Terapi Musik Dan Progresif Otot PDF
Terapi Musik Dan Progresif Otot PDF
Effect of Progressive Muscle Relaxation and Music Therapy on Nausea and Vomiting in Breast
Cancer Patient Undergoing Chemotherapy
ABSTRAK
Progressive muscle relaxation dan terapi musik merupakan terapi komplementer yang dapat
mengurangi mual muntah akibat kemoterap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
pengaruh progressive muscle relaxation dan terapi musik terhadap mual muntah pada pasien kanker
payudara yang dilakukan kemoterapi di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Padjajaran
(Unpad) Bandung. Design penelitian adalah quasi experiment pre-post test with control group.
Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling yang terdiri dari 15 responden baik
kelompok intervensi maupun kontrol. Mual, muntah dan retching pada kedua kelompok diukur
selama 7 hari setelah pemberian agen kemoterapi. Untuk menguji perbedaan rata-rata skor postest
mual dan retching pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji T tidak berpasangan
sedangkan perbedaan rata-rata skor postest muntah menggunakan uji Mann Whitney. Hasil
penelitian membuktikan bahwa kombinasi PMR dan terapi musik dapat diberikan oleh perawat
untuk mengurangi mual muntah pada pasien kanker payudara yang mendapatkan kemoterapi(p
value< 0,05).
Kata Kunci :Antiemetik, Kanker payudara, Kemoterapi, Progressive Muscle Relaxation, Terapi
Musik.
ABSTRACT
Progressive muscle relaxation with music therapy consider as an alternatif to decrease
nausea and vomiting due to chemoterapy. This study aimed to identify the effect of progressive
muscle relaxation and music therapy on nausea vomiting in breast cancer patients undergoing
chemoterapy at University Padjadjaran Teaching Hospital in Bandung. Design research used a
quasi-experiment pre-post test with control group. The sampling technique was concequetive
sampling recruited 15 respondents for each intervention and control group. Nausea, vomiting and
retching in both groups were measured in 7 days after administration of a chemotherapeutic
agent..Differences in mean posttest scores of nausea and retching in the control and intervention
groups were tested by unpaired t-test while the average difference of vomiting posttest scores tested
by the Mann Whitney test. This study showed that combination of PMR and music therapy can be
given by nurse to reduce nausea and vomiting of breast cancer patients who undergoing
chemoterapy(p value < 0,05).
perubahan pada sistem saraf simpatis meliputi lainnya.Pada penelitian ini terapi PMR akan
perubahan fungsi neuroendokrin, penurunan dikombinasikan dengan terapi musik dengan
nadi dan tekanan darah dan tonus otot tetapi maksud mecapai dasar terapi body and mind.
berdasarkan penelitian Choi (2010), tindakan Terapi PMR difokuskan pada relaksasi body
PMR saja tanpa dikombinasikan dengan (otot-otot tubuh) dan terapi musik dimaksudkan
tindakan lain dipersepsikan pasien sebagai sebagai mind theraphy untuk lebih
tindakan yang menghabiskan tenaga dan memfokuskan pada tujuan dilakukanya relaksasi
membutuhkan kalori. Maka dari itu dipelukan tubuh dan relaksasi pikiran secara
terapi pendamping lain untuk dikombinasikan umum.Penggunaan PMR akan lebih efektif jika
dengan PMR, salah satunya adalah terapi musik. didukung posisi pasien yang nyaman, pikiran
Musik merupakan tehnik intervensi yang fokus, dan lingkungan yang kondusif.
nonfarmakologi yang aman, noninvasif, dan Terapi musik dapat digunakan sebagai sarana
tidak memiliki efek samping. Musik dapat juga untuk mendukung terapi PMR dikarenakan
memberikan rangsangan kepada saraf simpatis musik memiliki keuntungan dimana
dan parasimpatis yang dapat memberikan pendengarnya teralihkan dari experimental
respon relaksasi.Musik dapat menjadi pengalih stressor, menghasilkan efek fisiologis berupa
perhatian yang efektif dalam manajemen mual penurunan denyut nadi, dan peningkatan beta
muntah (Ezzone, 1998). Efektifitas musik endorfin. Hal tersebut mengakibatkan pasien
sebagai alat terapi akan terjadi jika terapis dapat mengalami kondisi relaksasi lebih dalam
memiliki ketrampilan yang memadai dalam sehingga keluhan mual muntah menurun.
