Anda di halaman 1dari 19

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB

MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK


MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI

FORMULATION AND EFFECTIVENESS OF PEANUTS OIL


(Arachis hypogaea) MOISTURIZING CREAM FOR
THE TREATMENT OF HEELS XEROSIS

Putri Ari Budi Arti Penarik, Julia Reveny*


Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775

Medan, November 2018


Disetujui Oleh:
Pembimbing,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.


NIP 195807101986012001

Corresponding Author:
 Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
Departemen Teknologi Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155
Telp.(061) 8223558; Fax.(061) 8219775 Medan

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB


MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK
MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI

FORMULATION AND EFFECTIVENESS OF PEANUTS OIL


(Arachis hypogaea) MOISTURIZING CREAM FOR
THE TREATMENT OF HEELS XEROSIS

Putri Ari Budi Arti Penarik, Julia Reveny*


Departemen Teknologi Farmai, Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Telp. (061) 8223558; Fax. (061) 8219775

Corresponding Author:
 Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
Departemen Teknologi Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155
Telp.(061) 8223558; Fax.(061) 8219775 Medan

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM PELEMBAB


MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) UNTUK
MENGATASI XEROSIS PADA TUMIT KAKI
ABSTRAK

Latar Belakang: Xerosis pada tumit kaki pertama kali ditunjukkan oleh gejala
kekeringan dengan permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan rasa tidak
nyaman. Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak
dan pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi.Minyak kacang
tanah berkhasiat sebagai antioksidan alami yang dapat membantu struktur sel,
terutama membran sel dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.
Tujuan: Memformulasikan sediaan krim dan mengetahui efektivitasnya untuk
mengatasi xerosis pada tumit kaki.
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sediaan krim pelembab
dibuat dengan menambahkan minyak kacang tanah masing-masing dengan
konsentrasi F1(2,5%); F2(5%); F3(7,5%) ke dalam dasar krim pelembab. Sebagai
blanko digunakan dasar krim pelembab tanpa minyak kacang tanah (F0).
Pengujian terhadap sediaan krim pelembab meliputi evaluasi stabilitas sediaan
(Bau, warna, pH, dan homogenitas), uji iritasi terhadap kulit, penentuan tipe
emulsi dan kemampuan sediaan krim untuk mengatasi xerosis pada tumit kaki,
dengan melihat perubahan skala tingkat xerosis pada tumit kaki dari skala 1
sampai skala 6 menggunakan 12 orang sukarelawan selama empat minggu
pemberian dengan mengaplikasikan krim pelembab dua kali sehari, dengan
melihat perubahan skala. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak kacang tanah dengan
konsentrasi 2,5%, 5% 7,5% dapat diformulasikan menjadi sediaan krim pelembab
yang homogen dan stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar 28°C selama 12
minggu dengan tipe emulsi a/m dan pH 6,2-6,8. Dapat mengurangi pecah-pecah
pada tumit kaki.
Kesimpulan: Minyak kacang tanah (Arachis hypogaea) dapat diformulasikan
dalam sediaan krim pelembab dengan tipe emulsi a/m dan krim minyak kacang
tanah pada konsentrasi 7,5% adalah yang terbaik dalam mengatasi xerosis tumit
kaki yaitu dari kondisi sedang menjadi ringan dengan skala 4 menjadi skala 1, dan
tidak mengiritasi kulit dapat, mengatasi xerosis tumit kaki.

Kata kunci: xerosis, minyak kacang tanah (Arachis hypogaea), krim pelembab.

FORMULATION AND EFFECTIVENESS OF PEANUTS OIL


(Arachis hypogaea) MOISTURIZING CREAM FOR
THE TREATMENT OF HEELS XEROSIS

ABSTRACT
Background: Heels xerosis is characterized by symptoms of dryness with the
surface of the heel skin being scaly, rough and feeling uncomfortable. The
constanly conditions will the surface of the skin to be crack which is results
irritation and inflammation condition of skin. The efficacious of Peanuts oil as a
natural antioxidant can increace regeneration of cell structures and avoid cell
membranes damage which caused by free radicals.
Objective: The objective of this study was to formulate peanuts oil moisturizing
cream preparation and to find out its effectiveness for the treatment of heels
xerosis.
Methods: The study was conducted experimentally. Moisturizing cream
preparations was formulated by adding peanut oil in several concentration of
F1(2.5%); F2(5%); F3(7.5%) into moisturizing cream base. The evaluation of
peanuts oil moisturizing cream preparations included evaluation of cream stability
(odor, color, pH, and homogenity), skin irritation test, determination of emulsion
type and the ability of the cream preparation in the skin heels xerosis from scale 1
to scale 6 treatment using 12 volunteers by applying the moisturizing cream for
four weeks twice a day. The data were analyzed using SPSS.
Results: The results showed that peanuts oil with a concentrations of 2.5%, 5%,
7.5% could be formulated into a homogeneous and stable moisturizing cream
preparation in room temperature storage condition 28°C for 12 weeks with the
type of emulsion w/o and pH 6.4, it could reduce cracks in skin heels.
Conclusion: Peanuts oil can be formulated into moisturizing cream preparations
in w/o emulsion type and the concentration peanut oil cream of 7.5% is better
from medium conditions to be low conditions with scale 4 to scale 1, and did not
irritate the skin, can be xerosis heels.

