Anda di halaman 1dari 29

Makalah Kosmetika

Formulasi dan Evaluasi Krim Ekstrak Daun Ketapang dan


Uji Aktivitasnya terhadap Bakteri Jerawat

Disusun :
Nama : Nadya Nur Shafitry (SC119014)
Nurul Tri Agustian (SC119015)

STIKES Mamba’ul’Ulum Surakarta


Tahun Ajaran 2022/2023

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Formulasi dan Evaluasi Krim Ekstrak Daun Ketapang dan Uji Aktivitasnya terhadap
Bakteri Jerawat “. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah kosmetika. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam dunia farmasi.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu,
kami mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi
kekurangan dan kesalahan dari makalah. Kami memohon maaf jika ada tutur kata yang
kurang berkenan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Surakarta, 13 Juni 2022

Penulis

2
Daftar Isi

Judul..............................................................................................................................1
Kata Pengantar ..............................................................................................................2
Daftar Isi .......................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan ......................................................................................................4
1.1 Latar belakang ........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II Isi .....................................................................................................................5
2.1 Jerawat ....................................................................................................................5
2.2 Krim ........................................................................................................................5
2.3 Formulasi dan Evaluasi Krim Ekstrak Daun Ketapang serta Uji Aktivitasnya
terhadap Bakteri Jerawat ..............................................................................................9
BAB III Penutup ...........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................13
Daftar Pustaka...............................................................................................................15

3
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kelainan kulit yang paling umum terjadi di seluruh dunia adalah jerawat (acne
vulgaris), yang merupakan penyakit inflamasi kronik yang terjadi pada unit
pilosebaseus. Berdasarkan penelitian yang pernah ada untuk kejadian jerawat yang
dialami remaja prevalensi tertinggi pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita
berkisar 83-85%. Survey di Kawasan Asia Tenggara terdapat 40-80% kasus jerawat, di
Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi menunjukkan 60% penderita jerawat
pada tahun 2007, dan 80% pada tahun 2008 (Andy, 2011).
Jerawat atau acne vulgaris merupakan berupa peradangan menahun pada lapisan
folikel pilosebaseus yang disertai penyumbatan dan penimbunan bahan Keratin yang
dipicu oleh bakteri Staphylococcus aureus dalam pengobatan jerawat biasanya
dilakukan dengan pemberian antibiotik dan bahan-bahan kimia seperti sulfur, resorsinol,
asam salisilat, benzoil peroksida, asam azelat, tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin,
namun obat- obatan tersebut juga memiliki efek samping seperti resistensi terhadap
antibiotik dan iritasi kulit. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian antibakteri dari
bahan alam yang diketahui aman dibandingkan dengan obat-obat berbahan kimia
(Arista, Kumesan, Yamlean, & Supriati, 2013)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Munira dkk., (2018)
menyatakan bahwa ekstrak etanol daun ketapang mengandung senyawa kimia seperti
flavonoid, tanin, alkaloid, steroid/triterpenoid. Kemudian berdasarkan penelitian Sari,
(2015) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun ketapang dapat menghambat
pertumbuhan Propionibacterium acne dengan konsentrasi hambat minimum sebesar
0,1%.
Penggunaan daun ketapang secara langsung pada kulit tidak praktis, Oleh karena
itu perlu dibuat sediaan yang cocok agar mudah digunakan. Salah satu alternatif sediaan
yang dapat digunakan untuk pengobatan jerawat adalah sediaan topikal misalnya
krim.Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan formulasi dan uji aktivitas antibakteri
sediaan krim ekstrak etanol daun ketapang terhadap Propionibacterium acne (P.acne)
dan Staphylococcus epidermidis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dengan jerawat dan krim ?
2. Bagaimana formulasi dan evaluasi krim ekstrak daun Ketapang yang dapat
menghambat aktivitas bakteri pada jerawat ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang krim dan jewarat
2. Mengetahui formulasi dan evaluasi krim ekstrak daun Ketapang yang dapat
menghambat aktivitas bakteri pada jerawat

