Anda di halaman 1dari 17

EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Dosen: Rapael Ginting, SKM., M.Kes.

Disusun oleh:
1. Widya Annisahaqmi Mahdaly (173313010011)
2. Christine (173313010031)

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Prima Indonesia
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,
mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah
daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong,
penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya tejangkau oleh daya beli
masyarakat (pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan).

Tujuan penyelenggaraan transportasi yang demikian ideal nyatanya sangat sulit untuk
dilaksanakan di negara berkembang seperti Indonesia. Hampir semua kota-kota di
Indonesia memiliki problem lalulintas yang sama, bukan hanya berkaitan dengan
kemacetan lalulintas, polusi udara dan suara, tetapi kurangnya kesadaran masyarakat dan
aparat berwenang untuk memperhatikan faktor– faktor keselamatan, yang seharusnya
adalah merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
transportasi.

2
BAB II

ISI

1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang
cenderung semakin meningkat.
Jumlah kecelakan lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun)
dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun.
Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak terduga
sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan melibatkan kendaraan atau pemakai
jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan “Non
motor-vehicle traffic accident”, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap
kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”,
adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk
transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan
bermotor.

2. Masalah Kecelakaan Lalu Lintas

Sekitar 3,5 juta jiwa manusia di dunia terenggut tiap tahunnya akibat kecelakaan dan
kekerasan. Sebanyak 2 juta diantaranya adalah kecelakaan di jalan raya. Di Indonesia
jumlah kecelakaan ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 menurut catatan
Jasa Raharja, korban yang meninggal, cacat dan luka sekitar 36.000 jiwa. Tahun 1992

3
menjadi 40.500 jiwa korban KLL dan lebih 100 kejadian perhari. Jumlah ini tentu belum
termasuk yang belum tearpantau oleh Jasa Raharja dan belum ada data nasional yang
pasti.
Perhatian dunia terhadap masalah kecelakaan ini cukup besar. Sekurang-kurangnya
WHO sendiri memberi perhatian khusus pada tahun 1993 dengan mengambil kecelakaan
sebagai tema peringatan Hari Kesehatan.

3. Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas

Berbagai faktor telibat dalam KLL, mulai dari manusia sampai sarana jalan yang
tersedia. Secara garis besar ada lima faktor yang berkaitan dengan peristiwa KLL, yaitu
faktor-faktor pengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan, dan fasilitas jalanan.
Ditemukan kontribusi masing-masing faktor: manusia/pengemudi 75%, 5% faktor
kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.

a. Faktor manusia
Faktor manusia meliputi pejalan kaki, penumpang sampai pengemudi. Faktor manusia
ini menyangkut masalah disiplin berlalu lintas

 Faktor pengemudi
Faktor tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menentukan KLL.
Faktor pengemudi ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap KLL. Faktor
manusia yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan penting. Karakteristik
pengemudi berkaitan erat dengan:
 Keterampilan mengemudi
 Gangguan kesehatan (mabuk, ngantuk, letih)
 Surat Izin Mengemudi (SIM): tidak semua pengemudi punya SIM. Jika ada
‘tilang’, maka tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidaklengkapan
administrasi, termasuk izin mengemudi.

4
 Faktor penumpang
Misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang berlebih.
Secara psikologis ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.

 Faktor pemakai jalan


Pemakai jalan di Indonesia baukan saja terdiri dari kendaraan. Di sana ada pejalan
kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, jalan raya dapat menjadi tempat numpang
pedagang kaki lima, peminta-minta, dan semacamnya. Hal ini membuat semakin
semrawutnya keadaan di jalanan. Jalan umum juga dipakai sebagai sarana parkir.
Tidak jarang terjadi, mobil terparkir mendapat tabrakan.

b. Faktor kendaraan
Jalan raya dipenuhi dengan berbagai jenis kendaraan, berupa:
 Kendaraan tidak bermotor: sepeda, becak, gerobak, bendi/delman.
 Kendaraan bermotor: sepeda motor, roda tiga/bemo, oplet, sedan, bus, truk
gandengan.
Di antara jenis kendaraan, KLL pLing sering terjadi pada kendaraan sepeda motor.
c. Faktor jalanan
Dilihat dari keadaan fisik jalanan, rambu-rambu jalanan.
 Kebaikan jalan  Antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas.
 Sarana jalanan
 Panjang jalan yang tersedia dengan jumlah kendaraan yang ada di jalan tersebut.
Di kota-kota besar tampak kemacetan terjadi di mana-mana, memancing
terjadinya kecelakaan. Dan sebaliknya, jalan raya yang mulus memancing
pengemudi untuk ‘balap’, juga memancing kecelakaan.
 Keadaan fisik jalanan: pengerjaan jalanan atau jalan yang kondisi fisiknya kurang
memadai, misalnya lubang-lubang dapat menjadi pemicu terjadi kecelakaan.
Keadaan jalan yang berkaitan dengan kemungkinan KLL berupa:
 Struktur: datar/ mendaki/ menurun, lurus/ berkelok-kelok.
 Kondisi: baik/ berlubang-lubang.
 Luas: lorong, jalan tol.

