Anda di halaman 1dari 14

Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk

Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

PROGRAM PELATIHAN BIMBINGAN DAN KONSELING


UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL
KONSELOR DI SEKOLAH

Heriyanti
Guru Sekolah Menengah Negeri Kota Pontianak
email: heriyanti@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan menghasilkan program pelatihan bimbingan dan konseling yang efektif untuk meningkatkan
kompetensi profesional konselor SMA Negeri Kota pontianak. Dengan pendekatan studi kompetensi,
pengembangan program pelatihan menggunakan model induktif. Model induktif ini digunakan berdasarkan pada
kebutuhan pelatihan yang dilakukan pada studi pendahuluan. Populasi penelitian adalah seluruh konselor SMA
Negeri Kota Pontianak yang berlatar belakang S1 Bimbingan dan Konseling. Melalui pendekatan kuantitatif
dengan metode kuasi eksperimen, penelitian melakukan penilaian program dan hasil pelatihan dari instrumen
kompetensi profesional konselor berupa angket, pedoman observasi dan pedoman wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan program pelatihan bimbingan dan konseling efektif untuk meningkatkan kompetensi profesional
konselor SMA Negeri Kota Pontianak yang dilatihkan. Peningkatan kompetensi profesional konselor kelompok
eksperimen lebih tinggi setelah diberikan penerapan program pelatihan bimbingan dan konseling secara signifikan
daripada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment. Rekomendasi kepada konselor adalah untuk lebih
meningkatkan aspek-aspek kompetensi profesional konselor yang diteliti perlu peningkatan. Kepada peneliti
selanjutnya direkomendasikan untuk mengembangkan penelitian ini dengan metode yang berbeda dan lebih
khusus pada aspek-aspek kompetensi profesional konselor.
Kata Kunci: program, pelatihan, kompetensi, profesional dan konselor

ABSTRACT
This research purposed to create the effective training of guidance and counseling program to increase the
counselor professionalism of SMA Negeri Kota Pontianak. By using a competency study, the training program
development also used inductive model. This inductive model is used based on its training needy which is done
on the preface study. The research population is the whole counselor of SMA Negeri Kota Pontianak whose
background education is S1 of Guidance and Counseling (in bahasa Bimbingan dan Konseling). Meanwhile, by
quantitative approach with quasi experiment method, then the assessment program and the research result that is
gained from the instrument competency of professional counselor in form of questionnaires, manual observation
and manual interview is done. The result research showed the training of guidance and counseling program is
effective to increase the competency of professional counselor in SMA Negeri Kota Pontianak. The increasing
professional counselor competency of experiment group is higher after they are given the application training
program of guidance and counseling itself significantly rather than the control group who are not got the training
or treatment. The recommendation through the counselor is to increase the competency aspects of professional
counselor which is recognized need improvement or advancement. For the next researcher is recommended for
developing this research by using the different method and more specific on the competency aspects of professional
counselor.
Keywords: program, training, competency, professional, and counselor.

PENDAHULUAN dengan tuntutan positif lingkungannya


Bimbingan dan konseling berperan penting (Prayitno, 2004:114). Dengan demikian
dalam pendidikan. Tujuan bimbingan jelas bahwa bimbingan dan konseling sangat
dan konseling membantu individu berperan penting dalam mewujudkan proses
memperkembangkan diri secara optimal pendidikan yang maksimal untuk mencapai
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tujuan pendidikan nasional.
dan predisposisi yang dimiliki serta sesuai Untuk mencapai tujuan bimbingan dan

105
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

konseling, konselor dituntut agar dapat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


meningkatkan kompetensi dirinya sesuai Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
dengan perkembangan zaman. Dengan Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
peningkatan kompetensi, pelaksanaan Konselor.
layanan bimbingan dan konseling akan Hasil penelitian awal terhadap kompetensi
efektif, mencapai tujuan yang optimal dan profesional konselor SMA Negeri se-
konseli yang dibimbing dapat merasakan kota Pontianak, diperoleh gambaran dari
manfaat pelaksanaan layanan bimbingan sebanyak 30 konselor, 18 konselor (60%)
dan konseling. Hal tersebut senada tidak kompeten dan 12 konselor (40%)
dengan pendapat Surya (2009:60-61) dan dinilai kompeten. Data tersebut menunjukkan
Yusuf (2007:38) yang menyatakan bahwa konselor Sekolah Menengah Atas Negeri Kota
kompetensi sangatlah penting bagi konselor, Pontianak sebelum mendapatkan treatmen
sebab klien yang dikonseling akan belajar dan program pelatihan dinilai tidak kompeten
mengembangkan kompetensi-kompetensi pada bidang kompetensi profesional konselor.
yang diperlukan untuk mencapai kehidupan
yang efektif dan bahagia. Konselor yang Oleh sebab itu, penelitian ini difokuskan
lemah fisiknya, lemah kemampuan untuk menemukan suatu rumusan program
intelektualnya, sensitif emosinya, kurang pelatihan bimbingan dan konseling yang
memiliki kemampuan dalam berhubungan efektif untuk meningkatkan kompetensi
sosial, dan kurang memahami nilai- profesional konselor di Sekolah Menengah
nilai moral maka dia tidak akan mampu Atas Negeri Kota Pontianak.
mengajarkan komptensi-kompetensi tersebut Landasan teoritis dalam penulisan ini yaitu;
kepada klien. Secara etimologis, Endarmoko (2007:331)
Kenyataan yang terjadi di lapangan belum merumuskan kompetensi yang berarti
didapatkan suatu gambaran yang memuaskan “kapasitas, keahlian, kebolehan, kecakapan,
dari kualitas kompetensi Konselor. kemahiran, kepandaian, kepiawaian,
Masih banyak penelitian-penelitian yang ketrampilan, kualifikasi, penguasaan”.
menyimpulkan tentang tidak kompetennya Dalam kamus bahasa Inggris, diterjemahkan
konselor dalam melaksanakan bimbingan kata competence dalam bahasa Indonesia
dan konseling. Beberapa hasil penelitian yang berarti “kecakapan, kemampuan,
mengenai lemahnya kompetensi konselor kompetensi” (Echols & Shadily, 2008: 132).
dapat dilihat dari aspek ketrampilan Pendapat lain tentang pengertian kompetensi
konseling individual (Asrori, 1990:99- diungkapkan oleh Suherman (2011:130)
100), kompetensi kepribadian (Febriyadi, yakni “Sebuah kontinum perkembangan
2010:147), pengetahuan dan praktik mulai dari proses kesadaran, akomodasi, dan
keterampilan konseling (Trisnowati, tindakan nyata sebagai wujud kinerja”. Secara
2009:195), pengelolaan program (Nadia, lebih khusus Yusuf & Nurihsan (2010:38)
2008:109) dan implementasi layanan BK mengatakan bahwa “Kompeten (competent)
(Ilfiandra, dkk, 2006). adalah kemampuan konselor yang memiliki
kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial
Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dan moral sebagai pribadi yang berguna”.
adanya upaya yang paling stategis dalam
perspektif bimbingan dan konseling. Upaya Johnson (1959) dalam Natawidjaja
tersebut adalah meningkatkan kompetensi (1998:38) mendefinisikan profesional adalah
profesional, karena konselor perlu “seseorang yang menampilkan suatu tugas
menunjukkan kompetensi profesional sesuai khusus yang mempunyai tingkat kesulitan
dengan indikator yang ditetapkan dalam yang lebih dari biasa, mempersyaratkan

