Anda di halaman 1dari 30

HUKUM INDONESIA DEWASA INI

DITINJAU DARI ALIRAN ALIRAN FILSAFAT HUKUM

MAKALAH
Diajukan Kepada Dosen Mata Kuliah Filsafat Hukum
um Universitas
Esa Unggul Program Studi Magister Hukum Untuk
Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Sebagai
Persyaratan Kelulusan Mata
Kuliah Filsafat Hukum

Dosen Pembimbing:
DR. Horadin Saragih, SH., MH.

Oleh:
Yongky
ongky Susanto,
Susanto SH. NIM : 20180402046

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan berkat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga dalam mata kuliah filsafat hukum atau berfilsafat
dapat menyusun makalah “Hukum Indonesia Dewasa Ini Ditinjau Dari Aliran Aliran
Filsafat Hukum”.

Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak DR. Horadin Saragih,
SH.,MH., selaku dosen mata kuliah filsafat hukum yang memberikan tugas “ujian
tengah semester” dalam bentuk makalah.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah


ini dan atas segala saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini. Harapan
saya adalah makalah ini bisa bermanfaat dan berguna bagi penelitian berikutnya.

Jakarta, 03 Mei 2019

Yongky Susanto., SH.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .......................................... 4
D. Metode Penelitian .................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Indonesia Dewasa Ini
1. Pengertian Hukum Indonesia ........................................... 6 .
2. Ruang Lingkup Pengantar Hukum Indonesia ................... 8
3. Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 .. 9
B. Aliran Filsafat Hukum
1. Pengertian dan Tujuan Filsafat Hukum ............................ 12
2. Ciri-ciri dan Obyek Filsafat Hukum ................................... 12
3. Aliran Aliran Filsafat Hukum ............................................. 13 .
C. Hukum Indonesia Dewasa Ini Ditinjau Dari Aliran
Aliran Filsafat Hukum ............................................................. 21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................ 25
B. Saran ..................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia saat ini telah merdeka sejak 74 [tujuh puluh empat tahun] lalu di
Proklamasikan sebagai berikut :
“Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, pada hari Jumat legi tanggal
17 Agustus 1945 jam 10 pagi [waktu jawa], dibagian muka rumah jalan
Pegangsaan Timur No. 56, di Jakarta, dibacakan sebuah “Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia” oleh Bung Karno yang ditandatangani oleh
Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia”.1
Proklamasi Kemerdekaan tersebut sebenarnya adalah merupakan bagian
daripada “Pidato Proklamasi”, yang seluruhnya diucapkan pula Bung Karno.
Pidato ini sudah barang tentu mempunyai nilai sejarah yang tinggi oleh karena
itu dibawah ini akan dikutip bunyi selengkapnya, yaitu sebagai berikut:2

PIDATO PROKLAMASI3
Saudara saudara sekalian !
Saya telah minta saudara saudara hadir disini untuk
menyaksikan satu pristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh puluh tahun kita Bangsa Indonesia telah berjuang untuk
kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah berates ratus tahun !
Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada
naiknya dan turunya, tetapi jiwa kita tetap menuju cita cita.
Juga di dalam zaman jepang, usaha kita untuk mencapai
kemerdekaan nasional tidak berhenti henti. Di dalam zaman Jepang ini,
tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada
hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga sendiri, tetap kita percaya kepada
kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar benar mengambil nasib bangsa
dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan
pemuka pemuka Rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia.
Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah saatnya
untuk menyatakan kemeredekaan kita.
Saudara saudara !, dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.

1
H. Sri Soemantri, Undang Undang Dasar 1945, Kedudukan Dan Artinya Dalam Kehidupan
Bangsa, [Bandung : Departemen Pendidikan Nasional Universitas Padjajaran, 2001], hlm. 2.
2
Ibid.,
3
Dikutip dari Muhammad Yamin, “Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia”,
[Penerbit ?, Tahun ?], hlm. 31.

1
Dengarkanlah Proklamasi kami :

PROKLAMASI

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan


Indonesia.
Hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat singkatnya

Jakarta, 17 Agustus 1945


Atas nama Bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta
Demikianlah saudara saudara !
Kita sekarang telah merdeka !
Tidak ada suatu ikatan lagi yang mengikat Tanah Air Kita dan
Bangsa Kita.
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita.
Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia Merdeka, kekal dan abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.

Inilah dokumentasi saat Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno4

4
http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/15/hut-kemerdekaan-ri-ini-rekaman-suara-soekarno-
bacakan-teks-proklamasi-kemerdekaan-indonesia

2
Dalam sidang yang diselenggarakan untuk mempersiapkan Indonesia
merdeka, Radjiman meminta kepada anggotanya untuk menentukan dasar
negara. Sebelumnya, Muhammad Yamin dan Soepomo mengungkapkan
pandangannya mengenai dasar negara. Kemudian dalam pidato 1 Juni 1945,
Soekarno menyebut dasar negara dengan menggunakan bahasa Belanda,
Philosophische grondslag bagi Indonesia merdeka.5

Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-


dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia merdeka. Soekarno juga menyebut dasar negara dengan
istilah ‘Weltanschauung’ atau pandangan dunia (Bahar, Kusuma, dan
Hudawaty, 1995: 63, 69, 81; dan Kusuma, 2004: 117, 121, 128, 129). Dapat
diumpamakan, Pancasila merupakan dasar atau landasan tempat gedung
Republik Indonesia itu didirikan (Soepardo dkk, 1962: 47).6

Selain pengertian yang diungkapkan oleh Soekarno, “dasar negara” dapat


disebut pula “ideologi negara”, seperti dikatakan oleh Mohammad Hatta:7

“Pembukaan UUD, karena memuat di dalamnya Pancasila sebagai ideologi


negara, beserta dua pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi
politik negeri seterusnya, dianggap sendi daripada hukum tata negara
Indonesia. Undang-undang ialah pelaksanaan daripada pokok itu dengan
Pancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar mengatur politik negara dan
perundang-undangan negara, supaya terdapat Indonesia merdeka seperti
dicita-citakan: merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur” (Hatta, 1977:
1; Lubis, 2006: 332).”

Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai


Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal
tersebut, Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintah negara.
Atau dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan negara (Darmodiharjo, 1991: 19).8 Pancasila dan UUD 1945
menjadi dasar negara dan sumber hukum tertinggi di negara ini sehingga
memahami keduanya menjadi prioritas utama kita dalam mengenal Indonesia.

