Pencegahan dehidrasi
Bagaimana mencampur oralit
Bagaimana memberikan oralit
Cairan rumah tangga yang lain
Meneruskan pemberian ASI
Pemberian makanan sebelum dan sesudah diare
Kapan harus kembali
Tanda dehidrasi
11. Pencegahan Sebisa mungkin berikan ASI dibandingkan susu formula
Ibu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum
berinteraksi dengan bayi
Vaksinasi rotavirus
12. Prognosa Baik
13. Tingkat evidensi III : berdasarkan keilmuan dokter
IV : kesepakatan di RS
14. Tingkat rekomendasi C, D
15. Penelaah kritis dr. Rafner Indra, Sp.A
dr. Delfican, Sp.A.M.Biomed
16. Kepustakaan 1. WHO; Diare akut, dalam Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah sakit,
WHO 2009, hal 133-142.
2. Pujiadi, AH dkk: Diare Akut, dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia Jilid I, IDAI 2010, hal 58-62.
3. Karyana IPG dkk : Strategi dalam tatalaksana diare pada anak, dalam
Kumpulan Naskah Lengkap Kongres Nasional IV Badan Koordinasi.
4. Gastroenterologi Anak Indonesia, Medan, 4-7 Desember 2010 hal 18-27
5. Sinuhaji, AB: Terapi cairan parenteral pada bayi dan anak, dalam Naskah
Lengkap Simposium Terapi Cairan Parenteral Pada Bayi dan Anak, Medan
1993, hal; 1 – 10.
Sesak nafas
Demam
Kesulitan makan/minum
Tampak lemah
- Anti biotik
Lini pertama
Chloramfenicol 50 – 100 mg/Kg BB/ hari/ peroral/ IV
selama 10 – 14 hari atau sampai 3 hari bebas demam,
atau
Amoxicillin 100 mg / kg BB / hari, peroral atau IV atau
Ampicillin 100 mg/KgBB/hari IV, selama 10 hari
Lini kedua
Ceftriaxon 100 mg / kg / BB / hari, dalam 1 atau 2 dosis
selama 5-7 hari (maksimal 4 gram per hari), atau
Cefixim 10 – 20 mg / kg BB/ hari peroral dibagi dua
dosis selama 10 hari
Tirah baring
Pemberian cairan intravena kalau. Diperlukan
Diet: Makanan lunak
- Antipiretik, diberikan bila demam > 39oC, kecuali pada
pasien dengan riwayat kejang demam dapat diberikan
lebih awal
- Diet
Pemantauan
- Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Apabila pada
hari ke 4-5 setelah pengobatan demam tidak reda, maka
harus segera kembali dievaluasi adakah komplANAKsi,
sumber infeksi lain, resistensi S. typhi terhadap antibiotik
atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis.
Suhu subfebris.
Langkah awal:
- Mencegah kehilangan panas dengan jalan menyiapkan
tempat melakukan pertolongan di tempat yang kering dan
hangat.
- Memposisikan bayi dengan baik, yaitu dengan kepala
bayi setengah tengadah ( sedikit ekstensi ) atau mengganjal
bahu bayi dengan kain, kernudian bersihkan jalan nafas
dengan alat penghisap yang tersedia, kemudian
mengeringkan bayi dengan kain yang kering dan hangat dan
diganti kain yang basah dengan yang kering dan hangat
sambil memberikan rangsangan taktil.
- Memposisikan kembali bayi, sambil dinilai : usaha
nafas, denyut jantung dan wama kulit.
Keterangan :
Cara membersihkan jalan nafas bayi
a. Membersihkan jalan nafas dengan ketentuan
1. Bila air ketuban bersih tidak bercampur mekonium,
dihisap melalui mulut kemudian hidung
2. Bila air ketuban bercampur mekonium, bila bayi
menangis nafas teratur, lakukan asuhan bayi baru lahir
normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis,
lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan
nafas dengan membuka mulut lebar-lebar dan
menghisap agak dalam tetapi pelan.
b. Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jantung
dan warna kulitnya
1. Bila bayi menagis, atau sudah bemafas dengan teratur,
wama kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi baru
lahir normal
2. Bila bayi tidak menangis atau bernafas megap-megap
atau wama kulit bayi biru atau pucat atau denyut
jantung kurang dari 100 kali per menit lanjutkan
langkah resuitasi dengan melakukan ventilasi tekanan
positif
(Selanjutnya Lihat Langkah Resusitasi
Keterangan
Cara memposisikan bayi dan membersihkan jalan nafas bayi
Memposisikan bayi dan membersihkan jalan nafas bayi
Posisikan bayi untuk berbaring pada punggungnya
atau miring dengan kepala / leher sedikit diekstensANAKn
untuk membuka jalan nafasnya dan memudahkan aliran
udara. Hindarkan hiperekstensi kepala, atau menekuk
kepala ke arah dada karena kedua manuver ini dapat
menghalangi jalan nafas bayi.
JIKA belum dilakukan, klem dan potong tali pusat
untuk memungkinkan posisi yang sesuai dengan bayi.
Gunakan penghisap lendir dan kondisi disinfeksi
tinggi / steril atau bola karet penghisap yang baru dan
bersih untuk menghisap lendir dimulut, kemudian hidung
bayi secara halus dan lembut. Hisap mulut terlebih dulu
untuk memastANAKn tidak ada sesuatu yang dapat
teraspirasi oleh bayi saat hidungnya diisap. Jangan
menghisap jalan nafas dengan kuat atau dalam-dalam
karena hal ini dapat menyebabkan jantung bayi
melambat atau bayl berhentl nafas. Penghisapan lendir
secara hati-hati akan membersihkan cairan dan lendir dari
jalan nafas dan dapat merangsang bayi untuk memulai
bernafas.