106
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

waktu persiapan dan pendidikan yang Secara etimologis, Endarmoko (2007:488)


cukup lama yang menghasilkan pencapaian merumuskan program yang berarti
kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan “acara, agenda atau rencana”, sedangkan
yang berkadar tinggi”. Winkel (1998:129) mengartikan secara
Selanjutnya mengenai definisi konselor, khusus, “Program adalah suatu rangkaian
Mappiare (1992:6) mendefinisikan konselor kegiatan yang terencana, terorganisasi dan
sebagai orang yang menyediakan bantuan. terkoordinasi selama periode waktu tertentu”
Prayitno (2004:104) mendefinisikan konselor sementara itu Suherman (1998:1, 2011:37)
sebagai ahli, sebagai orang yang lebih tua dan mendefinisikan program sebagai rencana
matang serta memiliki pengetahuan. Dalam kegiatan yang disusun secara operasional
Rambu-rambu Penyelenggaraan Pendidikan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
Profesional Konselor (2008:157), konselor yang berkaitan dengan pelaksanaannya dan
diartikan sebagai tenaga pendidik yang tertuju pada apa yang ingin dicapai dari
berkualifikasi strata satu program studi tujuan bimbingan sehingga program tersebut
bimbingan dan konseling dan menyelesaikan berjalan efektif dan efesien.
Pendidikan Profesi Konselor (PPK). Suharto (1993, dalam Hardi, 2009:30)
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat merumuskan pelatihan sebagai suatu upaya
diuraikan bahwa yang dimaksud dengan belajar dan berlatih yang bertujuan untuk
kompetensi profesional konselor adalah menumbuh-kembangkan ketrampilan
kemampuan tindakan nyata yang diwujud tertentu terhadap individu atau sekelompok
dalam kualitas fisik, intelektual, emosional, individu dan dilaksanakan dalam waktu yang
sosial dan moral sebagai pribadi yang berguna relatif singkat pada tempat tertentu.
sehingga mampu menampilkan suatu tugas Menurut Sastradipoera (2006:122), definisi
khusus yang mempunyai tingkat kesulitan pelatihan dapat dijabarkan menjadi: (1)
yang lebih dari biasa dan menghasilkan salah satu jenis proses pembelajaran untuk
pencapaian kemampuan, ketrampilan serta memperoleh dan meningkatkan ketrampilan
pengetahuan yang berkadar tinggi dari di luar sistem pengembangan sumber daya
ahli 
konseling berlatar belakang sarjana manusia yang berlaku dalam waktu yang
Bimbingan dan konseling. relatif singkat dengan metode yang lebih
Aspek-aspek kompetensi profesional mengutamakan praktek daripada teori; (2)
yang tercantum dalam Standar Kualifikasi proses pendidikan jangka pendek yang
Akademik dan Kompetensi Konselor, adalah: menggunakan prosedur yang sistimatik dan
(1) menguasai konsep dan praksis asesmen terorganisasi untuk mencapai tujuan; dan
untuk memahami kondisi, kebutuhan dan (3) proses pembelajaran yang berhubungan
masalah konseli; (2) Menguasai kerangka dengan upaya pengubahan tingkah-laku
teoritik dan praksis bimbingan dan konseling; sumber daya manusia agar sesuai dan
(3) Merancang program bimbingan dan memadai untuk kebutuhan tujuan tertentu.
konseling; (4) mengimplementasikan Berdasarkan pendapat-pendapat di atas,
program bimbingan dan konseling yang dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
komprehensif; (5) Menilai proses dan hasil dimaksud dengan pelatihan adalah proses
kegiatan bimbingan dan konseling; (6) pembelajaran yang bertujuan untuk
memiliki kesadaran dan komitmen terhadap memperoleh dan meningkatkan ketrampilan
etika profesional; (7) menguasai konsep individu atau sekelompok individu sehingga
dan praksis penelitian dalam bimbingan dan dapat ditumbuh-kembangkan dalam waktu
konseling. yang relatif singkat dengan metode yang

