RoadMap Sida
RoadMap Sida
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................................vi
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Sistematika Penulisan..........................................................................................8
Aspek Geografis.................................................................................................11
Aspek Ekonomi...................................................................................................13
Potensi Daerah...................................................................................................15
Budaya Inovasi...................................................................................................37
Padi...........................................................................................................70
Karet.......................................................................................................... 70
Ikan Patin..................................................................................................71
PUSTAKA................................................................................................................... 116
Gambar 1. Peta Kabupaten Banjar dan batas-batas kecamatan dan daerah lainnya.
..................................................................................................................12
Tabel 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012................................................................................................14
Tabel 2. Struktur perekonomian Kabupaten Banjar dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012................................................................................................16
Tabel 3. Proyeksi pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan tahun 2011-
2015.......................................................................................................... 17
Tabel 5. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis komoditas padi. .23
Tabel 6. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis komoditas karet. 24
Tabel 7. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis komoditas ikan
patin........................................................................................................... 26
Tabel 12. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
..................................................................................................................34
Tabel 13. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
pengembangan padi/beras.......................................................................34
Tabel 14. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
pengembangan karet................................................................................35
Tabel 15. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
komoditas/produk patin.............................................................................36
Tabel 20. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional.....................................................................................................45
Tabel 21. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional untuk komoditas padi..................................................................45
Tabel 22. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional untuk komoditas karet.................................................................46
Tabel 23. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional untuk komoditas/produk patin.....................................................46
Tabel 30. Tantangan dan peluang penguatan sistem klaster industri yang inovatif. .55
Tabel 31. Penentuan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) pada aspek internal dan
eksternal....................................................................................................76
Tabel 32. Faktor Kunci Keberhasilan pada masing-masing faktor dalam analisis
SWOT.......................................................................................................77
Tabel 33. Strategi dan arah kebijakan penguatan sistem inovasi Kabupaten Banjar
Tahun 2016 – 2021...................................................................................82
Tabel 34. Fokus dan program prioritas penguatan sistem inovasi Kabupaten Banjar
Tahun 2016 – 2020...................................................................................85
Tabel 35. Indikator kinerja kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis. .90
Tabel 36. Indikator kinerja kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi,
praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis
teknologi....................................................................................................90
Tabel 40. Rencana aksi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kabupaten Banjar 2016-2020
..................................................................................................................94
Latar Belakang
perubahan kinerja ekonomi dari berbasis sektor primer (pertanian dan pertambangan)
menjadi berbasis sektor sekunder (industri pengolahan) yang memiliki nilai tambah
lebih tinggi.
berkembang. Hal ini dapat didukung oleh kemampuan daerah dalam menciptakan
agar memiliki keunggulan ekonomi melalui produk dan komoditas yang berdaya
saing.
perkembangan ekonomi daerah menjadi tidak optimal. Berbagai potensi yang dimiliki
pemerataan ekonomi tidak seperti yang diinginkan. Di sisi lain, era keterbukaan
ekonomi global dan era otonomi daerah yang berlaku sekarang menuntut adanya
percepatan perwujudan daya saing daerah. Tanpa daya saing maka daerah akan
pengembangan sistem inovasi daerah. Dengan adanya desain ini diharapkan mampu
cepat dan efektif. Sistem Inovasi Daerah (SIDa) dapat mendukung pengembangan
wilayah di daerah berdasarkan pada keunggulan dan kompetensi daerah. Hal ini
merupakan salah satu cara dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah
tersebut.
yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penyediaan sumber
pangan berupa beras, daging unggas, telor dan hasil perikanan. Selain itu daerah ini
juga menjadi penghasil komoditas perkebunan seperti karet dan kelapa sawit.
sektor primer ini memerlukan dukungan sektor sekunder dan tersier dalam
seperti transportasi dan keuangan. Selain itu, dukungan lebih luas yakni di bidang
mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur telah dituangkan dalam
Nasional (RPJPN). Untuk melaksanakan dan mencapai satu tujuan diperlukan suatu
rencana yang dapat merumuskan secara lebih konkrit mengenai cara pencapaian
tujuan tersebut. RPJPN yang terdiri dari empat RPJMN merupakan sebuah dokumen
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
persaingan dan ketidakpastian global yang makin meningkat, jumlah penduduk yang
makin banyak, dan batas negara yang semakin tipis, serta dinamika masyarakat yang
Berdasarkan laporan The Global Competitiveness (2013 -2014) yang dirilis oleh
World Economic Forum, daya saing Indonesia tahun 2013 telah naik peringkat dari
urutan 50 pada tahun 2012 menjadi urutan 38 di tahun 2013 dari 152 negara.
signifikan ini tidak terlepas dari peningkatan kualitas sumber-daya manusia dalam
disebabkan adanya kemajuan di pilar infrastruktur, efisiensi di pasar tenaga kerja, dan
bawah beberapa negara sekawasan seperti Singapura (urutan 2), Malaysia (ke-24),
Brunei Darussalam (26), dan Thailand (ke-37), Indonesia hanya lebih baik daripada
Filipina yang berada pada ranking 59 dan Vietnam pada ranking 70. Oleh sebab itu,
ekonomi antar negara yang semakin meningkat. Salah satu upaya meningkatkan
daya saing adalah dengan penguatan sistem inovasi, sebab daya saing suatu negara
dasarnya merupakan sistem (suatu kesatuan) yang terdiri dari sehimpunan aktor,
terdapat tiga komponen utama dalam penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa), yaitu
sistem inovasi daerah adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk
(perusahaan dan UMKM), dan masyarakat di daerah. Selanjutnya unsur yang tidak
kalah penting adalah networking dari para agen pembangunan itu sendiri dalam
rangka mengembangkan daya saing daerah dan kapasitas inovatif yang tinggi
melalui kerjasama dari unsur-unsur penggerak SIDa baik dalam pengembangan iptek
oleh inovator, difusi dan proteksi inovasi, dan kebijakan pendukung oleh pemerintah,
serta penerapan dari inovasi oleh dunia usaha dan bisnis. Dalam pelaksanaannya
Bersama Menteri Negara Ristek dan Teknologi Nomor 03 dan Menteri Dalam Negeri
roadmap. Sistem Inovasi Daerah dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya saing
daerah. Sistem ini menuntut peran aktif dan sinergis antar elemen akademisi, bisnis
dan pemerintah.
Roadmap atau peta rencana, adalah salah satu alat perencanaan berorientasi
masa depan atau foresight yang merupakan perencanaan dinamis yang mampu
masa depan yang diinginkan secara rasional, dan menjadikannya sebagai dasar
digunakan sebagai landasan hukum mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Riset
dan Teknologi Nomor 03 Tahun 2012 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun
2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah. Peraturan bersama ini dilandasi
Pembangunan Nasional.
Pembangunan Daerah.
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Perencanaan yang dimuat dalam Roadmap SIDa akan memuat siapa yang
output tersebut, dan proses monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang
dimaksud secara berkala. Kondisi ini berguna untuk menentukan apakah perlu
diinginkan.
Daerah.
daerah.
ini, daerah yang tidak mempunyai lahan maupun agroklimat yang tidak sesuai untuk
industri hulu maupun dari aspek hilirisasi kegiatan agroindustri, dengan tetap
Seperti yang telah ditetapkan, bahwa salah satu tujuan penyusunan roadmap
SIDa adalah sebagai bahan masukan dalam penyusunan Dokumen RPJMD, maka
apabila peraturan daerah tentang RPJM Kabupaten Banjar telah ditetapkan, maka
Sistematika Penulisan
perencanaan lainnya.
di Kabupaten Banjar.
3. Kondisi Sistem Inovasi Daerah Saat Ini. Pada bab ini dijelaskan SIDa yang
umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis; Kelembagaan dan daya dukung
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan nasional; dan
Banjar, baik yang ada sekarang maupun antisipasi yang harus dilakukan untuk
5. Kondisi Sistem Inovasi Daerah yang Akan Dicapai. Bab ini menjelaskan
kondisi SIDa yang akan dicapai pada lima tahun yang akan datang. Adapun
kondisi yang dimaksudkan didasarkan pada analisis pada dua bab terdahulu
6. Tujuan dan Sasaran Penguatan Sistem Inovasi Daerah. Bab ini terdiri dari
dua uraian, yaitu tujuan penguatan SIDa adalah kegiatan yang dilakukan
hasil yang ingin dicapai dalam penguatan SIDa secara spesifik dalam kurun
sekaligus tujuan penguatan SIDa. Adapun langkah yang dimaksud antara lain
lembaga penelitian (PT ataupun balai penelitian lainnya), yang nantinya akan
Kebijakan Tematik.
program yang akan dilaksanakan sesuai dengan fokus yang sudah diuraikan
merupakan cara untuk mencapai target kinerja sasaran melalui strategi dan
10. Rencana Aksi Penguatan Sistem Inovasi Daerah, berisi implementasi strategi
penguatan SIDa dalam jangka waktu tertentu yang mencakup berbagai arah
Aspek Geografis
berbatasan dengan:
Banjarmasin.