4
BAB II
Isi
2.1 Jerawat
Jerawat (Acne vulgaris) adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat
sehingga timbul beruntus-beruntus yang meradang dan terinfeksi pada kulit. Jerawat
paling sering terjadi pada kulit wajah, leher dan punggung manusia, baik laki-laki
maupun perempuan. Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri merusak stratum
corneum dan stratum germinativum dengan cara mensekresikan bahan kimia yang
menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak
dan minyak pada kulit tersumbat dan mengeras (Miratunnisa dkk., 2015). Bakteri
penyebab jerawat biasanya Staphylococcus epidermidis adalah anggota flora normal
pada kulit manusia, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Bakteri tersebut biasa
ditemukan di baju, sprei, dan benda-benda lainnya dilingkungan sekitar manusia.
Infeksi tampak sebagai jerawat dan infeksi folikel rambut atau abses dapat juga berupa
nanah serta lepuhan pada kulit yang terserang bakteri ini (Irianto, 2006). Selain itu, ada
bakteri Propionibacteriun acne biasanya menetap pada kulit normal dan berbentuk
batang/benang. Bakteri ini ikut serta dalam patogenesis akne dengan menghalangi
produksi lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini
dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan acne. Karena
Propionibacterium acne merupakan bagian flora kulit normal, Kadang-kadang bakteri
ini muncul dalam biakan darah dan harus dibedakan sebagai suatu pencemar biakan atau
penyebab sebenarnya dari penyakit (Jawetz Dkk., 1996). Untuk pengobatan jerawat saat
ini yang paling berkembang ialah sediaan farmasi berbentuk krim.
2.2 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Anief,2005)
2.2.1 Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika. Krim berfungsi sebagai bahan pembawa substansi
obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit yaitu untuk mencegah
kontak dengan larutan berair (Anief, 2005).
Ada dua tipe emulsi krim menurut Anief (1999) sebagai berikut :
a. Tipe minyak dalam air (m/a)
Tipe m/a yaitu emulsi dimana tetes minyak terdispersi ke dalam fase air. Terjadinya
emulsi m/a disebabkan karena kelarutan selektif dari emulgator yang dipakai.
Emulgator yang larut dalam air akan membentuk emulsi tipe m/a.
b. Tipe air dalam minyak (a/m)

5
Tipe a/m yaitu emulgator mudah larut atau mudah dibasahi dengan minyak maka akan
terbentuk tipe emulsi a/m.
Menurut Anief (2005) ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Creaming adalah proses terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan yang
mengandung butit-butir tetesan (fase dispersi) lebih banyak daripada lapisan yang
laindibandingkan dengan emulsi mula-mula yang belum terdapat tetesan.
b. Koalesen dan cracking adalah pecahnya emulsi, karena film yang meliputi partikel
sudah rusak dan butir minyak akan koalesen.
c. Inversi adalah suatu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi m/a ke
a/m atau sebaliknya.
2.2.2 Persyaratan Krim
Sebagai sediaan luar, menurut Anief (2005) krim harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut:
a. Stabil selama pemakaian. Oleh karena itu, krim harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada di dalam
kamar atau kelembaban untuk penyimpanan krim sesuai dengan temperatur
kamar (15-30o C), jika lebih dari suhu tersebut dikhawatirkan krim akan cepat
rusak dan tidak layak digunakan.
b. Lunak, semua bahan dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen.
c. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi secara merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada penggunaan.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Krim
Adapun kelebihan sediaan krim menurut Syamsuni (2007) sebagai berikut :
1. Mudah menyebar rata.
2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak
dalam air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat, sehingga lebih efisien dan hemat.
5. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorbsi tidak cukup beracun,
sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
6. Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
7. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan
deodorant.
8. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan
kulit berminyak.

6
Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m (air dalam minyak) karena
terganggu sistem campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan
atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan
panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe a/m (air dalam minyak).
4. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik.
2.2.4 Bahan-Bahan Pembentuk Krim
Formula dasar krim, antara lain :
a) Fase Minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam. Contoh : Asam
asetat, paraffin liquid, octaceum, cera, vaselin, dll.
b) Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa, Contoh : Tetraborat
(borax, Na.Biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin, dll.
Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :
a) Zat berkhasiat
b) Fase minyak
c) Fase air
d) Pengemulsi, bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan
dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil
alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin stearat, Polisorbat, PEG.
Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
a) Zat Pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
b) Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh.
c) Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan.
d) Pelembab
2.2.5 Evaluasi Krim
Evaluasi krim meliputi (Keyla,2019) :
A.Organoleptis
Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk krim, warna dan bau krim.
B. Homogenitas

