Anda di halaman 1dari 13

POLA JAHITAN

TEKNIK PENJAHITAN UMUM


Pola jahitan
Pola jahitan dapat diklasifikasikan sebagai pola jahitan terputus atau menerus sesuai
kemampuan pertautan jaringan (mis., apposisional, everting, atau inverting) atau pertautan
jaringan-jaringan utama (mis.,subkutan atau subkutikular).
Jahitan apposisional (mis.,jahitan sederhana tunggal) mendekatkan jaringan; jahitan everting
(mis., jahitan mattres) , jahitan inverting (mis., Jahitan Lembert, Connell, dan Cushing) (Fossum
et al, 2019).

Gambar 1. Pola jahitan Subcutan (A) dan subkutikuler (B) (Fossum et al, 2019).

Pola Subkutan dan Subkutikuler


Jahitan subkutan bertujuan untuk menghilangkan jarak dan memberikan beberapa aposisi kulit
sehingga jahitan lebih sedikit tegang (Gambar. 1 A). Jahitan subkutan pada umumnya
menggunakan pola jahitan menerus sederhana; Namun, dalam kondisi tertentu contoh, seperti
ketika diperlukan drainase, sebaiknya digunakan pola jahitan sederhana tunggal. (Fossum et al,
2019).
Subkutikular atau intradermal jahitan ini dapat digunakan sebagai pengganti jahitan kulit
untuk mengurangi jaringan parut atau menghilangkan kebutuhan untuk menghilangkan jahitan
(mis., fraktur). Jahitan dimulai dengan membuat simpul di bagian dermis). Jahitan ini
dikembangkan di jaringan kulit, tetapi, berbeda dengan garis subkutan yang menggunakan pola
jahitan menerus, arah jahitan sejajar dengan sumbu panjang sayatan (Gambar 1 B). garis jahitan
dilengkapi dengan simpul yang terdapat dibagian dermis. Jahitan subkutikuler sebaiknya
menggunakan bahan yang mudah diserap. (Fossum et al, 2019).

Pola jahitan terputus


 Pola jahitan sederhana terputus (Simple Interrupted Pattern)
Simple interrupted pattern dibuat dengan memasukkan jarum melalui jaringan di satu
sisi sayatan atau luka, melewatinya ke sisi yang berlawanan, lalu dibuat simpul. (Gambar 2 A).
Simpul dibuat tidak bertumpu langsung diatas sayatan, simpul dapat dibuat pada pinggiran
sayatan kemudian ujung jahitan dipotong (untuk jahitan kulit, ujungnya dapat dibiarkan cukup
panjang). Jahitannya harus dibuat kira - kira 2 sampai 3 mm dari tepi kulit.
Pola jahitan ini mudah dan cepat untuk dilakukan. Pola jahitan ini bersifat apposional
kecuali jika ketegangan jahitan berlebihan, maka inversi dapat terjadi. Inversi kulit menghasilkan
penyembuhan yang buruk; karena itu harus dilakukan perawatan untuk memastikan bahwa
jahitan kulit longgar. Keuntungan utama dari jahitan sederhana adalah gangguan pada jahitan
tunggal tidak menyebabkan seluruh garis jahitan gagal. Namun, jahitan sederhana terputus
membutuhkan waktu lebih lama daripada pola kontinu dan menghasilkan lebih banyak bahan
asing (simpul) di luka (Fossum et al, 2019).

 Pola Cruciate
Ketika dua jahitan terputus sederhana ditempatkan parallel pada masing-masing sisi
dan kemudian dijahit pada sayatan untuk membuat "X," sebuah pola terbentuk seperti salib
(Gambar 2 C). Jahitan cruciate bersifat apposisional dan dapat meredakan ketegangan rendah
hingga sedang di seluruh sayatan. apabila kekurangan bahan untuk menjahit sayatan pada kulit
menggunakan pola jahitan cruciate dari jahitan sederhana terputus, masih dapat dilakukan
penjahitan menggunakan pola jahitan sederhana tunggal (Fossum et al, 2019).
Gambar 2. Pola jahitan terputus (A)Simple interrupted. (B) Horizontal mattress. (C) Cruciate.
(D) Vertical mattress. (E) Halsted. (F) Gambee (Fossum et al, 2019).