Banjarbaru.
Kabupaten Banjar dilewati jalur transportasi antar provinsi, yaitu antara Provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, sehingga memiliki posisi strategis. Ditinjau
kecamatan, 7 kelurahan, dan 281 desa dengan luas wilayah keseluruhan 4.672,68
km2 atau ± 12,49% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Jika dibanding dengan
sebanyak 26%, 8-25 m sebanyak 4%, 26-100 m sebanyak 16%, 101-250 m sebanyak
41%, 251-500 m sebanyak 10%, dan >500 m sebanyak 3%. Sedangkan klasifikasi
surut yang sebagian di antaranya diperuntukkan sebagai lahan pertanian sawah barat
atau lahan basah. Sedangkan di bagian timur berupa daerah berbukit yang
antaranya diperuntukkan sebagai lahan sawah timur. Kelas kemiringannya terdiri dari
0-2% sebanyak 45,63%, >2-15% sebanyak 23,17%, >15-40% sebanyak 26,19%, dan
Gambar 1. Peta Kabupaten Banjar dan batas-batas kecamatan dan daerah lainnya.
dua musim yaitu musim kemarau (April-September) dan musim hujan (Oktober-
Maret). Keadaan ini berkaitan dengan arus angin pasat, di mana pada musim
kemarau angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sedang
sebaliknya pada musim hujan arus angin berasal dari timur laut yang banyak
Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh ketinggian dan jarak dari pantai.
minimum terjadi pada bulan Juli. Kelembaban udara relatif tinggi dengan kisaran
Curah hujan bulanan Kabupaten Banjar rata-rata 171,33 mm. Curah hujan
terendah terjadi pada bulan September, sedangkan tertinggi terjadi pada bulan
Desember. Adapun rata-rata hari hujan bulanan adalah 17. Sementara itu, bulan
kering (curah hujan <60 mm) dalam setahun ada empat bulan, yakni bulan Juli
sampai dengan Oktober. Dalam setahun terdapat tujuh bulan basah. Kondisi ini
Aspek Ekonomi
sebesar 3.24%, dengan PDRB mencapai nilai Rp 3,91 trilyun. Pada tahun 2009,
5,29%. Kemudian menjadi 5,58% di tahun 2011. Jika dibandingkan dengan tahun
batubara. Pada tahun 2010 sektor pertanian hanya mengalami pertumbuhan nilai
tambah sebesar 4,42% dan sektor pertambangan dan galian rata-rata tumbuh
sebesar 5,58% (2000-2010). Selain itu, yang cukup menonjol dalam kenaikan
pertumbuhan adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mencapai 23,91
pada tahun 2008, dan sedikit melambat pada tahun 2010 menjadi hanya 23,32%.
perlambatan pertumbuhan yaitu hanya sebesar 5,58% dibanding tahun 2008 namun
lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang hanya bertumbuh 5,29%. Perlambatan
pertumbuhan pada tahun 2010 dibanding tahun 2008 merupakan dampak dari
penurunan pertumbuhan NTB (Nilai Tambah Bruto) yang diciptakan oleh sub-sektor
PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
besaran nilai tambah yang bisa dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan
atas dasar harga konstan dimaksudkan untuk melihat secara riil besaran nilai tambah
Menurut perhitungan atas dasar harga berlaku, dari nilai tambah yang
sebesar Rp 5,29 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar
Rp 4,54 triliun, dan tahun 2009 menjadi Rp 6,15 triliun. Diperkirakan nilai PDRB
sedangkan pada tahun 2009 angka mencapai Rp 3,19 triliun, dan tahun 2010
diperkirakan akan mencapai Rp 3,35 triliun. Pertumbuhan PDRB mulai tahun 2008-
2010 terus mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 6,9 dan 6,18%, dan
Potensi Daerah
sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dengan segala aspeknya.
Walaupun demikian, secara spesifik struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah
yang diciptakan oleh masing-masing sektor ekonomi tadi mempunyai korelasi dan
PDRB suatu daerah. Di samping itu, struktur ekonomi juga dapat menggambarkan
seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap suatu sektor. Suatu sektor
ekonomi yang mempunyai peranan yang cukup besar, akan menjadi andalan bagi
daerah.
Banjar, perlu dilihat peranan masing-masing sektor terhadap PDRB total. Peranan
sektor pertanian pada kurun waktu tahun 2009-2011 tetap dominan dengan kontribusi
masing-masing sebesar 22,23, 21,91, dan 21,48%. Tentu saja hal ini sejalan dengan
besarnya jumlah tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian bila dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2009 terjadi pergeseran sektor yang paling
dominan. Pada tahun ini sektor pertanian hanya menduduki posisi kedua di bawah
peranan sektor perdagangan, restoran dan hotel. Kontribusi sektor ini pada tahun
2009 sebesar 22,23% dan pada tahun 2011 menurun yaitu 21,48%. Sedangkan
semakin bergeser ke arah sektor sekunder dan tersier seperti sektor bangunan dan
galian.
Tabel 2. Struktur perekonomian Kabupaten Banjar dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012
peranan sektor ini pada tahun 2009 mencapai 23,47% dan tahun 2011 sebesar
23,54%.
mencapai 24% dengan nominal nilai tambah sebesar Rp 1,78 triliun. Sub-sektor yang
sangat menunjang penciptaan NTB sektor ini adalah sub-sektor perdagangan besar
dan eceran. Sedangkan untuk sub-sektor lainnya, yakni restoran/rumah makan dan
terus menerus mengalami peningkatan rata-rata sekitar 0,09% per tahunnya. Rincian
Capaian inovasi yang terjadi di Kabupaten Banjar merupakan wujud dari kondisi
sistem inovasi yang ada saat ini. Sebuah sistem inovasi mencakup keseluruhan
dalam sebuah sistem menentukan dinamika inovasi. Kondisi sistem inovasi dapat
4. Budaya inovasi.
nasional.
Analisis kondisi SIDa yang telah dicapai hingga saat ini akan menjadi baseline
bagi kondisi SIDa yang ingin dicapai dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi SIDa
yang telah dicapai hingga saat ini berperan sangat penting sehingga dibutuhkan
rapat koordinasi yang dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2014 di Kantor Bappeda
pengembangan agroindustri berbasis komoditas karet, padi, dan ikan patin untuk
Unsur pertama dalam kerangka kebijakan inovasi adalah kerangka umum yang
kondusif bagi inovasi dan bisnis. Cakupan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi
1. Basis Data Inovasi dan Bisnis: meliputi seluruh data untuk meningkatkan
kapasitas inovasi dan bisnis. Secara umum perkembangan basis data dan
inovasi bisnis di Kabupaten Banjar belum optimal. Data dan informasi yang
terkait dengan inovasi seperti hasil-hasil riset terbaru hanya tersimpan secara
sporadis pada berbagai unit kerja yang terkait langsung dengan kegiatan
menyentuh pada pembangunan sistem data dan informasi yang terpadu ini.
Sebagai konsekuensinya, daerah atau dalam hal ini dimotori oleh pemerintah
komprehensif tertata dan terencana (by design). Hal ini juga berimbas pada
Oleh karena itu, pengembangan basis data yang sudah ada hendaknya
kegiatan inovasi daerah dan daya dukungnya. Dokumen yang memuat arah
kebijakan umum seperti roadmap SIDa yang masih dibuat ini akan dijabarkan
Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03 Tahun 2012 dan Menteri Dalam
minimal (SPM) bagi perizinan merupakan salah satu pintu bagi berperannya
dunia usaha dalam pengembangan inovasi. SPM pada tingkat tertentu sudah
optimal dilaksanakan.
dukungan pada level prasarana yang disebut infrastruktur dasar inovasi dan
berjalan maupun yang baru didirikan, sejak awal atau cikal bakal pendiriannya.