Rangsangan taktil
JIKA bayi baru lahir mulai bernafas secara memadai
setelah tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap,
berikan rangsangan taktil secara singkat. Pada saat
melakukan rangsangan taktil, pastANAKn bahwa bayi
diletakkan dalam posisi yang benar dan jalan nafasnya
telah bersih.
Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati
Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki, atau
tangan (ekstremitas) satu atau dua kali.
Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi
satu atau dua kali.
Proses menghisap lendir, pengeringan dan merangsang bayi
tidak berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak
lahir hingga proses tersebut selesai. JIKA bayi terus mengalami
kcsulitan bernafas, segera mulai tindakan ventilasi aktif
terhadap, bayi. Meneruskan rangsangan pada bayi yg tidak
memberi memberi respon untuk bernafas hanya akan
membuang waktu yang berharga dan membahayakan
kesehatan dan kenyamanan bayi.
Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan
banyak menolong dan malahan dapat membahayakan bayi.
Langkah Resusitasi:
1. Bila bayi menangis atau bemafas megap-megap atau warna
kulit bayi biru atau pucat atau denyut jantung kurang 100
kali per menit, lakukan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi tekanan positif
2. Tetapi sebelumnya periksa dan yakinkan bahwa alat
resusitasi berupa balon resusitasi dan sungkup muka telah
tersedia dan berfungsi baik (lakukan tes untuk balon dan
sungkup muka)
3. Cuci tangan dan memakai sarung tangan sebelum
memegang atau memeriksa bayi
4. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali
muka dan dada bagian atas, letakkan pada alas dan
lingkungan yang hangat
5. Periksa ulang posisi bayi dan yakinkan kepala dalam posisi
setengah tengadah (sedikit ekstensi)
6. Letakkan sungkup muka pada wajah bayi dan harus
menutup dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk
semacamt lekatan antara sungkup dan wajah
7. Tekan balon resusitasi yang telah dihubungkan dengan
oksigen dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan
tergantung pada ukuran balon resusitasi
8. Periksa lekatan dengan melakukan ventilasi dua kali dan
periksa gerakan dada
9. Bila lekatan baik (tidak bocor) dan terlihat gerakan dada,
maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen, bila
tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan
10.Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 – 60 x/menit
dengan tekanan yang tepat dengan melihat gerakan dada,
maik turun selama ventilasi
11.Bila dada naik turun dengan baik berarti ventilasi adekuat
12.Bila dada tidak naik, periksa lekatan sungkup yang tidak
abik, reposisi kepala, periksa sumbatan jalan nafas, isap
lendir.
13.Lakukan ventilasi selama 30 detik : kemudian lakukan
penilaian segera tentang pernafasa, denyut jantung da
warna kulit :
Bila frekuensi nafas normal (30-60x /menit),
frekuensi jantung > 100x /menit, bayi kemerahan,
hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit dengan kulit
ibunya, lakukan asuhan normal bayi baru lahir (menjaga
bayi tetap hangat, mulai pemberian ASI dini dan
pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi)
Bila bayi belum bernafas spontan atau frekuensi
jantung <100x /menit ulangi lagi ventilasi selama 30
detik, kemudian lakukan penilai ulang
Bila bayi bernafas, tetapi terlihat cekungan dinding
dada, maka lakukan ventilasi dengan mengupakan
oksigen
Bila bayi masih tidak bernafas, nafas megap-megap
teruskan bantuan nafas dengan ventilasi tekanan positif
Bila frekuensi jantung <60x/ menit, teruskan ventilasi,
mulai kompresi dada, pertimbangkan intubasi
endotracheal.
Lakukan penilaian setiap 30 cetik, dengan menilai
usaha nafas,Denyut jantung dan warna kulit
JIKA bayi tidak bernafas secaral teratur setelah ventilasi
selama 20 menit,
• Pasang pipa nasogastrik untuk mengurangi atau
mengosongkan udara dalam lambung, bila bayi
kembung
• Segera rencanakan untuk melakukan
penanganan lanjutan
JIKA tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada
Perbaikan denyut jantung bayi setelah ventilasI lama 20
menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal
dan beri bantuan emosional pada keluarga
Perawatan pasca resusitasi
Setelah bayi berhasil dilakukan resusitasi, maka segera lakukan
asuhan bayi normal dengan :
a. Menjaga bayi tetap hangat: kontak kulit dengan ibu
atau rawat di incubator
b. Menyusui dengan ASI sedini mungkin
c. Mencegah infeksi dan pemberian imunisasi (bila tersedia)
Edukasi Penjelasan tentang perjalananan penyakit, komplANAKsi
dan prognosis.
Rencana perawatan
Pencegahan
Prognosa Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Tingkat evidensi III, IV
Tingkat rekomendasi C, D
Penelaah kritis dr. Rafner Indra, Sp.A
dr. Delfican, Sp.A.M.Biomed
Kepustakaan 1. Kosim, MS dkk: Asfiksia pada bayi, dalam Buku Acuan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Depkes RI
2005, hal: 69 – 78.
2. Kattwinkel, J: Penggunaan balon dan sungkup
resusitasi, dalam Buku Panduan Resusitasi Neonatus,
American Acedemic of Pediatric hal: 3-1 s/d 3-20.