5
___, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, [Jakarta : Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016], hlm. 86
6
Ibid..
7
Ibid.
8
Ibid.

3
Pancasila menjadi ideologi dasar bagi setiap diri kita apabila kita mengaku
diri sebagai rakyat Indonesia dan Undang Undang Dasar 1945 menjadi bingkai
kita dalam berlaku di kehidupan berbangsa dan bernegara agar menjadi warga
negara yang taat akan tertib hukum yang berlaku. Dalam kesempatan yang
indah ini, kita akan membahas mengenai Pancasila dan UUD 1945. Namun,
yang paling utama saat ini ialah kita harus memahami hubungan Pancasila
dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah yang terjadi di Indonesia
Nah kita boleh berbangga diri dimata dunia Internasinal ternyata Indonesia
juga memiliki filsafat Pancasila [aliran filsafat bangsa Indonesia] dan meskipun
“Filsafat pada awalnya dikenal pada kisaran tahun 700 SM, di Yunani. Filsafat
yang dalam bahasa Yunani disebut philoshopia, pada dasarnya terkonstruksi
dari dua suku kata, philos atau philia dan sophos. Philos diartikan sebagai cinta
persahabatan, sedangkan sophos berarti hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
ketrampilan, pengalaman praktis, dan inteligensia. Oleh karena itu, philosophia
dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan atau kebenaran.9.
.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan rumusan masalah adalah :
1. Hukum Indonesia dewasa ini menganut aliran filsafat hukum apa ?
2. Apakah aliran filsafat hukum Indonesia dewasa ini sesuai dengan aliran
alliran filsafat hukum yang ada ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan Penelitian ini untuk :
1. Untuk mengetahui aliran filsafat hukum yang mempengaruhi atau dianut
hukum Indonesia dewasa ini.
2. Peran filsafat hukum dalam perkembangan hukum Indonesia.

Kegunaan Penelitian ini untuk :


1. Kegunaan Teoritis
Untuk mengembangkan pemikiran bahwa filsafat hukum mampu
memberikan apa yang harus dilakukan mengenai penerapan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia saat ini (ius constitutum)
dan yang akan berlaku di Indonesia (ius constituendum).

9
Sukarno Aburaera, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum : Teori dan Praktik, [Jakarta: Prenada
Media Group, 2017], hlm. 20.

4
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk berpikir secara filsafat hukum untuk mengembangkan
pengetahuan tentang hukum di Indonesia.
b. Filsafat hukum adalah berpikir yang secara terus menerus yang berguna
bagi setiap manusia atau pun instansi-instansi dan para penegak hukum
di Indonesia

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian yuridis normatif, yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara menginvertaris bahan pustaka atau data sekunder 10.

10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, [Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1994], hlm. 33.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Indonesia Dewasa Ini.


Bahwa untuk mengetahui, mengerti dan memahami apakah yang dimaksud
“pengertian hukum Indonesia dewasa ini”, adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Hukum Indonesia;
2. Ruang Lingkup Pengantar Hukum Indonesia;
3. Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945;

1. Pengertian Hukum Indoensia;


Pengantar “IImu Hukum Indonesia”, yakni Pengantar Hukum Indonesia
terdiri dari tiga kata “Pengantar”, “Hukum”, dan “Indonesia”. Pengantar
berarti mengantarkan pada tujuan tertentu. Pengantar dalam bahasa
Belanda disebut inleiding atau introduction (bahasa Inggris) yang berarti
memperkenalkan secara umum atau secara garis besar yang tidak
mendalam atas sesuatu hal tertentu. Pada istilah Pengantar Hukum
Indonesia yang diperkenalkan secara umum atau secara garis besar adalah
hukum di Indonesia.11
Istilah “Hukum Indonesia” yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di
Negara Indonesia pada waktu sekarang. Hukum yang berlaku pada waktu
sekarang disuatu tempat atau wilayah disebut “Hukum Positif”, artinya
hukum yang (dipositifkan) berlaku untuk masyarakat tertentu dan dalam
waktu tertentu. Hukum positif juga disebut ius constitutum, artinya hukum
yang sudah ditetapkan untuk diberlakukan saat ini pada suatu tempat atau
negara tertentu.12
Objek studi Pengantar Hukum Indonesia (selanjutnya disingkat PHI)
adalah “hukum” yang berlaku sekarang di Indonesia atau hukum positif di
Indonesia. Adapun tujuan mempelajari hukum (positif) Indonesia ialah untuk
mengetahui:13
1) Peraturan-peraturan hukum yang berlaku saat ini di suatu wilayah
negara atau hukum positif atau Ius Constitutum;

11
Ratna Artha Windari, Pengantar Hukum Indoensia, [Depok : PT. Raja Grafindo Persada, 2017],
hlm. 6.
12
Ibid.
13
Ibid., hlm. 10

6
2) Perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan yang diharuskan serta
yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia;
3) Kedudukan, hak dan kewajiban setiap orang dalam masyarakat
dan negara menurut hukum Indonesia;
4) Macam-macam lembaga atau institusi pembentuk/pembuat dan
pelaksana/penegak hukum menurut hukum Indonesia;
5) Prosedur hukum (acara peradilan dan birokrasi hukum/
pemerintahan),apabila menghadapi masalah hukum dengan setiap
orang dan para pelaksana hukum Indonesia. Dalam hal ini yang
ingin diketahui adalah bilamana terjadi atau penyelesaian sengketa
hukum di pengadilan maupun di luar pengadilan menurut hukum
positif Indonesia;
6) Sanksi-sanksi apa yang diderita oleh seseorang bila orang tersebut
melanggar peraturan yang berlaku.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari Hukum Indonesia adalah