Selatan Ventura (SKV) telah berjalan dengan baik. Wadah ini memberikan
kemudahan bagi pengusaha yang tidak memiliki asset sebagai jaminan untuk
sentra HKI masih belum berdiri. Meskipun demikian, secara fungsional peran
wadah-wadah ini telah berjalan pada instansi-instansi yang sudah ada. Hanya
4. Insentif Inovasi dan Bisnis: cakupan pemberian insentif untuk inovasi dan
bisnis bisa merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
dilakukan secara khusus di Kabupaten Banjar. Fasilitasi dan insentif selama ini masih
dilakukan secara umum bagi kegiatan investasi di berbagai lapangan usaha dalam
berkembangnya inovasi. Kondisi kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan
bisnis di Kabupaten Banjar hingga saat ini secara umum dapat dilihat dari tabel
berikut ini.
Definisi/Pengertian
No. Variabel Capaian
Variabel
1 Basis Data Seluruh data terkait Belum optimal
Inovasi dan pengembangan inovasi Hasil-hasil riset di daerah hanya tersimpan
Bisnis dan bisnis sporadis di berbagai unit kerja masing-
masing.
Sistem informasi belum terkoordinasi dan
terpadu.
Layanan data terbatas dan parsial.
Belum terdapat jaringan informasi online
tentang inovasi di daerah secara
komprehensif tertata dan terencana (by
design).
2 Regulasi yang Seluruh regulasi daerah Sudah terdapat regulasi yang dapat
kondusif bagi untuk mendukung mendukung kondisi yang kondusif bagi
Inovasi dan inovasi dan bisnis penguatan SIDa tapi bersifat parsial/sektoral.
Bisnis secara berkelanjutan Standar pelayanan minimal (SPM) dalam
perizinan menjadi pintu masuk bagi peran
dunia usaha semakin meningkat.
3 Infrastruktur Infrastruktur yang Sudah terdapat infrastruktur bagi penguatan
Dasar Inovasi mendukung inovasi dan SIDa tapi bersifat parsial/sektoral misalnya
dan Bisnis bisnis dalam hal pembiayaan, litbangyasa,
informasi, dan lainnya.
4 Insentif untuk Insentif yang diberikan Belum dilakukan secara khusus, baru
Inovasi dan oleh Pemda kepada terbatas kemudahan-kemudahan pelayanan
Bisnis masyarakat dan dunia publik yang diperuntukkan secara umum.
usaha
Banjar, maka seluruh variabel, definisi, indikator, dan sumber data komoditas
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Basis data Seluruh data terkait Persentase data inovasi dan 100%.
inovasi dan pengembangan bisnis komoditas padi/beras
bisnis inovasi dan bisnis yang tersedia menyangkut luas
padi lahan, produksi dan
produktivitas.
Pelayanan kebutuhan basis data Sudah
inovasi dan bisnis komoditas
padi/beras oleh pemerintah
daerah.
Data sarana produksi dan Sudah
peralatan untuk pengembangan
padi.
Data industri penggilingan padi Hanya jumlah
termasuk kapasitas terpasang.
Data industri pengolahan bahan Masih global
makanan berbasis padi/beras
2 Regulasi yang Seluruh regulasi Ketersediaan Roadmap Sudah
kondusif bagi daerah untuk Penguatan SIDa.
inovasi dan mendukung inovasi Regulasi berupa perda tentang Sudah
bisnis dan bisnis secara
perlindungan lahan pertanian
berkelanjutan
pangan berkelanjutan di
Kabupaten Banjar.
Regulasi berupa perda tentang Sudah
pemanfaatan air irigasi Riam
Kanan.
Ketersediaan sistem perizinan Sudah
bisnis dan investasi untuk
industri penggilingan padi.
Regulasi tentang pembinaan Sudah
UMKM pengolahan bahan
makanan berbahan utama beras
beras.
3 Infrastruktur Infrastruktur yang Jumlah inkubator bisnis Nihil
dasar inovasi mendukung inovasi dan/atau teknologi komoditas
dan bisnis dan bisnis padi/beras.
Tabel 6. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis komoditas karet
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Basis data Seluruh data terkait Persentase data Luasan : 27.874 ha
inovasi dan pengembangan inovasi dan bisnis (24.770 ha PR; 2.261 ha
bisnis karet. inovasi dan bisnis. komoditas karet yang PBN; dan 843 ha PBS)
tersedia menyangkut Produksi : 17.999 ton
luas lahan, produksi (16.109 ton PR; 1.299 ton
dan produktivitas. PBN; dan 591 ton PBS)
Produktivitas: 1.010
ton/ha (858 ton/ha PR;
1.157 ton/ha PBN; dan
1.014 ton/ha PBS).
Jumlah petani Jumlah petani: 17.490
petani (16.983 petani di
PR; 177 petani di PBN,
dan 330 petani di PBS).
Sentra perkebunan Kecamatan Karang Intan,
karet Simpang Empat,
Mataraman, dan
Pengaron). Terdapat 7
UPPB. Permintaan
produk karet (lump,
crepe, RSS) relatif tinggi,
baik domestik maupun
luar daerah.
Pelayanan kebutuhan N.a.
basis data inovasi dan
bisnis komoditas karet
oleh pemerintah
daerah.
Data sarana produksi Tersebar
dan peralatan untuk
pengembangan karet.
Data industri 5 UPH produk RSS, 1
Tabel 7. Kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis komoditas ikan
patin
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Basis data Seluruh data terkait Kondisi Hulu Kawasan Perikanan
inovasi dan pengembangan Jumlah unit usaha Budidaya (Riam Kanan
bisnis. inovasi dan bisnis berdasarkan jenis + Cindai Alus): 1.671
lahan. ha, data lain.
Jumlah produksi. Jumlah produksi ikan
Jumlah pekerja/petani patin budidaya kolam
Jumlah dan jenis 11.593,96 ton atau
sarana pendukung. 29,45% seluruh
produksi budidaya
Potensi Hilir 39.373 ton (2011).
Luas pasar ikan patin Rumah Tangga
(dari luar dan dalam Perikanan kolam 1.442
kabupaten). atau 92,55% dar RT
Jumlah dan jenis budidaya 1.559 (2011)
usaha pengolahan ikan dan cenderung turun.
patin. Kolam di Kecamatan
Jumlah pabrik Martapura Kota 650
pengolahan. RTP dengan produksi
11.096,26 ton dan di
Luas pasar produk
Kecamatan Martapura
olahan patin Barat 169 RTP dengan
produksi 5.517,60 ton.
Permintaan pasar
konsumsi sampai ke
Kalimantan Tengah.
Ada beberapa
kelompok/asosiasi
Pembudidaya
2 Regulasi yang Seluruh regulasi Ketersediaan SK Bupati: Minapolitan.
Teknologi Pertanian (BPTP), Balai Benih Ikan Induk, Badan Sertifikasi Benih
Pertanian.
2. Daya Dukung Iptek: mencakup seluruh sumber daya iptek. Sumber daya
pendanaan melalui berbagai bentuk kerja sama di bidang penelitian baik dari
menerapkan ini ditentukan oleh daya absorpsi. Untuk itulah perlu usaha untuk
kapasitas pelaku usaha dikenal istilah inkubasi bisnis yang dijalankan dalam
bisnis yang telah berjalan sejak 1998. Dinas Koperasi dan UMKM memiliki
serta kemampuan absorb UMKM di Kabupaten Banjar hingga saat ini secara umum
Definisi/Pengertian
No. Variabel Capaian
Variabel
1 Kelembagaan Seluruh lembaga Tersebar di berbagai instansi pemerintahan,
Litbangyasa litbangyasa di daerah perguruan tinggi, maupun di lembaga milik
swasta tapi belum optimal.
Banjar, maka seluruh variabel, definisi, indikator, dan sumber data komoditas
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Kelembagaan Seluruh lembaga Jumlah lembaga litbangyasa 2 unit.
litbangyasa. litbangyasa di daerah pengembangan padi.
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Kelembagaan Seluruh lembaga Jumlah lembaga N.a.
litbangyasa litbangyasa di litbangyasa karet.
daerah
Jumlah penangkar benih Ada.
karet.
Jumlah balai penyuluh. N.a.
2 Daya dukung Sumber daya Jumlah sumberdaya 11 orang.
iptek/litbangya iptek/litbangyasa penyuluh perkebunan.
sa
Jumlah UPPB (Unit 7 UPPB.
Pengolahan Pemasaran
Bokar).
Persentase pengeluaran Ada.
pemerintah daerah untuk
iptek/litbangyasa terhadap
PDRB dan/atau APBD.
3 Daya absorpsi Seluruh upaya Jumlah program pelatihan Ada.
UMKM peningkatan daya dan pendampingan untuk
absorpsi UMKM UMKM pengolahan karet.
untuk
memanfaatkan dan Jumlah program Ada.
mengembangkan pembinaan terhadap
iptek. UPPB.
