Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN SABUN CAIR WAJAH MINYAK NILAM
(Pogostemon cablin Benth) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Propionibacterium acnes

Formulation and activity test of patchouli oil liquid facial


soap preparation (Pogostemon Calbin Benth) against acne-
causing bacteria propionibacterium acnes
Mega Restia1, Nesa Agistia2, Musyirna Rahmah Nasution3
Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau, Pekanbaru, 28928
e-mail: megarestia@stifar-riau.ac.id, nesaagistia@stifar-riau.ac.id, musyirnarahmah@stifar-riau.ac.id

ABSTRAK
Minyak nilam (Pogostemon calbin Benth) mengandung patchouli alcohol (PA) sebagai komponen utama yang mempunyai aktivitas antibakteri,
sehingga bisa dijadikan sebagai alternatif yang digunakan sebagai bahan alami pengobatan jerawat. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi minyak
nilam dalam bentuk sediaan sabun cair wajah dan mengevaluasi sifat fisik dari sediaan tersebut serta aktivitasnya terhadap bakteri propionibacterium
acnes. Konsentrasi minyak nilam yang digunakan pada F1, FII, dan FIII berturut-turut adalah 10%, 15% dan 20%. Berdasarkan hasil evaluasi formulasi
sediaan sabun cair wajah minyak nilam yang meliputi organoleptis, pH, tinggi busa, homogenitas, viskositas, bobot jenis, dan iritasi kulit telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan, dan uji stabilitas menunjukkan formula 1 lebih disukai dibandingkan formula lainnya, hal ini disebabkan karena pada
formula 2 dan 3 konsentrasi miyak nilamnya yang lebih besar sehingga menghasilkan bau khas minyak nilam yang lebih pekat, yang menyebabkan
panelis kurang menyukai formula 2 dan 3. Pengujian aktivitas antibakteri sediaan sabun cair wajah minyak nilam terhadap bakteri Propionibacterium
acnes diperoleh nilai diameter zona hambat bakteri pengujian minggu ke-1 pada FI yaitu 22,50±0,39 mm, FII yaitu 25,33±0,48 mm, dan FIII yaitu
28,50±0,17 mm. Sedangkan pada pengujian minggu ke-8 pada FI yaitu 20,68±0,24 mm, FII yaitu 22,34±0,16 mm, dan FIII yaitu sebesar 24,49±0,27
mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan sabun cair wajah minyak nilam memiliki aktivitas antibakteri yang baik pada formula 3 dengan
konsentrasi minyak nilam sebesar 20% dan nilai diameter hambat bakterinya 24,49±0,27 mm dengan kategori kuat.

Kata Kunci: Antibakteri, Minyak nilam, propionibacterium acnes, sabun cair wajah.

ABSTRACT
Patchouli oil (Pogostemon calbin Benth) contains patchouli alcohol (PA) as the main component which has antibacterial activity, so it can be used as
an alternative to use as a natural ingredient in acne treatment. This study aims to formulate patchouli oil in liquid face soap dosage form and evaluate
the physical properties of these preparations and their activity against propionibacterium acnes bacteria. The concentrations of patchouli oil used in F1,
FII, and FIII were 10%, 15% and 20%, respectively. Based on the evaluation results of the patchouli oil facial liquid soap formulation which includes
organoleptic, pH, high foam, homogeneity, viscosity, specific gravity, and skin irritation have met the specified requirements, and the stability test
shows formula 1 is preferred over other formulas, this is because because in formulas 2 and 3 the concentration of patchouli oil is greater, resulting in a
more concentrated smell of patchouli oil, which causes panelists to dislike formulas 2 and 3.Testing the antibacterial activity of patchouli oil facial
liquid soap preparations against Propionibacterium acnes bacteria, the inhibition zone diameter value is obtained. Bacteria testing week 1 at FI is 22.50
± 0.39 mm, FII is 25.33 ± 0.48 mm, and FIII is 28.50 ± 0.17 mm. Whereas in the 8th week of testing the FI was 20.68 ±
0.24 mm, FII was 22.34 ± 0.16 mm, and FIII was 24.49 ± 0.27 mm. So it can be concluded that patchouli oil facial liquid soap preparation has good
antibacterial activity in formula 3 with a patchouli oil concentration of 20% and a bacterial inhibitory diameter value of 24.49 ± 0.27 mm with a strong
category.

Keywords : Antibacterial, Patchouli oil, Propionibacterium acnes, liquid facial soap

PENDAHULUAN bermuara pada saluran kelenjar minyak kulit. Sekresi


minyak kulit menjadi tersumbat, membesar dan
Kulit merupakan salah satu bagian terpenting
akhirnya mengering menjadi jerawat (Muliyawan dan
dari tubuh manusia yang berfungsi untuk melindungi
Suriana, 2013). Jerawat dapat terjadi disebabkan oleh
bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun
beberapa faktor yaitu hormonal, makanan, kosmetik,
mekanik, gangguan panas, dingin, kuman dan bakteri.
dan infeksi bakteri. Faktor hormonal dipicu sekresi
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
kelenjar sebaseus yang hiperaktif dan dipacu oleh
membatasinya dari lingkungan hidup manusia
pembentukan hormon testoteron (androgen) yang
(Wasitaatmadja, 1997). Menurut Kusantati (2008)
berlebih, sehingga pada usia pubertas akan banyak
kulit dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu: kulit
timbul jerawat pada wajah, dada, punggung,
normal, kombinasi, berminyak, kering, dan sensitif.
sedangkan pada wanita selain hormon androgen,
Produksi minyak berlebih pada kulit mengakibatkan
produksi lipid dari kelenjar sebaseus dipacu oleh
kotoran dan debu mudah menempel kemudian
hormon luteinizing yang meningkat saat menjelang
menutupi pori-pori dan menimbulkan komedo juga
menstruasi (Mitsui, 1997).
jerawat yang disebabkan oleh bakteri atau jamur.
Jerawat adalah reaksi dari Pengobatan yang lazim digunakan untuk
penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan yang mengobati jerawat adalah dengan menggunakan
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