7
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara krim eksrak daun ketapang ditimbang
sebanyak 0,1 gram kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan kemudian
diamati. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar.
C. pH
Pengukuran pH menggunakan pH meter. Cara : Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan
menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH
4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan kertas tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling, kemudian elektroda
dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan. Krim harus sesuai
dengan pH kulit yaitu 4,2-6,5, jika terlalu asam atau basa dapat membuat iritasi kulit.
D. Daya sebar
Kaca transparan diletakkan diatas kertas grafik pada kaca tersebut diletakkan 0,5 g krim,
kemudian ditutup dengan kaca transparan dan dibiarkan selama ± 5 detik untuk
mendapatkan berapa diameter daerah yang terbentuk. Kemudian dilanjutkan dengan
menambahkan beban diatas kaca transaparan tersebut beban 50 g, 100 g, 200 g, setiap
penambahan beban diamati diameter setelah 1 menit. Persyaratan uji daya sebar untuk
sediaan topikal sekitar 5-7 cm. Daya sebar krim menentukan krim tersebut mudah
menyebar dan mudah diaplikasikan pada kulit.
E.Daya lekat
Sebanyak 0,25 gram krim dioleskan pada plat kaca, kedua plat ditempelkan sampai plat
menyatu. Krim diantara plat kaca ditekan dengan beban 50 g selama 5 menit. Plat kaca
yang saling menempel dipasang pada alat uji daya lekat dan dilepas dengan beban 80 g,
kemudian dicatat waktu saat kedua plat tersebut lepas. Persyaratan daya lekat yang baik
untuk sediaan topikal adalah lebih dari 4 detik
F. Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan pengecatan atau pewarnaan.Sejumlah tertentu
sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan
batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi
m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m.
G. Viskositas
Sediaan sebanyak 30 gram dimasukkan ke dalam pot salep, kemudian dipasang spindle
dan rotor dijalankan. Hasil viskositas dicatat. Krim memenuhi syarat jika kekentalan
krim masuk rentang 4000-40.000 cps

8
2.3 Formulasi dan Evaluasi Krim Ekstrak Daun Ketapang serta Uji Aktivitasnya
terhadap Bakteri Jerawat (Hutagalung,2019)
Morfologi tumbuhan :
Tanaman ketapang merupakan pohon atau perdu, seringkali berupa liana, daun tunggal
daun penumpu, duduk tersebar atau berhadapan. Bunga tersusun dalam bulir atau
tandan, banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya kecil-kecil. Daun kelopak
berjumlah 4-8, daun mahkota sama banyaknya dengan daun kelopak, kadang-kadang
tidak ada. Benang sari 4-10 atau banyak. Bakal buah tengkrimam dengan 1 tangkai
putik, beruang 1, bakal biji 2-6. Buah dengan kulit yang bergigi atau bersayap, berisi1
biji, sedikit atau tidak membuka. Biji berisi lembaga yang mempunyai daun lembaga
terpuntir atau terlipat dengan akar lembaga pendek, tanpa endosperm (Tjitrosoepomo,
1989). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tamelia (2019) daun ketapang
mengandung senyawa golongan steroid/triterpenoid, flavonoid, alkaloid, tanin.
Kandungan senyawa flavonoid pada daun ketapang mempunyai aktivitas antimikroba
dimana flavonoid merupakan golongan senyawa fenol. Senyawa fenol bekerja dengan
cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri.
Sistematika tanaman Terminalia catappaL. Menurut Herbarium Medanense adalah :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Terminalia
Jenis : Terminalia catappa L.
Nama lokal : Ketapang
Sediaan dibuat dengan lima formula dimana masing masing sediaan memiliki
bobot 100 g sebelum penambahan bahan aktif yaitu ekstrak etanol daun ketapang yang
mengandung flavonoid sebagai zat aktif yang dapat membunuh bakteri penyebab
jerawat sehingga mengurangi kolonisasi bakteri pada kulit wajah dan bagian kulit
lainnya. Tanin sebagai antibakteri bekerja jika terbentuk ikatan hidrogen antara tanin
dengan protein pada sel bakteri, protein bakteri akan terendapkan, sehingga
metabolisme bakteri terganggu yang berakibat pada kerusakan sel bakteri (Pelczar dan
Chan, 1988). Hal pertama yang dilakukan ialah mengekstraksi daun Ketapang dengan
metode maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara sebanyak 500 g serbuk simplisia daun ketapang
dimaserasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 5000 ml lalu diaduk-aduk selama 6 jam
pertama. Diamkan selama 18 jam sambil sesekali diaduk. Saring menggunakan kapas
dan kertas saring, tampung filtrat (maserat I). Ulangi proses penyarian dengan