Keywords: xerosis, peanuts oil, moisturizing cream

PENDAHULUAN
Minyak kacang tanah seperti minyak kacang tanah digunakan
juga minyak nabati lainnya untuk minyak goreng, bahan dasar
merupakan salah satu kebutuhan pembuatan margarin, mayonaise,
manusia, yang dipergunakan baik salat dresing dan mentega putih
sebagai bahan pangan maupun bahan (shortening). Sebagai bahan non
non pangan. Sebagai bahan pangan pangan minyak kacang tanah banyak
digunakan dalam industri sabun, face tidak nyaman.Kondisi yang
cream, shaving cream, shampo, dan berkelanjutan akan menyebabkan
bahan dasar lainnya (Ketaren,1986). permukaan kulit retak dan pecah-
Isebhakhomen (2013) pecah yang berakibat timbulnya
menyatakan bahwa di dalam minyak iritasi dan inflamasi. Xerosis dapat
kacang tanah terdapat vitamin E. menimbulkan masalah yang cukup
Minyak kacang tanah yang serius bila tidak ditangani sejak dini.
berkhasiat sebagai antioksidan Jika kedalaman pecahan tersebut
merupakan campuran ester dari cukup dalam hingga lapisan dermis,
gliserol dan asam lemak rantai akan menimbulkan pendarahan yang
panjang yang sering disebut memicu infeksi oleh jamur dan
trigliserida. Minyak kacang tanah bakteri. Xerosis tumit kakidapat
mengandung 76-82 persen asam terjadi pada kulit yang terpapar
lemak tak jenuh yang terdiri dari bahan kimia seperti detergen (yang
79% asam oleat dan 10% asam dapat melarutkan lipid kulit), suhu
linoleat(Ketaren, 1986). atau temperatur lingkungan, usia dan
Kulit merupakan salah satu juga kelainan genetik (Baumann,
panca indra manusia yang terletak di 2002).
permukaan tubuh, mempunyai fungsi Xerosis dapat diatasi dengan
yang sangat penting, diantaranya menggunakan pelembab yang
menutupi dan melindungi permukaan berfungsi menjaga kelembaban kulit
tubuh serta merupakan pembungkus dan membuat kulit menjadi lebih
yang elastis yang melindungi tubuh lembut. Kulit yang berminyak
terhadap pengaruh lingkungan. memiliki kemampuan
Berbagai faktor baik dari luar mempertahankan kadar air yang
maupun dari dalam tubuh dapat lebih tinggi daripada kulit yang
mempengaruhi struktur dan fungsi kering. Peran kelembaban kulit
kulit, misalnya lingkungan yang adalah untuk menjaga kadar air yang
kering, kelembaban udara yang berada dalam kulit dalam rangka
rendah, paparan terhadap bahan mempertahankan elastisitasnya.
kimia atau unsur lainnya,yang dapat Pelembab yang ideal untuk
menyebakan terjadi penguapan yang mencegah xerosis harus memiliki
berlebihan pada kulit sehingga kulit mekanisme kerja oklusif
menjadi kering (Santosa, 2011). danhumektan untuk meningkatkan
Kulit yang kering dapat kadar air serta emolien untuk
menimbulkan xerosispada bagian melembutkan kulit yang kasar
tumit kaki, sikudan jari jari (Baumann,2002).
tangan.Xerosispada tumit kaki Kacang tanah merupakan
merupakan kondisi kulit kering pada tanaman pangan berupa semak yang
tumit kaki yang cukup parah hingga berasal dari Amerika Selatan,
terjadi pecah-pecah. Xerosis
tepatnya berasal dari Brazilia.
disebabkan berkurangnya
kelembaban akibat hilangnya lipid Penanaman pertama kalinya
dan faktor pelembab alami di stratum dilakukan oleh orang Indian (suku
korneum. Xerosis pada tumit kaki asli bangsa Amerika).Dibenua
pertama kali di tunjukkan oleh gejala Amerika penanaman pertama kali
kekeringan dengan permukaan kulit dilakukan oleh pendatang Eropa.
yang menjadi bersisik, keras dan rasa Kacang tanah ini pertama kali
masuk ke Indonesia pada abad 17, tanaman polong-polongan atau
dibawa oleh pedagang Cina dan legium kedua terpenting setelah
Portugis. Kacang tanah memiliki kedelai di Indonesia. Tanaman ini
banyak nama daerah kacang, seperti merupakan salah satu tanaman
kacang una, kacang jebrol, kacang palawija keluarga Leguminosae yang
bandung, kacang tuban dan kacang memiliki kandungan gizi cukup
kole. Bahasa Inggrisya kacang tanah tinggi antara lain protein, karbohidrat
adalah peanut atau groundnut (Pitijo, dan minyak (Andaka, 2009).
2005).
Tanaman kacang tanah
(Arachis hypogaea) termasuk

Klasifiksi Minyak Kacang Tanah


Menurut Tjitrosoepomo (1996) dalam taksonomi tumbuhan kacang tanah
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Polypetalae
Family : Papilionidae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.

