Makalah Itp
Makalah Itp
BLOK XII
Anggota :
Medan
2015
PEMICU
Lembar 1
Nona E, perempuan 20 tahun dengan tinggi badan 165 cm, berat badan 52kg datang ke
poliklinik penyakit dalam dengan keluhan perdarahan dari hidung yang dialami oleh os sejak
1 minggu ini, perdarahan sedikit-sedikit namun sulit untuk berhenti, os juga selalu mengalami
perdarahan gusi dalam 1 tahun ini, namun 1 bulan terakhir tidak dijumpai adanya perdarahan
dari gusi tersebut. Apa yang terjadi pada nona E?
Pertanyaan
Lembar 2
Dari anamnesa diketahui tubuh os sering mengalami lebam-lebam yang terjadi secara spontan
serta dijumpai adanya bercak-bercak kecil merah kebiruan pada anggota gerak atas dan
bawah. BAB normal (tidak dijumpai adanya BAB kehitaman atau berdarah). Riwayat
pemakaian obatanti nyeri tidak dijumpai juga obat-obatan lainnya. Riwayat penyakit hati
tidak dijumpai.
Status present : sens compos mentis, TD 110/70 mmHg, pols/frekwensi nadi 88x/menitt, RR
(frekuensi pernapasan) 20x/menit, temperatur 37,2oc. Dijumpai hematoma dan purpura pada
anggota gerak atas, anggota gerak bawah dan badan os pada beberapa tempat.
Pemeriksaan fisik : kepala, mata : anemia (-), leher : TVJ R-2 cmH2O, thoraks : fusiform,
simetris, ketinggalan bernapas (-), suara pernapasan vesikuler, suara tambahan tidak
dijumpai. Abdomen : hepar/lien/ren tidak teraba, genitalia perempuan, ekstremitas atas dan
bawah dijumpai hematoma dan purpura.
Pertanyaan
Lembar 3
o Darah rutin
o Hb 12,5 gr%, leukosit 5.400/mm3, trombosit 30.000/mm3, LED 20 mm/jam,
hematokrit 38,5%, difftell 1/1/0/50/32/16
o Urine rutin : dbn
o Feces normal
o Bilirubin total 0,9 mg%, bilirubin direk 0,4 mg%, SGOT 15 IU/ml (N), SGPT 20
IU/ml (N), alkaline phosphatase 90 IU/ml (N).
o RDW 14%
o MCV 85 fl
o MCH 30 pg
o MCHC 32 gr/dl
o PT,Aptt,INR,TT,Fibrinogen = dbn
MASALAH
ANALISA MASALAH
Spasme vaskular
B. Sistem Trombosit
Ca2+, faktor
VIII dan PF3
FaktorXI
II
Fibrin stabil
Bekuan darah
Perbedaan klinis antara penyakit trombosit/dinding pembuluh darah atau kelainan faktor
koagulasi
Penyakit trombosit/dinding
Penyakit koagulasi
pembuluh darah
Perdarahan mukosa sering Jarang
Petekia sering Jarang
Hematom dalam jarang Sering
Perdarahan dari luka kulit menetap Minimal
Jenis kelamin pasien setara >80% pria
Metode Ivy : Manset tekanan darah dipasang di lengan pasien di atas siku, t ekanan
dinaikkan dan dipertahankan konstan sesuai prosedur. Satu (atau dua) insisi standard
dibuat dipermukaan volar lengan bawah. Lama waktu yang dibutuhkan untuk berhentinya
perdarahan dicatat sebagai Masa Perdarahan (Bleeding time).