Jumlah pelayanan N.a.
inkubasi bisnis bagi
UMKM berbasis karet.
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Kelembagaan Seluruh lembaga Jumlah lembaga Balai Benih Air Tawar
litbangyasa. litbangyasa di litbangyasa (BBAT) Mandiangin.
daerah. komoditas/produk Balai Benih Ikan (BBI)
ikan patin. Sentral Karang Intan
Balai Benih dan Induk
Ikan (BBII) Lokal
Karang Intan
Unit Pelayanan dan
Pengembangan
(UPP) budidaya
Perikanan Kabupaten
– SK Bupati
No.309/2006
2 Daya dukung Sumber daya Jumlah sumberdaya N.a.
iptek/litbangya iptek/litbangyasa. manusia iptek.
sa.
Persentase N.a.
Kolaborasi bagi inovasi dan difusi inovasi saat ini yang telah dicapai daerah
mencakup:
Banjar. Pada lingkup ini kemitraan antar lembaga sering terjadi, namun belum
masyarakat. Dalam hal ini perubahan yang terjadi tampak berjalan sangat
puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
cepat. Ini menandakan proses alih teknologi serta adopsi praktik baik dan
teknologi tepat guna masih rendah. Selain itu, pemanfaatan kepakaran dan
wadah ini, arah pengembangan inovasi dapat lebih fokus pada berbagai
dimulai dan berjalan terlebih dahulu. Pelayanan berbasis teknologi ini sangat
dibutuhkan bagi para pelaku usaha. Kabupaten Banjar masih dalam proses
unit kerja karena terhubung secara online. Hal ini sangat bermanfaat dalam
berkembang secara optimal di Kabupaten Banjar. Oleh karenanya, hal ini patut
teknologi di Kabupaten Banjar hingga saat ini secara umum dapat dilihat dari tabel
berikut ini.
Tabel 12. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
Definisi/Pengertian
No. Variabel Capaian
Variabel
1 Kemitraan Kerjasama antar Kemitraan yang berfungsi sebagai jaringan
Strategis dan lembaga untuk sistem inovasi belum berdiri
Kolaboratif untukmenumbuhkan program Kerja sama yang ada bersifat umum,
Inovasi yang strategis dan sporadis, berjangka pendek, dan parsial.
inovatif
2 Peningkatan Difusi hasil-hasil inovasi Berjalan sangat lambat
Difusi Inovasi (praktik baik, Belum adanya wahana interaksi seperti
pengetahuan, kawasan strategis/klaster yang kondusif bagi
kepakaran). difusi teknologi.
3 Pembangunan Membangun wahana Belum adanya wahana interaksi seperti
wahana interaksi untuk memperlancar kawasan strategis/klaster yang kondusif bagi
pelaku inovasi interaksi antara pelaku difusi teknologi
inovasi
4 Pelayanan Memberikan pelayanan Konsep e-government sudah mulai
Berbasis teknologi diterapkan namun pelayanan berbasis
Teknologi teknologi belum optimal.
Banjar, maka seluruh variabel, definisi, indikator, dan sumber data komoditas
Tabel 13. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
pengembangan padi/beras
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Kemitraan Kerjasama antar Jumlah kerjasama litbangyasa 5
strategis dan lembaga untuk pengembangan padi.
Tabel 14. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
pengembangan karet
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Kemitraan Kerjasama antar Jumlah kerjasama Ada
strategis dan lembaga untuk litbangyasa
kolaboratif menumbuhkan pengembangan karet.
untuk inovasi program yang
strategis dan inovatif Jumlah kerjasama Ada
penciptaan dan difusi
inovasi pengolahan karet.
Tabel 15. Kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta pelayanan berbasis teknologi
komoditas/produk patin
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Kemitraan Kerjasama antar Jumlah kerjasama Lembaga
strategis dan lembaga untuk litbangyasa terkait Litbangyasa Daerah,
kolaboratif menumbuhkan komoditas/produk patin. Perguruan Tinggi,
untuk inovasi program yang SKP terkait.
Budaya Inovasi
Inovasi: sejauh mana kondisi budaya inovasi yang telah diraih melalui
harus dimulai dan dari penanaman dan pembinaan budaya sejak dini.
lagi kalau terus ditingkatkan. Sampai saat ini hanya sebagian kecil
modal sosial lainnya yang dimiliki daerah sebagai sumber inovasi dan
masih rendah.
Hanya saja, jalan ke arah hal tersebut yang lebih fokus kepada bentuk
maupun yang akan berdiri belum terfokus pada bentuk usaha yang
inovatif.
Banjar hingga saat ini secara umum dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Definisi/Pengertian
No. Variabel Capaian
Variabel
Banjar, maka seluruh variabel, definisi, indikator, dan sumber data komoditas
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Penguatan Mendorong budaya Persentase jumlah lembaga 25%
budaya inovasi melalui jalur pendidikan formal yang sudah
inovasi pendidikan formal memiliki kurikulum
melalui dan non-formal untuk kewirausahaan terhadap
pendidikan peningkatan seluruh lembaga pendidikan
dan kewirausahaan. formal yang ada.
pelatihan.
Persentase muatan 100%
kewirausahaan dalam
kurikulum pendidikan formal
(SMA, SMK dan Perguruan
Tinggi).
Persentase jumlah lembaga 50%
pendidikan non formal yang
mendukung kewirausahaan
terhadap seluruh lembaga
pendidikan non-formal yang
ada.
2 Penguatan Mengelola teknologi Ketersediaan sistem 1
kohesi sosial masyarakat sebagai pengelolaan teknologi
sumber inovasi dan masyarakat berbasis padi.
mendorong peran
masyarakat dalam Jumlah prakarsa masyarakat Nihil
pembangunan terkait pengembangan
daerah serta teknologi pertanian padi yang
melakukan program didukung Pemda.
reversed brain-drain
3 Apresiasi dan Memberikan Jumlah kegiatan apresiasi 5
kampanye apresiasi terhadap karya inovatif bidang pertanian
inovasi karya yang inovatif per tahun.
dan terus
mengampanyekan Jumlah kegiatan kampanye 1
budaya inovasi budaya inovasi pertanian padi
per tahun.
Apresiasi dari pemerintah Lomba
daerah terhadap kelompok tani tahunan.
dan kontak tani teladan.
4 Penumbuhan Mendorong Rasio pewirausaha 40%
usaha baru tumbuhnya pengembangan padi terhadap
inovatif pewirausaha baru jumlah penduduk.
yang inovatif melalui
pemberian insentif Jumlah pewirausaha 15
inovatif/teknoprener baru pada
usahatani padi yang
mendapatkan bantuan teknis.
Jumlah pewirausaha 38
inovatif/teknoprener baru pada
usahatani padi yang
mendapatkan insentif
pembiayaan.
Jumlah pewirausaha 380
inovatif/teknoprener baru yang
mendapatkan pelatihan dan
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Penguatan Mendorong budaya Persentase jumlah lembaga 25%
budaya inovasi melalui jalur pendidikan formal yang
inovasi pendidikan formal sudah memiliki kurikulum
melalui dan non-formal kewirausahaan terhadap
pendidikan untuk peningkatan seluruh lembaga pendidikan
dan pelatihan kewirausahaan. formal yang ada.
Persentase muatan 100%
kewirausahaan dalam
kurikulum pendidikan formal
(SMA, SMK dan Perguruan
Tinggi).
Persentase jumlah lembaga 50%
pendidikan non formal yang
mendukung kewirausahaan
terhadap seluruh lembaga
pendidikan non-formal yang
ada.
2 Penguatan Mengelola teknologi Ketersediaan sistem N.a.
kohesi sosial masyarakat sebagai pengelolaan teknologi
sumber inovasi dan masyarakat berbasis karet.
mendorong peran
masyarakat dalam Jumlah prakarsa masyarakat Ada
pembangunan terkait pengembangan
daerah serta teknologi pertanian karet yang
melakukan program didukung Pemda.
reversed brain-drain
3 Apresiasi dan Memberikan Jumlah kegiatan apresiasi N.a.
kampanye apresiasi terhadap karya inovatif bidang
inovasi karya yang inovatif pertanian per tahun.
dan terus
mengampanyekan Jumlah kegiatan kampanye Ada
budaya inovasi budaya inovasi perkebunan
karet per tahun.
Apresiasi dari pemerintah
daerah terhadap kelompok
tani dan kontak tani teladan.