107
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

lebih mengutamakan praktek daripada teori. konselor SMA Negeri kota Pontianak; (2)
Merujuk pengertian di atas, maka program Pengelompokan kompetensi profesional
pelatihan bimbingan dan konseling konselor SMA Negeri kota Pontianak
dalam penelitian diartikan sebagai proses sesuai dengan aspek-aspek kompetensi
kegiatan pembelajaran yang disusun profesional konselor yang terdapat dalam
secara terencana berdasarkan kebutuhan Standar Kompetensi Konselor (SKK); (3)
peserta (Needs Asessment), terorganisasi Membandingkan kompetensi profesional
dan terkoordinasi kepada konselor SMA konselor SMA Negeri kota Pontianak dengan
Negeri se-kota Pontianak melalui metode materi pelatihan; (4) Menetapkan aspek-
latihan praktek selama empat hari dengan aspek kompetensi profesional konselor yang
tujuan meningkatkan kompetensi profesional perlu ditingkatkan; (5) Mengembangkan
konselor. proses pelatihan; (6) Melaksanakan pelatihan;
dan (7) Penelitian.
Untuk implementasi pendekatan studi
kompetensi, pengembangan program Berdasarkan langkah-langkah program
pelatihan menggunakan model induktif. pelatihan tersebut, pengembangan program
Model induktif ini digunakan berdasarkan pelatihan bimbingan dan konseling untuk
pada kebutuhan pelatihan atau dikenal meningkatkan kompetensi profesional
sebagai Training need assesment (TNA) konselor dilaksanakan sesuai dengan
(Rossett, 1987 dalam Kamil, 2003:2). prosedur penelitian mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Kamil (2003:4) Model induktif
ini digunakan untuk mengidentifikasi Unsur-unsur program pelatihan bimbingan
aspek kompetensi profesional konselor dan konseling merupakan susunan secara
yang dirasakan peserta perlu ditingkatkan. operasional tentang pelaksanaan kegiatan
Kebutuhan ini bersifat kebutuhan terasa pelatihan dalam upaya untuk meningkatkan
(feltneeds). Pelaksanaan identifikasinya kompetensi profesional konselor.
pun harus dilakukan secara langsung Di dalam rencana pengembangan dan pelatihan
kepadapeserta pelatihan itu sendiri. atau program pelatihan, Sastradipoera
Adapun langkah-langkah program pelatihan (2006:163) menyarankan agar mencakup:
dalam model induktif menurut Kamil (2003:5) (1) tujuan pengembangan dan pelatihan; (2)
yaitu: (1) pengukuran kemampuan peserta isi pengembangan dan pelatihan; (3) teknik
pelatihan; (2) pengelompokan kemampuan pengembangan dan pelatihan; (4) lokasi
dalam kawasan program pelatihan; (3) pengembangan dan pelatihan; (5) waktu
membandingkan kemampuan peserta yang diperlukan oleh pengembangan dan
dengan materi pelatihan; (4) menetapkan pelatihan; (6) pertanggungjawaban terhadap
kesenjangan kemampuan dan ketrampilan; pengembangan dan pelatihan; (7) penampilan
(5) mengembangkan proses pelatihan; (6) didaktik dan metodik pengembangan dan
melaksanakan pelatihan; dan (7) penelitian. pelatihan; dan (8) jumlah dana, sumber
dana, dan alokasi dana yang diperlukan oleh
Langkah-langkah program pelatihan dalam pengembangan dan pelatihan yang disusun
penelitian disesuaikan dengan langkah- dalam anggaran.
langkah dalam model induktif. Sehingga
langkah-langkah penyusunan program Supriyanto (2007, dalam Aswan, 2013:1)
pelatihan bimbingan dan konseling untuk menyebutkan unsur-unsur program pelatihan
meningkatkan kompetensi konselor sekolah sebagai prosedur merancang pelatihan yaitu:
sesuai dengan model induktif yaitu: (1) (1) identifikasi kebutuhan; (2) Identifikasi
Pengukuran kompetensi profesional sasaran; (3) identifikasi sumber; (4)

108
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

identifikasi hambatan; (5) pengembangan eksperimen dengan kelompok kontrol.


alternative; dan (6) seleksi. Teknik pengujian tersebut dilakukan dengan
Merujuk dari pendapat-pendapat di atas, menggunakan bantuan software statistical
kemudian disesuaikan dengan penelitian product and service solutions (SPSS) versi
tentang program pelatihan bimbingan dan 18.0.
konseling, unsur-unsur program pelatihan Prosedur pengujian efektivitas tersebut
bimbingan dan konseling untuk meningkatkan adalah sebagai berikut.
kompetensi profesional konselor yaitu: (1) Pertama, menguji normalitas data pretest
identifikasi kebutuhan; (2) tujuan pelatihan; dan posttest kedua kelompok. Pengujian
(3) teknik pelatihan (4) penampilan didaktik normalitas data dilakukan dengan statistik
dan metodik; (5) identifikasi hambatan; (6) uji Z Kolmogrov-Smirnov (p>0,05) dengan
pengembangan alternatif; (7) pelaksana dan menggunakan bantuan SPSS 18.0.
penanggung jawab; serta (8) seleksi.
Kedua menguji homogenitas varians data
pretest dan posttest kedua kelompok (p>0,05)
METODE PENELITIAN dengan bantuan SPSS 18.0.
Metode penelitian yang digunakan adalah Ketiga, uji perbedaan (efektivitas) program
metode kuasi eksperimen dengan pendekatan pelatihan bimbingan dan konseling untuk
kuantitatif. Metode kuasi eksperimen meningkatkankompetensiprofesional
digunakan untuk menemukan gambaran konselormenggunakan uji t independent
efektivitas program pelatihan bimbingan dan (Independent sample t test) dilakukan dengan
konseling untuk meningkatkan kompetensi tahapan sebagai berikut.
profesional konselor. Melalui pre-test dan 1. Hipotesis
post-testkepada kelompok eksperimen
dan kontrol, diketahui perbandingan yang H0 : µ eksperimen = µ kontrol
signifikan atau tidak signifikan antara Jika tidak ada perbedaan rata-rata
kelompok eksperimen yang diberikan kompetensi profesional konselor
treatment dengan kelompok kontrol yang antara kelompok eksperimen dengan
tidak diberi treatment. kelompok kontrol, maka H0 adalah
Program pelatihan bimbingan
Pengumpulan data dalam penelitian ini dan konseling tidak efektif
dilakukan dengan teknik komunikasi tidak untuk meningkatkan kompetensi
langsung dengan menggunakan angket, profesional konselor.
Selain itu juga pedoman wawancara
H1 : µ eksperimen> µ kontrol
digunakan untuk wawancara dan pedoman
observasi digunakan untuk observasi. Jika terdapat perbedaan rata-rata
kompetensi profesional konselor
Untuk menjawab pertanyaan penelitian antara kelompok eksperimen
tentang efektifitas program pelatihan dengan kelompok kontrol,
bimbingan dan konseling dilakukan dengan H1 adalah Program pelatihan
teknik uji t independent (independent bimbingan dan konseling efektif
sample t test) melalui analisis data untuk meningkatkan kompetensi
kompetensiprofesional konselor sebelum profesional konselor.
dan setelah mengikuti program pelatihan Hipotesis Minor: µ eksperimen> µ kontrol
bimbingan dan konseling. Teknik uji ini
Jika terdapat perbedaan rata-
dilakukan dengan cara membandingkan
rata kompetensi profesional
data pretest dan posttest, antara kelompok
konselor yang dilatihkan antara