agar mengerti dan memahami sistematika dan susunan hukum yang
berlaku di Indonesia termasuk mempertahankan, memelihara, dan
melaksanakan tata tertib di kalangan anggota masyarakat dan peraturan-
peraturuan yang diadakan oleh negara.14 Tujuan mempelajari hukum
Indonesia adalah mempelajari hukum yang berlaku di Indonesia sekarang,
yang disebut sebagai hukum positif atau ius constitutum (Samidjo, 1985:
9).15
Hukum adalam arti luas sama artinya dengan aturan, kaidah atau
norma norma itu sangat luas, karena seluruh alam semsta ini diatur oleh
norma-norma tertentu, sehingga alam ini menjadi tertib dan teratur. Norma
atau kaidah adalah petunjuk hidup, yaitu petunjuk bagaimana seharusnya
berbuat, bertingkah laku, tidak berbuat dan tidak bertingkah laku di dalam
masyarakat. Dengan demikian, norma atau kaidah berisi perintah atau
larangan, setiap orang hendaknya menaati norma atau kaidah itu agar
kehidupan dapat tenteram dan damai. Dalam pergaulan hidup dibedakan
empat macam norma atau kaidah yaitu:
1. Norma Agama. Norma agama adalah peraturan hidup yang diterima
sebagai perintah, larangan dan anjuran yang berasal dari Tuhan
2. Norma Kesusilaan. Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang
dianggap sebagai suara hati sanubari manusia.
3. Norma kesopanan. Norma kesopanan adalahperaturan hidup yang
timbul dari pergaulan segolongan manusia.
4. Norma Hukum. Norma hukum adalah peraturan hidup yang bersifat
memaksa dan mempunyai sanksi yang tegas.

14
Ibid., hlm. 11.
15
Ibid.

7
2. Ruang Lingkup Pengantar Hukum Indonesia.
Ruang lingkup Pengantar Hukum Indonesia atau Tata Hukum di
Indonesia [Tata Hukum Indonesia] ditetapkan oleh masyarakat Hukum
Indonesia, ditetapkan oleh Negara Indonesia. Lahirnya Tata Hukum di
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dibentuklah tata hukumnya itu
dinyatakan dalam :
1. Proklamasi Kemerdekaan: “Kami Bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia”,
2. Pembukaan UUD-1945: “ Atas berkat Rahmat Allah yang maha kuasa
dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.” Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Undang-
undang dasar Negara Indonesia…”

Pernyataan itu mengandung arti :


1. Menjadikan Indonesia sauatu Negara yang merdeka dan berdaulat
2. Pada saat itu menetapkan tata hukum Indonesia, sekedar mengenai
bagian tertulis.

Ada di dalam Undang-undang dasar Negara itulah tertulis tata hukum


Indonesia (yang tertulis). Undang-undang hanyalah memuat ketentuan-
ketentuan dasar merupakan rangka dari tata hukum Indonesia.
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut,
baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu ndonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda [Nederlandsch-
Indie].16 Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia
menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak
terutama dibidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di
Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-
undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan
setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah
Nusantara. Hukum Tata Negara di Indonesia :

16
Pasal 131 Indische Staatsregeling (“IS”) yakni dahulu berlaku Asas Konkordansi yaitu suatu asas
yang melandasi diberlakukannya hukum Eropa atau hukum di negeri Belanda pada masa itu
untuk diberlakukan juga kepada Golongan Eropa yang ada di Hindia Belanda (Indonesia pada
masa itu). Dengan kata lain, terhadap orang Eropa yang berada di Indonesia diberlakukan hukum
perdata asalnya yaitu hukum perdata yang berlaku di negeri Belanda

8
1. Hukum Perdata Indonesia;
2. Hukum Pidana Indonesia;
3. Hukum Tata Negara Indonesia;
4. dan hukum hukum lainnya.

Tujuan mempelajari pengantar hukum Indonesia adalah agar mengerti


dan memahami sistematika dan susunan hukum yang berlaku di Indonesia
termasuk mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan tata tertib
dikalangan anggota masyarakat dan peraturan-peraturan yang diadakan
oleh Negara. Dengan mempelajari hukum Indonesia (Hukum Positif
Indonesia), dapat diketahui perbuatan atau tindakan apa yang memiliki
akibat hukum dan prbuatan melawan hukum, juga bagimana kedudukan
seseorang dalam masyarakat, apa kewajiban dan wewenangnya menurut
hukum Indonesia.

3. Pancasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945.


Untuk memahami hubungan antara Pancasila, UUD 1945 dan
Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah kaitan antara Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 terlebih dahulu. Hubungan antara keduanya bersifat
formal dan material:

a. Secara formal; bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara


Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain,
Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi selain sebagai
Mukadimah UUD 1945 juga sebagai suatu yang bereksistensi sendiri
karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila tidak
tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai
sumbernya. Dengan demikian Pancasila sebagai inti Pembukaan
UUD 1945 mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat
diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara RI.
b. Secara Material, berupa proses perumusan Pancasila: sidang
BPUPKI membahas dasar filsafat Pancasila, disusul pembahasan
Pembukaan UUD 1945; sidang berikutnya tersusun Piagam Jakarta
sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945

UUD 1945 baru disusun sehari pasca Proklamasi, yakni 18 Agustus


1945. Namun perlu ditekankan bahwa embrionya sudah ada sebelum
Proklamasi itu dilakukan. Secara kronologi memang para pemuda indonesia
kala itu menentukan ideologi bangsa Indonesia terlebih dahulu,
memproklamirkan kemerdekaannya, lalu menentukan undang-undang
dasarnya.

9
Kaitan Pancasila atau UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945?
Kita lihat fungsi dari Proklamasi, yaitu memlalui Proklamasi bangsa
indonesia memberitahukan kepada warga negara sendiri serta kepada
warga dunia [internasional], bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu
bangsa yang merdeka. . Marilah agar lebih jelas kita pahami gambar
dibawah ini:17

Jadi jelaslah lahirnya hukum Indonesia bersamaan dengan lahirnya


Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, saat
bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan proklamasi
itulah, lahir secara resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka dan berdulat yang meliputi wilayah kekuasaannya dari Sabang
sampai Merauke.

17
https://id.scribd.com/doc/209068414/Hub-Pancasila-Proklamasi-Pembukaan-Batang-Tubuh-
UUD-45

10
Undang-Undang Dasar 1945 serta Pembukaannya dalam hal
ini mengikat bangsa Indonesia kepada beberapa prinsip sendiri, dan
memberi tahu kepada seluruh dunia apa prinsip-prinsip kita itu. Pembukaan
Undang- Undang Dasar 1945, memberikan pedoman-pedoman tertentu
untuk mengisi kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan kenegaraan
kita, untuk mengetahui tujuan dalam memperkembangkan kebangsaan kita,
untuk setia kepada suara batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita.
Bila dihubungkan antara inti isi pengertian Pembukaan dengan
Proklamasi 17 Agustus 1945 maka kedua-duanya memiliki hubungan azasi
(prinsip) yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seperti diketahui
Proklamasi 17 Agustus 1945 memuat dua hal pokok, yaitu:
(1) Pernyataan pertama proklamasi dalam Pembukaan UUD 1945
dinyatakan pada alinea pertama, kedua, dan ketiga; dan
(2) Pernyataan kedua proklamasi dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan
pada alinea keempat. Selain itu pernyataan “pemindahan kekuasaan”
kemudian diatur dalam Aturan Peralihan UUD 1945.