antibiotik. Akan tetapi obat-obat tersebut memiliki efek tetes, cawan petri, incubator, autoklaf, oven,
samping antara lain dapat menyebabkan iritasi dan spektrofotometer UV-Vis (Spectrum® SP-UV
resistensi antibiotik. Oleh karena itu, para pakar medis 300SRB) , jarum Ose, viskometer broofield
mengembangkan formulasi pengobatan jerawat dengan (Brookfield® LV series), piknometer dan alat-alat gelas
memanfaatkan bahan-bahan alami salah satunya adalah lain.
minyak atsiri (Widyastuti dan Farizal, 2014). Bahan-bahan yang digunakan dalam
Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri penelitian ini adalah Minyak nilam (PT. Eteris
dengan konsentrasi tinggi adalah daun nilam. Minyak Nusantara), sodium lauril sulfat (SLS), asam stearat,
nilam atau yang dikenal dengan Patchouli oil dalam natrium klorida, gliserin, adeps lanae, trietanolamin
industri farmasi telah banyak digunakan untuk sediaan (TEA), natrium metabisulfit, media Natrium Agar
kosmetik, parfum, sabun dan sediaan topikal farmasi (NA), Aquadest, dimetilsulfoksida (DMSO),
lainnya (Nuryani, 2006). Tanaman ini mengandung klindamisin (kontrol positif)
komponen utama patchouli alcohol (PA), yaitu suatu
senyawa kelompok seskuiterpen dengan rumusmolekul Prosedur Kerja
C15H26O. Kadar PA yang tinggi dalamminyak nilam Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Nilam
memberikan arti bahwa akan semakin baik kualitas a. Sterilisasi alat
minyak tersebut (Chevallier, 2001). Alat-alat gelas seperti cawan petri, tabung reaksi
Minyak Nilam jika digunakan secara langsung dan Erlenmeyer di bungkus dengan kertas terlebih
kekulit wajah akan menyebabkan ketidaknyaman bagi dahulu kemudian disterilkan di dalam oven pada suhu
pengguna seperti kulit menjadi lebih berminyak dan 160oC selama 2 jam. Sedangkan pinset dan jarum Ose
memudahkan kotoran dan debu untuk ikut menempel di flambir. Laminar Air Flow disterilkan dengan
pada wajah, sehingga diperlukan suatu bentuk sediaan menyalakan lampu UV selama lima menit kemudian
untuk kemudahan dalam aplikasinya, efektif untuk hidupkan Blower. Lemari aseptis dibersihkan dari
mengangkat kotoran yang menempel pada permukaan debu lalu disemprotkan dengan alkohol 70 % (Voigt,
kulit dan memberikan kenyamanan saat digunakan 1994).
maka diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun cair. b. Pembuatan media pembenihan bakteri
Bentuk sediaan sabun wajah cair sering digunakan Sebanyak 5 gram media nutrient agar (NA) ditimbang
sebagai alternatif antijerawat karena telah dikenal kemudian dilarutkan dalam 250 ml air suling,
masyarakat luas dan lebih praktis penggunaannya dan dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk hingga
ekonomis (Suryana, 2013), serta menghasilkan busa terlarut secara sempurna. Campuran disterilkan di
yang lembut untuk penggunaan pada wajah (Febriyenti dalam autoklaf pada suhu 121ºC, selama 15 menit,
dan Nofira, 2014). kemudian disimpan dalam lemari aseptis (Pratiwi,
sabun adalah produk campuran garam natrium 2013).
dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi c. Peremajaan Bakteri Uji
sedikit komponen asam miristat. Jenis sabun wajah Koloni bakteri Propionibacterium acnes
yang umum beredar di masyarakat berwujud padat dan diambil menggunakan jarum ose steril kemudian
cair. Kebanyakan konsumen saat ini lebih tertarik pada ditanamkan pada media agar miring dan diinkubasi pada
sabun wajah berbentuk cair dibandingkan dengansabun suhu 37°C selama 24 jam (Warnida dkk, 2018).
wajah padat. Sabun wajah cair efektif untuk d. Pembuatan Suspensi Mikroba Uji
mengangkat kotoran yang menempel pada pemukaan Koloni bakteri uji yang telah diremajakan diambil
kulit baik yang larut air maupun larut lemak. Sabun cair dengan jarum ose lalu dimasukkan ke dalam tabung
merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang reaksi yang telah diisi dengan NaCl 0,9%. Pengenceran
terbuat dari bahan sabun dengan penambahan bahan- dibuat dan diukur kekeruhan dari suspensi dengan
bahan yang diinginkan (SNI, 1996). Spektrofotometer UV-Visibel sampai diperoleh
suspensi bakteri dengan nilai transmitan 25
METODE PENELITIAN % pada panjang gelombang 580 nm (Burrows dan
Waktu dan Tempat Penelitian Freeman, 1985).
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus e. Pembuatan media inokulum
sampai November 2020 dilaboratorium Farmasetika Sebanyak 0,3 mL koloni bakteri uji dimasukkan ke
dan Laboratrium Biofarmasi di Sekolah Tinggi Ilmu dalam cawan petri, kemudian ditambahkan 15 mL
Farmasi Riau. media NA, lalu dihomogenkan dibiarkan memadat
Alat dan Bahan pada suhu 15oC-30oC (Pratiwi, 2013).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini f. Uji aktivitas dengan metode cakram
adalah: timbangan analitik (Shimadzu®), pH meter Cakram kertas yang telah disterilkan, diteteskan dengan
(Horiba®), hotplate stirrer “MHS” (Daihan minyak nilam dengan masing- masing konsentrasi zat
Scientific®), lemari pendingin, Lemari LAF, Vortex, uji yang telah disiapkan yaitu 2,5% , 5%, dan 10%
erlenmeyer, tabung reaksi, corong, kaca arloji, bunsen, sebanyak 10µg menggunakan pipet mikro, kemudian
pinset, jangka sorong, beker gelas, gelas ukur, pipet diletakkan pada permukaan media
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