 Pola Mattres Horisontal


Jahitan mattres horizontal dilakukan dengan memasukkan jarum di sisi yang jauh dari
sayatan, melewati sayatan, dan keluar di sisi dekat sayatan (sejajar), (Gambar 2 B). Jarum
kemudian maju ke 6-8 mm sepanjang sayatan dan kembali melalui kulit di sisi dekat sayatan.
Kemudian melintasi sayatan, keluar dari kulit di sisi yang jauh, dan simpul diikat. Mattres
horizontal jahitan umumnya dipisahkan 4 sampai 5 mm. Pola jahitan ini dapat dilakukan dengan
cepat; namun, sering menyebabkan eversi jaringan. Jahitan ini harus dilakukan melewati lapisan
dermis (Fossum et al, 2019).

 Pola Mattres Vertikal


Untuk menempatkan jahitan mattres vertikal, jarum dimasukkan sekitar 8 hingga 10
mm di satu sisi dari tepi sayatan, melewati garis sayatan, dan keluar pada jarak yang sama di sisi
yang berlawanan (Gambar 2 D). Jarum kemudian dibalikkan dan dimasukkan melalui kulit di sisi
yang sama dan agak jauh dari sisi sebelumnya, jarak setiap jahitan sekitar 4 mm dari tepi kulit,
dan simpul diikat. Jahitan mattres vertikal lebih kuat dari mattres horizontal ketika digunakan
untuk menjahit daerah yang tegang, dan dapat mengatasi ketegangan pada penutupan kulit. Pola
jahitan mattres vertical relative memakan waktu, tetapi eversi margin kulit kurang dibanding
dengan pola jahitan mattres horizontal (Fossum et al, 2019).
 Pola Halstead
Jahitan Halstead adalah pola mattres terputus lainnya. Jahitan ini adalah modifikasi dari
pola Lembert menerus. Teknik ini jarang digunakan dalam kedokteran hewan, tetapi tidak
memberikanpertautan yang kuat pada kulit. Jarum masuk dan keluar tegak lurus terhadap dan
pada sisi yang sama dari sayatan. Jarum lalu menyilang pada sayatan dan keluar masuk kulit
dengan cara yang sama. Jarum maju kea rah sayatan, dan pola ini diulang mundur, kembali
melintasi sayatan, dan simpul diikat (Gambar 2 E) (Fossum et al, 2019).

 Pola Gambee
Jahitan Gambee adalah pola terputus yang digunakan dalam operasi usus untuk
mengurangi eversi mukosa. Jahitan ini sama seperti jahitan terputus sederhana yang dimulai dari
serosa melalui muskularis dan mukosa ke lumen (Gambar 2 F). Jarum kemudian dikembalikan
dari lumen melalui mukosa ke muscularis sebelum melintasi sayatan. Setelah melintasi sayatan,
muscularis dan dilanjutkan melalui mukosa ke lumen. Jarum kemudian dikembalikan melalui
mukosa dan muscularis untuk keluar dari permukaan serosa, dan jahitan diikat. Jahitan gambee
mengurangi inverse mukosa dan dapat mengurangi wicking material dari lumen usus ke luar.
(Fossum et al, 2019).