Patologi Xerosis
Xerosis adalah kondisi yang berkurangnya permeabilitas
sangat lazim yang dapat disebabkan pelindung. Kelembaban yang
oleh beberapa faktor, di antaranya berkurang akan menyebabkan
cuaca (suhu dan kelembaban), terjadinya pemisahan kerneosit.
perubahan kondisi lingkungan yang Ketika kulit menjadi terlalu kering,
ekstrim, paparan mikroorganisme kulit akan mengeras, memerah, dan
dan paparan bahan kimia yang dapat berkembang menjadi retak. Bila
melarutkan lipid stratum korneum retakan menjadi melebar dan
dan faktor pelembab alami kulit, semakin dalam akan sampai pada
proses penuaan dan stress fisiologi, bagian dermis kulit dan dapat
pengaruh genetik dan berbagai berakibat parah pada daerah tubuh
penyakit (Draelos, 2013). yang dengan relative sedikit kelenjar
Xerosis dikarakterisasi minyak seperti tangan dan kaki
dengan berkurangnya kelembaban (Draelos, 2013).
yang mencapai kadar kelembaban Xerosis pada tumit kaki dapat
kurang dari 10% di stratum korneum. terjadi pada kulit yang terpapar
Hal ini dapat terjadi karena bahan kimia seperti detergen yang
peningkatan pada transpidermal dapat melarutkan lipid kulit. Kulit
waterloos (TEWL) karena yang berminyak memiliki
kemampuan mempertahankan kadar terjadi penurunan kohesi antara sel
air yang lebih tinggi dari pada kulit keratinosit. Hal ini menyebabkan
yang kering. Peran kelembaban kulit ujung sel keratonosit akan
ini adalah untuk menjaga kadar air menggulung sehingga muncul ruam
yang berada dalam kulit dalam kulit, bersisik dan permukaannya
rangka mempertahankan terasa kasar. Retakan dan pecahan
elastisitasnya (Prianto, 2014). akan muncul sebagai hasil dari
Gejala awal terjadi penurunan elastisitas (Baumann,
kekeringan kulit yaitu munculnya 2002). Skala tingkat keparahan
warna suram dan perubahan xerosis pada tumit kaki ditunjukkan
topografi kulit. Dengan pada Tabel 2.1.
memburuknya kondisi kulit, akan

Tabel 2.1 Skala penilaian xerosis pada tumit kaki


Tingkatan Skala Deskripsi
Ringan 0 Kulit Normal
1 Penampilan bersisik dengan sedikit serpihan kulit
2 Penampilan bersisik dengan banyak serpihan kulit

Sedang 3 Garis-garis tipis dan datar


4 Garis-garis tebal yang menaik, pecah-pecah tidak
dalam
Parah 5 Pecah-pecah besar yang dalam
6 Pecah-pecah yang besar dan dalam hingga muncul
sedikit eritema
(Sumber Rogers, et al., 1989.)

Gambar skala tingkat keparahan xerosis pada tumit kaki dapat di lihat pada
Gambar 2.1
Skala 0 (kulit normal) (Skala 1)

(Skala 2) (Skala 3)

(Skala 4) (Skala 5) (Skala 6)

Gambar 2.1 Skala Tingkat Xerosis


Sumber https: //www.geoogle.com xerosis tumit kaki

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah Dilanjutkan dengan uji iritasi
eksperimental, setelah terlebih terhadap kulit dan pengujian
dahulu dilakukan orientasi.Penelitian kemampuan sediaan krim untuk
meliputi pembuatan sediaan krim mengatasi xerosis pada tumit kaki
pelembab minyak kacang tanah. dengan menggunakan 12
Evaluasi terhadap mutu fisik sediaan sukarelawan selama satu bulan.
meliputi uji homogenitas, penentuan Pembuatan sediaan dilakukan di
tipe emulsi, penentuan pH, Laboratorium Kosmetologi Fakultas
pengamatan stabilitas sediaan. Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam objek gelas, pH meter (Hanna), pot
penelitian ini adalah neraca analitis plastik, penangas air, dan alat-alat
(Boeco Germany), cawan porselen, gelas laboratorium.
penjepit tabung, lumpang, stamfer,
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam paraffin cair, nipagin, borax, BHT
penelitian ini adalah minyak kacang dan air suling.
tanah(Arachis hypogaea),cera alba,
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel 1. Wanita berbadan sehat (Berusia
pada uji iritasi dan penentuan 20-50 thn)
kemampuan sediaan untuk 2. Tidak ada riwayat penyakit yang
memberikan efek penyembuhan berhubungan dengan alergi.
dengan kriteria sebagai berikut: 3.Bersedia menjadi sukarelawan
(Ditjen POM, 1985)