Sejak kita merdeka sampai saat ini masih memberlakukan hukum


Belanda yang mana untuk mencegah kekosongan hukum [rechtvakum]
antara lain ada di Pasal I aturan peralihan UUD 1945 yang berbunyi:
“Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”
Oleh karena itu, wajar kalau Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia karena
terlekat pada proklamasi 17 Agustus 1945, sehingga tidak bisa dirubah
baik secara formal maupun material.

11
B. Aliran Filsafat Hukum
Sebelum kita membahas aliran aliran filsafat hukum, maka ada baiknya
untuk mengetahui sebagai berikut :
1. Pengertian dan Tujuan Filsafat Hukum;
2. Ciri-ciri dan Obyek Filsafat Hukum;
3. Aliran Aliran Filsafat Hukum;

1. Pengertian dan Tujuan Filsafat Hukum;


Bahwa pengertian dan tujuan filsafat hukum dapat dilihat dari pendapat
sebagai berikut :

Menurut Mr. Soetika, filsafat hukum adalah mencari hakikat dari hukum,
dia ingin mengetahui apa yang ada di belakang hukum, apa yang
tersembunyi di dalam hukum, dia menyelidiki kaidah kaidah hukum
sebagai pertimbangan nilai, dia member penjelasan mengenai nilai,
postulat [dasar-dasar] hukum sampai pada dasar dasarnya, ia berusaha
untuk mencapai akar akar dari hukum.18

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, istilah filsafat hukum lebih sesuai jika


disinonimkan dengan philosophy of law atau rechts filosofie. Hal ini
dikarenakan istilah legal dari legal philosophy sama dengan undang-
undang atau resmi. Jadi kurang tepatlah, jika legal philosophy
disinonimkan dengan filsafat hukum. Hukum bukan undang undang
saja, dan hukum bukan hal-hal yang sama dengan resmi belaka.19

2. Ciri-ciri dan Obyek Filsafat Hukum;


Bahwa cirri-ciri dan obyek filsafat hukum dapat dilihat dari pendapat
sebagai berikut :

Sidi Gazalba (1976), menyatakan bahwa ciri berfilsafat atau berpikir


filsafat adalah: radikal, sistematis, dan universal. Radikal bermakna
berpikir sampai ke akar-akarnya (radix artinya akar), tidak hanya
sepintas, bahkan dengan berbagai konsekuensinya dengan tidak
terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang sudah diterima secara umum.
Sistematis artinya berpikir secara teratur dan logis dengan urutan-urutan
yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Universal artinya
berpikir secara menyeluruh tidak hanya pada bagianbagian khusus yang
sifatnya terbatas.20

18
Soetikno, Filsafat Hukum, [Jakarta : Pradnya Paramita, Cet. Ke-8, 1997], hlm. 2.
19
Astim Riyanto, Filsafat Hukum, [Bandung : Yapemdo, 2003], hlm. 19.
20
Saifullah Idris dan Fuad Ramly, Dimensi Filsafat Ilmu Dalam Diskursus Integrasi Ilmu,
[Yogyakarta, Darussalam Publishing dengan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Banda Aceh, 2016], hlm. 36.

12
Obyek filsafat hukum adalah hukum itu sendiri. Bahwa filsafat hukum
adalah gabungan dua kata yakni filsafat dengan hukum yang mana arti
sederhana adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan mengenai hukum
dengan cabang ilmu filsafat hukum, dan memang filsafat hukum merupakan
ilmu hukum [teori hukum] dibuktikan dengan “tiga tema utama kajian filsafat
hukum meliputi 3 [tiga] pilar yakni “:21

1. Ontologi hukum [penelitian hakekat dari hukum];


2. Aksiologi hukum [ ajaran penentuan isi nilai nilai dalam hukum]
3. Epsitomologi [analisis tentang hakekat pengetahuan hukum sehingga
penentu metodologi hukum];

Tentang “hukum” sebagai contoh filsafat [hukum] mempunyai beberapa


cabang ilmu utama :22
- Ontologi hukum [penelitian hakekat dari hukum]
- Aksiologi hukum [ ajaran penentuan isi nilai nilai dalam hukum]
- Epsitomologi [analisis tentang hakekat pengetahuan hukum
sehingga penentu metodologi hukum]
- Etika [moral]

3. Aliran Aliran Filsafat Hukum;


Filsafat hukum sampai saat ini memiliki 7 [tujuh] aliran antara lain :
3.1 Aliran Hukum Alam
Perkembangan aliran hukum alam telah dimulai sejak 2.500 tahun
yang lalu, yang berangkat pada pencarian citacita pada tingkatan yang
lebih tinggi. Dalam konteks lintas sejarah, Friedman,23 menyatakan
bahwa aliran ini timbul karena kegagalam umat manusia dalam mencari
keadilan yang absolut. Hukum alam di sini dipandang sebagai hukum
yang berlaku universal dan abadi. Hukum alam di anggap lebih tinggi
dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia.24
Aliran hukum alam pada dasarnya dibedakan menjadi dua
macam:25
(1) aliran hukum alam irasional, berpandangan bahwa segala
bentuk hukum yang bersifat universal dan abadi bersumber
dari Tuhan secara langsung.
(2) aliran hukum alam rasional. Berpendapat sumber dari hukum
yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.

21
I Dewa Gede Atmadja, I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum: Dimensi Tematis dan Historis,
[Malang : Setara Press, 2013], hlm. 2.
22
Horadin Saragih, Materi : Filsafat Hukum S2, Topik 4 : Hakikat Hukum Menurut Aliran Hukum
Kodrat Dan Positivisme Hukum, [Jakarta, 2019], hlm. 3.
23
Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum, [Jakarta: Rajawali, 1990],.hlm. 47.
24
Soekanto, Perspektif Teoritis Studi Hukum, [Jakarta: Rajawali, 1985], hlm. 5-6.
25
Sukarno Aburaera, Muhadar, an Maskun, Filsafat Hukum Teori Dan Praktik, [Jakarta : Kencana,
2017], hlm. 94.