109
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

kelompok eksperimen dengan Berdasarkan data studi pendahuluan, secara


kelompok kontrol, Hipotesis umum kompetensi profesional konselor
Minor adalah Program pelatihan SMA Negeri kota Pontianak dinilai tidak
bimbingan dan konseling efektif kompeten. Dari 30 konselor, 18 konselor
untuk meningkatkan kompetensi (60%) tidak kompeten dan 12 konselor (40%)
profesional konselor yang dinilai kompeten. Adapun empat aspek
dilatihkan. tertinggi tidak kompeten konselor adalah: (1)
2. Dasar pengambilan keputusan menguasai konsep dan praksis asesmen untuk
Pengambilan keputusan dilakukan dengan memahami kondisi, kebutuhan dan masalah
dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung konseli (70.00%); (2) merancang program
dengan t tabel atau dengan membandingkan bimbingan dan konseling, (73.33%); (3)
nilai probabilitas yang diperoleh dengan menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan
α=0,05. dan konseling (70.00%); dan (4) menguasai
konsep dan praksis penelitian dalam
Jika pengambilan keputusan berdasarkan bimbingan dan konseling (76.67%).
nilai t hitung, maka kriterianya adalah terima
H0 jika – t 1- ½ α < t hitung < t 1- ½, dimana t 1- ½ Melalui diskusi dengan pembimbing dan
α didapat dari daftar tabel t dengan dk = ( n1 penimbangan (judgement) kepada tiga
+ n2 – 1) dan peluang 1- ½ α . Untuk harga- orang ahli diperoleh beberapa masukan
harga t lainnya H0 ditolak. yang difokuskan pada: (1) validitas konten;
Jika pengambilan keputusan berdasarkan (2) konstruk dan redaksi; (3) unsur-unsur
angka probabilitas (nilai p), maka kriterianya program pelatihan yang relefan; (4) redaksi
adalah: setiap unsur; dan (5) keefektifan susunan
1) Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak kalimat serta hubungannya terhadap
bentuk format yang digunakan. Hasil
2) Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima penimbangan menyatakan rumusan program
3) Mencari nilai t hitung dengan rumus pelatihan bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan kompetensi profesional
Y1 − Y2 konselor SMA Negeri kota Pontianak layak
t Hitung =
S12 S 2 2 untuk dilaksanakan karena penting untuk
+
n1 n 2 pendidikan khususnya bidang bimbingan dan
konseling.
Keterangan:
Y1 = rata-rata data kontrol Untuk pengembangan program pelatihan,
dilakukan penilaian terhadap proses
Y 2 = rata-rata data eksperimen pelaksanaan program pelatihan berdasarkan
n1 = banyak sampel kelas kontrol hasil observasi, kesan dan pesan peserta
n2 = banyak sampel kelas eksperimen tentang pelaksanaan program pelatihan dan
hambatan-hambatan yang ditemukan dalam
s12 = varians kelompok kontrol
kegiatan.
s22= varians kelompok eksperimen
(Furqon, 2011:181) b. Penilaian Hasil Pelaksanaan Program
Pelatihan

HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Uji Asumsi Statistik


Hasil Penelitian Hasil uji normalitas dan homogenitas
varians menunjukkan data
a. Penilaian Pengembangan Program
kompetensi profesional konselor
Pelatihan
110
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

tersebut memiliki distribusi normal Pembahasan


dan varians yang homogen. a. Penilaian Pengembangan Program
2) Uji Perbandingan Rata-Rata antara Pelatihan
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Perencanaan merupakan suatu proses
Uji perbandingan rata-rata skor persiapan yang dilakukan sebelum
kompetensi profesional konselor melaksanakan program pelatihan. Adapun
baik secara umum maupun aspek dan yang dipersiapkan dalam perencanaan
indikator antara kelompok eksperimen ini adalah rancangan program pelatihan.
dan kelompok kontrol dapat dijelaskan Rancangan program dibuat berdasarkan studi
sebagai berikut: (a) Uji perbandingan
pendahuluan tentang kompetensi profesional
Pre-test, kompetensi professional
konselor sebagai objek penelitian. Hasil studi
konselor secara keseluruhan tidak
ada perbedaan antara kelompok pendahuluan menunjukkan bahwa ada empat
eksperimen dan control, begitu pula aspek kompetensi profesional konselor yang
untuk setiap aspeknya; dan (b) Uji harus ditingkatkan, yaitu.
perbandingan Post-test 1) Menguasai Konsep dan Praksis Asesmen
Setelah diberikan penerapan program untuk Memahami Kondisi, Kebutuhan
pelatihan bimbingan dan konseling pada dan Masalah Konseli
kelompok eksperimen, Rata-rata kompetensi Tidak kompetennya konselor pada aspek
profesional konselor kelompok eksperimen ini karenasebagian besar konselor tidak
sebesar 63,667 lebih besar dibandingkan menguasai konsep dan praksis asesmen untuk
dengan kelompok kontrol yang hanya memahami kondisi, kebutuhan dan masalah
47,800. Hal ini berarti bahwa penerapan konseli. Banyak ditemukan hal-hal yang
program pelatihan bimbingan dan konseling menunjukkan konselor tidak menguasai itu.
pada kelompok eksperimen efektif dalam Diantaranya program yang dibuat tidak sesuai
meningkatkan kompetensi profesional dengan kebutuhan konseli, mengungkapkan
konselor secara keseluruhan. kemampuan dasar dan kecendrungan pribadi
Berdasarkan aspek-aspeknya,hasil uji konseli hanya berdasarkan teknik wawancara.
t independen data post-test kelompok Padahal banyak teknik yang dapat dilakukan
eksperimen dan kontrol yang signifikan untuk mengungkapkan kemampuan dasar
yaitu: (1) aspek menampilkan tanggung dan kecendrungan pribadi konseli. Seperti
jawab profesional dalam praktik asesmen; yang diungkapkan oleh Yusuf (2009:70):
(2) aspek merancang program bimbingan “teknik untuk memahami kebutuhan atau
dan konseling; (3)aspek menilai proses dan masalah siswa dapat dilakukan melalui tes
hasil kegiatan bimbingan dan konseling; (seperti tes prestasi belajar dan psiko tes),
dan (4) aspek menguasai konsep dan praksis dan non tes (seperti observasi, wawancara,
penelitian dalam bimbingan dan konseling. angket, inventori, dan sosiometri)”.
Dikatakan signifikan karena memiliki nilai Penyebab lain, sebagian konselor
p<0,05. mengadministrasikan asesmen bekerja
Aspek yang tidak signifikan yaitu:(1) sendiri dan masih banyak dilakukan dengan
aspek menguasai kerangka teoretik dan cara manual. Padahal pengukuran kebutuhan
praksis Bimbingan dan konseling; (2) aspek untuk mencapai hasil yang akurat dan efesien
mengimplementasikan program bimbingan memerlukan bantuan sistem informasi
dan konseling yang komprehensif; dan (3) manejemen yang berbasis tekhnologi
aspek memiliki kesadarandan komitmen komputer (Anni, 2012:98).
terhadapetika profesional. Melihat permasalahan di atas, kompetensi