5
 Status: jalan desa, jalan provinsi/negara.

d. Faktor lingkungan (cuaca, geografi)


Dapat diduga dengan adanya kabut, hujan, jalan licin akan membawa risiko
kecelakaan lalu lintas.

e. Faktor lainnya
Secara khusus faktor-faktor pengemudi yang pernah diteliti (antara lain oleh
Boediharto dan kawan-kawan) adalah:
 Perilaku mengemudi: ngebut, tidak disiplin/melanggar rambu.
 Kecakapan mengemudi: pengemudi baru/belum berpengalaman melalui
jalanan/rute.
 Mengantuk pada waktu mengemudi.
 Mabuk pada waktu mengemudi.
 Umur pengemudi 20 tahun atau kurang.
 Umur pengemudi 55 tahun atau lebih.

4. Akibat dari Kecelakaan Lalu Lintas

 Kematian

Kecelakaan lalu lintas adalah hal yang serius untuk ditangani. Sebab, menurut
Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 3
di Indonesia. Setiap tahunnya rata-rata 30.000 nyawa melayang di jalan raya. Dengan
angka setinggi itu, Indonesia duduk di peringkat ke-3 negara di ASEAN yang jumlah
kecelakaan lalu lintasnya paling tinggi. Ini angka yang luar biasa sehingga kecelakaan
bisa digolongkan sebagai pembunuh nomor 3 di Indonesia. (penyebab kematian nomor 1
dan 2 adalah penyakit jantung dan stroke).

Sementara itu Koordinator PBB untuk Indonesia Bo Asplund, menyebutkan di


seluruh dunia sekitar 140.000 orang mengalami kecelakaan di jalan setiap harinya. Lebih
dari 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan dan sekitar 15.000 orang

6
mengalami kecacatan seumur hidup. Bila masalah kecelakaan di jalan tidak diperhatikan
dengan sungguh-sungguh, maka dikawatirkan pada tahun 2020 nanti, jumlah korban yang
meninggal atau mengalami kecacatan setiap harinya mencapai lebih dari 60% di seluruh
dunia. Sehingga kecelakaan di jalan menjadi penyebab utama kesakitan dan kecacatan.

Besarnya kematian akibat kecelakaan lalu lintas itu menjadikan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan Bank Dunia memberi perhatian pada masalah itu dengan
mengeluarkan laporan berjudul World Report on Road Traffic Injury Prevention. Untuk
pertama kalinya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu memberi perhatian serius
pada masalah ini. Setiap hari setidaknya 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas. Dari jumlah itu setidaknya 85 persen terjadi di negara-negara dengan pendapatan
rendah dan sedang. Kecelakaan lalu lintas juga telah menjadi penyebab 90 persen cacat
seumur hidup.

Proyeksi yang dilakukan antara tahun 2000 dan 2020 menunjukkan kematian akibat
kecelakaan lalu lintas akan menurun 30 persen di negara-negara dengan pendapatan
tinggi, tetapi akan meningkat di negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Tanpa
adanya tindakan yang nyata, pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi
penyebab kecelakaan dan penyakit nomor 3 di dunia. Sebagai perbandingan, pada tahun
1990 kecelakaan lalu lintas masih berada pada nomor 9. Sekadar gambaran, mereka yang
terkena kecelakaan lalu lintas, mulai dari pejalan kaki, pengendara sepeda, sampai
pengendara sepeda motor, adalah yang paling banyak. Khusus di negara berkembang,
kecelakaan para pejalan kaki cukup tinggi.

 Kerugian Ekonomi

Dampak kecelakaan lalu lintas selain kematian dan kecacatan adalah dampak
ekonomi. Pada skala mikro, kecelakaan lalu lintas sangat merugikan pihak korban.
Keuangan keluarga terguncang karena umumnya mereka yang terkena kecelakaan adalah
usia produktif, yaitu 15-44 tahun. Apalagi jika yang tertimpa adalah keluarga miskin.
Meski data biaya dan kerugian akibat kecelakaan minim di dapat, paling tidak studi

7
Transport Reserach Laboratory (TRL) yang digunakan WHO dan Bank Dunia sebagai
berikut cukup memberi gambaran kerugian akibat kecelakaan lalu lintas.

