial menurut
mengacu pada hal-hal tentang dan Joyce, at al (2009) terbagi menjadi empat
justifikasi terhadap tingkah laku yang model pembelajaran, yaitu: 1) Model Mitra
pantas berdasarkan standar-standar yang Belajar (Partners in Learning); 2) Model
berlaku dalam masyarakat, baik yang Investigasi Kelompok (Group
bersumber dari agama, adat istiadat, nilai, Investigation); 3) Model Bermain Peran
norma dan sebagainya, dan standar-standar (Role Playing); dan 4) Model Penelitian
itu adalah nilai-nilai moral atau akhlak Hukum (Jurisprudential Inquiry). Guna
tentang tindakan mana yang baik dan mana kepentingan pengembangan model
yang buruk (Yuliana, 2000). Untuk itu pembelajaran, maka yang dimodel
prioritas pembelajaran etika di abad 21 pembelajaran yang ditelah hanya 3 (tiga)
harus diupayakan secarakolaboratif, model, yaitu model pembelajaran
holistik dan integratif dengan berbagai investigasi kelompok (group
mata pelajaran maupun mata kuliah yang investigation), model pembelajaran
ada yang didukung oleh model bermain peran (role playing), dan model
pembelajaran yang layak, praktis dan pembelajaran hukum (Jurisprudential
efektif. Inquiry). Adapun masing-masing model
pembelajaran dimaksud memiliki langkah-
2. Model Pembelajaran dan Sintaksnya langkah pembelajaran (sintaks)
Model pembelajaran yang ditelaah sebagaimana tabel 1.
untuk menghasilkan pengembangan model b. Model Pembelajaran Sistem-sistem
pembelajaran adalah model pembelajaran Perilaku
sosial dan sistem perilaku menurut Joyce Model Pembelajaran sistem-
dan Weil (1978), Joyce, at al (2009), serta sistemperilaku (behavior system models)
model pembelajaran tri prakoro (Akbar, adalah model pembelajaran yang
2013). Ketiga model pembelajaran tersebut menekankan pada perubahan perilaku
dipandang sesuai untuk di telaah guna melalui pembentukan sikap optimis dan
pengembangan model pembelajaran etika perilaku positif dalam belajar. Model
dengan pertimbangan bahwa sintaks pembelajaran ini lebih didasarkan hasil
pembelajaran yang dimiliki layak untuk experimenclassical conditioning(kondisi
dikembangkan dalam pembelajaran klasik)yang dilakukan Pavlov maupun
pemecahan masalah etis. Thorndike 1911 dan, 1913 mengenai
reward dalam pembelajaran serta
penelitian Watson & Rayner (1920) yang