111
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

profesional konselor pada aspek menguasai 3) Menilai Proses dan Hasil Kegiatan
konsep dan praksis asesmen untuk Bimbingan dan Konseling
memahami kondisi, kebutuhan dan masalah Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
konseli perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu konselor tidak kompeten pada aspek menilai
rumusan program pelatihan bimbingan dan proses dan hasil kegiatan bimbingan dan
konseling memilih topik mengidentifikasikan konseling (70.00%). Hal ini disebabkan
kebutuhan (Needs Assesment) dengan uraian sebagian konselor tidak berpotensi dalam
materi tentang indikator-indikator aspek melakukan evaluasi hasil, proses dan
menguasai konsep dan praksis asesmen program bimbingan dan konseling. Selain
untuk memahami kondisi, kebutuhan dan itu juga sebagian konselor tidak berpotensi
masalah konseli. Untuk meningkatkan dalam menginformasikan hasil pelaksanaan
ketrampilan konselor dalam mengakses data evaluasi secara efektif dan efesien.
dan mengadministrasikan asesmen, peserta Padahal Nurihsan (2009:68) berpendapat
pelatihan dibimbing untuk mengoperasi-kan “Keberhasilan program dalam pencapaian
software ATP/ITP SMA. tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak
dilihat melalui kegiatan penilaian”.
2) Merancang Program Bimbingan dan
Konseling 4) Menguasai Konsep dan Praksis Penelitian
dalam Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi
profesional konselor pada aspek merancang Berdasarkan hasil penelitian, konselor tidak
program bimbingan dan konseling secara kompeten pada aspek menguasai konsep
umum berada pada kategori tidak kompeten dan praksis penelitian dalam bimbingan
(73.33%); Hal ini disebabkan konselor dan konseling (76.67%). Hal ini disebabkan
kurang memahami dan menguasai asesmen sebagian besar konselor tidak berkompeten
sebagai fungsi untuk mengetahui kebutuhan dalam merancang penelitian bimbingan dan
konseli dan lingkungannya, sehingga dalam
konseling. Sebagian besar konselor hanya
merancang program bimbingan dan konseling
mempunyai ide untuk melakukan penelitian
tidak berdasarkan asesmen. Padahal asasmen
merupakan salah satu tahap yang harus tetapi tidak dapat diungkapkan dalam bentuk
dilakukan konselor dalam merancang tulisan, sehingga banyak ditemukan konselor
program bimbingan dan konseling. Hatch yang tidak pernah melaksanakan penelitian
(1958) dalam Santoadi (2010:13) juga bimbingan dan konseling selama bertugas di
mengungkapkan pendapatnya tentang sekolah. Padahal melakukan penelitian dan
aktivitas penting dalam merancang program pengembangan merupakan salah satu strategi
bimbingan dan konseling, yakni identifikasi dukungan sistem (Depdiknas, 2008:230).
kebutuhan, analisis situasi, merumuskan
Problema diatas menjadi dasar perlunya
dan meninjau berbagai alternatif pemecahan
masalah, memilih alternatif pemecahan peningkatan kompetensi profesional pada
masalah yang sesuai dengan kondisi dan aspek tersebut. Oleh sebab itu, aspek ini
kemampuan. dijadikan topik pembahasan dalam rumusan
program pelatihan bimbingan dan konseling
Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan
untuk meningkatkan kompetensi profesional
kompetensi profesional pada aspek ini
konselor.
dengan menjadikan aspek merancang
program bimbingan dan konseling topik Selain melakukan studi pendahuluan terhadap
pembahasan dalam rumusan program kebutuhan konselor dalam meningkatkan
pelatihan bimbingan dan konseling untuk kompetensi profesional konselor, untuk
meningkatkan kompetensi profesional pengembangan program pelatihan dilakukan
konselor. penimbangan (judgment) terhadap rancangan