Untuk negara dengan pendapatan rendah, setidaknya satu persen gross national
product (GNP) hilang. Adapun untuk negara dengan penghasilan sedang, bisa menyerap
dua persen GNP. Riset ini dilakukan di 21 negara. Di kawasan Asia Tenggara saja, pada
tahun 2001 diperkirakan 354.000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan dan
diperkirakan 6,2 juta terpaksa dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan di jalan. Biaya
akibat kecelakaan di jalan di negara-negara kawasan Asia Tenggara diperkirakan
mencapai 14 milyar dolar Amerika.

5. Prevalensi KLL

Angka kecelakaan lalu lintas secara nasional dalam bulan September 2009 masih
cukup tinggi. Direktorat Lalu Lintas Markas Besar Kepolisian RI mencatat sejak 13
sampai 22 September jumlah kecelakaan mencapai 893 kasus. Korban meninggal
mencapai 312 jiwa. Sedangkan luka berat 405 orang dan luka ringan 839 orang. Jumlah
korban yang tewas masih cukup tinggi dibandingkan data kecelakaan pada Operasi
Ketupat Jaya pada 2008. Saat itu jumlah kecelakaan mencapai 1.368 kasus. Korban
meninggal 633 jiwa dan luka berat 797 orang serta luka ringan 1.379 orang

Sementara Data Dinas Kesehatan Jawa Timur, sepanjang tahun 2006, di Surabaya
tercatat 208 jumlah kejadian kecelakaan dengan korban 116 orang tewas, 59 luka berat,
dan 50 lainnya luka ringan (profil kesehatan 2006).

Dari data tersebut, kita perlu melakukan refleksi sembari beriktiar untuk mengurangi
terjadinya angka kecelakaan lalu lintas. Bila merujuk pada faktor terjadinya kecelakaan
lalu lintas terjadi, umumnya kita bisa mengkategorikan dalam 2 faktor utama, yaitu dari
faktor pengguna jalan raya (tidak mematuhi peraturan lalu lintas, kurangnya konsentrasi,
tidak memakai alat pelindung, dll) maupun faktor fasilitas jalan raya (jalan bergelombang
dan lubang, kurangnya rambu-rambu lantas, penerangan jalan, jalan leher botol, dll).

8
Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun
2007. Proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas dapat dibedakan menurut umur,
tipe daerah, dan jenis kelamin. Proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada
kelompok umur 5-14 tahun menurut tipe daerah di perkotaan adalah 4,3%, proporsi di
daerah pedesaan sebanyak 9,4% dari seluruh proporsi kematian akibat berbagai
penyebab.

Proporsi Penyebab Kematian


Akibat KLL pada Kelompok Umur
5-14 Tahun Menurut Tipe Daerah
perkotaan pedesaan penyebab lain

13% 10%

77%

Sumber data: Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007.

Kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah
perkotaan menduduki peringkat pertama dengan proporsi 13,4%, sedangkan di daerah
pedesaan, proporsi kecelakaan lalu lintas sebesar 9,9%.

9
Proporsi Penyebab Kematian Akibat
KLL pada Kelompok Umur 15-44
Tahun Menurut Tipe Daerah
perkotaan pedesaan penyebab lain

13% 10%

77%

Sumber data: Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007.

Menurut jenis kelamin, proporsi kematian pada kelompok umur 15-44 tahun,
sebanyak 16,7% laki-laki pada tahun 2007 meninggal akibat kecelakaan lalu lintas,
sedangkan untuk wanita proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 5,0%.

Proporsi Penyebab Kematian


Akibat KLL pada Kelompok
Umur 15-44 Tahun Menurut…
laki-laki perempuan penyebab lain

17%
78% 5%

Sumber data: Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007.

Pada masyarakat kelompok umur 45-54 tahun, proporsi kecelakaan lalu lintas menurut
tipe daerah di perkotaan sebanyak 5,2%. Untuk kelompok masyarakat yang berdomisili
di pedesaan, kecelakaan lalu lintas tidak termasuk ke dalam penyebab kematian tertinggi.

10
Menurut jenis kelamin, proporsi kematian pada kelompok umur 45-54 tahun,
sebanyak 4,3% laki-laki pada tahun 2007 meninggal akibat kecelakaan lalu lintas,
sedangkan untuk wanita proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas tidak termasuk
ke dalam penyebab kematian yang tinggi.