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 114


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

menerapkan prinsip Pavlovnian mengenai nilai (understanding, action, dan


kekacauan psikologi yang dialami refleksion) dalam satu pengalaman belajar.
manusia. Model pembelajaran Triprakoro bersifat
Model pembelajaran sistem holistik (utuh), comprehensive
perilaku menurut Joyce, at al (2009) terdiri (menyeluruh), dan integrative (terpadu)
dari tiga macam model pembelajaran, karena mengintegrasikan seluruh unsur
yaitu: 1) Model Belajar Menguasai karaker dan prinsip internalisasi nilai.
(Mastery Learning Model); 2)Model Sebagaimana dinyatakan oleh
Instruksi Langsung (Direct Instruction Akbar (2013), bahwa model pembelajaran
Model); 3)Model Belajar Simulasi Triparakoro bertujuan untuk
(Simulation Model). membelajarkan nilai kehidupan, misalnya
c. Model Pembelajaran Tri Prakoro kepatuhan, kerjasama, penghargaan,
Model pembelajaran Tri Prakoro, kesehatan, kesetiakawanan, dan lainnya.
sebagaimana dinyatakan oleh Akbar Paparan tahapan langkah-langkah
(2013) merupakan model pembelajaran pembelajaran (sintaks) dari ke tiga model
yang mengintegrasikan tiga unsur karakter pembelajaran diuraikan pada tabel 1.
(ngerti, ngroso,nglakoni) dan
mengintegrasikan tiga prinsip internalisasi
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Sosial, Sintaks ModelPembelajaran Sistem-sistem Perilaku dan
Sintaks ModelPembelajaran Triprakoro
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Sosial Terpilih Sistem-Sistem Perilaku Model
Terpilih Pembelajaran
Investigasi Jurispudential Instruksi Triprakoro
Role Playing Simulasi
Kelompok Inquiry Langsung
Tahap I: Tahap I: Tahap I: Tahap I: Tahap I: Tahap I:
Mengorganisasi-kan Mengarahkan Memanaskan Orientasi Orientasi Klarifikasi nilai
kelompok-kelompok siswa pada kasus Suasana Tahap II: Tahap II: Tahap II:
kooperatif dan Tahap II: Kelompok Presentasi Latihan Pelibatan pebelajar
mengidentifikasi topik Mengidentifikasi Tahap II: Tahap III: partisipasi dalam pengalaman
Tahap II: isu Memilih Praktik yang Tahap III: belajar pada situasi
Perencanaan Tahap III: Partisipan terstruktur Pelaksanaan berlawanan dari
kelompok Memilih posisi Tahap III: Tahap IV: simulasi nilai yang
Tahap III: Tahap IV: Mengatur Praktik di Tahap IV: diinternalisasikan
Mengimplementasikan Mengeksplorasi Setting bawah Wawancara Tahap III:
penyelidikan sikap atau Tahap IV: bimbingan partisipan Refleksi
(investigasi) pendirian serta Mempersiapkan guru Tahap IV:
Tahap IV: bentuk Pengamat Tahap V: Berpikir
Menganalisis hasil argumentasi Tahap V: Praktik memecahkan
penyelidik-an dan Tahap V: Pemeranan Mandiri masalah yang
menyiap-kan laporan Menegaskan dan Tahap VI: muncul
Tahap V: mengkualifikasi Berdiskusi dan Tahap V:
Mempresentasi-kan posisi Mengevaluasi Pelibatan pebelajar
hasil penyelidikan Tahap VI: Tahap VII: dalam pengalaman
Menguji Asumsi Memerankan belajar pada situasi
Faktual di Balik Peran Kembali yang sesuai dengan
Posisi yang Tahap VIII: nilai dan karakter
sudah qualified Berdiskusi dan yang
Evaluasi diinternalisasi-kan.
Tahap IX: Tahap VI:
Berbagi dan Refleksi
Menggeneralisasi Tahap VII:
Pengalaman Penguatan dan
pesan moral
Sumber: Joyce, at al. (2009) dan Akbar (2013)

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 115


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan telaah kepustakaan


hampir semua model pembelajaran yang
Sebagaimana telah dijelaskan, digunakan untuk menjawab persoalan
bahwa kehidupan abad 21 adalah pemecahan masalah pembelajaran maupun
kehidupan yang penuh dengan implementasi pendidikan karakter
problematika yang harus dijawab dengan bersandar pada model pembelajaran yang
dimiliki dan dikuasainya keterampilan atau telah dikembangkan oleh para ahli
kompetensi hidup abad 21 khususnya sebelumnya. Untuk itu pengembangan
kompetensi kemampuan memecahkan model pembelajaran adalah menjawab
masalah dan berperilaku etis. Kedua perlunya model pembelajaran alternative
kompetensi ini telah diupayakan yang layak (valid), praktis dan efektif
pengembangan dan pembentukannya di untuk pembelajaran yang berhubungan
sekolah dan perguruan tinggi melalui dengan pembelajaran etika.
implementasi pembelajaran berbasis Adapun hasil telaah model
masalah maupun pendidikan karakter pembelajaran dan sintaksnya untuk
(Pitadjeng, 2008; Pratiwi, 2010; Nugroho, modifikasi pengembangan model
2012; Suryadi, 2013; Mayasari dan pembelajaran etika yang telah dilakukan
Adawiyah, 2015; Gunadi, 2013). sebagaimana tabel 2.