memilih jenis musik yang paling tepat sebagai Rumah Sakit Pendidikan Unpad
pilihan.Pada beberapa penelitian dianjurkan merupakan rumah sakit rujukan Jawa Barat
memilih musik untuk relaksasi dengan tempo untuk tindakan kemoterapi. Pada saat
sekitar 60-80 ketukan/menit, menggunakan wawancarayang dilakukan pada perawat
irama yang tenang,dan sebaiknya tidak ada lirik, didapatkan data bahwa jumlah pasien kanker
hal ini mengacu musik yang diberikan payudara yang melaksanakan kemoterapi
hendaknya mengikuti kecepatan rerata detak berkisar 200 orang setiap bulan dimana 90%
jantung manusia (Schou, 2007). diantaranya mengalami mual muntah setelah
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kemoterapi.Antiemetik diberikan pada saat
disimpulkan bahwa terapi non farmakologi premedikasi, postmedikasi, dan saat pasien
dapat diberikan secara tunggal atau pulang. Walaupun obat antiemetik sudah
dikombinasikan dengan terapi non farmakologis diberikan, pasien tetap merasakan mual mutah
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 49
50
dan tindakan mandiri perawat di ruangan hanya menguji hubungan sebab akibat (Polit & Beck,
menganjurkan pasien untuk minum air teh 2006). Kekuatan untuk mencapai tujuan
manis hangat. tergantung dari luasnya efek/akibat nyata dari
Beberapa pasien yang menjalani treatment eksperimen (variabel independen)
kemoterapi memutuskan untuk tidak yang dapat dideteksi dengan pengukuran
melanjutkan siklus kemoterapinya, dikarenakan variable dependen, dimana quasi experiment
mual muntah yang dialaminya setelah melakukan perlakuan pada variabel independen.
pelaksanaan kemoterapi sebelumnya. Terdapat Perlakuan terhadap subjek dilakukan oleh
30% dari total pasien yang melakukan peneliti dengan sengaja dan terencana,
kemoterapi per tiap siklus pemberian kemudian dinilai pengaruhnya.
kemoterapi yang mengalami kemunduran Adapun rancangan penelitian yang akan
jadwal kemoterapi yang diakibatkan oleh efek digunakan pada penelitian ini yaitu quasi
mual muntal kemoterapi sebelumnya. Oleh experiment pre and post test with control group
karena hal tersebut, menyebabkan kondisi fisik yaitu suatu rancangan yang melibatkan satu
pasien menurun dan akhirnya pasien kelompok subyek serta melakukan pengkaijan
mendapatkan perawatan di rumah sakit untuk sebelum dilakukan pemberian intervensi yang
perbaikan kondisi umum, setelah kondisi memungkinkan peneliti dapat menguji
membaik baru dilanjutkan kemoterapi perubahan- perubahan yang terjadi setelah
berikutnya. adanya intervensi (Polit and Beck, 2004).
Maka dari itu, diperlukan tindakan
penunjang berupa terapi komplementer pada Populasi
pasien kanker payudara yang mendapatkan Populasi dalam penelitian ini adalah
kemoterapi seperti kombinasi progressive seluruh pasien yang di diagnosa kanker
muscle relaxation dan terapi musik yang dapat payudara yang menjalani kemoterapi di Rumah
membantu menurunkan mual dan muntah akibat Sakit Pendidikan Unpad Bandung.
kemoterapi.