Di Amerika Serikat, kejadian kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya diperkirakan


mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% korban meninggal sebelum tiba di
rumah sakit dan lebih dari 100.000 korban menderita berbagai tingkat kecacatan akibat
kecelakaan lalu lintas tersebut.

6. Pendekatan Pencegahan

Dari definisinya saja, bisa kita bayangkan bahwa pendekatan ini adalah langkah
kegiatan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih banyak
melibatkan peran aktif Dinas Perhubungan dan pihak Kepolisian serta tentu saja
masyarakat. Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan, antara lain ; Memasang rambu lalu
lintas –rambu peringatan, larangan, perintah dan petunjuk- pada semua tempat yang
membutuhkan dengan warna yang jelas dan terang serta mudah dimengerti. Mengatur,
mengawasi dan menertibkan alur lalu lintas dan angkutan. Melakukan pemantauan dan
pembinaan terhadap kelayakan angkutan lalu lintas dengan memperhatikan kelengkapan
dan umur kendaraan. Sementara pihak kepolisian mengingkatkan disiplin pemakain jalan
dengan cara memperketat pengawasan bagi pelanggar.

Tak kalah pentingnya, membuat pengaturan jalan yang lebih manusiawi dan aman,
Langkah ini bisa ditempuh sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Nomer KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan.
Dalam hal ini peranan Dinas perhubungan sangat vital untuk menekan angka kecelakaan
jalan raya

Pembenahan dan pemeliharaan jalan yang rawan kecelakaan. Salah satu sebab utama
terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah kondisi jalan raya yang buruk, mulai dari jalan
berlubang, bergelombang dan jalan yang menyempit. Untuk itu diperlukan upaya yang

11
serius dari pihak terkait –Pemkab dan Pemprov– untuk membenahi jalan yang rusak dan
kurang layak. Selain itu, pemeliharaan jalan harus terus dilakukan agar jalan lebih aman
dan nyaman buat para pengguna jalan raya.

 Pendekatan Promotif

Kegiatan ini untuk memajukan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Salah


satunya dengan cara kampanye safety riding dan responsible riding bagi para pengguna
jalan raya. Kampanye seperti ini sekarang lagi marak di beberepa kota seperti di
Surabaya. Tujuan dari kampanye ini adalah meningkatkan kesadaran pengguna jalan raya
untuk lebih memahami dan mematuhi peraturan lalu lintas. Pelaksana kampanye ini tentu
saja dipelopori oleh pihak kepolisian dengan dukungan dari kalangan swasta dan
masyarakat, yang turut membantu sebagai penyandang dana. Kampanye ini terbukti
cukup efektif untuk mengurangi angka kecelakaan sebagaimana sudah dibuktikan
dibeberapa jalan di Surabaya.

Pelaksanaan kampanye dilakukan secara lebih berkesinambungan dengan


mengangkat tema-tema yang variatif, atraktif dan komunikatif agar menggugah perhatian
para pengguna jalan raya. Sebagai ilustrasi kampanye sejenis di Surabaya, sepanjang
jalan dipasang informasi berupa spanduk dan tulisan yang menggugah kesadaran
pengguna jalan, ada kuis undian buat pengguna jalan yang diundi tiap minggunya,
pemberian souvenir yang menarik, dll. Tentu saja, kampanye semacam ini ditindaklanjuti
dengan penegakan aturan lalu lintas bagi para pengguna jalan raya yang melanggar dan
tidak dilakukan secara sporadis saja.

Selain kedua hal tersebut, dapat dilakukan cuga pencegahan sebagai berikut:

 Pembinaan pengemudi.

Penyuluhan kepada pengemudi angkutan umum, pemilihan awak kendaraan umum


teladan yang dilaksanakan tiap tahun tetap dilanjutkan. Namun prioritas pembinaan
sekarang mulai diarahkan kepada pengemudi kendaraan pribadi dan sepeda motor,
dibarengi dengan seleksi pemberian SIM yang ketat.

12
 Pendidikan dan pengawasan kepada sekolah mengemudi.

Banyaknya sekolah mengemudi ternyata belum mencerminkan tingkat kesadaran


pengemudi untuk mematuhi aturan lalulintas. Permasalahannya adalah sekolah
mengemudi tersebut hanya mengajarkan cara menyetir kendaraan dan tidak memberikan
pendidikan tentang dampak dan kerugian yang ditimbulkan karena pengemudi yang tidak
disiplin. Bahkan seringkali sekolah mengemudi memberikan kemudahan untuk membuat
SIM, yang pada akhirnya ini seringkali dimanfaatkan oleh calon pengemudi untuk
mendapat kemudahan tersebut tanpa mempertimbangkan kemampuan mengemudinya.
Demi terciptanya lalulintas yang lancar dan bertanggung jawab, ekses-ekses negatif ini
sebaiknya segera ditertibkan.

