Pembimbing:
dr. Herawaty Purba Sigumonrong, Sp.PD M.BioMed
Disusun Oleh:
Indah Nur Mariani
3 komponen hemostasis:
HEMOSTASIS
TROMBOSIT
Blood
vessel
Keseimbangan hemostasis membutuhkan:
• Pembuluh darah normal Inhibitors Platelet
Hemos
• Trombosit normal tasis
• Faktor koagulasi normal
Endothelium cells
platelets
Red cells
plasma
Tissue Thromboplastin
Pada saat terjadi perdarahan:
Primary
Hemostasis
(Bleeding
Time)
PEMBULUH DARAH
Bila endotel rusak :
Endotel keluarkan endotelin untuk :
- vasokontriksi
- endotelin bersama trombin mengiduksi endotel
mengeluarkan substansi adesi ; integrin dan
selektin
- Endotelin menarik leukosit dan trombosit ke
daerah pembuluh darah yang rusak dengan
bantuan vWF
TROMBOSIT
activation
- exposure to collagen
or foreign surfaces
TROMBOSIT
Bila endotel rusak endotelin akan menarik trombosit
untuk adesi pada kolagen pembuluh darah
Trombosit diaktifkan akan membentuk pseudopodia
- Melepas substasi ADP, serotonin, dll
- Mudah melekat ke kolagen endotel
- Mudah melekat ke trombosit lain
(agregasi trombosit)
Trombin menghambat sintesaAMP siklik ->
peningkatan ion kalsium-> hiperagregasi trombosit
Pada sikresi ADP yang berlebih akan mengaktifkan
membran fosfolipid (faktor trombosit 3) sehingga
terjadi aktifasi sistim koagulasi
Secondary Hemostasis
(Clotting Time)
Secondary Hemostasis
Indikasi tes hemostasis
Ada gejala perdarahan
Riwayat perdarahan
Pada penyakit yang berpotensi mengalami gangguan
hemostasis : penyakit hati, sepsis, DIC, DVT.
Pra bedah: Menghindari kemungkinan terjadinya
perdarahan hebat akibat tindakan
invasif atau operasi.
Pemantauan antikoagulan
KELAINAN FUNGSI KOAGULASI
Hemofili A (VIII)
Hemofili B (IX)
Kekurangan vit K (II,VII, IX, XI)
Ganggan fungsi hati
DIC
Adanya tissue factor (endotoxin, kerusakan jaringan dll)
TF aktivasi koagulasi diikuti aktifasi fibrinolitik bergantian.
Trombositopeni, APTT, PPT, TT memanjang, fibrinogen
turun, FDP <
Anti koagulan sirkulasi (IgG)
AIDS, SLE,
Penyakit Hati
Sintesis fibrinogen, protrombin, V, VII, IX, X, XI
Gangguan absorbsi dan metabolisme vit K,
Splenomegali -> squestrasi
Pemeriksaan penyaring
hemostasis
Hitung trombosit
Masa perdarahan
Uji pembendungan
PT : Memeriksa jalur ekstrinsik
APTT : Memeriksa jalur intrinsik.
Masa trombin
Penyaring F XIII
Coagulation Cascade
Skema pemeriksaan PT
Tromboplastin, Ca
F VII
FX
FV
Protrombin
Fibrinogen
bekuan
Masa protrombin plasma (PT)
Uji penyaring untuk jalur ekstrinsik
Pemantauan antikoagulan oral (INR)
PT memanjang:
Defisiensi F VII, F X, F V, protrombin, fibrinogen :
cirrhosis hati, kekurangan vit K, gangguan absorbsi
vit. K, neonatus
Antikoagulan oral golongan coumarin.