112
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

program pelatihan oleh para ahli. Pelatihan


Hasil penimbangan menjadi data dalam Berdasarkan hasil penelitian, secara
merevisi program untuk mendapat kelayakan keseluruhan hasil uji t independen data
atas pelaksanaan program tersebut. Setelah pre-test kelompok eksperimen dan kontrol
direvisi sesuai dengan hasil diskusi dengan adalah tidak signifikan karena memiliki
para ahli dan pembimbing, program nilai p>0,05. Hal ini berarti bahwa pada saat
pelatihan bimbingan dan konseling untuk pre-test (sebelum perlakuan) kompetensi
meningkatkan kompetensi profesional profesional konselor secara keseluruhan tidak
konselor layak dan memenuhi kreteria ada perbedaan antara kelompok eksperimen
utama dalam mengembangkan produk sesuai dan kontrol. Artinya kedua kelompok ini
dengan pendapat Sukmadinata. (2011:171) layak untuk dibandingkan dan kelompok
“Kriteria pertama juga merupakan kriteria eksperimen tepat diberikan perlakuan.
utama, produk pendidikan yang akan Sukmadinata (2011:203) menyatakan
dihasilkan harus betul-betul penting dan ketepatan perlakuan treatment fidelityadalah
dibutuhkan dalam pendidikan.” tingkat ketepatan pemberian perlakuan
Mengamati hasil observasi berdasarkan sesi, oleh pelaku eksperimen yang baik adalah
disimpulkan bahwa peserta paling aktif pada memiliki fidelityatau ketepatan yang tinggi.
sesi pertama, pada sesi selanjutnya terjadi Secara umum hasil uji t independen data
penurunan dan sesi yang paling rendah post-test kelompok eksperimen dan kontrol
keaktifan pesertanya adalah pada sesi ke- adalah signifikan. Hal ini berarti bahwa
empat. setelah diberi penerapan program pelatihan
Menurunnya keaktifan peserta pada bimbingan dan konseling pada kelompok
pelaksanaan program didasarkan pada eksperimen, kompetensi profesional konselor
menurunnya tingkat kehadiran peserta. Hal secara keseluruhan ada perbedaan antara
ini disebabkan ada beberapa peserta yang kelompok eksperimen dan kontrol. Artinya
tidak dapat meninggalkan tugas di sekolah, penerapan program pelatihan bimbingan dan
sehingga kegiatan tidak dapat diikuti secara konseling pada kelompok eksperimen efektif
penuh. dalam meningkatkan kompetensi profesional
konselor secara keseluruhan.
Dari rangkuman kesan dan saran peserta
terhadap pelaksanaan program pelatihan, Selanjutnya pembahasan efektifitas program
pada umumnya peserta mempunyai kesan pelatihan bimbingan dan konseling untuk
dan saran yang baik terhadap pengembangan meningkatkan kompetensi profesional
program. Peserta sangat senang dan merasa konselor akan diuraikan berdasarkan aspek-
puas dengan penyajian dan praktek yang aspek kompetensi profesional konselor
diberikan. sebagai berikut.
a. Menguasai Konsep dan Praksis Asesmen
Berdasarkan hasil penilaian program di
untuk Memahami Kondisi, Kebutuhan
atas, ditemukan beberapa hal yang perlu
dan Masalah Konseli
disempurnakan dan dikembangkan. Hal-hal
yang dikembangkan adalah: (1) Menambah Kelompok eksperimen diberikan
waktu pelaksanaan; (2) Materi dan praktek penerapan program pelatihan dengan judul
lebih diperdalam; (3) Alat penunjang “Mengidentifikasikan Kebutuhan (Needs
dilengkapi. Pengembangan program pelatihan Asesment)”. Selain pengarahan materi,
dapat dilihat pada lampiran program. kelompok eksperimen juga dibimbing
mempraktikkan analisis data dengan ATP/
1. Penilaian Hasil Pelaksanaan Program
ITP SMA. Pelatihan yang dilakukan

113
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

selama ± 6 jam tersebut bertujuan agar jam pelajaran per-kelas perminggu.


konselor dapat memilih teknik asesmen b. Menguasai Kerangka Teoritik dan
sesuai dengan kebutuhan dan dapat Praksis Bimbingan dan Konseling
mempertanggungjawabkannya dalam praktik
asesmen. Berdasarkan hasil pre-test, kompetensi
profesional konselor pada aspek initidak
Penerapan program pelatihan bimbingan berada pada empat nilai tertinggi tidak
dan konseling pada kelompok eksperimen kompeten. Oleh sebab itu, kelompok
dapat meningkatkan indikator-indikator eksperimen tidak diberikan materi tentang
kompetensi profesional konselor pada aspek aspek ini dalam penerapan program pelatihan
menguasai konsep dan praksis asesmen untuk bimbingan dan konseling.
memahami kondisi, kebutuhan dan masalah
konseli. Berdasarkan hasil penelitian dari uji
t independen data post-test kelompok
Berdasarkan hasil observasi penerapan eksperimen dan kontrol yang signifikan hanya
program pelatihan bimbingan dan konseling, indikator mengaplikasikan hakikat pelayanan
Semua peserta berperan aktif. Baik dalam bimbingan dan konseling. Sedangkan
pemaparan materi maupun praktik analisis indikator yang lain semuanya tidak signifikan.
data dengan ATP/ITP SMA. Dari data yang Hal ini berarti penerapan program pelatihan
telah disiapkan, masing-masing peserta bimbingan dan konseling hanya dapat
mengakses data dan mengerjakan lembar meningkatkan indikator mengaplikasikan
kegiatan yang merupakan tugas akhir dari hakikat pelayanan bimbingan dan konseling.
pembahasan materi mengidentifikasikan
kebutuhan (Needs Asesment). Berdasarkan pengamatan peneliti, tidak
terjadinya peningkatan kompetensi
Menurut peneliti, penyebab tidak signifikan profesional pada indikator-indikator tertentu
beberapa indikator dari hasil post-test adalah disebabkan oleh tidak diberikannya materi
berkenaan dengan kebijaksanaan sekolah aspek menguasai kerangka teoritik dan
terhadap program bimbingan dan konseling praksis bimbingan dan konseling pada
terutama dalam mengadministrasikan dan kelompok ekperimen dalam penerapan
mengakses data dokumentasi konseli. Masih program pelatihan bimbingan dan konseling.
ada sekolah yang tidak memberi kesempatan Selain itu juga kompetensi pada aspek
kepada konselor untuk masuk kelas, sehingga tersebut sudah tinggi, sehingga tidak perlu
menghambat konselor untuk mengumpulkan adanya peningkatan lagi.
data siswa. Data yang dikumpulkan menjadi
c. Merancang Program Bimbingan dan
tidak lengkap dan memerlukan proses yang
Konseling
lama karena tidak ada waktu khusus bagi
konselor untuk menjaring data. Kebijakan Aspek merancang program bimbingan
sekolah ini tidak sesuai dengan Rambu-rambu dan konseling menjadi materi dalam
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling penerapan program pelatihan bimbingan
dalam Jalur Pendidikan Formal (2008-223) dan konseling dengan judul “Merancang
Program Bimbingan dan Konseling
yang menyatakan bahwa program bimbingan
Komprehensif ”. Selain pengarahan materi,
dan konseling perlu dilaksanakan dalam
kelompok eksperimen juga dibimbing
bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa praktik merancang program bimbingan dan
kontak langsung dengan peserta didik. Untuk konseling berdasarkan identifikasi kebutuhan
kegiatan kontak langsung yang dilakukan siswa hasil asesmen ATP/ITP yang dikerjakan
secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) pada sesi sebelumnya. Pembahasan materi
perlu dialokasikan waktu terjadwal 2 (dua) ini bertujuan agar konselor dapat merancang