Tabel 2. Pengambilan Sintaks Terpilih Untuk Pengembangan Model Pembelajaran (Cetak miring)
Investigasi Kelompok Jurispudential Inquiry Role Playing
1. Mengorganisasikan kelompok- 1. Mengarahkan siswa pada 1. Memanaskan Suasana
kelompok kooperatif dan kasus Kelompok
mengidentifikasi topik 2. Mengidentifikasi isu 2. Memilih partisipan
2. Perencanaan kelompok 3. Menentukan sikap 3. Mengatur setting
3. Mengimplementasikan (Memposisikan diri): 4. Mempersiapkan peneliti
penyelidikan (investigasi) 4. Mengeksplorasi sikap atau 5. Pemeranan
4. Menganalisis hasil pendirian serta bentuk 6. Diskusi dan evaluasi
penyelidikan dan menyiapkan argumentasi 7. Memerankan kembali:
laporan 5. Menegaskan/memperhalus dan 8. Diskusi dan Evaluasi
5. Mempresentasikan hasil mengkualifikasi posisi: 9. Berbagi dan menggeneralisasi
penyelidikan 6. Menguji Asumsi-asumsi pengalaman:
Faktual di Balik Posisi yang
sudah memenuhi kualifikasi:
Instruksi Langsung Simulasi Tripakoro
1. Orientasi 1. Orientasi 1. Klarifikasi nilai
2. Presentasi 2. Latihan partisipasi 2. Pelibatan siswa (pebelajar)
3. Praktik yang terstruktur 3. Pelaksanaan simulasi dalam pengalaman belajar pada
4. Praktik di bawah bimbingan 4. Wawancara partisipan situasi berlawanan dari nilai
guru yang diinternalisasikan
5. Praktik Mandiri 3. Refleksi
4. Berpikir memecahkan masalah
yang muncul
5. Pelibatan pebelajar dalam
pengalaman belajar pada situasi
yang sesuai dengan nilai dan
karakter yang diinternali-
sasikan.
6. Refleksi
7. Penguatan dan pesan moral
(Sumber: Hasil Pengembangan Penulis, 2015)

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 116


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

Dari tabel 2 di atas selanjutnya untuk model pembelajaran terpilih.


dilakukan modifikasi sintaks dari model Adapun model pembelajaran terpilih hasil
pembelajran terpilih (investigasi modifikasi sintaksmenghasilkan model
kelompok, jurisprudential inquiry, role pembelajaran OIDDE sebagaimana
playing, instruksi langsung, simulasi, dan diuraikan pada tabel 3.
tri prakoro) yang menghasilkan sintkas
Tabel 3. Hasil Modifikasi Sintaks dan Model Pembelajaran Terpilih (Model Pembelajaran OIDDE)
Model Pembelajaran Sintaks Terpilih Hasil
Investigasi Kelompok 1. Mengorganisasikan kelompok-
kelompok kooperatif dan
mengidentifikasi topik
2. Perencanaan kelompok
3. Menganalisis hasil
penyelidikan dan menyiapkan
laporan
4. Mempresentasikan hasil
penyelidikan
Jurisprudential Inquiry 1. Mengarahkan siswa pada
kasus ORIENTASI (Orientation)
2. Mengidentifikasi isu
3. Mengeksplorasi sikap atau
pendirian serta bentuk IDENTIFIKASI (Identify)
argumentasi
Role Playing 1. Memanaskan Suasana
Kelompok DISKUSI (Discussion)
2. Pemeranan
3. Diskusi dan evaluasi
Instruksi Langsung 1. Orientasi PEMECAHAN MASALAH
2. Presentasi (Decision)
Simulasi Orientasi
Tri Prakoro 1. Klarifikasi nilai
2. Pelibatan siswa (pebelajar) dalam TERLIBAT DALAM
pengalaman belajarr pada situasi PERILAKU (Engage in
berlawanan dari nilai yang behavior)
diinternalisasikan
3. Refleksi
4. Berpikir memecahkan masalah
yang muncul
5. Pelibatan pebelajar dalam
pengalaman belajar pada situasi
yang sesuai dengan nilai dan
karakter yang diinternalisasikan.
6. Refleksi
7. Penguatan dan pesan moral
(Sumber: Hasil Pengembangan Penulis, 2015)

Tabel 3 menggambarkan Engage in behavior (Terlibat dalam


modifikasi sintaks model pembelajaran perilaku).
terpilih yang memiliki nama model Langkah mengkolaborasi dan
pembelajaran OIDDE. OIDDE merupakan memodifikasi sintaks sebagaimana tabel 3
akronim dari Orientation (Orientasi), merupakan upaya untuk memenuhi usaha
Identify (Identifikasi), Discussion pengembangan model pembelajaran yang
(Diskusi), Decision layak (valid), praktis dan efesien guna
(Keputusan/Pengambilan Keputusan) dan, pembelajaran etika, termasuk pembelajaran
etika biologi (bioetika) guna menjawab

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 117


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

kebutuhan kecakapan hidup di abad 21 memecahkan masalah dan berperilaku etis


sebagaimana dinyatakan Maftuh (2014). (ethical behavior).
Hasil modifikasi sintaks yang
menghasilkan model pembelajaran OIDDE Tahapan Langkah-langkah
menjadi salah satu alternatif dan jawaban Pembelajaran (Sintaks) Model
untuk melaksanakan pembelajaran etika Pembelajaran OIDDE
dan pembelajaran abad 21 sebagaimana Model pembelajaran OIDDE sebagai
dinyatakan Nichols (2012). Model model pembelajaran hasil kolaborasi dan
pembelajaran OIDDE diharapkan menjadi modifikasi sintaks model pembelajaran
model pembelajaran yang layak (valid), sosial dan perilaku Joyce and Weil (1978)
efektif dan praktis untuk menjawab Joyce, at al (2009) dan pembelajaran Tri
kebutuhan pembelajaran yang mengangkat Prakoro (Akbar, 2013) meliliki tahapan
persoalan moral dan etika sebagaimana langkah-langkah (sintaks) model
tuntutan kompetensi abad 21 yang pembelajaran OIDDE sebagaimana Tabel
menuntut manusia memiliki kemampuan 4.