Sampel Penelitian
METODE Teknik pengambilan sampel dalam
Rancangan penelitian yang akan penelitian ini menggunakan consecutive
digunakan dalam penelitian ini adalah desain sampling yaitu pengambilan sampel dengan
quasi eksperiment. Disain quasi experiment mengambil semua subjek yang ada dan
merupakan disain penelitian yang bertujuan memenuhi kriteria yang sesuai dengan
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 50
51
penelitian dalam kurun waktu tertentu hingga terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi
jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. pada pasien kanker, dengan standar deviasi 8,68
Penelitian ini akan diakhiri setelah jumlah dan perbedaan rata-rata 62
sampel yang diinginkan tercapai. Perhitungan n = (8,68)2 (1,96 + 0,84)2
besar sampel minimal berdasarkan hasil (6,2)2
perhitungan menggunakan uji hipotesis beda = 15,36 → 15
rata-rata berpasangan dengan derajat Dengan menggunakan rumus koreksi
kemaknaan 5%, kekuatan uji 95% dan uji besar sampel, didapatkan hasil besar sampel
hipotesis dua sisi (Ariawan,1998) : sebanyak 15,36 dan dibulatkan menjadi 15
orang responden sehingga sampel yang
2 +
= digunakan adalah total 30 orang dengan 15
( − )
orang kelompok intervensi dan 15 orang
Keterangan rumus :
kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan
Z1- : Standar normal deviasi (1,96)
Sugiyono (2009) yang menyebutkan bahwa
/2
minimal penelitian quasi eksperimental minimal
Z1- : Standar normal deviasi untuk (0,842)
10 untuk masing-masing kelompok. Pada saat
1 : Nilai mean kelompok control yang
pengumpulan data, peneliti memperoleh jumlan
didapat dari literature
responden sebanyak 15 orang untuk masing-
Dengan standar deviasi
masing kelompok. Responden yang terlibat
2 : Nilai mean kelompok intervensi
dalam penelitian ini tidak ada yang mengalami
1-2 :Beda mean yang bermakna secarfa
drop out pada saat pengumpulan data, sehingga
klinik antara kedua kelompok
responden pada penelitian ini berjumlah 15
: Estimasi standar deviasi dari beda
orang untuk masing-masing kelompok
mean kedua kelompok
(kelompok kontrol dan intervensi).
berdasarkan literature,,l,
Adapun yang menjadi kriteria inklusi
2 : Estimasi varian kedua kelompok
sampel dalam penelitian ini adalah :
berdasarkan literature dihitung
1. pasien kanker payudara yang melakukan
dengan rumus ½ ( + )
kemoterapi di Rumah Sakit Pendidikan
Unpad Bandung;
Berdasarkan rumus diatas, dan merujuk
2. mendapat obat – obat untuk kemoterapi
pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif
berupa FAC (5-Fluorourasil, Doxorubicin,
(2009) tentang pengaruh terapi akupresure
Cyclophosphamide)
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 51
52
3. mendapat obat antiemetik sebelum variable terikatnya adalah mual muntah pada
(ranitidin, ondansetron, dexamethason) dan pasien pasca kemoterapi.
setelah (metoclorpramide dan ranitidin)
kemoterapi Alat Pengumpulan Data
4. memiliki pendengaran yang baik pasien Alat pengumpulan data yang digunakan
menyukai musik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
5. berada dalam rentang tidak cemas, cemas 1. Kuesioner, digunakan untuk mengumpulkan
ringan, dan sedang data terkait karakteristik responden yaitu usia
6. dapat menulis dan membaca dan siklus kemoterapi.
7. pasien dalam kondisi sadar, dapat 2. Instrumen Hamilton Rating Scale for
berorientasi pada orang, tempat dan waktu Anxiety,sebelum dilakukan pengumpulan
8. memiliki support sistem yang baik, yaitu : data responden pada kelompok kontrol dan
dukungan keluarga/orang terdekat, intervesi, terlebih dahulu dilakukan
lingkungan yang mendukung (memiliki pemeriksaan tingkat kecemasan. Pengukuran
ruangan/kamar sendiri) untuk melakukan tingkat kecemasan pada penelitian ini
terapi. menggunakan Hamilton rating scale for
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anxiety (HAM-A).
: 3. Instrumen Rhodes Index Nausea Vomiting &
1. mengalami penyakit lain yang berkaitan Retching (INVR) digunakan untuk mengukur
dengan gangguan pencernaan; variabel mual, retching dan muntah yang
2. mendapatkan terapi kanker selain terdiri dari delapan pertanyaan.