Inhibitor : LA
Skema pemeriksaan APTT
Aktivator +
fosfolipid
F XII, PK,
HMWK
F XI
Ca F IX
F VIII
FX
FV
Protrombin
Fibrinogen
bekuan
Masa tromboplastin parsial
teraktivasi (APTT)
Uji penyaring untuk jalur intrinsik
Pemantauan heparin
APTT memanjang:
defisiensi faktor koagulasi di jalur intrinsik dan
atau bersama : cirrhosis hati, DIC, fibrinolisis ,
hemofilia A atau B
Inhibitor : heparin
Lupus anticoagulant
inhibitor F VIII
Guidelines for preoperative hemostasis evaluation(*)
INHIBITOR FISIOLOGIS
Inhibitor didapat
Antithrombin: Heparin
Defibrinogenating agent: sejumlah bisa ular
Antagonis vitamin K: dicoumarol, warfarin
THROMBOPHILIA
PT (prothrombin time):
dg cara menambahkan thromboplastin dan CaCL2 pd plasma.
Mengukur jalur ekstrinsik (faktor VII, X, V, II, I). Aktivasi faktor X
pada pemeriksaan ini tidak memerlukan faktor VIII dan IX.
PT normal pada hemofilia.
CT (clotting time)
Vitamin K1 (phylloquinone):
terutama berasal dari sayuran hijau dan minyak nabati
Vitamin K2 (menaquinone):
disintesis bakteri gram negatif di usus
Vitamin K3 (menadione):
sintetis, aktivasi in vivo untuk menjadi menaquinone
Defisiensi vitamin K:
Gejala:
-Perdarahan yg tidak berhenti setelah cedera, ekstraksi
gigi, tindakan bedah
-Perdarahan kembali setelah perdarahan berhenti
-Perdarahan terlambat
Hemofilia Berat (Severe Hemophilia)
KLINIS
Gangguan koagulasi hrs dicurigai pd keadaan:
-Hemarthrosis t.u. tanpa didahului trauma
-Hematoma otot dalam
-Perdarahan intrakranial tanpa trauma berat
-Cephalhematoma atau perdarahan intrakranial
pada saat lahir
-Perdarahan tidak berhenti atau perdarahan kembali
setelah pembedahan atau trauma
-Perdarahan GIT atau hematuria tanpa sebab jelas
-Menorrhagia t.u. pada saat menarche
-Epistaksis lama, terutama berulang dan bilateral
-Sering hematoma, terutama hematoma subkutan keras
LABORATORIS
Gejala:
-Perdarahan yg tidak berhenti setelah cedera, ekstraksi
gigi, tindakan bedah
-Perdarahan kembali setelah perdarahan berhenti
-Perdarahan terlambat
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Lab.:
Skrining koagulasi seperti hemofilia A.
Assay Faktor Koagulasi
Assay Faktor Koagulasi
Klasifikasi:
-Hemofilia B berat: aktivitas koagulasi faktor IX < 1%
-Hemofilia B sedang: aktivitas faktor IX 1-5%
-Hemofilia B ringan: aktivitas faktor IX 6-30%
DIFERENSIAL DIAGNOSIS GANGGUAN KOAGULASI
Hemofilia
Von Willebrand Disease
Defisiensi faktor XI (diturunkan scr autosomal)
Defisiensi faktor XII, prekallikrein atau high-molecular
weight kininogen (tidak menyebabkan perdarahan
spontan, PT memanjang)
Gangguan Fibrinogen
Defisiensi faktor XIII
Gangguan fungsi trombosit
Trombositopenia
PENATALAKSANAAN
Perhatian khusus:
Tidak boleh dilakukan sirkumsisi kecuali bila
tersedia konsentrat faktor IX tersedia cukup
dan hemofilia B disingkirkan
Tidak boleh dilakukan injeksi intramuskular
PENYAKIT VON WILLEBRAND
Klasifikasi berdasarkan:
Penyebab:
ETIOLOGI
1- 4 minggu setelah paparan thd infeksi viral/bakterial
autoantibodi
Pemeriksaan penunjang:
Darah tepi:
Trombositopenia, kadang sampai < 20.000/mmk.