Pola Jahitan Menerus


 Pola Sederhana Menerus (simple continuous)
Jahitan menerus sederhana terdiri dari serangkaian jahitan terputus sederhana dengan
simpul di kedua ujungnya; jahitannya menerus di antara simpul (Gambar 3 A). Untuk memulai
garis jahitan pola ini, jahitan terputus sederhana dilakukan dan dibuat simpul, tetapi hanya ujung
yang tidak menempel pada jarum yang dipotong. Jarum kemudian melewati jaringan dari satu
sisi ke sisi lainnya, tegak lurus dengan sayatan. Jahitannya maju secara diagonal di atas garis
sayatan. Jahitan dilakukan di atas dan di bawah garis insisi. Untuk mengakhiri sebuah jahitan
pola menerus, ujung jarum dari jahitan diikat ke loop terakhir dari jahitan yang berada di luar
jaringan. Jahitan sederhana menerus memberikan pertautan jaringan maksimal dibandingkan
dengan serangkaian jahitan terputus sederhana. jahitan sederhana menerus sering digunakan
untuk menutup linea alba dan jaringan subkutan. (Fossum et al, 2019).
Gambar 3. Pola Jahitan Menerus (A) Simple continuous. (B) Running. (C) Ford interlocking (C2
and C3 illustrate how to end the suture line). (D) Lembert. (E) Connell. (F) Cushing.

 Pola Ford interlocking


Pola ini merupakan modifikasi dari pola menerus sederhana di mana setiap bagian
melalui jaringan sebagian terkunci (Gambar 3 C1). Setiap melewati jaringan terkait dengan
bagian sebelumnya jahitan dikeluarkan dari jaringan dan membuat loop. Untuk mengakhiri pola
jahitan ini, jarum dibalik dan dimasukkan dari arah yang berlawanan dari yang digunakan
sebelumnya.
Lingkaran jahitan yang terbentuk di sisi yang berlawanan diikat ke ujung tunggal
(Gambar C2, dan C3). Pola jahitan ini dapat dilakukan dengan cepat dan mungkin membuat
jaringan lebih baik dari pada pola terputus sederhana. Pola ini juga memberikan stabilitas yang
lebih besar dari pola menerus sederhana. Namun menggunakan bahan jahit yang lebih besar dan
bekas jahitan mungkin lebih sulit. (Fossum et al, 2019).
 Pola Lembert
Pola Lembert adalah variasi dari pola mattres vertikal diterapkan secara menerus. Pola
ini sering digunakan untuk menutup organ dalam. Jarum menembus serosa dan muscularis
sekitar 8 sampai 10 mm dari tepi sayatan dan keluar dekat margin luka di sisi yang sama. Setelah
melewati sayatan, jarum menembus sekitar 3 sampai 4 mm dari margin luka dan keluar 8 sampai
10 mm dari sayatan. Pola ini diulangi sepanjang sayatan (Gambar 3 D). (Fossum et al, 2019).

 Pola Connell dan Cushing


Ini adalah pola inversi yang digunakan untuk menutup organ berlumen. Pola jahitan ini
dianjurkan untuk penutupan organ visceral pada hewan kecil, karena dapat memfasilitasi
penyembuhan usus yang cepat. Pola Connell dan Cushing serupa, Namun pola Connell
memasuki lumen, sedangkan pola Cushing hanya meluas ke lapisan submukosa (lihat Gambar 3
E dan F). Garis jahitan dimulai dengan pola jahitan terputus sederhana atau Jahitan mattres
vertikal. Jarum maju sejajar dengan sayatan dan dimasukkan ke dalam serosa, melewati otot dan
permukaan submukosa. Dari permukaan yang dalam (lumen dengan jahitan Connell), jarum
dimajukan sejajar sepanjang sayatan dan dikembalikan melalui jaringan ke permukaan serosal.
Setelah di luar visera, jarum dan jahitan dilewatkan sayatan dan dimasukan pada titik yang sesuai
dengan titik keluar di sisi kontralateral. Jahitan kemudian diulang. Jahitan harus melewati
sayatan secara tegak lurus. Ketika jahitan diperketat, sayatan membalik. (Fossum et al, 2019).
CASE REPORT
Anamnesis dan Sinyalemen
Anjing Minipom betina bernama Mini, berwarna cokelat muda, berumur 3 tahun
dengan bobot badan 2,1 kg beralamat di Jl. Ks. Tubun No. 22 Tabanan dengan keluhan kesulitan
buang air kecil. Melalui pemeriksaan fisik anjing tampak sehat dan nafsu makan baik dan
defekasi yang normal. Anjing telah divaksin secara rutin dan diberikan makan setiap hari berupa
nasi yang dicampur dengan hati ayam. Pemilik anjing mengetahui Mini kesulitan buang air kecil
seminggu yang lalu.