agar yang telah diinokulasi dengan mikroba. Cawan RI, 1995). Range pH sabun cair berbasis surfaktanyaitu
petri nutrien agar diinkubasi kedalam inkubator pada 6-8 (SNI, 1996)
suhu 37ºC selama 24 jam. Kemudian diukur diameter 3. Uji Tinggi Busa dan stabilitas busa
zona bening (clear zone) yang terbentuk dengan Sebanyak 1 g sabun dimasukkan ke dalam
menggunakan jangka sorong (Alek dan Jarets, 1980). tabung reaksi yang berisi 9 mL aquadest, kemudian
dikocok dengan vortex selama 1 menit. Busa yang
Pembuatan Sediaan Sabun Cair Wajah terbentuk diukur tingginya menggunakan penggaris
Tabel 1. Formulasi Pembuatan Sabun Cair Wajah (tinggi busa awal). Tinggi busa diukur kembali setelah
Minyak Nilam Dengan Berbagai Konsentrasi 5 menit (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas busa
Bahan F0 F1 F2 F3 dihitung dengan rumus (harris, dkk, 2016)
𝑡i𝑛𝑔𝑔i 𝑏𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎi𝑟
Minyak Nilam - 10% 15% 20% % 𝑠𝑡𝑎𝑏i𝑙i𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑠𝑎 𝑥100
Asam stearate 2,5 2,5 2,5 2,5 𝑡i𝑛𝑔𝑔i 𝑏𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
Sodium Lauril 4. Uji Homogenitas
28 28 28 28
Sulfat Sediaan ditimbang sebanyak 0,1 gram.
NaCl 1,67 1,67 1,67 1,67 Kemudian, diletakkan diantara dua kaca objek, lalu
Gliserin 0,7 0,7 0,7 0,7 diperhatikan apakah terdapat partikel kasar atau
Adeps lanae 0,5 0,5 0,5 0,5 ketidakhomogenan dibawah cahaya (Depkes RI,1979)
Triethanolamin 0,15 0,15 0,15 0,15 Uji Viskositas
Viskositas diukur dengan menggunakan
Sodium
0,1 0,1 0,1 0,1 viskosimeter Brookfield. Sampel yang diuji
metabisulfit
ditempatkan dalam wadah penampung bahan, wadah
Oleum Rosae 0,1 0,1 0,1 0,1
diatur ketinggiannya sehingga spindel dapat bergerak.
Aquadest ad 100 100 100 100 Digunakan spindle 3 dengan kecepatan 100 rpm untuk
Formula sabun wajah mengacu pada penelitian setiap pengujian. Kemudian spindle ditempatkan pada
yang dilakukan oleh Nurama dan Suhartiningsih penggantung dan diatur, sehingga diperoleh nilai
(2014). Di mana proses pembuatannya di mulai dengan viskositas pada sampel. Viskositas sabun cair yang
menyiapkan semua bahan yang digunakan, bahan dipersyaratkan oleh SNI yaitu 500-20.000 cPs (SNI,
ditimbang sesuai dengan formula yangditentukan. Fase 1996).
air dilarutkan terlebih dahulu, dimana sodium lauril 5. Uji Bobot Jenis
sulfat (SLS) dilarutkan dalam air hangat pada suhu Penetapan bobot jenis menggunakan alat piknometer.
70oC, kemudian ditambahkan sodium metabisulfit Piknometer kosong ditimbang dan dicatat bobotnya.
hingga larut, dan ditambahkan NaCl hingga mengental. Kemudian piknometer diisi air dan ditimbang, lalu ke
Fase minyak yang terdiri dari asam stearat, gliserin, dalam piknometer yang sama dimasukkan sampel
adeps lanae dan TEA dipanaskan pada suhu 90oC sabun dan ditimbang. Rumus yang digunakan adalah:
dalam beker hingga mencair sambil diaduk dengan (SNI, 1996).
bantuan magnetic stirrer dengan kecepatan 300 rpm. 6. Uji Kesukaan (Hedonic)
Pembuatan basissabun dengan mencampurkan fase air Uji hedonik pada produk sabun cair dilakukan untuk
dan fase minyak pada suhu 70oC selama 30 menit mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap
dengan kecepatan 300 rpm. Selanjutnya proses tekstur, bau, banyak busa, dan kesan kesat. Uji ini
pencampuran antara minyak nilam dengan basis sabun menggunakan panelis sebanyak 20 orang dengan skala
hingga terbentuk sabun minyak nilam. Setelah penilaian tidak suka, agak suka, suka dan sangat suka
terbentuk sabun ditambahkan oleum rose sebagai (Yulianti et al., 2015).
pewangi. 7. Uji Iritasi
Percobaan dilakukan pada 6 orang sukarelawan
Evaluasi sediaan usia 20-30 tahun. Dengan cara : Sediaan sabun wajah
1. Uji Organoleptik cair dioleskan pada telinga bagian belakang
Penilaian organoleptis sabun cair dapat dilihat sukarelawan, kemudian dibiarkan selama 24 jam, dan
dari segi bentuk, bau, dan warna. Organoleptis suatu dilihat perubahan yang terjadi, berupa iritasi pada kulit,
produk harus sangat diperhatikan karena organoleptis gatal, dan perkasaran ( Syamsuni, 2007).
produk dapat mempengaruhi minat konsumen (SNI 06- 8. Uji Stabilitas Metoda Freeze and Thaw
4085-1996). Uji stabilitas dengan metoda freeze and thaw
2. Uji pH sabun dilakukan dengan cara timbang 5 gram sediaanemulgel
Alat pH meter dikalibrasi mengunakan masukkan ke dalam vial lalu disimpan pada lemari
larutan pH 7 dan pH 4 .Satu gram sediaan yang akan pendingin dengan suhu 4oC selama 24 jam dan pada
diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 mL. oven dengan suhu 45oC selama 24 jam (1 siklus) yang
Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang dilakukan sebanyak 6 siklus. Setiap satu siklus, dilihat
diperiksa, dibiarkan hingga keluar nilai pH yang ada tidaknya pemisahan fase yang terjadi
konstan ditunjukan jarum pH meter dicatat (Depkes
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