Langkah kerja:
1) pasang tensimeter pd lengan atas pasien pada lipatan atas lengan. Tekanan diatur
40mmHg, dan tahan supaya konstan
2) desinfek si permukaan lengan kira2 5-7 cm dibawah lipatan
3) kulit ditegangkan dgn menarik dari belakang lengan, kemudian tusuk dgn lancet
kedalaman 3mm, bukan diatas jalur vena. Buat luka yg lain dgn jarak ±2cm drai luka
yg pertama. Stopwatch dihidupkan
4) selang 30detik, darah dari luka tusukan ditempel dgn pinggiran kertas saring tanpa
menyentuh kulit
5) ulangi setiap 30detik pada kertas saring mengelilingi lingkaran
6) saat darh berhenti, stopwatch dimatikan dan waktu dicatat
7) rata2 dari kedua luka tusukan dilaporkan sbg hasil pemeriksaan
Nilai normal untuk bleeding time adalah 1-6 menit.
Metode Duke : Dibuat luka standar pada daun telinga dan dicatat lama waktu pendarahan.
Langkah kerja:
b) Clotting time
Metode Lee & white : Diambil darah vena dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
dibiarkan membeku. Selang waktu dari saat pengambilan darah sampai saat darah membeku
dicatat sebagai masa pembekuan.
Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau waktu yang di
perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan.
Hal ini menunjukkan seberapa baik platelet berinteraksi dengan dinding pembuluh darah
untuk membentuk pembekuan darah. Trombin waktu membandingkan tingkat pasien
pembentukan gumpalan dengan sampel dari normal plasma dikumpulkan. Tr ombin yang
ditambahkan pada sampel plasma. Jika plasma tidak segera membeku, itu berarti kekurangan
(fibrinogen kuantitatif) atau cacat kualitatif (fibrinogen disfungsional). Jika seorang pasien
yang menerima heparin( substansi yang berasal dari bisa ular reptilas)e disebut digunakan
bukan trombin. Reptilase memiliki tindakan yang mirip dengan trombin tetapi tidak seperti
trombin tidak dihambat oleh heparin. Trombin waktu dapat diperpanjang oleh: heparin,
produk degradasi fibrin, antikoagulan lupus. Dalam bidang tes koagulasi, Clotting time
adalah salah satu yang paling prosedural sederhana. Setelah membebaskan plasma dari
seluruh darah dengan sentrifugasi, Trombin yang ditambahkan pada sampel plasma. bekuan
ini terbentuk dan terdeteksi optikal atau mekan is dengan alat koagulasi. Waktu antara
penambahan trombin dan pembentukan gumpalan dicatat sebagai Clotting time.
Langkah kerja:
5. Mulailah mengamati tabung. Angkat keluar tabung secara tegak lurus lalu miringkan.
Perhatikan darah, masih bergerak atau diam.Lakukan hal ini pada setiap tabung selang waktu
30 detik sampai terlihat darah dalam tabung tidak lagi bergerak (sudah membeku).
Bleeding Time memanjang pada gangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit dibawah
100.000/ mm3. Pemanjangan B T menunjukkan adanya defek hemostasis, termasuk
didalamnya trombositopenia (biasanya dibawah 100.000/ mm3), gangguan fungsi trombosit
heriditer, defek vaskuler kegagalan vasokonstriksi), Von Willebrand's disease, disseminated
intravascular coagulation (DI C), defek fungsi trombosit (Bernard-Soulier disease dan
Glanzmann’s thrombasthenia) , obat-obatan (aspirin/ ASA, inhibitor siklooksigenase,
warfarin, heparin, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), beta-blockers, alkohol,
antibiotika) dan hipofibrinogenemia. Trombositopenia akibat defek produksi oleh sumsum
tulang menyebabkan pemanjangan Bleeding Time lebih berat dibandingkan trombositopenia
akibat destruksi berlebih trombosit. Pasien dengan von Willebrand’s disease hasil BT
memanjang karena faktor von Willebrand merupakan trombosit agglutination protein.
Bleeding Time normal tidak menyingkirkan kemungkinan terjadinya perdarahan hebat pada
tindakan invasif.