9
menggunakan etanol 70% sebanyak 2500 ml atau sebanyak setengah kali dari jumlah
pelarut pertamahingga diperoleh maserat II. Seluruh maserat digabung dan dipekatkan
dengan alat rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40ºC atau dengan
penangas air (water bath) pada temperatur 90°C sambil diaduk hingga diperoleh ekstrak
kental daun ketapang (Kemenkes RI, 2017).
2.3.1 Formulasi Sediaan
Bahan Fungsi Formula
(Gr)
F0 F1 F2 F3 F4
Ekstrak Bahan aktif - 2 4 6 8
etanol daun
ketapang
Asam stearat Pengemulsi 12 12 12 12 12
Setil alkohol Pengental 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Propilen Pengemulsi 3 3 3 3 3
glikol
Trietanolamin Pengemulsi 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Gliserin Humektan 5 5 5 5 5
(tetes)
Nipagin Pengawet 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Aquadest Pelarut 82,88 80,88 78,88 76,88 74,88
(ml)

Keterangan :
F0 : Dasar krim tanpa ekstrak etanol daun ketapang (Blanko)
F1 : Formula dengan konsentrasi ekstraketanol daunketapang 2 %
F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 4 %
F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak etanoldaun ketapang 6 %
F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang 8 %
Prosedur pembuatan: Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam
cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air
suling panas, lalu ditambahkan propilen glikol, gliserin dan Trietanolamin diaduk
sampai larut (massa II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang
panas sambil digerus secara terus-menerus pada suhu 70-75 °C hingga terbentuk dasar
krim. Ekstrak etanol daun ketapang digerus di dalam lumpang, lalu ditambahkan sedikit
demi sedikit dasar krim ke dalam lumpang sambil terus digerus sampai homogen
(Erawati dkk, 2015)

10
2.3.2 Evaluasi Sediaan Krim
A. Organoleptis
Sediaan Bentuk krim Warna Bau
F0 Semi padat Putih Bau basis
F1 Semi padat Sedikit cream Ekstrak
F2 Semi padat Cream Ekstrak
F3 Semi padat Cream muda Ekstrak
F4 Semi padat Cream tua Ekstrak

B. Homogenitas
Seluruh sediaan krim tidak ada butiran butiran pada kaca objek sehingga semua krim
memenuhi persyaratan homogenitas
C. pH
Sediaan pH Rata - rata
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
F0 6,3 6,4 6,2 6,3
F1 6,3 6,3 6,3 6,3
F2 6,0 6,0 6,3 6,1
F3 6,0 6,1 6,0 6,0
F4 6,1 6,2 6,0 6,1

Kesimpulan : pH krim memenuhi syarat pH


D. Daya sebar
Sediaan Luas Keterangan
50 gr 100 gr 200 gr
F0 5,2 5,4 5,6 Memenuhi
syarat
F1 5,2 5,6 5,9
F2 5,1 5,4 5,7
F3 5,2 5,4 5,5
F4 5,0 5,2 5,5

11
E. Daya lekat
Sediaan Daya lekat Keterangan
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
F0 10,30 detik 10,33 detik 10,35 detik Memenuhi
syarat
F1 10,31 detik 10,32 detik 10,34 detik,
F2 10,33 detik 10,34 detik 10,35 detik
F3 10,34 detik 10,36 detik 10,37 detik
F4 10,35 detik 10,37 detik 10,40 detik