4 Penumbuhan Mendorong Rasio pewirausaha Petani
usaha baru tumbuhnya pengembangan padi terhadap karet/jumlah
inovatif pewirausaha baru jumlah penduduk. penduduk.
yang inovatif melalui
pemberian insentif Jumlah pewirausaha Ada
inovatif/teknoprener baru
pada usahatani karet yang
mendapatkan bantuan teknis.
Jumlah pewirausaha 5 kelompok
inovatif/teknoprener baru
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Penguatan Mendorong budaya Persentase jumlah 25%
budaya inovasi melalui jalur lembaga pendidikan
inovasi pendidikan formal formal yang sudah
melalui dan non-formal memiliki kurikulum
pendidikan untuk peningkatan kewirausahaan terhadap
dan pelatihan kewirausahaan. seluruh lembaga
pendidikan formal yang
ada.
Persentase muatan 100%
kewirausahaan dalam
kurikulum pendidikan
formal (SMA, SMK dan
Perguruan Tinggi).
Persentase jumlah 50%
lembaga pendidikan non
formal yang mendukung
kewirausahaan terhadap
seluruh lembaga
pendidikan non-formal
yang ada.
2 Penguatan Mengelola teknologi Ketersediaan sistem N.a.
kohesi sosial masyarakat sebagai pengelolaan teknologi
sumber inovasi dan masyarakat.
mendorong peran
masyarakat dalam Jumlah prakarsa
pembangunan masyarakat terkait
daerah serta pengembangan teknologi
melakukan program yang didukung Pemda.
reversed brain-drain
3 Apresiasi dan Memberikan Jumlah kegiatan apresiasi N.a.
kampanye apresiasi terhadap karya inovatif per tahun.
inovasi karya yang inovatif
dan terus Jumlah kegiatan
mengampanyekan kampanye budaya inovasi
budaya inovasi per tahun.
Apresiasi dari pemerintah
daerah terhadap UPPB.
4 Penumbuhan Mendorong Rasio pewirausaha Sebaliknya, RTP
usaha baru tumbuhnya pengembangan ikan patin menurun
inovatif pewirausaha baru terhadap jumlah
industri daerah dan nasional yang telah dicapai secara detail ditelusuri berdasarkan
indikator-indikator:
dalam suatu jaringan atau klaster industri. Kekuatan riil inovasi ada
bidang pertanian seperti sentra jeruk, sentra pertanian padi, dan lain-
hasil sumber daya sektor pertanian secara luas yang outputnya belum
Banjar ini.
memacu sistem inovasi dan klaster industri. Kebijakan antar daerah dan
antar daerah dengan pusat yang dilakukan oleh Kabupaten Banjar relatif
masih sedikit. Isu kerja sama regional terlebih yang terkait dengan
potensi yang dapat diperoleh dengan adanya hal ini sangatlah besar.
ini.
Tumbuhnya komitmen yang kuat dan sinergis akan sangat mendukung bagi
industri daerah dan nasional di Kabupaten Banjar hingga saat ini secara umum dapat
Tabel 20. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional
Definisi/Pengertian
No. Variabel Capaian
Variabel
1 Prakarsa Klaster Industri Berkembangnya Keberadaan klaster industri relatif
Unggulan Daerah dan/atau sehimpunan aktor cukup maju namun belum optimal
Prakarsa Sistem Inovasi bisnis dan non-bisnis terutama dalam mendukung
dalam jaringan atau inovasi.
klaster industri
unggulan daerah.
2 Koordinasi Kebijakan Adanya koordinasi Koordinasi vertikal maupun
Daerah, Daerah-Nasional kebijakan antar daerah horizontal antar lembaga masih
dan/atau antara daerah menemui kendala sehingga belum
dengan pusat yang optimal.
dapat memacu inovasi.
Banjar, maka seluruh variabel, definisi, indikator, dan sumber data komoditas
Tabel 21. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional untuk komoditas padi
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Prakarsa Berkembangnya Jumlah klaster pertanian padi 2
klaster industri sehimpunan aktor unggulan daerah.
unggulan bisnis dan non-bisnis
daerah dalam jaringan atau Prakarsa pemerintah daerah 1
dan/atau klaster industri dalam pengembangan klaster
prakarsa unggulan daerah pertanian padi unggulan
daerah.
Tabel 22. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional untuk komoditas karet
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Prakarsa klaster Berkembangnya Jumlah klaster N.a.
industri sehimpunan aktor perkebunan unggulan
unggulan bisnis dan non-bisnis daerah.
daerah dan/atau dalam jaringan atau
prakarsa sistem klaster industri Prakarsa pemerintah Ada
inovasi. unggulan daerah. daerah dalam
pengembangan klaster
karet unggulan daerah.
Jumlah insentif khusus Ada
untuk klaster perkebunan
karet unggulan daerah.
2 Koordinasi Adanya koordinasi Jumlah kebijakan antar Setda
kebijakan kebijakan antar daerah dan/atau antara
daerah, daerah daerah dan/atau daerah dengan pusat yang
– nasional. antara daerah selaras dan bersinergi
dengan pusat yang positif dalam
dapat memacu pengembangan karet.
inovasi.
3 Pengembangan/ Terbangunnya Adanya kelompok kerja Distanbunnak,
penguatan lembaga khusus klaster pengembangan BP4K.
kelembagaan untuk perkebunan karet.
khusus klaster mengembangkan
industri. klaster industri.
Tabel 23. Keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional untuk komoditas/produk patin
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Prakarsa Berkembangnya Jumlah klaster industri N.a.
yang telah diprogramkan. Salah satu isu paling hangat di tingkat global
oleh warga dunia. Setiap pihak harus berperan dalam menjaga alam,
dengan baik. Dunia perguruan tinggi acap kali berperan serta dalam
yang menjadi ukuran yang telah disepakati dunia. Jika tidak memenuhi
standar maka produk kita saja tidak mampu bersaing, malahan akan
Dalam hal ini jumlah HKI yang telah difasilitasi di daerah ini relatif kecil.
HAM. Salah satu isu yang selalu dikaitkan dengan pemasaran produk
yang terjadi di dalam negeri dapat dijadikan alasan untuk suatu negara
adalah penggunaan anak di bawah umur oleh perusahaan. Jika hal ini
kerja. Oleh karena itu, daerah harus lebih aktif melaksanakan isi ratifikasi
Tumbuhnya komitmen yang kuat dan sinergis akan sangat mendukung bagi
Kabupaten Banjar hingga saat ini secara umum dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Definisi/Pengertian
No. Variabel Capaian
Variabel
1 Lingkungan Prakarsa dan respons Program-program peduli lingkungan memang
program lingkungan sudah dijalankan namun belum optimal,
sanksi pelanggar belum jelas penegakannya
Keikutsertaan di forum internasional belum
jelas follow-upnya.
Banjar, maka seluruh variabel, definisi, indikator, dan sumber data komoditas
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Lingkungan. Prakarsa dan Jumlah kebijakan dalam 1
respons program pengembangan pertanian padi
lingkungan. yang ramah lingkungan.
Jumlah keikutsertaan dalam Nihil
forum lingkungan
internasional.
2 Standardisasi. Penerapan MSTQ. Jumlah penerapan standar Nihil
internasional pada produk
padi/beras dan pelayanan di
daerah.
Jumlah industri padi/beras Nihil
yang sudah melaksanakan
audit teknologi.
Pelayanan standardisasi untuk Nihil
produk padi/beras yang
inovatif.
3 HKI. Fasilitasi kepada Jumlah aktivitas pelayanan Nihil
masyarakat tentang HKI pada pertanian padi yang
HKI. diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
Jumlah paten yang telah Nihil
dimiliki oleh penduduk yang
berdomisili di daerah ini dalam
hal pengolahan bahan
makanan berbahan baku
beras.
4 Ketenagakerja Penggunaan tenaga Kesesuaian penggunaan Nihil
an. kerja terkait tenaga kerja pada usaha
ketentuan pertanian padi di daerah
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Lingkungan. Prakarsa dan Jumlah kebijakan yang N.a.
respons program berkaitan dengan
lingkungan pelestarian lingkungan.
Jumlah keikutsertaan N.a.
dalam forum lingkungan
internasional.
2 Standardisasi Penerapan MSTQ Jumlah penerapan N.a.
standar internasional
pada produk dan
pelayanan di daerah.
Jumlah industri yang N.a.
sudah melaksanakan
audit teknologi.
Pelayanan standardisasi N.a.
untuk produk inovatif.