114
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

program bimbingan dan konseling yang baik dapat meningkatkan indikator-indikator


sesuai dengan kebutuhan konseli. pada aspek mengimplementasikan program
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan bimbingan dan konseling yang komprehensif.
program pelatihan bimbingan dan Berdasarkan pengamatan peneliti, tidak
konseling pada kelompok eksperimen terjadinya peningkatan kompetensi
dapat meningkatkan indikator-indikator profesional pada indikator-indikator tersebut
kompetensi profesional konselor pada disebabkan tidak diberikannya materi aspek
aspek merancang program bimbingan dan
mengimplementasikan program bimbingan
konseling.
dan konseling yang komprehensif pada
Berdasarkan hasil observasi, peserta kelompok ekperimen dalam penerapan
pelatihan berperan aktif dalam kegiatan, baik program pelatihan bimbingan dan konseling.
saat pembahasan materi maupun praktik.
Peserta mengerjakan lembar kegiatan sampai e. Menilai Proses dan Hasil Kegiatan
tuntas. Bimbingan dan Konseling
Menurut peneliti, penyebab tidak signifikan Penerapan program pelatihan bimbingan
beberapa indikator dari hasil post-test dan konseling kepada kelompok eksperimen
berhubungan dengan pihak-pihak yang membahas aspek menilai proses dan hasil
terlibat dalam merancang program. Karena kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun
dalam merancang program tidak dapat kegiatan yang dilakukan dalam topik yaitu:
dilakukan sendiri, program dirancang (1) apersepsi tentangevaluasi yang sudah
atas kerjasama tim pengembang program dilakukan konselor terhadap kegiatan
bimbingan dan konseling. Hal ini bimbingan dan konseling; (2)menjelaskan
berhubungan dengan pengorganisasian hakekat, komponen dan prosedur evaluasi
program layanan bimbingan dan konseling kegiatan bimbingan dan konseling; (3) tanya
yang penting dilakukan. Nurihsan (2009:63)
jawab dan (4) praktik mengevaluasi hasil
menyatakan bahwa pengorganisasian
kegiatan bimbingan dan konseling.
program layanan bimbingan dan konseling
di sekolah adalah upaya melibatkan orang- Berdasarkan hasil penelitian, semua indikator
orang ke dalam organisasi bimbingan di signifikan. Hal ini berarti penerapan pelatihan
sekolah serta upaya melakukan pembagian program bimbingan dan konseling pada
kerja di antara anggota organisasi bimbingan kelompok eksperimen dapat meningkatkan
di sekolah. indikator-indikator kompetensi profesional
d. Mengimplementasikan Program konselor.
Bimbingan dan Konseling yang f. Memiliki Kesadaran dan Komitmen
Komprehensif terhadap Etika Profesional
Berdasarkan hasil pre-test pada aspek Berdasarkan hasil pre-test, kompetensi
initidak berada pada empat nilai tertinggi profesional konselor pada aspek initidak
tidak kompeten. Oleh sebab itu, kepada berada pada empat nilai tertinggi tidak
kelompok eksperimen tidak diberikan materi kompeten. Oleh sebab itu, kelompok
tentang aspek ini dalam penerapan program eksperimen tidak diberikan materi tentang
pelatihan bimbingan dan konseling. aspek ini dalam penerapan program pelatihan
bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil penelitian dari uji
t independen data post-test kelompok Berdasarkan hasil penelitian dari uji
eksperimen dan kontrol, semua indikator t independen data post-test kelompok
pada aspek ini tidak signifikan. Hal ini berarti eksperimen dan kontrol, semua indikator
penerapan program pelatihan bimbingan dan pada aspek ini tidak signifikan. Hal ini berarti
penerapan program pelatihan bimbingan dan
konseling pada kelompok eksperimen tidak
115
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

konseling pada kelompok eksperimen tidak konseling, sedangkan aspek yang lain hanya
dapat meningkatkan indikator-indikator pada dibahas dalam penjelasan dan tanya jawab.
aspek memiliki kesadaran dan komitmen Selain itu juga, peserta yang hadir dalam
terhadap etika profesional. sesi ini hanya delapan orang, peserta yang
Berdasarkan pengamatan peneliti, tidak berhalangan hadir disebabkan tidak dapat
terjadinya peningkatan kompetensi meninggalkan tugas di sekolah.
profesional pada indikator-indikator tersebut Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala
disebabkan tidak diberikannya materi aspek
sekolah untuk mendapatkan data yang
tersebut. Selain itu juga kompetensi pada
objektif tentang kompetensi profesional
aspek tersebut sudah tinggi, sehingga tidak
perlu adanya peningkatan lagi. konselor, secara umum Kepala sekolah
menilai bahwa konselor kompeten dalam
g. Menguasai Konsep dan Praksis kompetensi profesional konselor. Untuk
Penelitian dalam Bimbingan dan
masing-masing aspek, tampak bahwa
Konseling
aspek yang tidak kompeten adalah aspek
Untuk meningkatkan kompetensi profesional menguasai konsep dan praksis asesmen
konselor pada aspek menguasai konsep dan untuk memahami kondisi, kebutuhan
praksis penelitian dalam bimbingan dan dan masalah konseli. Selain itu juga pada
konseling, penerapan program pelatihan aspek merancang program bimbingan dan
bimbingan dan konseling menjadikan aspek konseling dinilai oleh kepala sekolah tidak
ini sebagai topik dalam pembahasan. Adapun kompeten. Padahal kedua aspek tersebut
kegiatan yang dilakukan dalam pembahasan masuk dalam kategori kebutuhan konselor
topik yaitu: (1) apersepsi tentangpentingnya untuk dijadikan topik pembahasan dalam
penelitian bagi konselor; (2) menjelaskan program.
pengertian, jenis dan langkah-langkah dalam
Penyebab tidak kompetennya konselor pada
penelitian tindakan; (3) tanya jawab dan
kedua aspek di atas adalah kepala sekolah
(4) praktik merancang penelitian tindakan
menilai konselor secara umum, baik itu
bimbingan dan konseling dari masalah yang
konselor yang mendapatkan treatment dan
dihadapi konselor.
yang tidak mendapat treatment.Penyebab
Berdasarkan hasil penelitian, indikator yang lain, Kepala sekolah menilai kompetensi
yang signifikan adalah mampu merancang profesional konselor dalam jangka waktu
penelitian bimbingan dan konseling. setahun kebelakang, dimana konselor belum
Hal ini berarti penerapan program mendapatkan perlakuan program pelatihan.
pelatihan bimbingan dan konseling dapat
Pada analisis selanjutnya tentang penilaian
meningkatkan kompetensi profesional
kepala sekolah terhadap kompetensi
konselor pada indikator tersebut. Sedangkan
profesional konselor yang mendapat
yang tidak signifikan yaitu: (1) memahami
perlakuan program pelatihan, secara umum
berbagai jenis dan metode penelitian; (2)
kepala sekolah menilai konselor belum
melaksaanakan penelitian bimbingan dan
menerapkan hasil program pelatihan. Hanya
konseling; dan (3) memanfaatkan hasil
empat kepala sekolah yang menjawab ada
penelitian dalam bimbingan dan konseling
peningkatan, sedangkan enam sekolah
dengan mengakses jurnal pendidikan dan
menjawab tidak ada peningkatan. Hal ini
bimbingan dan konseling.
disebabkan karena tahun pelajaran yang
Melihat permasalahan di atas, tidak sudah berakhir dan belum masuknya tahun
signifikannya indikator tersebut disebabkan pelajaran baru sehingga konselor belum
peserta hanya mempraktikkan indikator menerapkan hasil pelatihan.
merancang penelitian bimbingan dan
116
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