F. Penentuan tipe emulsi sediaan


Formula krim dengan Konsentrasi 2%; 4%; 6%; 8% dan blanko dapat melarutkan metil
biru dan dapat diencerkan dengan air. Hal ini dapat membuktikan bahwa tipe emulsi
sediaan krim yang dibuat adalah m/a. Tipe krim m/a lebih mudah menyebar rata pada
kulit dan lebih lembut diaplikasikan pada kulit.
2.3.2 Uji aktivitas bakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap sediaan krim dengan konsentrasi
blanko; 2%; 4%; 6%; 8 % dan kontrol positif. Uji ini dilakukan dengan metode difusi
agar, sebanyak 0,1 ml inokulum bakteri P.acne dan S.epidermidis dimasukkan ke dalam
cawan petri yang berisi nutrient agar, setelah itu dihomogenkan dengan membentuk
angka 8, agar media dan suspensi bakteri tercampur rata. Media yang telah tercampur
suspensi bakteri ditunggu hingga memadat. Lalu 1 g krim dimasukkan kedalam vial
tambahkan 1 ml akuades tetesi masing- masing konsentrasi krim pada cakram kertas.
lalu letakkan cakram kertas yang sudah dicelupkan kedalam larutan uji krim blanko,
konsentrasi 2%; 4%; 6%; 8% diatas media agar, lalu diinkubasi dalam inkubator ± 2°C
selama 18 - 24 jam, setelah itu diamati pertumbuhan yang terjadi pada cawan petri dan
diukur lebar diameter hambatnya menggunakan jangka sorong (Pratiwi, 2008). Hasilnya
Sediaan krim F1 (Konsentrasi 2%); F2 (Konsentrasi 4%); F3 (Konsentrasi 6%); F4
(Konsentrasi 8%) mempunyai diameter hambat terhadap Propionibacterium acne
danStaphylococcus epidermidis masing-masing; 10,20 mm dan 10,30 mm; 11,20 mm
dan 11,40 mm; 13,50 mm dan 13,40 mm; 14,20 mm dan 13,30 mm dan sediaan di
pasaran (Garnier) sebesar 10,60 mm (Propionibacterium acne) dan 10,20 mm
(Staphylococcus epidermidis).

12
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Jerawat (Acne vulgaris) adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat
sehingga timbul beruntus-beruntus yang meradang dan terinfeksi pada kulit.Mekanisme
terjadinya jerawat adalah bakteri merusak stratum corneum dan stratum germinativum
dengan cara mensekresikan bahan kimia yang menghancurkan dinding pori. Kondisi ini
dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan minyak pada kulit tersumbat dan
mengeras (Miratunnisa dkk., 2015). Bakteri penyebab jerawat biasanya Staphylococcus
epidermidis dan Propionibacteriun acne. Krim adalah sediaan setengah padat, berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Tipe krim dibagi menjadi 2 yaitu tipe minta dalam air dan sebaliknya. Persyaratan krim
yaitu stabil,lunak, mudah dipakai,dan tersebar merata. Kelebihan dari krim yaitu mudah
menyebar rata, paktris, mudah dibersihkan terutama tipe minyak dalam air, kekurangan
mudah pecah, susah pembuatannya karena dibutuhkan pemanasan. Bahan penyusun
krim yaitu basis, zat berkhasiat, pengemulsi, pelembab, pengawet, antioksidan dan
pendapat, evaluasi krim. Evaluasi krim terdiri dar organoleptis, homogenitas
ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar pada kaca objek, pH krim harus sesuai
dengan pH kulit yaitu 4,2-6,5, jika terlalu asam atau basa dapat membuat iritasi kulit,
daya sebar (persyaratan uji daya sebar untuk sediaan topikal sekitar 5-7 cm), daya lekat
(persyaratan daya lekat yang baik untuk sediaan topikal adalah lebih dari 4 detik),
penentuan Tipe Emulsi Sediaan, Viskositas (krim memenuhi syarat jika kekentalan krim
masuk rentang 4000-40.000 cps)
Formulasi krim yang dapat menghambat aktivitas bakteri jerawat dalam jumlah
besar ialah formula 4 prosedur pembuatan: Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan
ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan
dalam air suling panas, lalu ditambahkan propilen glikol, gliserin dan Trietanolamin
diaduk sampai larut (massa II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam
lumpang panas sambil digerus secara terus-menerus pada suhu 70-75°C hingga
terbentuk dasar krim. Ekstrak etanol daun ketapang digerus di dalam lumpang, lalu
ditambahkan sedikit demi sedikit dasar krim ke dalam lumpang sambil terus digerus
sampai homogen. Organoleptis krim ialah berbentuk semi padat, berwarna cream
tua,dan bau ekstrak dan evaluasi formula krim ke 4 memenuhi persyaratan
Bahan Fungsi Formula 4
(Gr)