farmakoterapi yang diberikan; 4. Gelas ukur berukuran 500 cc, digunakan
3. responden dalam keadaan cemas berat atau untuk mengukur banyaknya muntahan,
panik; dimana gelas ukur ini diberikan keapada
4. telah metastase ke organ-organ vital seperti responden
jantung, paru-paru, dan otak. 5. MP3 palyer dengan merk M-Tech, digunakan
Variabel untuk memberikan terapi, didalamnya
Penelitian ini menggunakan satu variable berisikan instruksi PMR bersamaan dengan
bebas dan satu variable terikat.Variabel bebas musik. Terdapat empat musik sehingga
dalam penelitian ini adalah terapi progressive responden dapat memilih musik yang
mucle relaxation dan terapi musik, sedangkan disukainya
Siklus
Min-Max
Ke-2
32-59
6 40 10
28-54
66,7 0,160 b. Perbedaan rata-rata skor pretest dan postest
Kemoterapi Ke-3
Ke-4
4
5
26,7
33,3
4
1
26,7
6,7 mual, retching, dan muntah pada kelompok
Pendidikan Tidak Sekolah
SD/Sederajat
0
6
0
40
0
5
0
33,3
0,699
intervensi
SMP/Sedejrajat 5 33,3 4 26,7
SLTA/Sederajat 4 26,7 4 26,7
S1
S2
0
0
0
0
1
1
6,7
6,7
Tabel 1.3
Riwayat
Pekerjaan
Tidak Bekerja
IRT
0
15
0
100
0
13
0
86,7
0,343 Perbedaan rata-rata skorpretest dan postest
Guru 0 0 1 6,7 mual, retching, dan muntah
Dosen 0 0 1 6,7
Status Menikah 15 100 15 100 1,00 pada kelompok intervensi
Pernikahan Belum Menikah 0 0 0 0
hal ini dibuktikan p value pada semua variabel e. Perbedaan selisih rata-rata skor mual,
retching, dan muntah pada kelompok kontrol
lebih kecil dari (0,05).
dan intervensi
c. Perbedaan Rata-rata Skor Pretest Mual, Tabel 1.6: Perbedaan selisih rata-rata skor
Retching, Muntah Antara Kelompok Kontrol mual, retching, dan muntah pada kelompok
dan Intervensi kontrol dan intervensi.
Tabel 1.4: Perbedaan Rata-rata Skor Pretest No Variabel Kelompok Rata- SD Pvalue
rata
Mual, Retching, Muntah Antara Kelompok 1 Skor Mual Intervensi 0,496 0,530 0,000
Kontrol dan Intervensi Kontrol -0,289 0,453
2 Skor Intervensi 0,531 0,475 0,004
Retching Kontrol -0.069 0,532
No Variabel Kelompok Rata- SD Pvalue 3 Skor Intervensi 0,427 0,582 0,003
rata muntah Kontrol -0,220 0,517
1 Skor Mual Intervensi 3,603 0,817 0,491
Kontrol 3,807 0,785
2 Skor Intervensi 2,020 0,643 0,722 Pada tabel 1.6 menunjukkan adanya
Retching Kontrol 1,949 0,421
3 Skor Intervensi 2,997 0,918 0,290
muntah Kontrol 3,210 0,733
perbedaan yang bermakna selisih rata-rata
mual, retching, dan muntah pada kelompok
Pada tabel 1.4 didapatkan bahwa tidak
kontrol dan intervensi, hal ini dibuktikan
terdapat perbedaan rata-rata skor pretest mual,
pvalue pada semua variabel memiliki nilai
retching, dan muntah pada kelompok kontrol
lebihkecil dari (0,05).
dan intervensi, hal ini dibuktikan pvalue pada
PEMBAHASAN
semua variabel lebih besar dari (0,05).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
d. Perbedaan rata-rata skor postest mual,
retching, dan muntah antara kelompok terdapat pengaruh PMR dan terapi musik
kontrol dan intervensi
terhadap mual muntah pada pasien kanker
Tabel 1.5: Perbedaan rata-rata skor postest payudara yang dilakukan kemoterapi. Hal ini
mual, retching, dan muntah antara kelompok
diperkuat di dalam tabel 4.6 dengan adanya
kontrol dan intervensi
perbedaan rata-rata mual (p=0,003), retching
No Variabel Kelompok Rata- SD Pvalue
rata (p=0,001), muntah (p=0,020) sebelum dan
1 Skor Mual Intervensi 3,603 0,817 0,007
Kontrol 4,096 0,925 setelah PMR dan terapi musik pada kelompok
2 Skor Intervensi 1,489 0,569 0,011
3
Retching
Skor
Kontrol
Intervensi
2,018
2,570
0,497
0,825 0,018
intervensi. Hasil uji statistik yang
muntah Kontrol 3,430 0,996
memperlihatkan adanya perbedaan selisih rata-
Pada tabel 1.5 didapatkan perbedaan rata- rata mual, retching, dan muntah pada kelompok
rata skor postest mual, retching, dan muntah intervensi dan kontrol pada tabel 4.7
pada kelompok kontrol dan intervensi, hal ini memberikan gambaran semakin kuatnya
dibuktikan pvalue pada semua variabel pengaruh PMR dan terapi musik terhadap mual
memiliki nilai lebih kecil dari (0,05). muntah pada pasien kanker payudara yang
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 54
55
dilakukan kemoterapi. Pada penelitian ini juga, menurunkan kecemasan dan sesak nafas.