Tabel 4. Tahapan Langkah-langkah (Sintaks) Model Pembelajaran OIDDE


Tahapan/Fase Kegiatan Pendidik (Guru/Dosen) Kegiatan Peserta Didik
Fase 1: Orientasi a. Menyiapkan dan mengarahkan peserta a. Menyiapkan dan mengarahkan
(Orientation) didik untuk belajar mengenai materi dirinya untuk belajar mengenai
atau pokok permasalahan yang akan materi yang diajarkan oleh
dipelajari. pendidik (berkaitan dengan pokok
b. Menugaskan peserta didik secara permasalahan yang akan
individu untuk menuliskan temuan dipelajari).
persoalan dilema yang ditemukan b. Menerima materi pembelajaran dari
(misal: dilema etis) atas problematika pendidik dengan mendengarkan,
(etis) darimbelajar materi yang mencermati dan mencatat dengan
disampaikan. seksama.
c. Menyajikan materi yang telah c. Menuliskan persoalan dilematis
ditentukan dan memberikan penguatan atas problematika yang ditemukan
orientasi oleh peserta didik melalui dari materi yang disajikan
penyampaian cerita dilematis atas pendidik.
problematika kehidupan, atau
penyampaian narasi sejarah suatu
problematika atau menayangkan film
dokumenter yang berkaitan masalah
dilematis sesuai dengan pokok
permasalahan yang dipelajari atau
presentasi problematika berkaitan
dengan pokok materi yang berasal dari
peserta didik sendiri.
Fase 2: a. Membagi peserta didik dalam kelompok a. Membagi diri dalam kelompok
Identifikasi kecil (4-5 orang) secara heterogen. kecil (4-5 orang) sesuai arahan
(Identify) b. Menugaskan peserta didik secara pendidik.
individu untuk mengidentifikasi hal-hal b. Secara individu melakukan
dilematis yang muncul atas identifikasi persoalan dilematis atas
problematika pada materi yang pelajari problematika yang dipelajari.
(disampaikan) sebagai bahan utama Misal: Dilema etis atas
diskusi kelompok. problematika etika
c. Mengarahkan peserta didik (pada setiap c. Bersama kelompok :
kelompok) untuk memberikan 1) memeriksa fakta-fakta dari
penjelasan tentang persoalan dilematis kasus dilematis yang dihadapi
atas problematika yang dipelajari yang (dikaji);
berhasil diidnetifikasi dan dipilih 2) membuat pertanyaan dengan
sebagai topik diskusi. (apa, mengapa, bagaimana)
d. Mempertanyakan nilai-nilai terhadap kasus dilematis yang

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 118


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

kontrakdiksi yang ditemukan dari diidentifikasi;