3. Partial Tromboplastin Time (PTT) and Activated Partial Tromboplastin Time (APTT)
PTT merupakan uji pemindaian yang digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat
defisiensi pada seluruh faktor pembekuan, kecualifaktor VII dan XII, serta untuk
mendeteksi variasi dalam trombosit. Uji ini lebih sensitive dari pada uji masa protrombin
dalam mendeteksi defisiensi minor, tetapi tidak sesensitif APTT. Uji APTT lebih
sensitive dalam mendeteksi kelainan faktor pembekuan daripada uji PTT karena aktivator
yang ditambahkan secara invitro memperpendek waktu pembekuan, kelainan pembekuan
minor dapat di deteksi. Prosedur uji APTT sama dengan uji PTT, kecuali bahwa reagen
tromboplastin yang digunakan pada uji APTT mengandung activator yang bertujuan
mengidentifikasi faktor yag mengalami defisiensi. Uji ini biasanya dilakukan untuk
memantau terapi heparin.
Langkah kerja:
1) Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam tabung.
2) Campurkan tromboplastin teraktivasi ditambah pada sampel plasma pasien dan sampel
control. Saat sedikit kalsium ditambhkan, stopwatch mulai dinyalakan, dan dihentikan
ketika helaian fibrin terlihat
4. Diagnosa Banding
Definisi
Epidemiologi
ITP akut sering terjadi pada anak-anak usia 2-6 th dengan prevalensi 4,0-5,3/ 100.000
7-28% anak-anak ITP akut berkembang menjadi kronik
ITP kronis sering terjadi pada dewasa rata-rata berusia 18-40 tahun dengan insiden 58-
66 kasusu / 1 juta / tahun
ITP kronis pada anak-anak 0,46/100.000/ tahun
Rasio antara perempuan dan laki-laki pada
- ITP akut = 1:1
- ITP kronik = 2-3 :1
Etiologi :
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder.
ITP Primer
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui pembentukan
antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. Penyakit ini diduga
melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang
trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat
terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP,
antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri.
ITP Sekunder
Manifestasi klinis
ITP akut
Manifestasi perdarahan berupa ekimosis, peteki, purpura. Pada umumnya berat dan frekuensi
perdarahan berkorelasi dengan jumlah trombosit
Gejala AT
Asimptomatik >50.000/µl
Luka memar/hematom 30.000 – 50.000/µl
Perdarahan spontan, menoragi, dan perdarahan 10.000 – 30.000 /µl
memanjang bila ada luka
Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan GI, dan <10.000/µl
genitourinaria) dan resiko perdarahan SSP
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosis Idiopathic Thrombocytopenic Purpura, dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat. Pemeriksaan dapat dilakukan antara
lain dengan pemeriksaan:
1. Pemeriksaan darah rutin, akan didapatkan nilai trombosit yang rendah
(< 150.000) dengan jumlah eritrosit (apabila tidak terjadi perdarahan yang
berat) dan leukosit dalam batas normal.
4. Uji Imunitas Seluler. Pada uji imunitas seluler terjadi peningkatan respon
imun MHC kelas II yang sering menunjukkan peningkatan jumlah HLA-
DR + T cells, peningkatan jumlah reseptor interleukin 2 dan peningkata
profil sitokin yang menunjukkan aktivasi prekursor sel T helper dan selT
helper tipe 1. Pada pasien-pasien ini sel T akan merangsang sintesis
antibodi setelah terpapar oleh protein alami. Pengukuran trombosit
dihubungkan dengan antibodi, secara langsung untuk mengukur trombosit
yang berkaitan dengan antibodi.
Prognosis:
Respon terapi dapat mencapai 50%-70% dengan kortikosteroid. Pasien ITP dewasa sebagian
kecil dapat mengalami remisi spontan. Penyebab kematian pada ITP biasanya disebabkan
oleh perdarahan intracranial yang berakibat fatal berkisar 2,2% untuk usia lebih dari 40 tahun
dan sampai 47,8% untuk usia lebih dari 60 tahun.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kee, Joice LeFever. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Diagnostik. Jakarta; EGC