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Identifikasi
Identifikasi sampel dilakukan dengan kacang tanah di Pusat Penelitian
menganalisis kandungan asam lemak Kelapa Sawit, Medan.
yang terkandung dalam minyak

3.4.2 Formula standar krim (Young 1972)


R/ Cera alba 16,0
Paraffin cair 50,0
Borax 1,0
Nipagin qs
Parfum qs
Air suling 33,0

3.4.3 Formula dasar krim yang digunakan

R/ Cera alba 16,0


Paraffin cair 50,0
Borax 1,0
Nipagin 0,1
BHT 0,1
Air suling ad 100
3.4.4 Prosedur Pembuatan Krim
Cera alba dan paraffin cair porselen dan alu sampai suhu 70°C
dimasukkan ke dalam cawan pada water bath dengan mengatur
penguap dan di lebur diatas penangas suhu di water bath masukkan massa I
air pada suhu 70°C setelah melebur kedalam lumpang dan ditambahkan
ditambahkan BHT (massa I).Borax massa II secara perlahan lalu
dan nipagin di larutkan dengan air diaduksecara konstan sampai
suling yang telah dipanaskan 65ºC terbentuk massa krim yang baik.
(massa II). Dipanaskan lumpang
3.4.5 Pembuatan sediaan krim pelembab minyak kacang tanah
Ditimbang minyak kacang kemudian di gerus sampai
tanah sesuai dengan konsentrasi homogen.Kemudian dimasukkan
kedalam lumpang, lalu di tambahkan kedalam wadah.
sedikit demi sedikit dasar krim
3.4.6 Uji Orientasi
Dari uji orientasi di lakukan untuk krim pelembab minyak kacang tanah
melihat aktifitas dari konsentrasi tidak mengalami perubahan
yang kecil, pada penelitian ini xerosisterhadap krim,oleh sebab itu
digunakan minyak kacang tanah 1% penelitian ini di mulai dari konsentari
dan 2,5%, karena konsentrasi 1% F1 2,5%.

Tabel 3.1 Uji Orientasi


Bahan Formula

F0 F1 F2

Minyak kacang tanah - 1% 2,5%

Basis Krim 100 99 97,5

Tabel 3.2 Formula sediaan krim yang dibuat


Bahan Formula
F0 F1 F2 F3

Minyakkacang tanah - 2,5 5 7,5

Basis Krim 100 97,5 95 92,5

Keterangan: Formula F0 : Blanko (Dasar krim tanpa minyak)


Formula F1 : Konsentrasi minyak kacang tanah 2,5%
Formula F2 : Konsentrasi minyak kacang tanah 5%
Formula F3 : Konsentrasi minyak kacang tanah 7,5%