3 HKI Fasilitasi kepada Jumlah aktivitas N.a.
masyarakat tentang pelayanan HKI yang
HKI diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
Jumlah paten yang telah N.a.
dimiliki oleh penduduk
yang berdomisili di
daerah ini.
4 Ketenagakerja Penggunaan tenaga Kesesuaian penggunaan N.a.
an kerja terkait tenaga kerja di
ketentuan lingkungan usaha daerah
internasional dengan ketentuan
internasional.
Definisi/Pengertian
No. Variabel Indikator Capaian
Variabel
1 Lingkungan. Prakarsa dan Jumlah kebijakan yang N.a.
respons program berkaitan dengan
lingkungan. pelestarian lingkungan.
Jumlah keikutsertaan
dalam forum lingkungan
internasional.
2 Standardisasi. Penerapan MSTQ. Jumlah penerapan N.a.
standar internasional
teridentifikasi, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun bersumber dari luar
(eksternal) pada kondisi SIDa maka terdapat sejumlah isu strategis yang pada
dasarnya berasal dari belum terbangunnya suatu SIDa itu yang sendiri. Kegiatan
yang menunjang pembangunan selama ini masih berjalan sporadis dan sendiri-
sendiri. Oleh karena itu, Kabupaten Banjar memerlukan pembenahan dalam hal-hal
bersifat strategis pada kondisi inovasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
sebuah sebuah sistem SIDa yang tertata dengan baik. Berjalannya sebuah sistem
berisi suatu tim inti inovasi daerah beserta berbagai sumberdayanya. Wadah ini
berfungsi merancang pola inovasi daerah secara detail, menjadi pusat kolaborasi
produk inovatif.
Puncak dari berjalannya sistem inovasi adalah jika dapat tercipta produk-produk
teknologi dan hasil inovasi akan lebih terarah diintrodusir kepada dunia usaha melalui
ditetapkan sebagai andalan daerah belum dapat menjadi unggulan yang mampu
bersaing di kancah regional, nasional, dan terlebih internasional. Oleh karena itu, isu
optimal.
Secara terinci bentuk tantangan dan peluang penguatan SIDa tersebut adalah
sebagai berikut:
Tantangan Peluang
Belum kuatnya pengorganisasian berbagai Visi dan komitmen kepala daerah dalam
aktivitas inovasi di Kabupaten Banjar. mendukung sistem inovasi telah terbangun.
Belum terbangunnya sistem data dan Pembangunan sistem e-government
informasi yang terfokus pada sistem inovasi memungkinkan adanya kolaborasi bagi
ketersediaan data dan informasi bagi
kebutuhan inovasi
Masih belum terarahnya dukungan regulasi Meningkatnya komitmen meningkatkan daya
dan insentif saing daerah dapat mendorong inovasi
sebagai prioritas
Masih lemahnya budaya kerja inovatif di Mulai tumbuhnya para perintis inovasi di
lingkungan lembaga pemerintahan, kegiatan perdesaan dan eksistensi kearifan masyarakat
ekonomi masyarakat, dan dunia usaha. dalam pengelolaan lingkungan yang potensial
sebagai basis pembangunan.
Masih lemahnya kerjasama dan koordinasi Kekuatan pemerintah selaku dinamisator
antar stakeholders semakin penting artinya di era desentralisasi
Alih iptek masih berjalan sporadis dan belum Terbentuknya SIDa dan berbagai aturan
terpolakan pelaksanaannya dapat dibuat dengan berbasis
riset/ilmiah yang lebih tepat
Belum terbangunnya budaya inovasi sejak Pengenalan budaya inovatif melalui muatan
dini di masyarakat lokal dalam kurikulum sekolah menengah
Problem ketersediaan SDM (teknoprener) Munculnya para pelopor inovasi di berbagai
yang mampu mengelola berbagai kegiatan bidang kegiatan yang potensial dikembangkan
inovasi menuju lahirnya produk inovatif sebagai teknoprener.
(berdaya-saing).
Belum terintegrasinya secara optimal issue Semakin tingginya komitmen mendorong daya
aktual dan standardisasi global ke dalam saing daerah dapat mewujudkan kesadaran
desain daya saing daerah global.
Tabel 30. Tantangan dan peluang penguatan sistem klaster industri yang inovatif
Tantangan Peluang
Belum optimalnya pengembangan klaster Adanya komitmen kepala daerah untuk
industri di bidang agroindustri. membangun dan mengembangkan produk
unggulan.
Masih rendahnya kapasitas absorpsi inovasi Pemanfaatan berbagai unsur dalam
pada bidang agroindustri mendorong absorpsi inovasi dikarenakan
pendekatan kolaboratif dalam pembangunan
daerah sudah terbentuk meski belum terarah
industri pengolahan:
2. Sebagian besar (80%) petani masih menerapkan pola tanam padi hanya satu
kali setahun.
beras.
6. Masuknya komoditas beras kemasan dari Jawa dengan kualitas yang lebih
baik.
3. Pembinaan yang intensif bagi pelaku usaha atau petani padi dalam
yang potensial untuk membina para pelaku usaha (Balittra dan BPTP).
masyarakat/konsumen.
beras.
1. Produktivitas rendah tanaman yang rendah. Kondisi ini disebabkan antara lain
oleh masih banyak tanaman yang berasal dari bibit lokal dan sudah berumur
tua.
2. Sistem budidaya yang masih belum intensif seperti dalam hal pemeliharaan.
3. Cara sadap yang dilakukan tidak mengikuti norma sadap karet baik dalam hal
atau pupuk.
5. Produk karet yang kotor dengan kadar karet kering yang rendah.
adalah:
3. Pembinaan yang intensif bagi pelaku usaha atau petani karet dalam
Bapeluh).
patin adalah:
1. Dalam budidaya masih terdapat masalah pakan dan benih lokal yang kurang.
pengolahan hasil.
pengolahan lanjut.
pakan.
pengolahan.
Berdasarkan hasil analisis kondisi SIDa saat ini serta hasil analisis tantangan
dan peluang Penguatan Sistem Inovasi Daerah sistem inovasi daerah yang akan
bersifat aplikatif bagi dunia usaha, c) Dunia usaha memiliki kapasitas absorpsi
tema inovasi sebagai arahan bagi kegiatan riset. Kemudian, membina unit-
dalam wadah business and innovation center, maka kerja sama dan kolaborasi
semakin intense. Dalam tahap ini kita mulai dengan membenahi data inovasi
selanjutnya, kita dapat memastikan kinerja inovasi iptek dapat tertata dan
berperan dalam membangun budaya inovasi sejak dini, b) Local wisdom atau
kearifan lokal yang bernilai tambah dapat dijaga dan dikembangkan dalam
sistem inovasi daerah yang meliputi invensi, difusi, absorpsi, inkubasi, dan
sustainability.
bijaksana.
bahan baku beras dengan jaringan pemasaran yang lebih luas akan menciptakan
Pada sub-sistem hulu, kegiatan budi daya terus dikembangkan melalui pola
tanam dua kali setahun dengan penggunaan bibit unggul serta penerapan mekanisasi
secara terpadu dan terintegrasi dengan program ketahanan pangan yang telah
dicanangkan pemerintah.
program penanaman padi dua kali setahun. Begitu juga halnya dengan penangkar
pembinaan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Penggunaan alat dan
mesin pertanian (mekanisasi) perlu diarahkan pada alat dan mesin pengolahan tanah,
alat tanam dan alat panen serta pascapanen. Hal ini perlu mengingat untuk
pengembangan usahatani padi dalam skala yang lebih luas dan intensif sudah tidak
memungkinkan lagi jika hanya bertumpu pada tenaga kerja manusia saja.
berbahan baku beras seperti industri kue dan makanan dilakukan untuk menambah
added value (nilai tambah). Unit-unit pengolahan hasil dapat dikembangkan oleh
berfungsi dengan baik dan terintegrasi mulai dari hulu hingga ke hilir. Hal ini dapat
terealisir melalui forum kolaboratif antar pelaku yang berkepentingan melalui inisiasi
Tinggi. Kelembagaan penyedia benih seperti para penangkar padi dikelola melalui
swadaya masyarakat maupun oleh pemerintah. Peran Balai Penyuluhan yang telah
yang efektif dalam upaya peningkatan nilai tambah yang semakin berdaya saing.