Pemeriksaan Fisik dan Tanda Klinis


Status present anjing Mini adalah sebagai berikut: frekuensi detak jantung 156 x/menit,
frekuensi pulsus 160 x/menit, frekuensi respirasi 24 x/menit, suhu tubuh 38,8oC dan nilai
capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik. Pemeriksaan mukosa mulut kardiovaskuler dan
respirasi normal. Tanda klinis yang terlihat pada anjing kasus mengalami dysuria, oligouria dan
selalu terlihat menjilat daerah genital. Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan adanya kalkuli
struvite dan USG ditemukan adanya kalkuli pada vesica urinaria. Kalkuli di dalam vesica
urinaria tersebut akan dilakukan tindakan pembedahan dengan metode cystotomy.

Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 4. Hasil Pemeriksaan ultrasonografi terlihat bentukan masa echogenitasnya hypoechoic


pada vesica urinaria
Gambar 5. Adanya kalkuli pada bagian vesika urinaria

Gambar 6. Urolith struvite pada pemeriksaan sedimentasi urin

Diagnosis dan Prognosis


Diagnosis dilakukan berdasarkan tanda klinis dan didukung dengan pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan jenis kalkuli. Berdasarkan dari temuan klinis dan didukung
dengan pemeriksaan USG, rontgen dan urinalisis, anjing Mini didiagnosis menderita kalkuli
struvite pada vesica urinaria, dengan prognosis fausta.

Penanganan
Setelah persiapan preoperasi, hewan yang telah teranestesi dibaringkan pada posisi
dorsal recumbency. Sebelum insisi daerah hernia didesinfeksi menggunakan alkohol dan biodine.
Insisi dilakukan pada kulit dan subkutan tepat searah dengan garis tubuh (horizontal), insisi
subkutan dan peritoneum. Setelah menemukan vesica urinaria diangkat kepermukaan dan
direfleksikan ke caudal sehingga yang diinsisi nantinya adalah permukaan bagian dorsal dari
vesika urinaria.
Untuk memudahkan mengangkat kantong kencing dilakukan jahitan stay suture.
Apabila kantong kencing penuh berisi urin perlu dilakukan aspirasi urin agar tidak tumpah
kedalam rongga abdomen. Insisi kantong kencing dilakukan pada daerah avascularisasi. Setelah
kantong kencing dibuka, selanjutnya dilakukan pengangkatan kakuli seluruhnya dan bilas
menggunakan NaCl fisiologis.

Gambar 7. Insisi dari kulit hingga peritoneum (kiri) dan Vesika urinaria dikeluarkan dan
diangkat dengan teknik stay suture (kanan)

Gambar 8. Aspirasi urin agar tidak tumpah ke dalam rongga abdomen (kiri) dan ketika
dilakukan insisi pada bagian dorsal vesika urinaria (kanan)

Penutupan pada kantong kencing dilakukan dengan dua lapisan jahitan yaitu sederhana
menerus dan dibantu dengan pola lembert menerus menggunakan benang chromic catgut 3.0.
Setelah kantung kencing dijahit dimasukan kembali ke dalam abdomen. Dinding abdomen
ditutup dengan berturut-turut dari linea alba dengan benang vicryl 3.0 dengan pola sederhana
terputus dan ditetesi antibiotik cefotaxim, jaringan subkutan dijahit dengan chromic catgut 3.0
secara menerus, serta kulit dijahit dengan benang silk 3.0 secara terputus. Selanjutnya luka
diberikan biodine dan enbatik, kemudian ditutup menggunakan kasa steril dan direkatkan
menggunakan hipafix. Setelah selesai operasi, anjing diberikan cefotaxime 0,5 ml intravena guna
mencegah infeksi.

Gambar 9. Kalkuli yang berhasil dikeluarkan (kiri) dan Daerah insisi pada vesika urinaria
ditutup dengan dua lapisan jahitan (pola sederhana menerus pada mukosa dan pola Lambert
menerus pada bagian muskularis) (kanan).