Dasar krim dibuat sebanyak 100 g, dasar krim sebayanyak 95 gram dan
Pembuatan sediaan krim minyak pembuatan krim minyak kacang
kacang tanah dengan konsentrasi 2,5 tanah dengan konsentrasi 7,5%
% dibuat dasar krim sebanyak 97,5 dibuat dasar krim sebanyak 92,5
gram, pembuatan minyak kacang gram.
tanah dengan konsentrasi 5 % dibuat
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan bahan transparan lain yang cocok,
dengan menggunakan objek gelas sediaan harus menunjukkan susunan
yaitu dengan cara sebagai berikut : yang homogen dan tidak terlihat
Sejumlah tertentu sediaan jika adanya butiran kasar (Ditjen POM,
dioleskan pada sekeping kaca atau 1979).
3.5.2 Penentuan tipe emulsi pada
sediaan krim
Pewarnaan dilakukan dengan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila
menambahkan larutan metilen biru metilen biru tersebar tidak merata
sebanyak 1 tetes dengan 1 tetes berarti sediaan tersebut emulsi tipe
sediaan lalu diaduk. Bila metilen a/m (Ditjen POM, 1985).
biru tersebut merata berarti sediaan
3.5.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan menggunakan tissue, Sampel dibuat
dengan menggunakan alat pH meter dalam konsentrasi 5% yaitu
yaitu dengan cara sebagai berikut: ditimbang 0,50 gram sediaan dan
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dilarutkan dalam air suling hingga 50
dengan menggunakan larutan dapar ml. Kemudian elektroda dicelupkan
standar netral (pH 7,0) dan larutan dalam larutan tersebut. Dibiarkan
dapar pH asam (4,0) hingga alat alat menunjukkan harga pH sampai
menunjukkan harga pH tersebut. konstan. Angka yang ditunjukkan pH
Kemudian elektroda dicuci dengan meter merupakan pH sediaan
air suling, lalu dikeringkan dengan (Rawlins, 2003).
3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas dilakukan pada selesai di buat, penyimpanan 1, 4, 8
penyimpanan suhu kamar.Masing- dan 12 minggu dilakukan pada suhu
masing formula sediaan dimasukkan kamar. Bagian yang diamati berupa
kedalam pot plastik, ditutup bagian pemisahan fase, perubahan warna
atasnya.Selanjutnya pengamatan dan bau dari sediaan (Ansel,2008).
dilakukan pada saat sediaan telah
3.5.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan untuk uji iritasi ini adalah sediaan
dengan tujuan untuk mengetahui sifat terbaik dari hasil formulasi.
iritasi sediaan.Sediaan yang dipilih
Teknik yang digunakan pada uji 24jam dihitung reaksi pengolesan
iritasi ini adalah uji pakai (usage pertama, diamati reaksi yang
test).Uji iritasi dilakukan pada 12 terjadi.Reaksi iritasi positif ditandai
orang sukarelawan. Caranya, krim oleh adanya kemerahan, gatal-gatal,
dengan konsentrasi tertinggi yaitu atau bengkak pada kulit belakang
7,5% dioleskan di bagian kulit telinga atau bagian bawah lengan
belakang telinga sukarelawan yang diberikan perlakuan
kemudian dibiarkan 24 jam. Setelah (Wasitaatmadja, 1997).
3.5.6 Uji Efek Krim Pada Penderita
Xerosis Tumit Kaki
Sebanyak 12 orang sukarelawan krim dilakukan dua kali sehari yakni
yang terdiri dari wanita berumur 20- di pagi hari, kira-kira dua puluh
50 tahun. Kriteria sukarelawan menit sebelum beraktivitas dan di
memiliki tumit kaki pecah-pecah malam hari sebelum tidur selama
dengan tingkat keparahan ringan, empat minggu.Pemeriksaan
sedang dan parah, tetapi tidak dilakukan dua minggu sekali, setelah
sampai mengalami pendarahan. pemakaian dua minggu keadaan
Setiap sukarelawan dinilai tingkat tumit kaki sukarelawan dinilai
keparahan xerosis pada kedua tumit tingkat keparahan xerosis nya serta
kaki, dimana setiap sukarelawan difoto dan setelah empat minggu
diberikan konsentrasi yang berbeda- keadaan tumit kaki sukarelawan
bedadan kemudian difoto kondisi dinilai kembali tingkat keparahan
awal keadaan tumit kaki.Pengolesan xerosis nya dan difoto kembali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Asam
Lemak Minyak kacang tanah
Identifikasi sampel dilakukan dengan Kelapa Sawit Medan. Hasil
menganalisis kandungan asam lemak penelitian identifikasi sampel dapat
yang terkandung dalam minyak dilihat pada Lampiran 1.
kacang tanah di Pusat Penelitian
4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.2.1 Pemeriksaan Homogenitas
Dari uji homogenitas yang dilakukan objek gelas, maka sediaan krim
pada sediaan krim blanko dan krim dikatakan homogen. Hasil uji
dengan konsentrasi 2,5% , 5%, dan homogenitas menunjukkan tidak
7,5% semua sediaan krim tidak adanya butiran-butiran pada objek
terdapat butiran-butiran kasar pada gelas (Ditjen POM RI, 1985).

4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada


sediaan krim
Penentuan tipe emulsi sediaan tidak homogen sewaktu diaduk,
dilakukan dengan penambahan maka emulsi tersebut adalah tipe
sedikit metil biru ke dalam sediaan a/m.(Ditjen POM RI,1985).
yang diletakkan pada objek gelas, Hasil percobaan untuk pengujian tipe
jika homogen sewaktu diaduk, maka emulsi sediaan krim minyak kacang
emulsi tersebut ada tipe m/a, jika tanah dengan pewarnaan
menggunakan metilen biru terhadap
pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Data hasil pengujian tipe tanah dengan pewarnaan


emulsi sediaan krim minyak kacang menggunakan metilen biru
Kelarutan Metilen Biru Dalam Sediaan
Formula
Ya Tidak

F0 - 

F1 - 

F2 - 

F3 - 

Keterangan: Formula F0 : Blanko (dasar krim tanpa minyak)


Formula F1 : Konsentrasi minyak kacang tanah 2.5%
Formula F2 : Konsentrasi minyak kacang tanah 5%
Formula F3 : Konsentrasi minyak kacang tanah 7,5%
Berdasarkan hasil uji tipe emulsi tersebut adalah tipe m/a. Berdasarkan
dengan pengujian cara pewarnaan hasil yang dilakukan bahwa formula
dengan metilen biru. Pengujian F0, F1, F2, dan F3 tipe a/m karena
dilakukan menambahkan larutan metilen biru dapat terlarut dan
metilen biru pada sediaan memberikan warna biru yang
diuji.Apabila dapat memberikan homogen.
warna biru pada emulsi maka emulsi
4.2.3 Penentuan pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel
menggunakan pH meter. Dari 4.2.
percobaan yang dilakukan, diperoleh