Melalui lembaga Balai Penyuluhan Kecamatan ini hasil rekayasa teknologi tepat guna
diusahakan masyarakat. Pada beberapa waktu yang lalu, produk karet yang
dihasilkan petani patut dibanggakan. Dengan kualitas karet yang bagus, maka harga
produk karet juga akan tinggi, dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
petani. Pada waktu itu, produk karet yang diperdagangkan adalah dalam bentuk sit
asap. Umumnya, petani menjual produk (sit asap) di pasar lelang, sehingga baik dari
sisi harga maupun kualitasnya ditentukan oleh pasar. Dalam keadaan seperti itu, baik
sedangkan petani akan mendapatkan harga yang sesuai dengan produk mereka.
Perilaku petani karet mulai berubah setelah berdirinya pabrik crumb rubber.
Petani mulai menjual produknya dalam bentuk lump yang merupakan bahan baku
utama pembuatan crumb rubber. Lump adalah cairan lateks yang sudah dibekukan
dengan bahan pembeku tertentu seperti dengan menggunakan asam cuka atau
Deorub (deodorant for rubber). Dalam perjalanannya, ternyata petani lebih menyukai
memproduksi lump dari pada sit asap (smoked sheet). Hal ini disebabkan karena
proses produksinya yang relatif mudah dan murah. Selain itu, umumnya pedagang
Sebagai konsekuensi dari kualitas produk yang tidak bagus, maka petani
biasanya akan menerima harga yang sudah ditentukan oleh pembeli (pedagang),
apalagi tidak ada standar yang jelas untuk menentukan harga lump petani. Dalam hal
ini, penentuan harga hanya berdasarkan perkiraan K3 yang ditaksir oleh pembeli
Dengan kenyataan seperti di atas, maka kondisi yang ingin dicapai adalah
Salah satu alternatif adalah dengan menghidupkan kembali pengolahan produk karet
menjadi produk yang mempunyai nilai tambah yang tinggi seperti produk ribbed
smoked sheet (RSS-sit asap), brown-crepe, dan compound. Lebih jauh lagi adalah
dengan memproduksi bahan jadi seperti ban, ban dalam, peralatan yang berbahan
usahatani/perkebunan.
peremajaan tanaman tua, penggantian tanaman dengan bibit unggul. Di samping itu,
harus mudah dan terjangkau. Selain itu, pembinaan dan pendampingan tenaga
penyuluh juga sangat diperlukan, di samping sarana dan prasarana transportasi yang
inovasi komoditas/produk karet, harus semakin berfungsi dengan baik dan terintegrasi
mulai dari hulu hingga ke hilir. Keadaan ini dapat terwujud dengan pembentukan
klaster karet di beberapa sentra produksi karet seperti Kecamatan Simpang Empat,
forum klaster dengan ruang lingkup kegiatan yang lebih luas lagi. Dengan demikian,
terorganisir dan berkembang baik dapat direalisasikan dengan bantuan dan fasilitasi
lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara lebih luas sehingga pada
tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis bertambah dengan adanya
Pada sub-sistem hulu, kegiatan budi daya terus berkembang sehingga jumlah
produksi lokal. Kapasitas pembibit lokal dapat ditingkatkan dengan adanya pelatihan
dan pendampingan teknis dan berbagai program bantuan. Di sisi lain ketersediaan
pasca panen hasil budidaya patin sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan
maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dan kualitas dari produksi
oleh swasta yang dapat menangkap peluang investasi di sektor ini. Di samping itu,
usaha-usaha skala kecil dan rumah tangga atau kelompok. Pada pola terakhir ini
petani ikan.
berfungsi dengan baik. Hal ini dapat terealisir karena adanya forum kolaboratif antar
Kelembagaan penyedia benih terdiri dari balai benih yang dikelola melalui swadaya
bertumbuh menjadi sentra pengangkatan nilai tambah yang semakin berdaya saing.
Untuk itu, selain inkubator bisnis, lebih jauh lagi diperlukan upaya pengembangan
atau ekspansi pasar hasil olahan pada tingkat nasional maupun internasional.
Kelembagaan litbangyasa yang berada pada berbagai unit kerja dapat diarahkan ke
Dengan semakin ketatnya persaingan dalam berbagai bidang, maka tiap daerah
dituntut untuk dapat memiliki unggulan. Keunggulan hanya bisa diciptakan dengan
adanya kreasi dan inovasi yang berbasis pada kekuatan riil atau potensi lokal
Kabupaten Banjar. Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka daerah harus
dan isu-isu strategis yang dihadapi. Sehubungan dengan itu, maka tujuan penguatan
inovasi.
kebutuhan daerah.
7. Meningkatkan peran dunia pendidikan baik formal maupun informal, mulai dari
tingkat dasar hingga menengah untuk membangun budaya inovasi lebih dini
kearifan lokal.
agroindustri berbasis padi, karet, dan ikan patin. Dalam kaitan ini, maka pada level
bahkan unggulan, maka sasaran yang harus dicapai dalam penguatan SIDa
Padi
Karet
7. Menurunnya alih fungsi lahan karet untuk kepentingan lain menjadi 0%.
Ikan Patin
argumentasi dan langkah-langkah pencapaian secara lebih detail. Oleh karena ini
akan memberikan arahan yang jelas dan riil akan usaha-usaha yang harus ditempuh
Strategi dan arah kebijakan yang tepat dapat memastikan usaha-usaha yang
ditempuh berjalan dengan efisien dan efektif. Berdasarkan analisis situasi kondisi
serta isu-isu strategis yang dilakukan sebelumnya, maka strategi penguatan SIDa
dengan penggerak utama komoditas padi, karet, dan ikan patin. Langkah
dikelola dengan lebih baik. Fungsi keorganisasian ini dapat dimiliki melalui
pembentukan suatu kelompok kerja (pokja) inovasi daerah yang dimotori oleh
tim inti dari aparatur pemerintah di lingkungan Bappeda. Pokja ini dapat
arah inovasi daerah menuju capaian yang telah ditetapkan. Pokja juga berhak
utama masyarakat, yakni komoditas padi, karet, dan ikan patin sebagai
dan ikan patin. Strategi ini sebagai wahana untuk membangun keterkaitan
padi, karet, dan ikan patin sangat layak dikedepankan mengingat ini merupakan
komoditas yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat dan perusahaan swasta.
kesejahteraan masyarakat.
1. Produk yang dihasilkan hanya berupa produk olahan dasar, karet berupa lump
3. Sistem pertanian padi sebagian besar hanya menanam satu kali setahun.
5. Kualitas bahan olahan masih rendah sehingga harga jual juga rendah.
6. Industri pengolahan pada level rumah tangga dan kelompok tidak berkembang
1. Produk olahan dari komoditas padi, karet, dan ikan patin bukan hanya untuk
keperluan dalam negeri, tetapi juga sebagai komoditas ekspor yang bernilai
ekonomi tinggi.
4. Kebijakan dunia untuk mengurangi penggunaan energi dari fosil yang tidak
terbarukan.
5. Permintaan dunia akan bahan-bahan olahan dari komoditas karet setiap tahun
selalu meningkat.
pesat.
konsumen.
4. Isu kandungan bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan bagi pemakai
5. Fluktuasi harga sangat rentan terhadap isu-isu global serta krisis moneter
maupun ekonomi.
kelemahan, peluang dan tantangan) dihitung nilai keterkaitannya dan disusun dalam
sebuah tabel untuk menentukan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK). Perhitungan FKK
Tabel 31. Penentuan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) pada aspek internal dan
eksternal
NF = Nilai Faktor
Tabel 32. Faktor Kunci Keberhasilan pada masing-masing faktor dalam analisis
SWOT
FAKTOR INTERNAL
NO KEKUATAN (S) NO KELEMAHAN (W)
1 Produk turunan bernilai ekonomis 1 Areal pengembangan terbatas
Dapat diusahakan secara terpadu
2 2 Kualitas dan nilai jual rendah
dengan peternakan
FAKTOR EKSTERNAL
NO PELUANG (O) ANCAMAN (T)
1 Permintaan ekspor selalu meningkat 1 Isu pengrusakan lingkungan
Sumber pangan dan energi masa
2 2 Isu kesehatan
depan
Mengacu pada aspek internal (kekuatan dan kelemahan) dan aspek eksternal
antar aspek internal dan eksternal tersebut serta perpaduan antara berbagai aspek
komoditas peternakan.
dalam upaya peningkatan mutu produk olahan dengan penerapan ISO atau
sertifikat mutu.
limbah produk sebagai bahan yang bernilai ekonomis dan sesuai dengan
tersebut maka dibuat perhitungan untuk menentukan kuadran atau arah dari
kombinasi nilai-nilai FKK yang telah diperoleh pada Tabel 31. Hasil perhitungan
agroindustri.
karet.
swasta.