 Peningkatan prasarana dan fasilitas lalu lintas jalan

Data dari Dinas Bina Marga menunjukan bahwa tidak ada penambahan panjang jalan
dalam tiga tahun terakhir. Hal ini sangat memprihatinkan karena jumlah pendududk dan
kendaraan meningkat sangat pesat. Dengan segala keterbatasan dana yang ada,
Pemerintah Daerah harus tetap mencari akal untuk menyelesaikan masalah ini, misalnya
dengan cara bekerja sama dengan pengusaha pusat perbelanjaan untuk menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan. Karena pada akhirnya upaya peningkatan kelancaran dan
keselamatan lalu lintas tersebeut dapat meningkatkan kemajuan usaha mereka.
Hal lain yang perlu dilakukan dengan pendekatan partisipasi masyarakat. Pihak yang
pertama mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah para masyarakat sekitar
tersebut, karena itu pendekatan kepada mereka juga perlu dilakukan. Salah satunya
dengan penyuluhan kepada masyarakat sekitar jalan raya dan mereka yang senantiasa
berkecimpung di sekitar jalan raya (tukang ojek, tukang becak, sopir angkot, dll) tentang
bagaimana menangani korban kecelakaan lalu lintas.

Menurut undang-undang lalu lintas no.22 tahun 2009 bagian kesatu pasal 226,
kecelakaan lalu lintas dapat dicegah dengan:

a. Partsipasi dari para pemangku kepentingan


b. Pemberdayaan masyarakat

13
c. Penegakan hukum
d. Kemitraan global

 Pendekatan Kuratif

Pemberian pertolongan dan pengobatan baik langsung maupun tidak langsung pada
korban kecelakaan lalu lintas. Salah satunya dengan ketersediaan pelayanan kesehatan
yang layak dan mampu memberi pelayanan dengan cepat terhadap para korban
kecelakaan lalu lintas. Keberadaan layanan IRD 24 jam yang dilengkapi dengan tenaga
dokter jaga dan perawat, diperkuat dengan layanan penunjang seperti instalasi
ambulance, laboratorium dan radiologi yang stand by 24 jam. Kebutuhan layanan
penunjang yang lengkap sangat menunjang/membantu penangangan korban kecelakaan
dengan cepat.

Selain itu, keberadaan kamar operasi yang mendukung layanan lebih lanjut dari
IRD juga sangat diperlukan. Dan tak kalah pentingnya adalah jalur rujukan antar instansi
pelayanan kesehatan yang ada berjalan dengan baik. Masing-masing instansi pelayanan
kesehatan memahami kemampuan layanan mereka, sehingga korban dapat dirujuk ke
tempat layanan kesehatan yang lebih mampu dengan fasilitas sarana dan tenaga lebih
lengkap.

 Pendekatan Rehabilitatif

Adalah kegiatan pemberian pelayanan untuk mengurangi kecacatan akibat


kecelakaan lalu lintas. Selama ini pendekatan ini belum banyak tersentuh. Di RS ada
layanan rehabilitasi medis guna pemulihan dan minimalisasi kecacatan pasien

Dari semua langkah-langkah diatas, memerlukan dukungan kerjasama yang


sinergis antara masyarakat, pihak aparat maupun dri institusi kesehatan. Dan pada intinya
kembali kepada kesadaran setiap individu pengguna jalan raya untuk lebih waspada dan
berhati-hati selama perjalanan. Percuma saja langkah-langkah diatas dioptimalkan tapi
kelakuan pengguna jalan raya sembrono dan ugal-ugalan. Kita mesti ingat, bila kita ingin

14
merubah suatu keadaan –salah satunya meminimalkan kasus kecelakaan– adalah diawali
dari masing-masing individu sebagai subyek pelaku.

Sebagai bentuk ikhtiar tidak ada salahnya kita lebih berhati-hati, mematuhi aturan lalu
lintas dan selalu ingat keluarga di rumah menanti agar kita kembali dengan selamat.
Semoga dengan langkah-langkah sebagaimana disampaikan diatas, kita dapat
meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

16
DAFTAR PUSTAKA

http://digitalmbul.com/blogs/2007/07/18/faktor-utama-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas/.
http://kardady.wordpress.com/2009/12/30/pencegahan-kecelakaan-lalulintas-di-kota-
bandung/
Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2007

17

Anda mungkin juga menyukai