Gambar 10. Kulit dijahit dengan pola jahitan sederhana menerus(kiri) dan Luka ditutup dengan
bandage (kanan)

Pembahasan pola jahitan yang digunakan

Pola jahitan Tunggal (Simple Interrupted Pattern)


Simple interrupted pattern dibuat dengan memasukkan jarum melalui jaringan di satu
sisi sayatan atau luka, melewatinya ke sisi yang berlawanan, lalu dibuat simpul. (Gambar 11 A).
Simpul dibuat tidak bertumpu langsung diatas sayatan, simpul dapat dibuat pada pinggiran
sayatan kemudian ujung jahitan dipotong (untuk jahitan kulit, ujungnya dapat dibiarkan cukup
panjang). Jahitannya harus dibuat kira - kira 2 sampai 3 mm dari tepi kulit.
Pola jahitan ini mudah dan cepat untuk dilakukan. Pola jahitan ini bersifat apposional
kecuali jika ketegangan jahitan berlebihan, maka inversi dapat terjadi. Inversi kulit menghasilkan
penyembuhan yang buruk; karena itu harus dilakukan perawatan untuk memastikan bahwa
jahitan kulit longgar. Keuntungan utama dari jahitan sederhana adalah gangguan pada jahitan
tunggal tidak menyebabkan seluruh garis jahitan gagal. Namun, jahitan sederhana terputus
membutuhkan waktu lebih lama daripada pola kontinu dan menghasilkan lebih banyak bahan
asing (simpul) di luka (Fossum et al, 2019).

Gambar 11. Simple Interrupted pattern (A), Horizontal mattress (B), Cruciate (C)

Pola Sederhana Menerus (simple continuous)


Jahitan sederhana menerus terdiri dari serangkaian jahitan terputus sederhana dengan
simpul di kedua ujungnya; jahitannya menerus di antara simpul (Gambar 3 A). Untuk memulai
garis jahitan pola ini, jahitan terputus sederhana dilakukan dan dibuat simpul, tetapi hanya ujung
yang tidak menempel pada jarum yang dipotong. Jarum kemudian melewati jaringan dari satu
sisi ke sisi lainnya, tegak lurus dengan sayatan. Jahitannya maju secara diagonal di atas garis
sayatan. Jahitan dilakukan di atas dan di bawah garis insisi. Untuk mengakhiri sebuah jahitan
pola menerus, ujung jarum dari jahitan diikat ke loop terakhir dari jahitan yang berada di luar
jaringan. Jahitan sederhana menerus memberikan pertautan jaringan maksimal dibandingkan
dengan serangkaian jahitan terputus sederhana. jahitan sederhana menerus sering digunakan
untuk menutup linea alba dan jaringan subkutan. (Fossum et al, 2019).
Pola Lembert
Pola Lembert adalah variasi dari pola mattres vertikal diterapkan secara menerus. Pola
ini sering digunakan untuk menutup organ dalam berongga. Jarum menembus serosa dan
muscularis sekitar 8 sampai 10 mm dari tepi sayatan dan keluar dekat margin luka di sisi yang
sama. Setelah melewati sayatan, jarum menembus sekitar 3 sampai 4 mm dari margin luka dan
keluar 8 sampai 10 mm dari sayatan. Pola ini diulangi sepanjang sayatan (Gambar 12 ). (Fossum
et al, 2019).

Gambar 12. Pola Lembert


DAFTAR PUSTAKA
Fossum, T.W., Cho, J., Dewey, C., Hayashi, K., Hutingford, J.L., MacPhail, C.M., et al. 2019,
Small Animal Surgery, 5th edition, Elsevier, Philadelphia, pp 68-70.
Dada, K., Dewi, I., 2018, Laporan Kasus: Kalkuli Struvite pada Anjing Minipom Betina,
Indonesia Medicus Veterinus, 7(6): 643-651.

Anda mungkin juga menyukai