dilema yang diidentifikasi. 3) membuat sintesis antara fakta-
fakta dengan kasus dilematis
yang diidentifikasi;
4) memilih isu dilemaetis
prioritas sebagai bahan diskusi;
5) mengidentifikasi nilai-nilai
kontradiksi (konflik) dari isu
dilematis yang dipilih sebagai
bahan diskusi.
d. Menjelaskan isu dilematis prioritas
yang dipilih atas problematika
yang dipelajari.
Fase 3: a. Menjadi fasilitator dan mediator dalam a. Melaksanakan diskusi terhadap isu
Diskusi diskusi kelompok. dilematis prioritas atas
(Discussion) b. Mengarahkan setiap kelompok diskusi problematika yang dipelajari.
untuk melakukan diskusi membahas isu b. Setiap kelompok menetapkan
dilematis prioritas atas problematika posisi (peran) terhadap isu
yang dipelajari. dilematis atas problematika yang
c. Meminta dan memandu masing-masing dipelajari.
kelompok diskusi untuk menyampaikan c. Memberikan penjelasan alasan
atau mem-presentasikan) hasil diskusi mendasar mengapa memilih posisi
di depan kelas sekaligus tanya jawab (peran) tersebut
dengan kelompok lain. d. Menyajikan hasil diskusi
kelompok (presentasi) di depan
kelas.
e. Melakukan tanya jawab dengan
kooperatif bersama kelompok lain.
f. Menyusun hasil diskusi untuk
digunakan dasar pengambilan
keputusan.
Fase 4: a.Mengarahkan kelompok diskusi untuk a. Merencanakan proses pengambilan
Keputusan mengambil keputusan pemecahan keputusan isu dilematis atas
(Decision) maslah dilematis atas problematika problematika yang dipelajari.
yang dipelajari. b. Menetapkan keputusan isu dilematis
b. Menugaskan kelompok diskusi untuk atas problematika etika yang
menetapkan keputusan pada dari isu dipelajari didasarkan pada posisi
dilematis atas problematika yang (peran) yang ditentukan (dipilih).
dipelajari. Misal: Jika isu dilema etis Misal: Jika isu dilematis adalah isu
yang dipurtuskan, maka diharapkan dilema etis, maka keputusan yang di
keputusan yang ditetapkan adalah tetapkan adalah keputusan etik (etis)
keputusan etis (etik) berdasarkan posisi c. Menyampaikan hasil keputusan
(peran) yang ditetapkan. atas problematika yang dipelajari
c. Meminta kelompok untuk sesuai peran yang diambil.
menyampaikan hasil diskusi dan
keputusan yang telah diambil.
Fase 5: a. Mengarahkan peserta didik a. Menuliskan tindakan sebagai
Menunjukkan (Siswa/Mahasiswa) secara individu gambaran perilaku yang dilakukan
sikap/perilaku untuk berperilaku sebagaimana dari hasil keputusan yang ditetapka,
(Engage in keputusan yang ditetapkan secara b. Membuat kesimpulan atas materi
behavior) verbal (lisan) dengan menuliskan yang telah dipelajari secara
perilaku dimaksud. bersama-sama.
b. Mengarahkan peserta didik
(Siswa/Mahasiswa) untuk
menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan secara bersama-
sama
(Sumber: Hasil Pengembangan Peneliti, 2015 dan FGD 2016)

Manfaat Model Pembelajaran OIDDE

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 119


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

Model pembelajaran OIDDE identify, discussion, decision, and


diharapkan memberikan manfaat besar engage in behavior,
dalam pendidikan, khususnya menambah 2. Sistem sosial. Sistem sosial yang
dan memperkaya model pembelajaran dari dikembangkan dalam model
telah ada. Secara spesifik manfaat model pembelajaran OIDDE (orientation,
pembelajaran OIDDE adalah: 1) identify, discussion, decision, and
orientation: mahasiswa berorientasi engage in behavior) pada dasarnya
terhadap kasus terkait topik tertentu sama dengan sistem sosial pada model
melalui cerita, narasi, atau film pembelajaran kooperatif. Namun, dalam
dokumenter; 2) identify: mahasiswa melaksanakan kooperatif disini dengan
melakukan identifikasi masalah dari kasus teknik kolaboratif dan scaffolding yang
yang ditemukan selama proses orientasi; 3) bertujuan agar kontruksi pengetahuan
discussion: mahasiswa melakukan diskusi individu semakin bermakna dan
dalam kelompok kecil untuk membahas melekat di dalam otak dalam jangka
dan memecahkan kasus terpilih dari hasil panjang.
identifikasi secara etis; 4) decision; Kolaborasi lebih dari sekedar bekerja
mahasiswa mengambil keputusan etis dengan orang lain. Pebelajar bekerja
terkait hal-hal etik dari dilema etis yang pada tujuan bersama, belajar bersama,
dibahas dalam diskusi; 5) engange in terlibat dalam tugas-tugas yang
behavior; mahasiswa berperilaku etis atas bermakna dan membangun sebelum
keputusan etis yang diambil dalam belajar untuk menghasilkan ide-ide dan
keputusan etis. Berperilaku etis dapat produk. Serta, scaffolding akan
ditunjukkan melalui tindakan dan/atau menumbuhkan kreativitas pebelajar,
pernyataan lisan (verbal) yang menumbuhkan rasa tanggung jawab
menggambarkan perilaku sebenarnya. dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan, meningkatkan kemampuan
Perilaku Mengajar Agar Model Yang berpikir secara sistematis dan
Dikembangkan Dapat Dilaksanakan terorganisasi, sehingga menghasilkan
Model pembelajaran OIDDE yang karya yang terbaik, dan memiliki
dikembangkan diharapkan dapat kemampuan dalam memahami konsep
dilaksanakan dalam pembelajaran dan materi.
untuk itu diperlukan perilaku mengajar. 3. Prinsip interaksi model pembelajaran.
Adapun perilaku mengajar tertuang di Model pembelajaran OIDDE
dalam komponen-komponen dasar model (orientation, identify, discussion,
pembelajaran, yaitu: sintaks, sistem sosial, decision, and engage in behavior)
prinsip interaksi model pembelajaran, merupakan model pembelajaran yang
sistem pendukung, dampak instruksional. berpusat pada mahasiswa. Dosen
Berikut uraian dari lima komponen sebagai pendidik (pembelajar) dalam
dasar model pembelajaran dimaksud: hal ini berperan sebagai motivator,
1. Sintaks merupakan tahap-tahap kegiatan fasilitator, mediator, moderator,
dari model pembelajaran yang konsultan dan moderator sebagaimana
dikembangkan, yaitu: orientation, tertuang pada tabel 5.