kondisi relaksasi dilaporkan oleh responden Temuan lain meliputi penurunan sistolik,
setelah diberikan PMR dan terapi musik. penurunan nadi, dan frekuensi pernafasan. Lee
Keadaan ini berbanding lurus dengan laporan et all (2012) melakukan penelitian pengaruh
responden tentang penurunan keluhan mual PMR dan terapi musik terhadap kecemasan dan
muntah. Cooke (2013) menyatakan bahwa relaksasi menggunakan pengukuran
kondisi relaksasi menyebabkan penurunan elektroensefalogram (EEG). Hasil penelitian
aktivitas physiological arousal yang dapat menyatakan bahwa PMR dan terapi musik
secara langsung mengurangi kecemasan dan berhubungan signifikan dengan penurunan
aktivasi tonus otot yang memberikan efek kecemasan dan kondisi relaksasi. Data EEG
terhadap penurunan mual muntah. menunjukkan bahwa adanya peningkatan
Robb (2000) melakukan penelitian untuk gelombang posterior theta (3,5-7,5 Hz) dan
membandingkan efek dari empat jenis intervensi penurunan gelombang mid frontal beta 2 (20 –
yaitu musik yang dikombinasikan dengan PMR, 29, 5 Hz). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
PMR saja, mendengarkan musik saja, dan relaksasi dicapai oleh pasien.
keadaan diam terhadap kecemasan dan kondisi Kondisi relaksasi yang dilaporkan dari
relaks. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata beberapa penelitian diatas salah satunya
penurunan kecemasan dan relaksasi yang paling diakibatkan oleh aktivitas syaraf parasimpatis.
tinggi pada kelompok musik yang Kerja syaraf ini mempengaruhi berbagai macam
dikombinasikan dengan PMR. Hal ini kerja sistem dalam tubuh yang meliputi sistem
menunjukkan musik yang dikombinasikan gastrointestinal, endokrin, integumen, sirkulasi,
dengan PMR efektif untuk menurunkan tingkat reproduktif, perkemihan dan penglihatan.
kecemasan dan mencapai kondisi relaksasi Fungsi syaraf parasimpatis cenderung
maksimal. Hasil penelitian yang senada mengurangi kerja dari berbagai sistem tubuh
disampaikan oleh Pelletierr (2004) yang seperti penurunan nadi, pernafasan, dan
menyatakan terapi musik yang dikombinasikan motilitas saluran pencernaan (Ellis & Thayer,
dengan relaksasi secara signifikan dapat 2010). Hesketh (2008) menjelaskan bahwa
menurunkan aktivitas physical arousal. penurunan pada syaraf vagal abdominal oleh
Singh et all (2009) melakukan penelitian aktivasi parasimpatis dapat menghambat
untuk mengevaluasi efek musik dan PMR rangsang pada syaraf aferen untuk memberikan
terhadap kondisi relaksasi. Hasil penelitian sinyal pada batang otak bagian belakang untuk
didapatkan bahwa musik dan PMR efektif untuk terjadinya mual dan muntah. Hal tersebut
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 55
56
menghambat ikatan berbagai macam reseptor walaupun sudah diberikan terapi antiemetik.