(Lachman dkk., 1994). pengujian diperoleh hasil bahwa minggu pertama


pengujian sediaan sabun cair wajah minyak nilam FI,
Analisis Data FII dan FIII diperoleh sediaan yang berbentuk kental,
Data yang diperoleh dianalisa secara warna bening kekuningan untuk FI dan FII namun
deskriptif disajikan dalam bentuk tabel atau gambar. untuk FIII warna sediaan kuning keruh, hal ini
Uji kesukaan dianalisa statistik menggunakan Kruskal dikarenakan pada FIII konsentrasi minyak nilam lebih
Wallis dan uji aktivitas antibakteri terhadap zona banyak dibanding FI dan FII, berbau khas minyak
bening pada bakteri propionibacterium acnes dianalisa nilam untuk FI, FII dan FIII, sedangkan untuk basis
statistik menggunakan ANOVA satu arah. sediaan sabun wajah minyak nilam yaitu F0 berbentuk
kental, berwarna bening dan memiliki bau khas sodium
lauril sulfat (SLS). Hal yang menyebabkan semua
HASIL DAN PEMBAHASAN formulasi tidak memiliki bau seperti oleum rosa
Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Nilam disebabkan karena pada F0 bau oleum rosa tertutupi
Hasil uji aktivitas antibakteri minyak nilam oleh bau basis sabun, sedangkan pada FI, FII, dan FIII
(Pogostemon Calbin Benth) dengan metode difusi bau oleum rosa tertutupi oleh bau khas yang dimiliki
cakram terhadap bakteri Propionibacterium acnes pada minyak nilam. Setelah minggu ke-8 penyimpanan
konsentrasi 2,5% diperoleh hasil diameter hambat keempat formula sediaan sabun wajah cair minyak
8,20±0,3 mm dengan kategori daya hambat bakteri nilam F0,FII, FII dan FIII tidak terjadi perubahan
rendah, konsentrasi 5% didapatkan hasil 11,09±0,3 mm bentuk warna dan bau
dengan kategori daya hambat bakteri lemah, dan
konsentrasi 10% dengan rata-rata diameter hambat
15,38±0,1 mm dengan kategori daya hambat bakteri
sedang (CSLI, 2012). ). Sehingga konsentrasi minyak
nilam (Pogostemon Calbin Benth.) yang digunakan
dalam formulasi sabun wajah cair yaitu 10%, 15% dan
20%, hal ini dikarenakan pada uji pendahuluan minyak
nilam di dapatkan zona hambat bakteri dengan kategori Gambar 2. Sediaan sabun cair wajah minyak
zona hambat sedang yaitu minyak nilam dengan nilam
konsentrasi 10% Hasil pengukuran diameter zona
hambat minyak nilam dapat dilihat pada Tabel 2. 2. Uji pH
Dari pengujian diperoleh hasil bahwa selama
Tabel 2. Uji aktivitas minyak nilam (Pogostemon 8 minggu penyimpanan menunjukkan kisaran pH F0
(basis)= 7,22-7,51; FI= 7,23-7,45; FII= 7,18-7,36; dan
Cabin benth)
FIII= 7,03-7,21. Hasil yang diperoleh masih memasuki
Diameter Zona Rata- persyaratan pH sabun yang diperbolehkan yaitu 6-8
Perlakuan Hambat (mm) Rata ±
(SNI, 1996).
I II III SD (mm)
K(-) 0,00 0,00 0,00 0,00±0,00 7.6
K(+) 23,19 23,83 23,36 23,46±0,3
7.5
MN 2,5% 8,28 8,53 7,79 8,20±0,03
7.4
MN 5% 11,05 11,42 10,82 11,09±0,3
MN 10% 15,23 15,58 15,33 15,38±0,1 7.3
F0
7.2

7.1

F3

6.9
1 2 3 4 5
Waktu (Minggu)
Gambar 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
nila2,m (Pogostemon Calbin Benth). Terhadap bakteri Gambar 3. Hasil evaluasi pH sabun wajah cair
propinibacterium acnes 3. Uji Tinggi Busa dan Stabilitas Busa
Evaluasi Sesiaan Pengujian tinggi busa dan kestabilan busa
1. Uji Organoleptik bertujuan untuk melihat seberapa tinggi busa yang
Pengujian organoleptis dilakukan secara visual dihasilkan dan kestabilannya pada sabun cair. Busa
menggunakan alat indera dengan mengamati bentuk, juga dapat membantu membersihkan serta
warna, serta bau sediaan sabun cair wajah minyaknilam mendistribusikan bau yang wangi pada kulit. Sabun
(Pogostemon Calbin Benth) yang dilakukan setiap dengan busa yang berlebihan dapat menyebabkan
minggu selama 8 minggu penyimpanan. Dari iritasi kulit karena penggunaan bahan pembusa yang
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

terlalu banyak (Langingi dan Kumaunang, 2012). stabilitas terhadap sistem emulsi yang berada di dalam
Semakin tinggi nilai kestabilan busa, maka semakin sediaan sabun wajah cair karena dapat meminimalkan
tinggi pula kualitas busa yang dihasilkan oleh sabun pergerakan droplet minyak sehingga perubahan ukuran
cair tersebut. Kestabilan busa sangat dipengaruhi oleh droplet ke ukuran yang lebih besar dapat dihindari dan
suatu ukuran partikel dari bahan penyusun sabun. mencegah terjadinya koalesen (Laverius, 2011).
Semakin banyak dan besar ukuran partikel tersebut Setelah penyimpanan 8 minggu sediaan sabun
maka kestabilan busa menurun (suryani dan Hasanah, cair wajah terjadi penurunan viskositas yangmungkin
2005). Dari hasil pengujian yang dilakukan pada disebabkan oleh penguapan dari beberapa bahan
minggu ke-1 dan ke-8 didapatkan tinggi busa dari penyusun sabun (Yulianti dkk., 2015). Menurunnya
semua formulasi yaitu 13-17 mm dan dengan stabilitas viskositas dikarenakan keberadaan minyak yang
busa diatas 70%. Dimana tinggi busa yang dihasilkan terkandung dalam sabun dalam jumlah yang banyak
telah memenuhi persyaratan tinggi busa menurut SNI menjadikan sabun lebih cair, adanya pengaruh
yaitu 13-220 mm dan stabilitas busa yang baik yaitu penyimpanan juga dapat menyebabkan viskositas
diatas 70%. menurun (Rashanti dan Eryani, 2016).
Tabel 3. Hasil uji tinggi busa dan stabilitas busa Tabel 4. Hasil Uji Viskositas

Tingkat dan Stabilitas busa(mm) Rata-rata Nilai viskositas


Formula
Formula stabilitas
Minggu ke-1 Minggu ke-8 Minggu ke-1 Minggu ke-8
(%) (cP) (cP)
0 (basis) Tinggi busa = 13 Tinggi busa = 13
83,97 0(basis) 812,4 798,6
Stabilitas = 84% Stabilitas =83,95%
Tinggi Busa= 13 Tinggi busa = 13 I 656,4
81,68 645,7
I Stabilitas = 81,94% Stabilitas =81,42%
Tinggi busa = 16,9 Tinggi busa = 16 II 530,6 519,5
Stabilitas = 76,58% Stabilitas =76,81% 76,69
II III 504,0 501,2
Tinggi busa = 17 Tinggi busa 17
Stabilitas = 76,05% 75,52
III Stabilitas = 75% 6. Uji Bobot Jenis
Adapun tujuan yang dimaksudkan dalam uji
4. Uji Homogenitas bobot jenis yakni untuk mengetahui adanya pengaruh
Pengujian homogenitas bertujuan untuk bahan-bahan dalam formulasi terhadap bobot jenis
mengetahui ketercampuran bahan aktif dan bahan sabun yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan pada
sediaan tambahan lainnya yang terdapat dalam minggu ke-1 dan minggu ke-8. Sehingga diperolehhasil
formulasi. Dilakukan dengan menggunakan pengukuran dan perhitungan bobot jenis sabun wajah
lempengan kaca transparan dan sediaan dioleskan ke cair pada minggu ke-1 berturut-turut yaitu F0= 1,049
atas kaca sampai merata dan diamati bagian yang tidak g/mL, FI= 1,039 g/mL, FII= 1,036 g/mL, dan FIII=
tercampur (Departemen Kesehatan Republik 1,034 g/ mL. Setelah 8 minggu penyimpanan di
Indonesia, 1995). Pengujian homogenitas dilakukan dapatkan hasil pengujian bobot jenis yaitu, F0= 1,048
setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan. Dari g/mL, FI= 1,038 g/mL, FII= 1,036 g/mL, dan FIII=
pemeriksaan diperoleh hasil bahwa sabun wajah cair 1,032 g/mL. Hal tersebut membuktikan bahwa bobot
dengan F0, FI, FII, dan FIII adalah homogen, hal ini jenis semua formula sabun wajah cair memenuhi
ditandai dengan tidak adanya partikel kasar dari bahan karakteristik sabun yang siap dipasarkan sesuai
penyususn sabun cair yang terlihat di sediaan sabun persyaratan SNI yang berkisaran antara 1,010-1,100
wajah cair. g/mL. Nilai bobot jenis suatu sediaan dipengaruhi oleh
5. Uji Viskositas bahan penyusunnya dan sifat fisiknya. Perubahan
Pengujian viskositas bertujuan untuk densitas dapat terjadi apabila suatu bahan dilarutkan
mengetahui kestabilan konsistensi sediaan sabun cair kedalam air dan membentuk suatu larutan (Gaman dan
wajah selama penyimpanan. Pengujian ini dilakukan Sherington, 1990).
pada minggu ke-1 dan minggu ke-8 hal ini bertujuan Tabel 5.Hasil uji bobot jenis
untuk melihat ada tidaknya pengaruh lamanya waktu Nilai bobot jenis
penyimpanan terhadap viskositas sabun cair wajah. Formula
Pengujian viskositas menggunakan alat viskometer Minggu ke-1 Minggu ke-8
Brookfield yang diputar pada spindle 3 dengan
kecepatan 100 rpm. Dari pengujian didapatkan hasil 0 (basis) 1,049 1,048
pada F0= 812,4 cP, FI= 656,4 cP, FII= 530,6 cP, dan I 1,039 1,038
FIII= 504,0 cP, setelah 8 minggu minggu diperoleh
hasil pada F0= 798,0 cP, FI= 645,7 cP, FII= 519,5 Cp, II 1,036 1,036
dan FIII= 501,2 cP (lampiran 11 tabel 22). Hasil III 1,034 1,032
tersebut menyatakan bahwa keempat formula
memenuhi persyaratan viskositas untuk sediaan sabun
wajah cair yaitu 500-20.000 cP (Standar Nasional
Indonesia, 1996). Viskositas yang tinggi memberikan
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

7. Uji Iritasi pada formula 2 lebih tinggi hal ini yang menyebabkan
Pengujian iritasi kulit bertujuan untuk panelis tidak menyukai bau dari formula 3.
mengetahui keamanan sediaan sebelum digunakan dan
untuk mengetahui respon tubuh secara umum terhadap Uji Aktivitas Sediaan Sabun Cair Wajah Minyak
sediaan. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan Nilam
pada 6 orang panelis yang berusia 20-30 tahun yang Uji aktivitas antibakteri sediaan sabun wajah
dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan sabun cair minyak nilam (pogostemon calbin benth)
wajah cair pada kulit belakang telinga selama 24 jam, dilakukan untuk mengetahui daya hambat sabun cair
menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan wajah terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan
reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati membandingkan antar formulasi sediaan sabun wajah
yaitu edema, eritema, papula, ataupun adanya vesikula. cair. Metode yang digunakan dalam penentuan aktivitas
Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa antibakteri sabun wajah cair minyak nilam
sediaan sabun wajah cair yang dibuat aman untuk (pogostemon calbin benth) adalah metode difusi
digunakan. cakram. Dasar pemilihan metode ini karena sediaan
8. Uji Stabilitas yang diuji merupakan sediaan cair, selain itu metode ini
Pengujian stabilitas Freeze and Thaw bertujuan lebih sederhana dan hasil yang didapatkan lebih mudah
untuk mengetahui ada tidaknya pemisahan fase sediaan diamati yaitu dengan mengukur diameter hambat
sabun cair wajah minyak nilam denganpengaruh suhu menggunakan jangka sorong, Daerah bening di sekitar
yang ekstrim. Suhu yang digunakan adalah suhu rendah kertas cakram menandakan tidak adanya bakteri yang
4oC dan suhu tinggi 40oC. Pengujian ini dilakukan tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa sampel memiliki
dengan menyimpan sediaan sabun wajah cair minyak aktivitas antibakteri (Jawetz dkk, 2008). Pengujian ini
nilam pada suhu 4ºC selama 24 jam kemudian dilakukan pada minggu ke- 1 dan minggu ke-8.
dipindahkan ke oven dengan suhu 40ºC selama 24 jam Pengujian antibakteri dilakukan terhadap
(1 siklus) yang dilakukan sebanyak selama 6 siklus. sediaan sabun wajah cair minyak nilam (pogostemon
Setiap 1 siklus selesai dilihat ada tidaknya pemisahan calbin benth) dengan FI (10%), FII (15%), FIII (20%),
fase sabun wajah cair minyak nilam. Dari pemeriksaan basis sabun wajah cair sebagai kontrol negatif (F0) dan
diperoleh hasilbahwa F0 (basis), FI, FII stabil tanpa klindamisin sebagai kontrol positif dengan konsentrasi
ada yang mengalami pemisahan fase, sedangkan FIII 2µg per disk. Klindamisin digunakan sebagai kontrol
mengalami pemisahan fase pada siklus ke 4. Hal ini positif karena klindamisin merupakan senyawa murni
disebabkan oleh stress suhu yang diberikan sehingga yang memiliki spectrum luas yang efektif dapat
sediaan mengalami ketidakstabilan. Kandungan menghambat bakteri Gram positif dan Gram negatif,
gliserin yang bersifat higroskopis sehingga dalam salah satunya bakteri propionibacterium acnes
penyimpanan mampu menyerap uap air dari luar yang (Ganiswara dkk, 1995).
menyebabkan kandungan air dalam sediaan semakin Pada minggu pertama penyimpanan diperoleh
banyak sehingga sediaan menjadi tidak stabil (Medina hasil luas diameter zona hambat sebesar F0(-)=
dan Alvarez-Nunes, 2009). 8,32±0,38 mm; FI=22,50±0.39 mm; FII=25,33±0.48
mm; FIII=28,50±0.17 mm; kontrol positif
(+)=20,38±0,17 mm. Pada minggu ke delapan
penyimpanan diperoleh hasil luas diameter zonahambat
sebesar F0(-)=7,07±0,59 mm;FI=20,68±0,24 mm;
FII=23,34±0,17 mm;
FIII=24,49±0,27 mm dan kontrol positif=20,42±0,32
mm dengan kategori daya hambat bakteri sedang yaitu
berkisar 16-19 mm (CLSI, 2012). Daya hambat pada
Gambar 4. Sabilitas pada Gambar 5. Stabilitas pada kontrol negatif yang terbentuk disebabkan oleh adanya
suhu 4oC suhu 40oC pengawet natrium metabisulfit yang memiliki sifat
9. Uji kesukaan antiseptik (Rowe dkk, 2009).
Uji kesukaan dilakukan pada 20 orang panelis, Tabel 6. Hasil uji aktivitas antibakteri pada minggu ke-
setiap panelis diminta pendapat pribadinya tentang 1
kesukaan terhadap tekstur, bau, busa dan kesan kesat
pada kulit setelah menggunakan sabun wajah cair Diameter Zona Hambat
Perlakuan Rata-Rata ± Ket
minyak nilam (pogostemon calbin benth). (mm)
Hasil statistik menunjukkan bahwa terdapat I II III SD (mm)
perbedaan kesukaan terhadap bau dari ke tiga formula,
dimana formula 1 lebih di sukai dari pada formula 2 dan K(+) 20,18 20,45 20,52 20.383±0.17 Kuat
3, hal ini disebabkan karena pada formula 3 konsentrasi F0 (basis) 8,71 8,33 7,94 8.326±0.38 Lemah
minyak nilam yang di gunakan lebih besar dibandingkan
dengan formula 1 dan formula 2, yang menyebabkan FI 22,09 22,88 22,55 22.506±0.39 Kuat
kepekatan bau khas dari minyak nilam FII 25,86 24,92 25,22 25.333±0.48 Kuat
FIII 28,57 28,63 28,31 28.503±0.17 Kuat
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

terhadap diameter hambat bakteri. Uji aktivitas


antibakteri sediaan sabun cair wajah minyak nilam
Tabel 7. Hasil uji aktivitas antibakteri pada minggu ke- (pogostemon calbin benth) diketahui bahwa FIII
8 memiliki daya hambat yang paling besar yaitu
Diameter
24,49±0,27 mm dengan kategori daya hambat sedang.
Perlakuan Zona Hambat Rata-Rata ± Ket
(mm) SARAN
SD (mm)
I II III 1. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk
K(+) 20,77 20,36 20,13 20.42±0.32 Kuat melakukan optimasi formula yang lebih baik agar
sediaan yang didapat stabil secara fisik serta
F0 (basis) 7,63 6,44 7,14 7.07±0.59 Lemah meningkatkan estetika dari formula.
2. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk
FI 20,43 20,92 20,70 20.68±0.24 Kuat
memanfaatkan minyak nilam pada formulasi
FII 22,47 22,16 22,39 22.34±0.16 Kuat sediaan lain seperti krim jerawat, deodorant dan
salep.
FIII 24,37 24,3 24,8 24.49±0.27 Kuat

DAFTAR PUSTAKA
Agne, E.B.P., Hastuti, R. dan Khabibi. 2010. Ekstraksi dan Uji
Kestabilan Zat Warna Betasianin dari Kulit Buah Naga
(Hylocereus polyrhizus) serta Aplikasinya sebagai Pewarna
Alami Pangan. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 13(2): 51- 56.
Anggraini, S. dan Ginting, M. 2017. Formulasi Lipstick dari Sari Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dan Kunyit (Curcuma
longa L.). Jurnal Dunia Farmasi, 1(3): 114-122
Butler,H. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. 10 ed.
London: Kluwer Academic Publishers.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
(a) (b) Keithler. 1956. Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities.
Gambar 6. Uji aktivitas antibakteri sabun wajah cair New York: Drug and Cosmetic Industry.
minyak nilam minggu ke-1 (a) dan minggu Khuluq, A.D., Widjanarko, S.B., dan Murtini E.S. 2007. Ekstraksi dan
Stabilitas Betasianin Daun Darah (Alternanthera dentata)
ke-8 (b) (Kajian Perbandingan Air-etanol dan Suhu Ekstraksi). Jurnal
Zona hambat bakteri yang terbentuk Teknologi Pertanian, 8(3): 172-181.
disebabkan oleh adanya metabolit sekunder pada Kusumawardani, D. E. 2019. Formulasi Lip Cream dengan Pewarna
Alami dari Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis L.f.). Skripsi.
minyak nilam yaitu Patchouli alcohol dan Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.
senyawa seskuiterpen terutama seskuiterpen Mcintosh, K., Smith, A., Young, L., and Baki, G. 2018. Alkenones as
alkohol yang sangat menentukan aktivitas a Promising Green Alternative for Waxes in Cosmetic and
Personal Care Products. Cosmetic, 5(34): 1-13.
mikrobial. Tingginya kandungan seskuiterpen dan Mulyawan,D. dan Suriana,N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta:
monoterpen dalam minyak nilam mempengaruhi PT. Elex Media Komputindo.
Nurfitriana,D., Purwanti,L. dan Aryani,R. 2019. Formulasi Blush On
permeabiliti dan aktivitas membran protein dari Cream menggunakan Pewarna Alami Umbi Bit (Beta vulgaris
mikrobial (El-shazly dan Hussein, 2004). .L). Prosiding Farmasi, Universitas Islam Bandung, 5(1): 7–
13.
Nurhayati,I. 2016. Pembuatan Blush On dari Buah Naga. Skripsi.
SIMPULAN
Semarang: Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat Universitas Negeri Semarang.
disimpulkan bahwa formulasi sediaan sabun wajah cair Ramadani,F.R., Ceriana,R. dan Andayani,T. 2018. Pemanfaatan Kulit
Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai Pewarna
minyak nilam (pogostemon calbin benth) dengan FI Alami Kosmetik Pemerah Pipi (Blush On). Journal of
konsentrasi 10%, FII konsentrasi 15%, dan FIII Healthcare Technology and Medicine, 4(2): 165–175.
konsentrasi 20%, memiliki stabilitas fisik yang baik Rawlins,E.A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. London:
pada pemeriksaan organoleptis, pH, homogenitas, Bailierre Tindall.
Rostamailis. 2005. Perawatan Badan, Kulit dan Rambut. Jakarta: PT.
tinggi busa, viskositas, bobot jenis, namun terjadi Rineka Cipta.
perubahan stabilitas freeze and thaw pada FIII, dan Setiawan, M. A. W, Nugroho, E. K., Lestario, L.N. 2015. Ekstraksi
semua formulasi tidak menyebabkan iritasi. Betasianin dari Kulit Umbi Bit (Beta vulgaris) sebagai
Berdasarkan uji kesukaan yang paling disukai oleh Pewarna Alami. Agric, 27(1&2):38-43.
Sitorus, A. K. dan Diana E. V. 2017. Formulasi Sediaan Lipstik
panelis dari segi tekstur, bau, busa dan kesan kesat yaitu Ekstrak Etanol Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus).
sediaan sabun cair wajah dengan minyak nilam Jurnal Dunia Farmasi, 2(1): 1-8.
konsentrasi 10% yaitu FI, sedangkan untuk FIII dengan Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND.
konsentrasi minyak nilam 20% kurang disukai karena Bandung: Alfabeta.
Susmiatun, Kusuma, A.M., Budiman, A., Hapsari, I. 2018. The
sediaan memiliki bau khas minyak nilam yang kuat. Physical Properties and Stability of Purple Yam (Ipomoea
Hasil uji statistik One Way ANOVA tedapat perbedaan batatas (L.) Lam) Lipstick. Journal Pharmaciana, 8(2): 283-
yang signifikan (p<0,05) antar formula 290.
Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia

Sutara,P. 2009. Jenis Tumbuhan sebagai Pewarna Alam pada


Beberapa Perusahan Tenun di Gianyar. Jurnal Bumi Lestari,
9(2): 217-223.
Tranggono,R.I.S. dan Latifah,F. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wasitaatmadja,S.M. 1997. Penuntun Kosmetik Medik. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Woo, K., Ngou, F., Ngo, L., Soong, W., Tang, P. 2011. Stability of
Betalain Pigment from Red Dragon Fruit (Hylocereus
polyrhizus). American Journal of Food Technology, 6(2): 1-
7.
Wu,L.C., Hsu,H.W., Chen,Y.C., Chiu,C.C., Lin,Y.I. dan Ho,J.A.A.
2006. Antioxidant and Antiproliferative Activities of Red
Pitaya. Journal Food Chemistry, 95(2): 319–327.
Yulianti, H., Hastuti, R., dan Widodo, S.D. 2008. Ekstraksi dan Uji
Kestabilan Pigmen Betasianin dalam Kulit Buah Naga
(Hylocereus polyrhizus) serta Aplikasinya sebagai Pewarna
Tekstil. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 11(3):84-89.

Anda mungkin juga menyukai