Tabel 5. Peran Dosen Dalam Proses Belajar Mengajar


No Uraian Peran
1. Dosen Sebagai Memberi perhatian kepada mahasiswa, memberi materi yang sesuai dengan
Motivator situasi kontekstual, memberi semangat, memberi kepuasan kepada mahasiswa
terhadap pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga kompetensi dapat tercapai
sesuai harapan.
2. Dosen Sebagai Memfasilitasi lembar kerja mahasiswa, journal, hasil penelitian (sebagai sumber
Fasilitator belajar), dan waktu.

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 120


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

3. Dosen Sebagai Menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan mahasiswa


Mediator,
4. Dosen Sebagai Menjadi tempat bertanya bagi mahasiswa pada saat mengalami kesulitan dalam
Konsultan adalah memahami suatu fenomena atau konsep.
5. Dosen sebagai Memimpin jalannya diskusi secara umum di dalam kelas
moderator.

(Sumber: Diolah dari berbagai sumber)

Peran dosen sebagai motivator dipelajari untuk diterapkan dalam


dapat dilakukan dengan memberi perhatian kehidupan sehari-hari. Dampak
kepada mahasiswa, memberi materi yang pengiring berupa sikap religius, sikap
sesuai dengan situasi kontekstual, memberi etis, sikap sosial, dan keterampilan-
semangat, memberi kepuasan kepada keterampilan abad 21 yang diperlukan
mahasiswa terhadap pembelajaran yang untuk kehidupan sehari-hari. Adapun
dilaksanakan, sehingga kompetensi dapat dampak utama yang diharapkan dari
tercapai sesuai harapan. Peran dosen model pembelajaran OIDDE ini adalah
sebagai fasilitator adalahmemfasilitasi sikap etis yang ditunjukkan dengan
lembar kerja mahasiswa, journal, hasil perilaku dan kemampuan pengambilan
penelitian (sebagai sumber belajar), dan keputusan etis.
waktu. Dosen sebagai mediator, yaitu
menyediakan sumber belajar yang PENUTUP
dibutuhkan mahasiswa. Dosen sebagai
konsultan adalah menjadi tempat bertanya Kesimpulan
bagi mahasiswa pada saat mengalami Abad 21 sebagai abad global
kesulitan dalam memahami suatu merupakan abad yang yang menuntut
fenomena atau konsep. Dosen sebagai setiap sumberdaya manusia termasuk
moderator adalah memimpin jalannya peserta didikmemiliki kecakapan hidup
diskusi secara umum di dalam kelas. untuk menjawab permasalahan dan
4. Sistem Pendukung tuntutan hidup di abad 21. Diantara
Sistem pendukung dalam model kecakapan hidup yang dibutuhkan adalah
pembelajaran ini, yaitu: sumber keterampilan atau kompetensi berpikir
pembelajaran, perangkat pembelajaran, kritis dan kemampuan memecahkan
sarana, bahan dan alat yang diperlukan masalah serta berperilaku etis. Untuk
untuk pelaksanaan pembelajaran. mewujudkan sumberdaya manusia
Penerapan model pembelajaran termasuk peserta didik agar memiliki
memerlukan buku teks, informasi- kompetensi berpikir kritis dan kemampuan
informasi yang berkaitan dengan materi memecahkan masalah serta berperilaku etis
yang dipelajari, rencana pelaksanaan diperlukan peran, proses dan tindakan
pembelajaran, lembar kegiatan melalui pembelajaran etika. Pembelajaran
mahasiswa, lembar observasi, lembar etika akan dapat dilaksanakan sebagaimana
penilaian diskusi, lembar penilaian yang diharapkan apabila dalam
presentasi, lembar penilaian mind pelaksanaan pembelajaran menerapkan
mapping, danlembar penilaian evaluasi. model pembelajaran yang layak (valid),
1. Dampak Instruksional dan dampak praktis dan efektif.
pengiring. Model pembelajaran yang dianggap
Dampak instruksional adalah dampak layak (valid), praktis dan efektif untuk
yang dapat diperoleh mahasiswa secara diterapkan dalam pembelajaran etika
langsung sesuai dengan tujuan adalah model pembelajaran OIDDE yang
pembelajaran, sehingga mahasiswar merupakan akronim dari Orientation
mampu menerapkan konsep yang telah (Orientasi), Identify (Identifikasi),