yang dapat mengakibatkan mual muntah yang Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang
meliputi 5hydroxytryptamine3 (5-HT3), dilakukan oleh Roscoe, Morrow, Hickok, Sterm
neurokinin-1, dan cholecystokinin-1 yang (2000) untuk melihat keefektifan antiemetik
terletak pada ujung terminal syaraf vagal aferen. 5HT3 antagonis terhadap mual muntah akibat
PMR diberikan untuk memperoleh kemoterapi, hasilnya didapatkan bahwa dengan
relaksasi sedangkan musik sangat berguna untuk menggunakan 5HT3 antagonis terdapat
kepentingan distraksi dan membuat responden penurunan episode muntah setelah kemoterapi,
lebih terlibat dan merasakan aktivitas yang tetapi tidak untuk frekuensi dan rata-rata skor
diberikan kepadanya yaitu PMR. Distraksi dan durasi mual. Walaupun 5HT3 antagonis
relaksasi adalah proses yang berbeda tetapi merupakan antiemetik yang secara signifikan
mempunyai efek kognitif yang sama. PMR dan menurunkan muntah setelah kemoterapi tetapi
terapi musik merupakan intervensi behavioural durasi dari mual masih mengalami peningkatan.
yang dapat membantu responden untuk Warr, Hesketh, dan Gralla et al (2005)
mencapai kondisi relaks. PMR dapat melakukan penelitian untuk membandingkan
menurunkan mual muntah dikarenakan adanya efektifitas pemberian aprepitant pada protokol
respon tension dan relaks. Kontraksi isometrik penanganan mual muntah pasien dengan
mengaktivasi golgi tendon organ sehingga kemoterapi. Agen antiemetik tersebut diberikan
relaksasi dapat dicapai (reverse innervation) dan sesuai dengan dosis dan waktu yang telah
ketegangan otot menurun. Hal itu terjadi karena ditetapkan. Kelompok intervensi sejumlah 438
adanya pelepasan adhesi yang terdapat dalam pasien diberikan terapi menggunakan aprepitan,
intermiofibril dan tendon. Kontraksi isometrik ondansentron dan dexametason, sedangkan pada
yang dilakukan selama 9 detik mampu kelompok kontrol sejumlah 428 pasien
memperoleh relaksasi maksimal karena diberikan placebo, ondansentron dan
mekanisme reverse innervation tadi. Proses dexametason. Hasil penelitian menunjukan
relaksasi yang diikuti ekspirasi maksimal akan bahwa aprepitan efektif untuk mengurangi
memudahkan perolehan pelemasan otot dan muntah pada pasien meskipun masih ada pasien
pelepasan adhesi yang optimal pada jaringan yang mengalami periode muntah setelah
ikat otot (Silbernagl, 2009). kemoterapi. Pada kelompok intervensi
Pada penelitian ini juga menunjukkan didapatkan hasil tidak ada periode muntah
rata-rata skor mual, retching, dan muntah pada selama 120 hari 50.8% dan sisanya masih
kelompok kontrol mengalami peningkatan terdapat periode muntah sebesar 49,2%. Pada
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 56
57
kelompok kontrol didapatkan hasil tidak disebabkan oleh stimulasi CTZ oleh agen
terdapat periode muntah selama 120 hari kemoterapi.FAC (florouracil, adriamycin,
sebesar 42.5% dan sisanya melaporkan adanya doxorubicyn, chyclosphosphamid) juga
periode muntah sebesar 57.5%. Hasil penelitian merupakan agen kemoterapi kombinasi.
juga menyebutkan bahwa pada kelompok Grunberg dan Ireland (2005) mengungkapkan
intervensi melaporkan tidak ada atau minimal bahwa agen kemoterapi yang diberikan secara
dampak mual muntah terhadap kehidupan sehari kombinasi mempunyai potensi meningkatkan
sehari sebesar 63.5% dan sisanya melaporkan mual muntah akibat kemoterapi. Pertimbangan
adanya dampak mual muntah terhadap potensi muntah pada agen kemoterapi harus
kehidupan sehari – hari sebesar 36.5%. dipertimbangkan pada pasien yang diberikan
Meskipun temuan agen antiemetik tersebut telah agen kemoterapi kombinasi.
berkembang dengan pesat, namun muntah yang Pada peneliti ini juga didapatkan bahwa
tidak terkontrol dan pengontrolan mual yang responden baik pada kelompok kontrol dan
tidak adekuat masih menjadi masalah utama intervensi berada pada siklus kemoterapi yang
pada pasien kanker dengan kemoterapi ke2,3 dan 4.Grunberg dan Ireland (2005)
(Hesketh, 2008). mengungkapkan bahwa mual muntah akibat
Mual dan muntah yang dialami oleh kemoterapi dipengaruhi oleh siklus kemoterapi,
seluruh responden dalam penelitian ini tidak semakin tinggi siklus kemoterapi biasanya mual
terlepas dari adanya efek samping yang muntah semakin hebat.