Ekstrak Bahan aktif 8


etanol daun
ketapang
metode
maserasi
Asam stearat Pengemulsi 12

13
Setil alkohol Pengental 0,5
Propilen Pengemulsi 3
glikol
Trietanolamin Pengemulsi 1,5
Gliserin Humektan 5
(tetes)
Nipagin Pengawet 0,02
Aquadest Pelarut 74,88
(ml)

14
Daftar Pustaka
Andy. (2011). Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap
Jerawat. [Skripsi].
Anief, M. 1999. Sistem Dipersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Edisi 1.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Halaman 56-102.
Anief, M. 2005. Biofarmasetika.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Halaman
95-98.
Arista, Y., Kumesan, N., Yamlean, P. V. Y., & Supriati, H. S. (2013). Formulasi Dan
Uji Aktivitas Gel Antijerawat Ekstrak Umbi Bakung (Crinum Asiaticum L.)
Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara in Vitro. PHARMACON Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT, 2(02), 2302–2493.
Erawaty, E., Dina, P., Mohammad, Z. 2015. Pengembangan Formulasi dan Evaluasi
Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol 70% Daun Labu Siam (Sechium edule
(jacq.)Swatz).Farmagazine. Tangerang: Sekolah Tinggi Farmasi
Muhammadiyah.Vol (3) 1
Hutagalung, Ulfah. 2019. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Krim
Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap Propionibacteriun
acne dan Staphylococcus epidermis. Skripsi. Medan : USU
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I Bandung: Irama
Widya.
Jawetz, E., Melnick, J. L.,Adelberg, E. A. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20.
Terjemahan Edi Nugroho & Maulany dari Medical Microbiology.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Kemenkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 531
Keyla,dkk.2019.Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun
Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.).Pharmacon.Program Studi
Farmasi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Volume 8 Nomor 2 Mei 2019
Miratunnisa, Lanny, M., Siti, H. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit
Kentang (Solanum Tuberosum L.) Terhadap Propionibacterium Acne. Jurnal
protobiont. Bandung: Fakultas MIPAUnisba.
Munira, Rosidah., Eva, M., Noni, Z., Muhammad, N. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) Warna Hijau Dan Warna
Merah Serta Kombinasinya. Indonesian Journal Of PharmacyAnd Natural
Product. Aceh: FMIPA UNSYIAH. Vol 1(2)
Pelczar, M. J., Chan, E. C. S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan Oleh
Hadioetomo. Jakarta: Universitas Indonesia.

15
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogjakarta: Erlangga. Halaman 106-108,
136-137.
Sari, A.R. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acne dan Pemanfaatannya Sebagai
Buku Nonteks. Skripsi. Jawa timur : Universitas Jember
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Tamelia. 2019. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Etanol
Daun Ketapang ( Terminalia catappa L.) Terhadap Propionibacterium acne Dan
Staphylococcus epidermidis. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Tjitrosoepomo,G. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

16
Formulasi dan Evaluasi
Sediaan Krim Ekstrak Etanol
Daun Ketapang dan Uji Aktivitasnya
Terhadap Bakteri Pada Jerawat
Oleh :Nadya Nur Shafitry ( SC119014 ) & Nurul Tri Agustina (SC119015 )
Pendahuluan
➢ Jerawat
• Jerawat (Acne vulgaris) adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit
tersumbat sehingga timbul beruntus-beruntus yang meradang dan
terinfeksi pada kulit. Jerawat paling sering terjadi pada kulit wajah,
leher dan punggung manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Bakteri penyebab jerawat biasanya Staphylococcus epidermidis