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 121


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

Discussion (Diskusi), Decision Di SMP Muhammadiyah Se-


(Keputusan/Pengambilan Keputusan) dan, Malang Raya. Laporan
Engage in behavior (Terlibat dalam Penelitian Hibah Bersaing.
perilaku). DPPM Universitas
Model pembelajaran OIDDE Muhammadiyah Malang.
dihasilkan dari hasil telaah dan modifikasi Hudha, Ekowati, dan Husamah. 2014b.
sintaks pembelajaran sosial dan perilaku Model Pembelajaran Pendidikan
Joyce and Weil (1978), Joyce, at al (2009) Karakter Terintegrasi Pada
dan model pembelajaran tri prakoro Bidang Studi Biologi Untuk
(Akbar, 2013). Meningkatkan Jatidiri Siswa.
Makalah Seminar Nasional
Saran Pemberdayaan Pendidik Abad 21
Dihasilkannya model pembelajaran Yang Diselenggarakan Oleh SMK
OIDDE yang merupakan akronim dari Negeri 13 Malang Bekerjasama
Orientation, Identify, Discussion, dengan Dinas Pendidikan Kota
Decision, and Engage in behavior Malang. Malang, 10 Mei 2014
diharapkan tidak hanya dapat Hudha, Ekowati, dan Husamah. 2014c.
diimplementasikan dalam pembelajaran Character Education Model In
etika namun dikembangkan untuk Mathematics and Natural Sciences
pembelajaran lebih luas. Dan untuk Learning at Muhammadiyah Junior
menguji kepraktisan dan High School. International Journal
keefektivitasannya diperlukan penerapan of Education, Learning &
pada berbagai pembelajaran. Development. Vol 2, N0.4, pp. 33-
47, September 2014
DAFTAR RUJUKAN Hudha, Atok M,. 2015. Kajian
Pengetahuan Bioetika dan
Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Kemampuan Pengambilan
Pembelajaran. Bandung: PT Keputusan Etis Mahasiswa Calon
Remaja Rosdakarya Guru Biologi. Prosiding Seminar
Aman., Setiawan, Ngadirin.,, dan Yuliana, NasionalPendidikan Biologi. Prodi
Lia. 2014. Pengembangan Model Pendidikan Biologi FKIP UMM,
Pendidikan Karakter Sebagai Malang, 21 April
Upaya Peningkatan Personal dan Joyce dan Weil. 1978. Models of Teaching.
Social Skill Bagi Anak Jalanan Di Second Edition. Prentice-Hall, Inc.,
Daerah Istimewa Englewood Cliffs, New Jersey
Yogyakarta..Jurnal Pendidikan dan Joyce, Bruce., Weil, Marsha & Calhoun,
Kebudayaan. Volume 20, Nomor 3, Emily. 1978. Models Teaching,
September 2014. Model-model Pengajaran.
Gunadi, R. Andi Ahmad. 2013.Membentuk Terjemahan Fawaid dan Mirza.
Karakter Melalui Pendidikan Moral 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pada Anak Usia Dini Di Sekolah Macer, 2008. Goals of Bioethics
Raudhatul Athfal (R.A) Habibillah. (Online)http://bioetika.edublogs.or
Jurnal Ilmiah WIDYA. Volume 1 g/kompetensi/bahan-
Nomor 2 Juli-Agustus. ajar/pendahuluan/goals-of-
Hudha, Ekowati, dan Husamah, 2014a. bioethics-macer-2008/ . Diakses,
Pengembangan Model 28-3-2014
Pendidikan Karakter Pada Mayasari, Ria dan Adawiyah, Rabiatul.
Pembelajaran MIPA Melalui 2015. Pengaruh Model Pembelajran
Konsep Integratif Sebagai Berdasarkan Masalah pada
Upaya Penguatan Jatidiri Siswa Pembelajaran Biologi terhadap

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 122


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

Hasil Belajar dan Keterampilan Rotherham, A. J., & Williangham, D.