Tabel 4.2 Data pH pada tiap minggu


Formul pH per minggu pH Rata-
a rata
I II IV
F0 6,5 6,5 6,5 6,8
F1 6,5 6,5 6,5 6,5
F2 6,4 6,4 6,3 6,36
F3 6,3 6,3 6,2 6,26
Pada Tabel 4.2 pH yang ditujukan dikarbosilat dalam sekresi keringat
adalah 6,26-6,8, meliputi stratum tercampur dengan substansi lipoid
koerneum adalah lapisan permukaan dari sebasea. Perubahan drastis pH
film pelindung dengan pH 4,5-6,5, antel ini menyebabkan meningkatnya
disebut mantel asam yang terdiri pemasukan bakteri dan bermacam-
dari asam laktat dan asam amino macam penyakit kulit (Anief, 1977).
4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Ketidakstabilan formulasi obat dapat tersebut.Umumnya suatu emulsi
di deteksi dalam beberapa hal dengan dianggap tidak stabil.Ketidakstabilan
suatu perubahan dalam penampilan formulasi krim dapat dideteksi dalam
fisik, warna, bau, rasa, pemisahan beberapa hal dengan suatu perubahan
fase, dan tekstur dari forrmulasi
dalam perubahan fisik, warna, bau,
rasa, pemisahan fase dan
tekstur dari formula tersebut. tidak teremulsi danmembentuk suatu
Umumnya suatu emulsi dianggap lapisan yang berbeda pada
tidak stabil secara fisik jika semua permukaan atau dasar emulsi.
atau sebagian dari cairan fase dalam
Hasil percobaan untuk pengamatan stabilitas sediaan krim minyak kacang tanah
terdapat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Data pengamatan selama penyimpanan 12 Minggu pada suhu kamar
Formula Pengamatan selama penyimpanan
Selesai Setelah 1 Setelah 4 Setelah 8 Setelah 12
dibuat minggu minggu minggu minggu
x y z x y z X y z x y z x y Z
F0 - - - - - - - - - - - - - - -
F1 - - - - - - - - - - - - - - -
F2 - - - - - - - - - - - - - - -
F3 - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan: F0 : Blanko (Dasar krim tanpa minyak)
F1 : Krim minyak kacang tanah 2,5%
F2 : Krim minyak kacang tanah 5%
F3 : Krim minyak kacang tanah 7,5%
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pemisahan fase
√ : Terjadi perubahan
- : Tidak terjadi perubahan

Oleh sebab itu perlu dilakukan uji bahwa seluruh sediaan dari tiap
evaluasi selama tiga bulan dan formulasi atau konsentrasi yang
dianggap sebagai stabilitas minimum berbeda-beda tidak mengalami
yang harus dimiliki oleh suatu perubahan warna, bau, dan tidak
emulsi. terjadi pemisahaan fase baik pada
Berdasarkan uji hasil stabilitas pada pengamatan minggu ke- 1,4,8 dan ke
sediaan selama 12 minggu pada suhu 12 selama penyimpanan pada suhu
kamar 28°C, maka diperoleh hasil kamar. Hal ini menunjukkan bahwa
pada Tabel 4.3 yang menunjukkan sediaan stabil secara fisik.
4.2.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan
pada sediaan krim minyak kacang
tanah pada Tabel4.4
Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan

NO Sukare Kemarahan Gatal pada Bengkak


lawan pada kulit kulit pada kulit
1 I - - -
2 II - - -
3 III - - -
4 IV - - -
5 V - - -
6 VI - - -
7 VII - - -
8 VIII - - -
9 IX - - -
10 X - - -
11 XI - - -
12 XII - - -
Keterangan : + : Kemerahan pada kulit
++ : Gatal pada kulit
+++ : Bengkak pada kulit
- : Tidak terjadi reaksi

Uji iritasi dilakukan menggunakan aman untuk digunakan (Tranggono


sediaan krim dengan konsentrasi dan Latifah, 2007).
7,5%, berrdasarkan hasil uji iritasi Hasil persentase perubahan skala
yang dilakukan pada 12 orang penurun xerosis tumit kaki pada
sukarelawan tidak menunjukkan sukarelawan selama empat minggu
terjadinya reaksi alergi. Dari hasil uji dengan formula F0, F1, F2, dan F3
iritasi tersebut dapat disimpulkan pada
bahwa sediaan krim yang dibuat
Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perubahan skala xerosis tumit kaki pada sukarelawan selama 4
Minggu
Formula Sukarelawan Kondisi Minggu Minggu Perubahan
awal ke 2 ke 4 Skala
F0 I 3 2 2 33,3
(Blanko) II 4 3 2 50
III 5 4 3 40
Rata-rata 4 3 2 50
F1 IV 3 3 2 66,6
( 2,5%) V 4 3 1 50
VI 4 3 2 50
Rata-rata 3 3 2 66,6
F2 VII 3 3 1 80
(5%) VIII 4 3 2 50
IX 4 3 1 50
Rata- rata 3 3 2 66,6
F3 X 5 3 1 75
(7,5%) XI 3 2 1 66,6
XII 4 3 1 75
Rata-rata 4 2 1 75

Keterangan: 0 : Kulit Normal


1 : Penampilan bersisik dengan banyak serpihan kulit
2 : Garis-garis tipis dan datar
3 : Garis-garis tebal yang menarik dan pecah tidak dalam
4 : Pecah-pecah besar dan dalam
5 : Pecah-pecah besar dan dalam
6 : Pecah- pecah besar dan dalam hingga muncul eritema
Data pada Tabel 4.5 menunjukkan efektifitas tiap formula terhadap
selama empat minggu perawatan, sukarelawan, didapat nilai p< 0,05
penurunan xerosis pada tumit kaki yakni terdpat perbedaan yang
sukarelawan meningkatkan terutama signifikan antar tiap formula terdapat
formula F4. Data selanjutnya presentase penurunan xerosis. Dan
dianalisis dengan uji ANOVA, yaitu untuk melihat formula mana saja
uji One Way ANOVA dengan Post- yang memiliki perbedaan yang
Hoc Tukey HSD untuk mengetahui signifikan dilakukan uji Post-Hoc-
efektivitas formula terhadap Tukey HSD, didapat nilai p< 0,05
sukarelawan dan diperoleh nilai p< yang berarti terdapat perbedaan yang
0,05 yaitu adanya perbedaan signifikan pada tiap formula yaitu
statistika yang signifikan. blanko F0 ; F1; F2; dan F3.
Data yang diperoleh dianalisis Semakin tinggi konsentrasi minyak
dengan uji One Way ANOVA, kacang tanah yang di tambahkan
dimana syarat untuk melakukan uji maka kemampuan mengatasi xerosis
ANOVA data harus berdistribusi pada tumit kaki meningkat dengan
normal dan dilakukan uji normalitas menurunnya tingkatan xerosis pada
Kolmogrov-Smirnov didapat nilai p> tumit kaki. Secara umum, terlihat
0,05 yaitu data hasil penelitian bahwa setiap formula menunjukkan
berdistribusi normal dan homogen. penurunan persentase xerosis pada
Selanjutnya, dilakukan uji One Way tumit kaki pada kondisi awal,
ANOVA untuk melihat perbedaan minggu ke-2 dan minggu ke-4
penggunaan krim, dimana persentase kondisi normal apabila digunakan
xerosis pada tumit kaki semakin secara rutin.Beberapa sukarelawan
menurun dengan bertambahnya menyatakan waktu penggunaan krim
waktu penggunaan krim, hal ini pada pagi dan malam hari sudah
dapat dilihat bahwa persentase pada tepat.Adanya perbedaan sekala
tiap formula menurun pada blanko perubahan dipengaruhi oleh tingkat
dan kepatuhan dan tingkat keparahan
semakin menurun pada formula 1 xerosis.
sampai 3. Penurunan persentase Xerosis juga dapat terjadi karena
berbeda pada tiap formula.Dimana kondisi cuaca lingkungan sekitar
semakin tinggi konsentrasi minyak musim kemarau yang akan beralih
kacang tanah pada krim, maka pada musim hujan dan juga selama
semakin mempercepat musim kemarau. Terjadi pada orang-
penurunanxerosis pada tumit kaki. orang yang cenderung tidak
Berdasarkan tingkat skala keparahan menggunakan alas kaki atau hanya
menurut Rogers et al, terlihat pada menggunakan sandal terbuka setiap
sukarelawan yang diberi sediaan harinya akan mengalami xerosis ini.
krim minyak kacang tanah dengan Pengunaan krim selama empat
konsentrasi 7,5%, dimana pada minggu menunjukkan bahwa krim
kondisi awal menggunakan krim tersebut dapat melembabkan xerosis
minyak kacang tanah tumit kaki pada tumit kaki serta melembabkan
xerosis termasuk tipe xerosis parah permukaan kulit yang pecah-pecah.
yaitu pecah-pecah besar yang dalam, Kulit tumit kaki menjdi lentur,tidak
pada minggu ke-2 tumit kaki belum kasar,tidak kering, pecah-pecah tidak
mengalami perubahan penurunan melebar, dan pecah-pecah semakin
xerosis dan pada minggu ke-4 tumit berkurang. Idealnya suatu formula
kaki xerosis mengalami peningkatan pelembab mengandung bahan yang
perubahan penurunan xerosis yaitu bersifat oklusif, humektan dan
garis-garis tebal yang menarik dan emolien agar dapat memberikan hasil
pecah tidak dalam. yang maksimal untuk mengatasi kulit
Hasil penelitian ini memberikan kering atau xerosis (Baumann, 2002).
indikasi bahwa penggunaan krim
selama satu bulan dapat memperbaiki
xerosis pada tumit kaki hingga
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penyimpanan selama 12
telah dilakukan, dapat disimpulkan minggu dengan mempunyai
bahwa: pH 6,26- 6,8.
1. Minyak kacang tanah dapat 2. Minyak kacang tanah pada
diformulasikan dalam bentuk konsentrasi 7,5% dapat
sediaan krim pelembab mengatasi xerosis lebih baik
dengan tipe emulsi a/m dari pada konsentrasi 2,5 dan
dengan konsentrasi 2,5% , 5% yang dapat mengurangi
5%, dan 7,5% untuk pecah-pecah pada tumit kaki,
mengatasi xerosis pada tumit dari tingkat skala yang
kaki, tidak menimbulkan sedang menjadi ringan.
iritasi pada kulit, stabil dalam
5.2 Saran minyak kacang hijau untuk
Disarankan pada penelitian mengatasi xerosis tumit kaki.
selanjutnya dapat memformulasikan

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Semua Rahasia New York: Mc Graw Hill.