13
Para pendukung aliran hukum alam yang irasional, antara lain
homas Aquinas, Jhon Salisbury, Dante, Piere Dubois, Marsilius Padua,
dan Jhon Wyclife. Tokoh-tokoh aliran hukum alam yang rasional, antara
lain Hugo de Groot (Grotius), Cristian homasius, Immanuel Kant, dan
Samuel von Pufendorf.26 Thomas Aquinas menyatakan hukum alam:27

1) Hukum dari wahyu [moral agama] atau hukum ilahi positif;


2) Hukum akal budi manusia atau hukum positif manusia yakni hukum
alam primer [norma yang bersifat umum juga berlaku bagi semua
manusia; berikan setiap orang haknya; jangan merugikajn
seseorang] dan hukum alam sekunder [dapat dirumuskan dalam
norma norma yang berlaku abtsracto yang disimpulkan dari hukum
alam primer atau wahyu misalnya jangan membunuh, jangan
mencuri, hormati orang tua, dan jangan menghina].

3.2 Aliran Hukum Positif [Positivisme Hukum]


Positivisme sebagai sistem ilsafat muncul pada kisaran abad ke-
19. Sistem ini didasarkan pada beberapa prinsip bah wa sesuatu
dipandang benar apabila ia tampil dalam bentuk pengalaman, atau
apabila ia sungguh-sungguh dapat di pas ti kan sebagai kenyataan, atau
apabila ia ditentukan melalui ilmu ilmu pengetahuan ap akah sesuatu
yang dialami merupakan sungguh sungguh suatu kenyataan.28
Dalam kaitannya dengan positivisme hukum (aliran hukum positif),
maka dipandang perlu memisahkan secar a tegas antara hukum dan
moral (antara hukum yang berlaku dan hukum, yang seterusnya, antara
das Sein dan das Sollen). Dalam kacamata positivis, tiada hukum lain
kecuali perintah penguasa (law is a command of the lewgivers). Bahkan,
bagian aliran hukum positif yang dikenal dengan nama Legisme,
berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu identik dengan undang
undang lebih tegas, bahwa hukum itu identik dengan undang undang.29
Positivisme hukum dapat dibedakan dalam dua corak:30
1) Aliran Positivisme Sosiologis oleh John Austin [1790-1859];
Hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum itu
sendiri, menurut Austin terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum
dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup.

26
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, [Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004], hlm. 104.
27
Taufiqurrohman Syahuri, Materi : Teori Hukum, [Jakarta, 2019], hlm. 25.
28
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, [Yogyakarta: Kanisius, 1982], hlm. 122
29
Sukarno Aburaera, Op., Cit., hlm 107
30
Ibid.

14
Dalam bukunya he province of Jurisprudence Determinal, Austin
menyatakan “A law is a command which obliges a persons... Laws
and other commands are said to proceed from superiors, and to bind
or oblige inferiors’.
Lebih jauh Austin menjelaskan, pihak superior itulah yang
menentukan apa yang diperbolehkan. Kekuasaan dari superior itu
memaksa orang lain untuk taat. Ia memberlakukan hukum dengan
cara menakutnakuti, dan mengarahkan tingkah laku orang lain ke
arah yang diinginkannya. Hukum adalah perintah yang memaksa,
yang dapat saja bijaksana dan adil, atau sebaliknya.31

2) Aliran Positivisme Yuridis: Hans Kelsen (1881-1973);32


Menurut Kelsen, hukum harus dibersihkan dari anasiranasir
yang nonyuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis.
Pemikiran inilah yang kemudian dikenal dengan Teori Hukum Murni
(Reine Rechtlehre) dari Kelsen. Jadi, hukum adalah suatu Sollens
kategorie (kategori keharusan/ideal), bukan Seins Kategorie (kategori
faktual). Baginya, hukum adalah suatu keharusan yang mengatur
tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional. Dalam hal ini yang
dipersoalkan oleh hukum bukanlah “bagaimana hukum itu
seharusnya” (what the law ought to be). Tetapi “apa hukumnya itu
Sollen Kategorie, yang dipakai adalah hukum positif (ius
consitusium), bukan yang dicitacitakan (ius constituendum).
Kelsen selain dikenal sebagai pencetus Teori Hukum Murni.
Teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari
susunan norma berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah
memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi.
Semakin tinggi suatu norma akan semakin abstrak sifatnya, dan
sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkret
norma tersebut. Norma yang paling tinggi,yang menduduki puncak
piramida, disebut oleh Kelsen dengan nama Groundnorm (norma
dasar) atas Urpsprungnorm.

31
Ibid., hlm. 108
32
Ibid., hlm. 109

15
Hans Kelsen dalam teori hirarki norma [stufenbau theory]
berpendapat bahwa norma hukum itu berjenjang dalam suatu tata
susunan hirarki. Suatu norma yang lebih rendah berlaku dan
bersumber atas dasar norma yang lebih tinggi.
Jadi secara teori dan praktek di Indonesia seperti dibawah ini:33

3.3 Aliran Utilitarianisme


Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-ciri
metaisis dan abstrak dari ilsafat hukum dan politik pada abad ke-18.
Aliran ini adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan di sini sebagai
tujuan hukum. Kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan
(happinnes). Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum,
bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada
manusia atau tidak.34
Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap individu.
Tetapi jika tidak mungkin tercapai (dan pasti tidak mungkin), diupayakan
agar kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam
masyarakat (bangsa) tersebut (he greatest happines for the greatest
number of people).

33
Taufiqurrohman Syahuri, Op., Cit., hlm. 46.
34
Ibid., hlm. 111.

16
Aliran ini sesungguhnya dapat pula dimasukkan ke dalam
Positivisme Hukum, mengingat paham ini pada akhirnya sampai pada
kesimpulan bahwa tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban
masyarakat, di samping untuk memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Ini berarti hukum
merupakan pencerminan pe merintah perintah penguasa juga, bukan
pencerminan dari rasio saja.
Utilitarisme menurut Jeremia Bentham35 adalah baik buruknya
hukum harus diukur dari baik buruknya akibat yang dihasilkan oleh
penerapan hukum itu. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik,
jika akibat akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan,
kebahagiaan sebesar besarnya dan mengurangi penderitaan.
Aliran ini dipelopori Jeremy Bentham [1748-1983, John Stuart Mill
[1806-1873], dan Rudolf von Jhenring [18…-1889].36
Pemikiran hukum progresif dimunculkan Satjipto Rahardo,37 sejak
tahun 2002 yang merasa perihatin terhadap keterpurukan hukum
Indonesia yang dianggap gagal mengantarkan manusia kepada
kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat bahagia. Bahkan hukum di
Indonesia telah mendapat predikat salah satu sistem hukum yang
terburuk di dunia.

3.4 Aliran Mahzab Sejarah


Mazhab Sejarah [Historische Rechtsschule] merupakan reaksi
terhadap tiga hal), yaitu:38
1) Rasinalisme abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam,
kekuatan akal, dan prinsip-prinsip dasar yang semuanya berperan
pada ilsafat hukum, dengan teruta mengandalkan jalan pikiran
deduktif tanpa memerhatikan fakta sejarah, kekhususan dan kondisi
nasional
2) Semangat Revolusi Perancis yang menentang wewenang tradisi
dengan misi kosmopolitannya (kepercayaan kepada rasio dan daya
kekuatan tekad manusia untuk meng atasi lingkungannya),
seruannya ke segala penjuru dunia.

35
Taufiqurrohman Syahuri, Loc.,Cit., hlm. 38.
36
H. Lili Rasyidi, Dasar Dasar Filsafat dan Teori Hukum, [Bandung : Citra Aditya Bhakti, Cet.
XII, 2001], hlm. 64.
37
Taufiqurrohman Syahuri, Loc., Cit., hlm. 51.
38
Sukarno Aburaera, Loc., Cit., hlm 118.

17
3) Pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim
menafsirkan hukum karena undang-undang dianggap dapat
memecahkan semua masalah hukum. Code civil dinyatakan sebagai
kehendak legislatif dan harus dianggap sebagai suatu sistem hukum
yang harus disimpan dengan baik sebagai suatu yang suci karena
berasal dari alasan-alasan yang murni.

Aliran “Mahzab Sejarah” atau Hukum Historis oleh Von Savigny,39


adalah kekuatan untuk membentk hukum terletak pada rakyat yang
terdiri dari komplesitas individu dan perkumpulan perkumpulan.
Pembuat undang undang harus mendapat bahannya dari rakyat dan ahli
hukum dengan mempertimbangkan perasaan hukum dan perasaan
keadilan masyarakat. Adapun tokoh-tokoh pada mazhab ini ialah:
Friedrich Karl von Savigny [1770-1861], Puchta [1798-1846], dan
Henry Summer Maine [1822-1888].40

3.5 Aliran Sociological Jurisprudence


Menurut aliran sociological jurisprudence ini, hukum yang baik
haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat.
Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the living law).
Aliran ini timbul dari proses dialektika antar (tesis) Positivisme hukum
dan (antitesis) mazhab sejarah. Sebagaimana diketahui, positivism
hukum memandang tida hukum kecuali perintah yang diberikan
penguasa (law is command of lawgivers), sebaliknya mazhab sejarah
menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan
masyarakat. Aliran pertama mementingkan akal, sementara aliran yang
kedua lebih mementingkan pengalaman, dan sociological Jurisprudence
menganggap keduanya sama pentingnya.41 Pendukung aliran ini adalah
Roscoe Pound (1870-1964), Eugen Ehrlich (1862-1922), Benyamin
Cardozo, Kantorowics, Gurvitch dan lain lain.42 Aliran hukum
sociological jurisprudence ini:43

39
Taufiqurrohman Syahuri, Loc., Cit., hlm 54
40
I Ketut Wirawan dan I Dewa Gede Atmadja, et. Al., Pengantar Filsafat Hukum, [Denpasar :
Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2016], hlm. 37.
41
Sukarno Aburaera., Loc., Cit., hlm. 124
42
H. Lili Rasyidi, Op., Cit., hlm.
43
Taufiqurrohman Syahuri, Loc., Cit., hlm 50.

18
Hukum sebagai alat rekayasa sosial di Indonesia banyak diterapkan
antara lain terhadap Undang Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dan untuk mengarahkan masyarakat menjadi
apa yang diharapkan negara.

3.6 Aliran Realisme Hukum [Pragmatic Legal Realism]


Realisme hukum berkembang dalam waktu bersamaan dengan
Sociological Jurisprudence. Ada penulis yang memasukkan “aliran” ini
sebagai bagian dari Positivisme Hukum,44 tetapi ada yang
memasukkannya sebagai bagian dari Neopositivisme56 atau bahkan
sebagai aliran tersendiri.57 ada pula yang mengidentikkan realisme
dengan Pragmatic Legal Realism.
Aliran Legal Realism disebut pula dengan Realisme Hukum,. Dalam
pandangan penganut realisme hukum, hukum adalah hasil kekuatan-
kekuatan sosial dan alat kontrol sosial. Pandangan dalam realisme
hukum adalah bahwa tidak ada hukum yang mengatur suatu perkara
sampai ada putusan hakim terhadap perkara itu.45

44
Friedmann, Op., Cit., hlm. 187
45
I Ketut Wirawan, Op., Cit., hlm. 44.

19
Pendasar pendasar dari mahzab ini ialah John Chipman [Johan
Chipman Gray tahun 1839-1915], Oliver Wendell Holmes [Oliver
Wendell Holmes, Jr. tahun 1841-1935], Karl N. Liewellyn [1893-1962],
Jerome Frank [1889-1957], William James [1842-1910] dan lain lain.
Rosco Pound pun dapat digolongkan pada mahzab ini selain
sociological jurisprudence berkenaan dengan pendapatnya bahwa
hukum itu merupakan “a tool of social engineering.”46.
Jhon Rawls [lahir 1921…], adalah tokoh yang meyakini bahwa
prinsip prinsip etika dapat menjadi dasar yang kuat dalam membangun
masyarakat yang adil. Rawls mengembangkan pemikirannya tentang
masyarakat yang adil dengan teori keadilannya yang dikenal pula
dengan teori Posisi Asli. Dalam mengembangkan teorinya, Rawls
banyak terpengaruh oleh aliran utilitarianisme.47

3.7 Aliran Freirechtslehre48


Aliran ini muncul di Jerman dan merupakan sintesis dari proses
dialektika antara ilmu hukum analitis dan ilmu hukum sosiologis.
Dimaksud dengan ilmu hukum analitis adalah aliran yang dibawa antara
lain oleh Austin; sedang ilmu hukum sosiologis adalah aliran
sebagaimana dikemukakan oleh Ehrlich dan Pound.49
Menurut aliran ini, hakim mempunyai tugas menciptakan hukum.
Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah menerapkan undang-
undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk peristiwa
konkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat dipecahkan
menurut norma yang telah diciptakan oleh hakim.

46
H. Lili Rasyidi, Loc. Cit., hlm. 68.
47
Sukarno Aburaera, Loc., Cit., hlm. 146.
48
I Ketut Wirawan, Op., Cit., hlm. 43.
49
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 1999 hlm. 147.

20
C. Hukum Indonesia Dewasa Ini Ditinjau Dari Aliran Aliran Filasat Hukum..
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Pancasila tidak ditulis
secara resmi, tetapi merupakan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam jiwa
bangsa Indonesia semenjak zaman dahulu. Nilai-nilai luhur bangsa itu tumbuh
dan berkembang dalam pola budaya dan peradaban bangsa Indonesia.
Pancasila secara tertulis resmi dalam kehidupan bangsa dan negara, disusun
dan disepakati pada saat menjelang proklamasi dan sesudah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia diumumkan.
Riwayat singkat perumusan dan kesepakatan Pancasila adalah
bersamaan dengan perumusan naskah Proklamasi dan Undang-Undang
Dasar yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kemer-dekaan dan pendiri
negara Republik Indonesia yang tergabung dalam BPUPKI [Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia] dan PPKI [Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia] dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 18 Agustus
1945.
Pasal 1 ayat (3) UUD RI Tahun 1945 (UUD NKRI Tahun 1945)
menegaskan bahwa: “Negara Indonesia adalah negara hukum.” Makna
penegasan ini adalah bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum
(Rechtsstaat), dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machsstaat). Dengan
demikian dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
harus memenuhi dan mewujudkan persyaratan serta prinsip-prinsip hukum yang
terdapat dalam negara hukum Praktik tatanan hukum dalam suatu masyarakat
pada dasarnya merupakan pengejawantahan “Cita Hukum” (rechtsidee) yang
dianut dalam masyarakat yang bersangkutan ke dalam perangkat berbagai
aturan hukum positif (peraturan perundang-undangan), lembaga hukum dan
proses (perilaku birokrasi pemerintahan dan warga masyarakat).
Cita Hukum bangsa Indonesia berakar dalam Pancasila sebagai landasan
kefilsafatan dalam menata kerangka dan struktur dasar organisasi negara
sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945, dan
dijabarkan lebih lanjut dalam batang tubuh serta ditetapkan kembali dalam Pasal
2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, yang menyatakan bahwa “Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum”.

21
Hal ini berarti bahwa penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta
sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Konsekuensi Pancasila sebagai “dasar” dan “ideology” negara serta
UUD NKRI Tahun 1945 sebagai hukum dasar dalam peraturan
perundangundangan, menempatkan keduanya sebagai “batu loncatan” dalam
setiap pembentukan peraturan perundang-undangan. Seperti gambar dibawah
ini setiap peraturan perundang-undangan yang dibentuk wajib tidak
bertentangan dengan Pancasila:50

Namun demikian, dalam perkembangannya seringkali peraturan


perundang-undangan yang ada menimbulkan beberapa permasalahan
sehingga belum dapat mewujudkan sistem hukum nasional yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 hingga perlu
dibawah ke Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.51

50
https://slideplayer.info/slide/2380742/
51
Lihat Pasal III UUD 1945 yang berbunyi : “Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya
pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah
Agung.

22
Marilah kita bandingkan secara teori [abstraksi] persamaan Filsafat
Pancasila dengan aliran aliran filsafat hukum yang ada di dunia dengan tabel
dibawah ini :

No Filsafat Pancasila52 Aliran Filsafat Hukum :


Hukum Alam
1 Sila Ke 1 “Tuhan atau akal budi sebagai
Ketuhanan Yang Maha Esa penentu basis hukum”
[mencakup Aliran hukum Alam]

2 Pancasila Hukum Positif


menjelma menjadi UUD 1945 Hukum Adalah Perintah dari
/Tingkatan Hukum penguasa bentuknya tertulis
[mencakup aliran hukum positif] dibuat untuk jangka waktu
tertentu
Sila ke 2
Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab Utilitarianisme
3
Oriantasi hukum pada
Sila ke 3 kemanfaatan
Persatuan Indonesia
Mahzab Sejarah
4
Sila Ke 4 Hukum lahir dari jiwa bangsa dan
Kerakyatan yang Dipimpin oleh tumbuh dalam masyarakat lewat
Hikmat Kebijaksanaan dalam perasaan keadilan yang ada
Permusyawaratan/Perwakilan
Sociological Jurispridence
5 Sila Ke 5 Hukum yang baik hidup dalam
Keadilan Sosial Bagi Seluruh masyarakat atau percampuran
Rakyat Indonesia antara positivisme dan hukum
yang hidup [living law]
Sila Ke- 2 sd Sila Ke 5 mencakup
aliran Utilitarianisme, Mahzab
Sejarah, Sociological Realisme Hukum
6
Jurispridence, Realisme Hukum, Hukum adalah hasil kekuatan
dan Freirechtslehre kekuatan sosial atau putusan
pengadilan

Freirechtslehre
7
Hukum merupakan hasil kerja
hakim, hakim mempunyai tugas
menciptakan hukum