ditimbulkan oleh 5-Fluorourasil, Doxorubicin, Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
Cyclophosphamide. Hasil kajian terhadap obat mual muntah adalah karakteristik pasien.
kemoterapi menunjukkan cyclophosphamide Karakteristik pasien terdiri dari pengalaman
merupakan obat kemoterapi yang sering mual muntah sebelumnya, jenis kelamin, usia
menimbulkan efek mual dan muntah pada dibawah 65 tahun, dan riwayat penggunaan
penggunanya yaitu sekitar 60-90%, sedangkan alkohol (Grunberg dan Ireland, 2005). Pada
5-Fluorourasil dan Doxorubicin mempunyai penelitian ini, 100% responden memiliki
potensi yang sedang dalam menimbulkan efek pengalaman mual muntah, Hawkins dan
mual dan muntah yaitu sekitar 30-60% Grunberg (2009) menyatakan bahwa
(Abulmuthalib 2006). Obat-obat tersebut dapat pengalaman mual muntah akibat kemoterapi
mempengaruhi Chemoreceptor Trigger Zone sebelumnya memiliki resiko terjadinya CINV.
(CTZ).Muntah yang terjadi pada pasien yang Bergkvist dan Wengstorm (2006)
mendapat kemoterapi diduga terutama melakukan penelitian untuk mendapatkan
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 57
58
pengertian yang lebih mendalam pada gejala Molassiotis, Yung, Yam, Chan, dan Mok
mual dan muntah pasien dengan kemoterapi (2001) melakukan penelitian dengan responden
serta konsekuensinya pada kehidupan sehari – pasien yang didiagnosa kanker payudara. Rata-
hari pasien. Hasil penelitian ini menegaskan rata usia adalah 45,03 tahun dengan rentang usia
bahwa pengalaman mual muntah pasien 30-59 tahun. McPherson, Steel, dan Dixon
mempengaruhi selama perawatan kemoterapi (2000) melakukan riset pada pasien kanker
dan dapat menentukan pengambilan keputusan payudara yang meliputi epidemiologi, faktor
mengenai perawatan mual muntah pasien pada resiko, dan genetik. Riset ini menyatakan bahwa
perawatan yang akan dilalui kedepan. Hal terjadi satu juta kasus baru kanker payudara di
tersebut senada dengan pernyataan Molassiotis, dunia setiap tahunnya. Untuk setiap 1000 wanita
Yam, Yung, Chan dan Mok (2002) yang dengan usia 50 tahun, dua diantaranya akan
menyatakan bahawa peran penanganan awal didiagnosa kanker payudara dan 15 orang
perawatan mual muntah dapat menyebabkan lainnya telah didiagnosa kanker payudara
pengelolaan mual muntah akibat kemoterapi sebelum usia 50 tahun. Insiden kanker payudara
lebih efektif. meningkat dengan bertambahnya usia, dan
Pada penelitian ini, rentang usia meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun setelah
responden 28-59 tahun, dengan pengkategorian menapause. Rentang usia insidensi kanker
usia yaitu dewasa awal (18-40tahun) dan payudara yang ditemukan pada penelitian ini
dewasa madya (41-60 tahun). Rhodes adalah 25 - 85 tahun dengan puncak kejadian
dan McDaniel (2007) mengungkapkan bahwa kanker payudara pada usia 35 - 45 tahun.
pasien yang lebih tua cenderung lebih bisa Beberapa dekade terakhir kejadian kanker
mentoleransi agen kemoterapi daripada yang semakin meningkat dari berbagai kalangan usia.
lebih muda. Perbandingan dua grup pasien Insidensi kanker payudara secara umum terjadi
(lebih muda dari 65 tahun dan lebih tua dari 65 pada usia dewasa madya. LeMone & Burke
tahun) dengan kanker payudara yang (2008) menjelaskan bahwa kanker pada usia
mendapatkan agen kemoterapi yang sama, yang lebih tua dapat juga terjadi dan
didapatkan hasil bahwa pasien yang lebih muda dipengaruhi oleh berbagai hal yang diantaranya
dari 65 tahun melaporkan tingginya mual, berkaitan dengan proses menua, perubahan
retching, muntah dan tidak jarang pasien yang status imunologi, durasi paparan dari zat-zat
berusia 50 tahun atau yang lebih muda yangmengandung karsinogen, perubahan
mengalami mual, retching, muntah antisipatori. hormonal. Yancik, et all (2001) menyatakan
bahwa wanita postmenapause dengan usia 55
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 58
59
tahun atau lebih mempunyai insidensi terkena lebih di toleransi oleh pasien. Rasa makanan
kanker payudara sebesar 66% dan mempunyai yang pedas, sangat asin dan berlemak juga harus
angka kematian akibat kanker payudara sebesar dihindari bagi pasien kemoterapi untuk
77%. menghindari mual dan muntah.