Kulit Cantik dan Sehat Ada Halaman3-7, 83-90.
Disini.Jogjakarta: PT.Buku
Kita. Halaman75-77. Ditjen POM. (1979) Farmakope
Indonesia. Edisi
Anief, M.(1997).Formulasi Obat Ketiga.Jakarta:DepartemeK
Topikal dengan Dasar esehatan RI. Halaman8, 33
Penyakit Kulit, 31-41,
Gadjah MADA University Ditjen POM. (1985). Formularium
Press, Yogyakarta Kosmetika Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Anief, M. (2004).Ilmu Meracik Obat.
Yogyakarta: Gadjah Mada Draelos, Z.D. dan Thaman L.A.
University Press, Halaman (2006).Cosmetic Formulation
132. of Skin CareProducts.New
York Taylor & Francis.
Andaka, G. (2009). Optimasi Proses Halaman 89, 96-98
Ekstraksi Minyak Kacang
Tanah DenganPelarut N- Draelos, Z. D. (2013). Modern
Heksana. Jurnal Teknologi. Moisturizer Myths,
2(1): 80-88 Misconceptions, and
Truths.Therapeutics for the
Ansel, H.C. (2008).Pengantar Clinician. 91 (2): 308-314
Bentuk Sediaan Farmasi.
Penerjemahan: Farida Ditjen POM RI.(1995). Farmakope
Ibrahim. Edisi Keempat. Indonesia. Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Jakarta: Departemen
Universitas Indonesia. Kesehatan Republik
Halaman376-377,387-388. Indonesia. Halaman 6.

Anwar, E. (2012). Ekapisien Dalam Isebhakhomen, E.S. (2013). Vitamin


Sediaan Farmasi E Content Of Traditionaly
Karakteristik danAplikasi. Processed Products Of Two
Jakarta: Penerbit PT Dian Commonly Consumed
Rakyat. Halaman 190-191, Oilseed-groundut (Arachis
197, 205. hypogea) and Melon seed
(Citullus vulgaris) in Negeria.
Baumann, L. (2002). Cosmetic Nigeria: journal of
Dermatology Principle and nutrition&food sciences.
Pratice. Second edition, 3(1);187.
Ketaren, S. (2008).Pengantar
Minyak dan Lemak Pangan. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn,
Edisi Pertama. Jakarta: M.E. (2009). Handbook of
Universitas Indonesia. Pharmaceutica
Halaman 272-273. Excipients.Edisi Keenam.
London: Pharmaceutical
Lachman, L., Liebermen, H.A., dan Press. Halaman 75, 155,
Kanig, J.L (1994). Teori Dan 243,290, 441-442, 428,754.
PraktekFarmsi Industri.
Penerjemahan : Edisi III. Santoso, Djoko. (2011). Ramuan
Suyanti S. Jakarta: UI Press. Tradisional Untuk Penyakit
Halaman 1082-1083, 1092, Kulit. Jakarta: Penebar
1115-1117. Swadaya, Halaman 1-3.

Prianto.J. (2014).Cantik Panduan Tjitrosoepomo, Gembong.


Lengkap Merawat Kulit Wajah. (1994).Taksonomi Tumbuhan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Spermatophyta. Yogyakarta:
Utama . Halaman 60, 118-145 UGM Press.

Pitijo, S. (2005).Benih Kacang Tranggono,R.I.danLatifah,F. (2007).


Tanah. Jakarta: Kanisius. Buku Pegangan Ilmu
Halaman 85 Pengetahuan Kosmetik.
Editor. Joshita Djajadisastra,
Rawlins, E. A. (2003). Pharm., MS, Ph.D. Jakarta:
Bentley’sTextbook of Penerbit PustakaUtama.
Pharmaceutics. 18th ed. Halaman11-12, 19-20, 76-77,
London: Bailierre Tindall. 90.
Halaman 355
Wasitaatmadja, S.M. (1997).
Rogers R, S., J. Callen. R. Wehr, dan Penuntun Ilmu Kosmetik
L., Krochmal. (1989). Medik. Jakarta: UI Press, 3-6.
Comprative efficacy of 12%
ammonium lactate loion and Young, A. (1972). Practical
15% lactic acid lotion inthe Cosmetic Science.
treatment of moderate to London: Mills and Boon
severe xerosis. J. Am. Acad. Limited. Halaman 32
Dermatol., 21(2); 714-716.

Anda mungkin juga menyukai