52
Pancasila selain memiliki 5 [lima] juga memiliki 45 butir

23
Pancasila sebagai ideology negara dan filsafat pikiran yang sedalam-
dalamnya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia yang dinyatakan berlaku sejak
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Pancasila sebagai falsafat
atau filsafat jelas sekali Pancasila merupakan aliran hukum Indonesia, tetapi
sampai saat ini [dewasa ini] banyak menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan, dan ganggaun dari dalam negeri maupun yang dari luar negeri
[internasinal].
Jadi sangat tepat bangsa Indonesia melalui Ir. Soekarno menyatakan
Pancasila seagai “Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat,
pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di
atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka.53 Pancasila sebagai dasar
negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara,
ideologi negara, staatsidee. Dalam hal tersebut, Pancasila digunakan
sebagai dasar mengatur pemerintah negara. Atau dengan kata lain,
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara
Darmodiharjo, 1991 : 19)”.54 Bahkan terhadap waktu lahirnya Pancasila saja
ada 2 [dua] yakni :
1. Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, bependapat bahwa hari
lahir Pancasila sebagai dasar negara adalah tanggal 18 Agustus 1945,
bukan 1 Juni 1945 seperti yang ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila
saat ini;55
2. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Budiman Sudjatmiko
menanggapi pernyataan pakar hukum tata negara Refly Harun ihwal Hari
Lahir Pancasila, Budiman menganalogikan Pancasila ibarat bayi yang lahir
1 Juni 1945, tetapi akta kelahiran dan kartu keluarga yang mencantumkan
bayi itu sebagai anggota keluarga baru keluar tanggal 18 Agustus. "Ulang
tahunnya kapan? Ya 1 Juni itu. Masa pas tanggal aktanya keluar,"
ujarnya.56

Apa yang dicetuskan Ir. Soekanrno tentang ideologi Pancasila itu adalah
bintang penuntun yang dinamis, progresif, maju sesuai dengan zaman dan
terbukti nyata 74 [ttujuh puluh empat] tahun hingga saat ini tahun 2019 masih
tetap ada dan telah mengalam banyak ujian yang berat dan sampai hari ini
masih belum diubah atau pun berubah.

53
___, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, [Jakarta : Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016], hlm. 86.
54
Ibid.
55
https://nasional.tempo.co/read/1094822/refly-harun-hari-lahir-pancasila-18-agustus-1945-bukan-
1-juni.
56
https://nasional.tempo.co/read/1094998/tanggapi-refly-harun-budiman-sudjatmiko-pancasila-
lahir-1-juni/full&view=ok

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh uraian sederhna di bab-bab sebelumnya, maka
mendapatkan hasil analisa yakni :
1. Bahwa hukum Indonesia [Negara Kesatuan Republik Indonesia] menganut
aliran filsafat Pancasila atau aliran filsafat hukum Indonesia adalah aliran
filsafat hukum Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara [ideology] adalah
filsafat pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang sedalam
dalamnya untuk diatasnya dididirkan gedung Indonesia Merdeka. Sejak
Proklamasi Kemerdekaan 74 [tujuh puluh empat] tahun lalu hingga saat ini
masih berdiri kokoh meskipun mengalami ancaman, tantangan, gangguan
dan hambatan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
2. Bahwa aliran filsafat hukum Pancasila yang dianut teguh oleh bangsa
Indonesia dewasa ini atau sampai saat ini sudah sangatlah sesuai terlebih
lagi sudah mencakup daripada ke-semua prinsip atau inti aliran aliran filsafat
hukum yang ada di dunia dengan kata aliran filsafat hukum Pancasila
mengakomodasi kesemua nilai nilai aliran filsafat hukum.

B. Saran
Berdasarkan seluruh uraian sederhana di bab-bab sebelumnya, maka
mendapatkan hasil saran yakni semoga Pancasila sebagai ideology bangsa
dan sumber segala hukum di Indonesia perlu digali lebih dalam dan di-
sosialisai-kan kepada generasi muda-mudi, karena sejak Proklamasi
Kemerdekaan 74 [tujuh puluh empat] tahun lalu hingga saat ini terus menerus
tanpa henti mengalami ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri.

25
DAFTAR PUSTAKA

A. Perundang-Undangan

Pancasila

Undang Undang Dasar 1945

Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan

B. Buku

Aburaera, Sukarno, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum: Teori dan Praktik,
Jakarta: Prenada Media Group, 2017.

Atmadja, I Dewa Gede, Filsafat Hukum: Dimensi Tematis dan Historis, Malang :
Setara Press, 2013.

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan


Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004.

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta 1999.

Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta: Rajawali, 1990.

Huijbers, Theo, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Yogyakarta,


1982.

Idris, Saifullah dan Fuad Ramly, Dimensi Filsafat Ilmu Dalam Diskursus Integrasi
Ilmu, Yogyakarta, Darussalam Publishing dengan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2016.

Rasjidi, H. Lili dan Liza Sonia Rasjidi, Dasar Dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, Cet. XII, 2012

Riyanto, Astim, Filsafat Hukum, Bandung: Yapemdo, 2003.

Saragih, Horadin, Materi: Filsafat Hukum S2, Topik 4 : Hakikat Hukum Menurut
Aliran Hukum Kodrat Dan Positivisme Hukum,[Jakarta, 2019.

Soemantri, H. Sri, Undang Undang Dasar 1945, Kedudukan Dan Artinya Dalam
Kehidupan Bangsa, Bandung: Departemen Pendidikan Nasional
Universitas Padjajaran, 2001.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1994.

26
Soekanto, Perspektif Teoritis Studi Hukum, Jakarta: Rajawali, 1985.

Soetikno, Filsafat Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, Cet. Ke-8, 1997.

Syahuri, Taufiqurrohman, Materi: Teori Hukum, Jakarta, 2019

Windari, Ratna Artha, Pengantar Hukum Indoensia, Depok : PT. Raja Grafindo
Persada, 2017.

Wirawan, I Ketut dan I Dewa Gede Atmadja, et. al., Pengantar Filsafat Hukum,
[Denpasar : Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2016]

___, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, [Jakarta : Kementerian


Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016].

___, Dikutip dari Muhammad, Yamin, “Pembahasan Undang-Undang Dasar


Republik Indonesia”, [Penerbit ?, Tahun ?].

C. Internet

https://slideplayer.info/slide/2380742/

http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/15/hut-kemerdekaan-ri-ini-rekaman-
suara-soekarno-bacakan-teks-proklamasi-kemerdekaan-indonesia

https://nasional.tempo.co/read/1094822/refly-harun-hari-lahir-pancasila-18-
agustus-1945-bukan-1-juni.

https://nasional.tempo.co/read/1094998/tanggapi-refly-harun-budiman-
sudjatmiko-pancasila-lahir-1-juni/full&view=ok

27

Anda mungkin juga menyukai