Ukuran trombosit normal s/d besar.
Sumsum tulang: megakaryosit normal sampai meningkat jumlahnya.
Terapi:
IVIg
Prednison
IV anti-D
splenektomi (ITP kronis, tdk respon terapi, ITP akut dg per-
darahan berat tdk respons transfusi trombosit dan IVIg serta
kortikosteroid)
ITP Kronis
SEKUESTRASI
Pasien dg splenomegali masif dapat menderita trombositopenia
karena sebagian besar trombosit mengalami sekuestrasi pada
lien. Sebagian besar kasus spt ini disertai anemia dan leukope-
nia ringan.
Harus dilakukan pemeriksaan untuk menegakkan kausa spleno-
megali.
ABNORMALITAS FUNGSI TROMBOSIT
Akuisita:
penyakit hati, uremia, penyakit2 yang meningkatkan produksi
FDP (fibrin degradation products), asam asetil salisilat, NSAID,
asam valproat, penisilin dosis tinggi.
Kongenital:
purpura dan ptekia segera setelah lahir. Ditemukan bila ada
kelainan reseptor vWf, kelainan kompleks GPIb, kelainan
fibrinogen, sindroma Bernard Soulier, Glanmann thrombas-
thenia, dll
DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION
DIC akut:
Gangguan hemostasis ditandai adanya ekimosis,
perdarahan mukosa, deplesi trombosit dan faktor
koagulasi dalam darah.
DIC kronis:
Thromboembolisme dg tanda2 aktivasi sistem
koagulasi.
PATOGENESIS
INFEKSI:
DIC akut: baktera, virus, jamur, rikettsia
DIC kronis: segala infeksi kronis (TB, abses, osteomyelitis)
KOMPLIKASI OBSTETRI:
DIC akut: abruptio plasenta, aborsi, emboli air ketuban, syok
hemorrhagik
DIC kronis: dead fetus syndrome
KEGANASAN
DIC akut: leukemia promielositik akut, leukemia myelomonositik
atau monositik akut, ca prostat diseminata
DIC kronis: keganasan paru, payudara, sal. cerna
PENYAKIT VASKULAR
DIC akut: infark serebri atau perdarahan serebral
DIC kronis: aneurysma aorta, giant hemangioma
BISA
DIC akut: ular, laba laba (jarang)
TRAUMA
DIC akut: destruksi jaringan masif
LAIN-LAIN:
DIC akut: heparin induced thrombocytopenia with thrombosis,
purpura fulminans in newborn (defisiensi protein C
homozigot)
DIC AKUT
Temuan klinis:
-Perdarahan multipel
-Ekimosis, perdarahan mukosa
-Perdarahan visceral
-Iskemia jaringan
Laboratoris:
-PT, APTT, TT memanjang, fibrinogen rendah
-FDP meningkat (D-dimer)
-Trombosit menurun
-Schistosit pada apusan darah tepi
DIC KRONIS
Temuan Klinis:
-Tanda thromboembolisme
-Episode thrombotic serial
Laboratoris:
-PT sedikit meningkat
-APTT turun atau meningkat
-TT sebagian besar normal
-Fibrinogen dan trombosit bisa rendah, normal atau tinggi
-FDP meningkat
-Bukti marker molekular mis: kompleks thrombin-
antithrombin
PENATALAKSANAAN
FAKTOR LINGKUNGAN
Radiasi pengion
Radiasi ultraviolet
paparan berlebihan thdp sinar matahari meningkatkan risiko
terkena kanker kulit. Penderita defek DNA repair memiliki
risiko lebih besar untuk terkena kanker kulit.
Obat-obatan
obat imunosupresan meningkatkan risiko keganasan, terutama
limfoma non-Hodgkin. Terapi kanker, terutama dg alkylating
agents dan epipodophyllotoxin meningkatkan kejadian keganas-
an sekunder.
VIRUS