Pola Jahitan Dan Simpul
Pola Jahitan Dan Simpul
Gambar 1. Pola jahitan Subcutan (A) dan subkutikuler (B) (Fossum et al, 2019).
Pola Cruciate
Ketika dua jahitan terputus sederhana ditempatkan parallel pada masing-masing sisi
dan kemudian dijahit pada sayatan untuk membuat "X," sebuah pola terbentuk seperti salib
(Gambar 2 C). Jahitan cruciate bersifat apposisional dan dapat meredakan ketegangan rendah
hingga sedang di seluruh sayatan. apabila kekurangan bahan untuk menjahit sayatan pada kulit
menggunakan pola jahitan cruciate dari jahitan sederhana terputus, masih dapat dilakukan
penjahitan menggunakan pola jahitan sederhana tunggal (Fossum et al, 2019).
Gambar 2. Pola jahitan terputus (A)Simple interrupted. (B) Horizontal mattress. (C) Cruciate.
(D) Vertical mattress. (E) Halsted. (F) Gambee (Fossum et al, 2019).
Pola Gambee
Jahitan Gambee adalah pola terputus yang digunakan dalam operasi usus untuk
mengurangi eversi mukosa. Jahitan ini sama seperti jahitan terputus sederhana yang dimulai dari
serosa melalui muskularis dan mukosa ke lumen (Gambar 2 F). Jarum kemudian dikembalikan
dari lumen melalui mukosa ke muscularis sebelum melintasi sayatan. Setelah melintasi sayatan,
muscularis dan dilanjutkan melalui mukosa ke lumen. Jarum kemudian dikembalikan melalui
mukosa dan muscularis untuk keluar dari permukaan serosa, dan jahitan diikat. Jahitan gambee
mengurangi inverse mukosa dan dapat mengurangi wicking material dari lumen usus ke luar.
(Fossum et al, 2019).
Pemeriksaan Laboratorium
Penanganan
Setelah persiapan preoperasi, hewan yang telah teranestesi dibaringkan pada posisi
dorsal recumbency. Sebelum insisi daerah hernia didesinfeksi menggunakan alkohol dan biodine.
Insisi dilakukan pada kulit dan subkutan tepat searah dengan garis tubuh (horizontal), insisi
subkutan dan peritoneum. Setelah menemukan vesica urinaria diangkat kepermukaan dan
direfleksikan ke caudal sehingga yang diinsisi nantinya adalah permukaan bagian dorsal dari
vesika urinaria.
Untuk memudahkan mengangkat kantong kencing dilakukan jahitan stay suture.
Apabila kantong kencing penuh berisi urin perlu dilakukan aspirasi urin agar tidak tumpah
kedalam rongga abdomen. Insisi kantong kencing dilakukan pada daerah avascularisasi. Setelah
kantong kencing dibuka, selanjutnya dilakukan pengangkatan kakuli seluruhnya dan bilas
menggunakan NaCl fisiologis.
Gambar 7. Insisi dari kulit hingga peritoneum (kiri) dan Vesika urinaria dikeluarkan dan
diangkat dengan teknik stay suture (kanan)
Gambar 8. Aspirasi urin agar tidak tumpah ke dalam rongga abdomen (kiri) dan ketika
dilakukan insisi pada bagian dorsal vesika urinaria (kanan)
Penutupan pada kantong kencing dilakukan dengan dua lapisan jahitan yaitu sederhana
menerus dan dibantu dengan pola lembert menerus menggunakan benang chromic catgut 3.0.
Setelah kantung kencing dijahit dimasukan kembali ke dalam abdomen. Dinding abdomen
ditutup dengan berturut-turut dari linea alba dengan benang vicryl 3.0 dengan pola sederhana
terputus dan ditetesi antibiotik cefotaxim, jaringan subkutan dijahit dengan chromic catgut 3.0
secara menerus, serta kulit dijahit dengan benang silk 3.0 secara terputus. Selanjutnya luka
diberikan biodine dan enbatik, kemudian ditutup menggunakan kasa steril dan direkatkan
menggunakan hipafix. Setelah selesai operasi, anjing diberikan cefotaxime 0,5 ml intravena guna
mencegah infeksi.
Gambar 9. Kalkuli yang berhasil dikeluarkan (kiri) dan Daerah insisi pada vesika urinaria
ditutup dengan dua lapisan jahitan (pola sederhana menerus pada mukosa dan pola Lambert
menerus pada bagian muskularis) (kanan).
Gambar 10. Kulit dijahit dengan pola jahitan sederhana menerus(kiri) dan Luka ditutup dengan
bandage (kanan)
Gambar 11. Simple Interrupted pattern (A), Horizontal mattress (B), Cruciate (C)