Seluruh responden pada penelitian ini Hawkins dan Grunberg (2009)
adalah perempuan. Rhodes dan McDaniels menjelaskan bahwa perawat di bangsal onkologi
(2007) menyatakan bahwa jenis kelamin mempunyai peran penting dalam menangani
perempuan lebih mudah untuk terjadinya mual efek kemoterapi yang tidak menguntungkan
dan muntah akibat kemoterapi daripada pada bagi pasien. Pengkajian yang lebih akurat
jenis kelamin laki – laki karena adanya riwayat sebelum pemberian antiemetik dapat
kehamilan. Wanita yang mengalami mual mendukung pemberian agen antiemetik yang
muntah saat hamil lebih berdampak terhadap tepat. Komunikasi yang lebih efektif dengan
agen kemoterapi dan lebih mudah untuk pasien dapat meningkatkan hasil
mengalami mual muntah. penatalaksanaan pada penanganan efek – efek
Hal tersebut senada dengan pernyataan yang merugikan akibat kemoterapi.
Grunberg dan Ireland (2005) yang Menyempatkan waktu untuk mengkaji tentang
mengungkapkan bahwa sedikit sekali wanita tingkat pendidikan, kemampuan bahasa, usia,
yang dapat mengontrol mual muntah daripada latar belakang budaya dan harapan – harapan
laki-laki, dengan perbedaan tingkat keparahan pasien dapat memperbaiki komunikasi serta
antara 20%-30%. Alasan lain yaitu, wanita tujuan dari perawatan. Standar operasional
seringkali mendapatkan terapi kombinasi yang penanganan mual muntah akibat kemoterapi
beresiko terhadap tingginya kejadian mual sangat penting dimiliki oleh institusi pelayanan
muntah dibandingkan dengan laki-laki kesehatan. Apabila hal tersebut belum tersedia,
Lingkungan pasien sebaiknya dipersiapkan maka perawat onkologi harus merencanakan
sebelum memberikan antiemetik. Lingkungan pembuatan standar operasional penanganan
yang dapat memberikan rangsangan mual dan mual muntah dan efek – efek merugikan akibat
muntah terhadap pasien harus dikurangi atau kemoterapi. Pendidikan dan pelatihan bagi
dihilangkan. Lingkungan tersebut meliputi perawat baru di bangsal onkologi merupakan
cahaya yang berlebihan, suara berlebihan atau hal penting untuk menurunkan mual muntah
bau yang dapat memicu mual muntah bagi akibat kemoterapi.
pasien. Sayuran dan makanan yang dihaluskan
dan dihidangkan dengan suhu ruangan dapat
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. VI, No. 2, September 2014 59
60
Family Caregivers of Hospice Patients. Molassiotis, A., Yung, H. P., Yam, B.M.C.,
Journal of Music Therapy. Chan, F.Y.S., & Mok, T.S.K. (2001).
Theeffectiveness of progressive muscle
Cooke, H. (2013). Progressive muscle relaxation training in managing nausea and
relaxation. CAM-Cancer Consortium. vomiting in Chinese breast cancer
patients. Suportive Care in Cancer Volume
Ellis, J.R. Thayer, J.F. (2010). Music and 10, Issue 2.
autonomic nervous system (ANS) function.
Music Percept ; 27 (4); 317-326. Mundy, Du Hamel, Montgomery. (2003). The
efficacy of behavioral interventions for
Ezzone S, Baker C, Rosselet R, Terepka E. cancer treatment-related side
(1998) Music as an adjunct to antiemetic effects.Seminclin neuro psychiaytry.
therapy. Oncol ners forum 25(9). 1551-6. 2003.Oct.8(4).253-75.