• Jenis Jerawat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Jerawat


Noninflamasi (tidak menyebabkan pembekakan) dan Jerawat Inflamasi
(menyebabkan pembengkakan pada kulit yang merah). Terdapat lima
jenis jerawat yang sering muncul pada wajah, yaitu blackhead komedo,
whitehead komedo, papul, pustul dan nodul. (Susanto, 2017).
• Contoh Jerawat

Jerawat Papula Jerawat Pustula

Jerawat Nodul
➢ Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Adapun kelebihan sediaan krim menurut Syamsuni (2007) sebagai berikut :
• Mudah menyebar rata.
• Praktis.
• Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam air).
• Cara kerja langsung pada jaringan setempat, sehingga lebih efisien dan hemat.
• Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorbsi tidak cukup beracun, sehingga pengaruh
absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
• Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
• Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.
• Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.

Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:


• Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m (air dalam minyak) karena terganggu sistem
campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat
pengemulsinya tidak tersatukan.
• Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
• Mudah lengket, terutama tipe a/m (air dalam minyak).
• Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
• Pembuatannya harus secara aseptik.
➢ Bahan-Bahan Pembentuk Krim
Formula dasar krim, antara lain :
• Fase Minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam. Contoh : Asam
asetat, paraffin liquid, octaceum, cera, vaselin, dll.
• Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa, Contoh :
Tetraborat (borax, Na.Biborat), TEA, NaOH, KOH, gliserin, dll.

Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :


• Zat berkhasiat
• Fase minyak
• Fase air
• Pengemulsi, bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai
bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum,
setil alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin stearat, Polisorbat, PEG.

Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :


• Zat Pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
• Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh.
• Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan.
• Pelembab
➢ Evaluasi Krim
Evaluasi krim meliputi (Keyla,2019) :
• Organoleptis
• Homogenitas
• pH
• Daya sebar
• Daya lekat
• Penentuan tipe emulsi sediaan
• Viskositas

➢ Tanaman Ketapang
Tanaman ketapang merupakan pohon atau perdu, seringkali berupa liana, daun
tunggal daun penumpu, duduk tersebar atau berhadapan. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Tamelia (2019) daun ketapang mengandung senyawa
golongan steroid/triterpenoid, flavonoid, alkaloid, tanin. Kandungan senyawa
flavonoid pada daun ketapang mempunyai aktivitas antimikroba dimana flavonoid
merupakan golongan senyawa fenol. Senyawa fenol bekerja dengan cara
mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri.
Morfologi Tanaman Ketapang

Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Terminalia
Jenis : Terminalia catappa L.
Nama lokal : Ketapang
Formulasi Krim
Bahan ( gr) Fungsi Formula

Ekstrak etanol daun Bahan aktif 8


ketapang
Asam stearat Bahan aktif 12

Setil alkohol Pengental 0,5

Propilen glikol Pengemulsi 3

Trietanolamin Pengemulsi 1,5

Gliserin (tetes) Humektan 5

Nipagin Pengawet 0,02

Aquadest (ml) Pelarut 74,88


Cara Pembuatan Krim
• Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Ketapang
• Bagan Kerja Formulasi Krim
Hasil Evaluasi Krim
• Organoleptis
Didapatkan hasil krim dengan bentuk semi padat,warna cream tua dan bau khas
dari ekstrak daun ketapang.
• Homogenitas
Sediaan krim tidak ada butiran butiran pada kaca objek sehingga krim memenuhi
persyaratan homogenitas
• Uji pH
Hasil Uji Ph,krim memenuhi syarat
• Daya Sebar
Hasil Uji daya sebar,krim memenuhi syarat
• Daya Lekat
Hasil Uji daya lekat,krim memenuhi syarat
• Uji Tipe Krim
Hasil Uji tipe krim,didapatkan hasil bahwa krim yang dibuat adalah m/a
• Uji Aktivitas Bakteri
Hasil ujinya mempunyai diameter hambat terhadap Propionibacterium acne
danStaphylococcus epidermidis 14,20 mm dan 13,30 mm dan sediaan di pasaran
(Garnier) sebesar 10,60 mm (Propionibacterium acne) dan 10,20 mm
(Staphylococcus epidermidis).
Kesimpulan

• Hasil evaluasi sediaan krim,krim ekstrak daun


ketapang memenuhi persyaratan sediaan krim
• Formulasi krim membuktikan dapat menghambat
aktivitas bakteri jerawat dalam jumlah cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai