Anda di halaman 1dari 3

LETAK RAWA ONOM DAN PULO MAJETI

Situs Pulo Majeti terletak di Lingkungan Siluman Baru, Kelurahan/Kecamatan Purwaharja Kota
Banjar.Bentuknya berupa bangunan semacam makam dengan tiga undakan. Pada puncaknya terdapat
dua pasang nisan berbentuk persegi panjang setinggi 60 cm. Situs ini dikenal juga sebagai tempat
pesugihan.

Pulo Majeti ini berada di tengah-tengah rawa Onom yang saat ini telah berubah menjadi pesawahan
warga. Luasnya konon mencapai 947 hektar.

Be-be-rapa tahun terakhir, daerah rawa ini men-jadi langganan ben-cana banjir pada musim hujan. Ini
diakibatkan erosi yang telah ber-lang-sung lama yang berdampak mendangkalnya air laut di muara
Su-ngai Citanduy

ASAL MUASAL ONOM

Menurut cerita, Prabu Selang Kuning dan rakyatnya dulunya adalah manusia biasa. Beliau adalah patih
kepercayaan Kerajaan Galuh. Oleh raja beliau diperintahkan untuk membangun wilayah baru di sebuah
areal yang sekarang dikenal dengan nama Pulo Majeti.

Patih Selang Kuning pun menerima titah Baginda dengan gembira. Bersama pasukannya ia membangun
tempat tersebut yang semula hanya hutan dan rawa sehingga berubah menjadi pekampungan lengkap
dengan sebuah istana yang megah.

Namun setelah istana tersebut berdiri, sang patih timbul rasa ingin memiliki di hati sang patih. Ia pun
tidak mau memberikannya kepada Kerajaan Galuh, melainkan mengangkat dirinya sendiri menjadi
penguasa kerajaan tersebut.

Untuk menghindari percekcokan dengan Kerajaan Galuh, maka Prabu Selang Kuning mengajak seluruh
rakyatnya pindah ke alam lain dengan cara “tilem” (mengilang) dan berubah menjadi bangsa siluman
yang disebut Onom.

KEPEMIMPINAN KANGJENG PREBU

Kisah Onom ini tidak lepas dari ketokohan Kangjeng Prebu. Bupati ini dikenal sangat cakap. Di bawah
kepemimpinannya, Galuh tumbuh menjadi kabupaten yang makmur, khususnya dari pertanian dengan
komoditi padi dan kelapa.Untuk memajukan pertanian, ia mencetak sawah-sawah baru dan
membangun saluran-saluran irigasi dan dam. Misalnya saluran Gandawangi dan Nagawiru.

Ia juga mendorong masyarakat untuk mengembangkan kelapa. Caranya unik. Ia mewajibkan seluruh
pengantin laki-laki untuk membawa bibit kitri ketika melamar pasangannya. Bibit kitri tersebut
kemudian ditanam di depan rumah dimana pasangan tersebut tinggal.

Hasilnya tak mengecewakan. Kabupaten Ciamis kemudian menjadi sentra produksi kopra di Priangan.

BERSAHABAT DENGAN ONOM


Nah, seiring dengan keberhasilannya memimpin tatar Galuh, Kangjeng Prebu pun dianggap sebagai
tokoh memiliki kelebihan di bidang spiritual. Salah satunya adalah kisah persahabatannya dengan
Onom.

Entah bagaimana awal mula “persahabatan” tersebut terjalin. Mungkin ketika beliau membangun
sawah-sawah baru yang berada di rawa Onom.

Konon, untuk menghormati sahabatnya tersebut, bupati selalu menyediakan tempat khusus pada
setiap pesta atau hajatan yang diselenggarakan di pendopo. Letaknya berada di sebuah kamar di
belakang pendopo yang juga dilengkapi dengan sajian hidangan yang ditutupi daun kelapa.

Kamar tersebut tertutup bagi semua orang, kecuali kuncen Rawa Onom yang berpakaian dari karung
goni sobek dengan tutup kepala kukusan.

IKUT MENJAGA BUPATI CIAMIS DAN KETURUNANNYA

Persahabatan dengan Onom tersebut diterus berlanjut ke keturunan bupati bahkan konon berlangsung
hingga kini. Onom dipercaya ikut menjaga keamanan para Bupati Ciamis dan keturunannya dari hal-hal
yang tidak diinginkan.

Beberapa Bupati Ciamis penerus Kanjeng Prebu, bahkan sengaja mengosongkan salah satu ruangan yang
ada di Gedung Negara –tempat tinggal bupati, untuk Onom.

Pada tahun 1926 meletus pemberontakan PKI di Ciamis yang dipimpin oleh Egom, Hasan dan Dirga.
R.T.A. Sastrawinata bupati Ciamis saat itu berhasil meredam pemberontakan tersebut dan menangkap
tokoh-tokohnya.

Baca juga Legenda Maung Panjalu: Kisah Sedih Dua Cucu Siliwangi

Konon, keberhasilan tersebut tidak lepas dari bantuan Onom. Gerombolan pemberontak yang
mengepung pendopo tak jadi mendekat karena melihat ratusan prajurit bersenjata lengkap yang
melindung bupati. Padahal saat itu beliau tengah sendirian.

Atas keberhasilannya tersebut, R.T.A Sastrawinata mendapatkan penghargaan Bintang Willems Orde,
dari pemerintah kolonial Belanda.

KUDA KOSONG

Sebelum tahun 1970-an, setiap ada acara-acara resmi pemerintahan di Ciamis, senantiasa diawali
dengan upacara ritual “pemanggilan” Onom.

Kemunculan Onom ditandai dengan hadirnya seekor kuda tak berpenumpang, tapi tubuhnya bermandi
keringat dengan napas terengah-engah seakan menanggung beban yang berat. Kuda tersebut diyakini
tengah ditunggangi oleh ratu Onom.
Namun saat ini, ritual tersebut sudah tidak lagi dilakukan oleh pihak pemerintah kabupaten, seiring
dengan makin melunturnya kepercayaan, pemujaan dan pemanggilan Onom yang berkembang di
masyarakat Ciamis sendiri.

Anda mungkin juga menyukai