Oleh sebab itu disimpulkan, hasil wawancara kontrol. Rata-rata kompetensi profesional
kepada kepala sekolah tidak dapat dijadikan konselor kelompok eksperimen lebih besar
landasan untuk menyimpulkan kefektifan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
program pelatihan. Namun dapat menjadi Hal ini berarti bahwa penerapan program
suatu masukan terhadap pengembangan pelatihan bimbingan dan konseling pada
program dalam penentuan waktu pelaksanaan kelompok eksperimen efektif dalam
program pelatihan. meningkatkan kompetensi profesional
konselor. Berdasarkan aspek-aspek
KESIMPULAN kompetensi profesional konselor, ada tiga
aspek yang tidak diberikan dalam pelatihan
Setelah diberikan penerapan program nilai p > 0,05 sehingga hipotesis minor
pelatihan bimbingan dan konseling diterima, yaitu program pelatihan bimbingan
pada kelompok eksperimen, kompetensi dan konseling efektif untuk meningkatkan
profesional konselor secara keseluruhan ada kompetensi profesional konselor yang
perbedaan antara kelompok eksperimen dan dilatihkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, C.T. (2012). “Need Assesment Model Penyusunan Program Bimbingan Dan Konseling Bidang Bimbingan
Belajar Berbantuan Sistem Informasi Manajemen di SMA Negeri Kota Semarang”. Educational
Management 1 (1) (2012).
Asrori. (1990). “Unjuk kerja Petugas Bimbingan dalam Melaksanakan Konseling Dikaji dari Latar Belakang
Pendidikan dan Iklim Organisasi Sekolah”.Tesis Master pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Aswan (2013). Dedy Aswan Blog. Bab.9: Metode Pelatihan. (Online). Tersedia: http://dedy-aswan.blogspot.
com/2013/05/bab-9-metode-pelatihan.html. (11 Juli 2013)
Echols, J. M. Dan Shadily,H. (2000). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia.
Endarmoko, E. (2007). Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia
Febriyadi, H. (2010). “Program Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling SMA/
SMK di Rangkas bitung”. Tesis Master pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.
Hardi (2009). “Model Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Konseling Multikultural Calon Konselor: Studi
Pengembangan pada Calon Konselor di Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK)”.Tesis Master
pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ilfiandra, A. M, dan Ipah S. (2006). Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan Konseling pada
Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat. Bandung: UPI.
Kamil, M. (2003). Model-model pelatihan. (Online), Tersedia: http://kamilunkamil.blogspot.com/2010/03/ model-
model-pelatihan.html (11 Juli 2013).
Mappiare, A. (1992). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta:CV.Rajawali.
Natawidjaja, R. (1998). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Bandung:Publikasi Jurusan PPB FIP UPI.
Nurihsan, A.J. (2007). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
---------------- (2009). Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Prayitno (1997). Penyuluhan (Counselling). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prayitno dan Erman. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Cetakan ke-2 Jakarta,PT.Asdi Mahasatya
Santoadi, F. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta. Universitas Senata Dharma

117
Program Pelatihan Bimbingan dan Konseling untuk
Meningkatkan Kompetensi .... (Heriyanti) ISSN 1412-565 X

Sastradipoera, K. (2006). Pengembangan dan Pelatihan, Suatu Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: Kappa-Sigma
----------- (2007). Menejemen Sumber Daya Manusia, Suatu Pendekatan Fungsi Operatif. Bandung:Kappa-Sigma
Suherman, U. (2008). Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling. Makalah Seminar Sehari Bimbingan dan
Konseling yang diselenggarakan oleh Universitas Kuningan bekerjasama dengan ABKIN Cabang
kabupaten Kuningan tanggal 11 Maret 2008 di Universitas Kuningan.
------------. (2011). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.
Suherman dan Budiman, N. (2011). “Fungsi dan Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan”,
dalam Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling”. Bandung:UPI Press.
Surya, M. (2009). Psikologi Konseling. Bandung, Maestro
-------- (2012). “Membangun Konselor Profesional dalam Menghadapi Tantangan Abad 21”. Makalah dalam acara
Seminar dan Workshop KG & PKB dalam rangka Rakernas ke 1 Musyawarah Guru Bimbingan &
Konseling Nasional tanggal 8-10 Nopember 2012 di Bandung.
-------- (2009). “Optimalisasi dan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling”.Makalah dalam Kuliah Umum di
FKIP Universitas Ibn Khaldun Bogor Tanggal 16 Maret 2009 di Kampus UIK Bogor.
Trisnowati, E. (2009). “Program Pelatihan Ketrampilan Konseling bagi Konselor di Sekolah”. Tesis Master pada
SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Winkel,W.S. (1998). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Yusuf,S dan Nurihsan, J. (2010). Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung. UPI-PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

118

Anda mungkin juga menyukai