Berpikir Tingkat TInggi di SMA. 2009. 21st Century Skills: The
Jurnal Pendidikan Biologi Challenges Ahead. Educational
Indonesia. Volume 1 Nomor 3, Leadership. Volume 67 Number 1,
2015: 255-262 16-21
Maftuh, Bunyamin. 2016. Improving the Shannon, Thomas A. 1987. Pengantar
Quality of Education in the Future. Bioetika. Terjemahan Bertens, K.
Makalah Seminar International. 1995. Jakarta. PT Gramesia Pustaka
Presented at the 7th International Utama
Confefrence held by University Suryadi. 2013. Pengaruh Pembelajaran
PGRI Adi Buana, Surabaya, March Berbasis Masalah Berbantuan
13, 2016. Media KOKAMI terhadap Prestasi
Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Belajar Fisika Ditinjau dari
Product Quality. Dalam Plomp, T; Kemampuan Pemecahan Masalah.
Nieveen, N; Gustafson, K; Branch, Jurnal Pendidikan Sains, Volume
R.M; dan van den Akker, J (eds). 1, Nomor 4, Desember 2013,
Design Approaches and Tools in Halaman 375-381
Education and Training. London: Sachrowardi, Qomariyah dan Basbeth,
Kluwer Academic Publisher. Ferryal. 2013. Isu dan Dilema
Nugroho, Hery. 2012. Implementasi Dalam Bioetika. Penyunting:
Pendidikan Karakter Dalam Juneman. Jakarta: Penerbit AIFI
Pendidikan Agama Islam Di SMA bekerjasama dengan Universitas
Negeri 3 Semarang. Tesis. Institut YARSI.
Agama Islam Negeri (Iain) Sugiyono, dkk (2014). Pendidikan
Walisongo Semarang Beretika dan Berbudaya. Badan
Nichols, Jennifer. 2013. 4 Essential Rules Penelitian dan Pengembangan
of 21st Century Learning. (Online). Kementrian Pendidikan dan
Error! Hyperlink reference not valid. Kebudayaan
Diakses: 2 Februari 2014. Mifflin Company.Published by Houghton
Pitadjeng. 2008. Keefektifan Pembelajaran Mifflin Company, diakses, 24
Berbasis Masalah (PBM) Januari 2015
Bernuansa Jigsaw berbantuan CD Trisdiono, H. 2013. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran Pada Penjumlahan Abad 21. Artikel. Lembaga
Pecahan di Kelas IV SD. Tesis. Penjaminan Mutu Pendidikan Prov.
Pascasarjana Program Studi D.I. Yogyakarta
Pendidikan Matematika, Thieman, W. J. and Palladino, M. A. 2013.
Universitas Negeri Semarang. Introduction of Biotechnology.
Pratiwi, Dwi Astuti. 2010. Pembelajaran Pearson Benjamin Cummings
Berbasis Masalah (Problem Based Tamimuddin, Muh. 2013. E-Learning dan
Learning) Dengan Metode Proyek Pembelajaran Abad 21. Makalah
dan Resitasi Ditinjau dari Seminar Nasional. Seminar
Kreativitas dan Konsep Diri (Self Nasional Pemanfaatan TIK
Concept) Siswa (Studi Kasus Menyongsong Implementasi
Materi Biologi ” Plantae ” Di Kurikulum 2013 di PPPPTK
Kelas X Semester Dua SMA Matematika, 11 Mei 2013.
Negeri 3 Klaten Th.2008/2009). Watson, John B., and Rayner, Rosalie
Tesis. Program Pascasarjana. (1920). Conditioned Emotional
Universitas Sebelas Maret Reactions. Journal of Experimental
Surakarta. Psychology, 3 (1), 1-14

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 123


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2016
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 109-124)

Webster’s New World College Dictionary,


(2010). Wiley Publishing. Inc.
Cleveland, Ohio (Jhon Wiley &
Sons) (Online).
www.yourdictionary.co/bioethics.
Diakses, 25 September 2014
Yuliana, E. Dewi. (2000). Pentingnya
Pendidikan Karakter Bangsa Guna
Merevitalisasi Ketahanan Bangsa.
Journal Udayana Mengabdi 9 (2):
92-100

Atok Miftachul Hudha dkk, Telaah Model-Model Pembelajaran 124

Anda mungkin juga menyukai