Pengembangan teknoprener
pangan dan energi berbasis kelompok dan industri kecil perlu dilakukan. Masyarakat
atau petani dan kelompok tani hanya sampai pada produksi segar dan belum terlibat
banyak dalam proses pengolahan. Begitu juga halnya dengan industri pengolahan
karet, petani dan kelompok tani hanya berperan dalam menghasilkan bokar berupa
lump yang hampir tidak ada proses pengolahan yang berarti (hanya memberi bahan
pembeku saja).
memanfaatkan space yang ada dengan sinergisme yang tinggi dan saling
menguntungkan antara komoditas padi, karet, dan ikan patin. Usahatani minapadi
yang memadukan penanaman padi dengan pemeliharaan ikan sangat penting untuk
digalakkan. Upaya ini selain memberikan manfaat ekologis juga bernilai ekonomis
maupun compound dalam bentuk industri kecil maupun kelompok tani atau
koperasi.
produksi karet yang memungkinkan. Dalam hal ini adalah daerah yang
sebelumnya.
3. Pengembangan produk olahan karet setengah jadi, seperti brown crepe atau
compound.
5. Pengembangan produk olahan bahan pangan dari beras untuk industri kecil
Secara ringkas strategi dan arah kebijakan dalam rangka penguatan SIDa di
Tabel 33. Strategi dan arah kebijakan penguatan sistem inovasi Kabupaten Banjar
Tahun 2016 – 2021
pelatihan inovasi.
SIDa, yaitu bahwa program yang dirumuskan merupakan salah satu elemen dalam
melibatkan SKPD terkait. Hal ini untuk meningkatkan rasa tanggung-jawab seluruh
aparatur terkait atas pencapaian kinerja program. Program-program yang disusun ini
diharapkan dapat dengan jelas memberikan arahan tentang cara untuk mencapai
target kinerja sasaran melalui berbagai kegiatan. Program dan kegiatan disusun
Adapun fokus dan program yang telah disusun relevan dengan strategi dan
arah kebijakan yang ada dapat dilihat pada tabel berikut ini.
outcome program penguatan SIDa setiap tahun, sehingga kondisi kinerja yang
Penguatan SIDa dapat dirumuskan berdasarkan hasil analisis pengaruh dari satu
atau lebih indikator capaian kinerja program terhadap tingkat capaian indikator kinerja
jelas di mana Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung
bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang
mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat
kuantitatif. Dalam bab ini, kedua hal tersebut dipakai di dalam penetapan indikator
publik. Aspek penggunaan akan lebih banyak bersinggungan dengan preferensi dari
masyarakat yang berupa angka dan persentase absolut. Biaya pelayanan dalam
bentuk unit cost adalah salah satu bentuk yang dipakai dalam hal pengukuran
indikator, namun beberapa jenis pelayanan tidak dapat dihitung dan ditentukan
memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan. Hal
ini juga akan berpengaruh kepada kualitas dan standar pelayanan yang meskipun
dapat diukur, namun paling sulit diukur karena sifatnya yang subjektif.
Dalam hal penetapan indikator dalam penguatan SIDa yang juga perlu
● Kolaborasi Inovasi
● Klaster Industri
dan kelembagaan di daerah guna mendukung SIDa yang diusulkan oleh pemerintah
provinsi. Selain itu, pengklasteran industri juga menjadi salah satu kunci pokok dalam
Sistem Jaringan Inovasi juga menjadi hal krusial dalam hal menghubungkan
penggerak dalam hal pemasyarakatan difusi iptek. Selain hal tersebut di atas,
pengembangan sistem teknoprener juga menjadi salah satu pilar dalam penguatan
SIDa, dalam hal penguatan kohesi sosial, koherensi kebijakan Iptek, dan penataan
diharapkan analis heksagon menjadi analis yang komplit dengan melibatkan peranan
Dari hal-hal tersebut di atas dapat dibuat kerangka indikator kinerja penguatan
sistem inovasi daerah Kabupaten Banjar pada tabel berikut ini. Adapun indikator
Tabel 36. Indikator kinerja kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta
pelayanan berbasis teknologi
Tabel 38. Indikator kinerja keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan nasional
penguatan SIDa dalam jangka waktu tertentu yang mencakup berbagai arah
kebijakan, fokus, program prioritas dan kegiatan serta dilengkapi dengan indikator
Rencana aksi penguatan SIDa Kabupaten Banjar disusun dalam format matriks
Tujuan 2:
Mendorong interaksi produktif
multi pihak bagi
Tujuan 3:
Meningkatkan peran dunia
pendidikan baik formal maupun
informal, mulai dari tingkat
dasar hingga menengah untuk
membangun budaya inovasi
lebih dini melalui kurikulum
bermuatan kewirausahaan,
teknologi tepat guna, dan
kearifan lokal
Sasaran 3.1: % Jumlah 0 15 25 50 75 75 Disdik
Terakomodasinya materi-materi sekolah
kewirausahaan, teknologi tepat SMA/SMK
guna, dan kearifan lokal dalam
kurikulum sekolah
Sasaran 3.2: Jumlah karya 1 1 2 2 2 8 Disperin
Lahirnya karya inovatif dari inovatif
masyarakat lokal
Arah Kebijakan 3.1:
Tujuan 4:
Meningkatkan pembinaan
klaster-klaster industri yang
inovatif
Sasaran 4.1: Kenaikan 5 10 10 10 10 10 Setda
Terbitnya peraturan tentang anggaran
klaster-klaster industri inovatif untuk klaster-
klaster
industri (%)
Sasaran 4.2: Jumlah 0 1 1 2 3 3 3 SKPD-Terkait
Terbinanya klaster-klaster industri klaster
inovatif unggulan
Arah Kebijakan 4.1: menumbuh-
kembangkan dan memperkuat
keterpaduan pemajuan sistem
inovasi dan klaster industri
daerah
Fokus 4.1:
Penguatan dan pengembangan
prakarsa klaster industri spesifik
daerah dan prakarsa sistem
inovasi
Program 4.1.1: Kenaikan 5 10 10 10 10 10 Setda
Program Penataan Struktur anggaran
Tujuan 5:
Mengintegrasikan upaya
pelestarian lingkungan,
standardisasi internasional dan
HKI ke dalam kebijakan daerah
Sasaran 5.1: % unit usaha 30 50 75 90 95 95 SPKD terkait
Diterapkannya prinsip wawasan ramah
lingkungan pada unit-unit usaha lingkungan
dalam klaster-klaster industri
Sasaran 5.2: % unit usaha 30 50 75 75 80 80 SPKD terkait
Diterapkannya standardisasi memenuhi
internasional pada unit usaha standar
dalam klaster-klaster industri internasional
Arah Kebijakan 5.1:
Penyelarasan dengan
perkembangan global
Fokus 5.1:
Pengembangan kelestarian
lingkungan
Fokus 5.1:
Pengembangan dan penguatan
penerapan MSTQ
Program 5.1 % unit usaha 30 50 75 90 95 95 BLH
Program Pengendalian ramah
Pencemaran dan Perusakan lingkungan
Tujuan 6:
Mengembangkan klaster
industri inovatif berbasis padi
Sasaran 6.1: Produktivitas SKPD terkait
Meningkatnya produktivitas padi (ton/ha)
2% per tahun
Tujuan 7:
Mengembangkan klaster
Tujuan 8:
Mengembangkan klaster
industri inovatif berbasis ikan
patin
Sasaran 8.1: Nilai (Rp) dan 7 7 7 7 7 7 SKPD terkait
Meningkatnya produksi pakan berat (ton)
lokal 7% per tahun
Sasaran 8.2: Jumlah dan 4 4 4 4 4 4 SKPD terkait
Meningkatnya produksi benih nilai benih
lokal 4% per tahun lokal
Sasaran 8.3: Nilai (Rp) dan 7 7 7 7 7 7 SKPD terkait
Meningkatnya total produksi ikan berat (ton)
patin 7% per tahun
Sasaran 8.4: Jumlah petani SKPD terkait
Meningkatnya jumlah petani yang
dilatih dan dibina
Sasaran 8.5: Nilai (Rp) dan 10 10 10 10 10 10 SKPD terkait
Meningkatnya produksi olahan jumlah jenis
ikan patin 10% per tahun
Sasaran 8.6: Dokumen SKPD terkait
Terbitnya jaminan hukum status peraturan
pemanfaatan bendungan irigasi
untuk kepentingan budidaya ikan
Catatan: *) Nama program dan kegiatan sebagian besar merujuk kepada Permendagri No 13 Tahun 2006.
**) Target capaian indikator masih bersifat tentatif.