Ada empat buah sungai yang melintasi Kecamatan Sirimau, yaitu Way
Batumerah, Way Tomu dan Way Batu Gajah. Sementara itu, satu-satunya
Sungai/Km
1 Way Ruhu Hative Kecil 9,10
2 Way Batu merah Karang Panjang-Batumerah 4,25
3 Way Tomu Karangpanjang Uritetu 4,20
4 Way Batu Gajah Batugajah-hunipopu-Ahusen- 3,10
Urimesing
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Ambon Tahun 2018
4.1.4. Curah Hujan
Keadaan iklim di kota Ambon pada umumnya sangat dipengaruhi oleh
yaitu musim timur dan musim barat dengan musim pancaraoba sebagai
(musim penghujan).
2. Musim Barat, berlangsung antara bulan Desember – Maret
(musimkemarau)
3. Dua musim pancaroba, musim yang menjadi transisi antara
antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100%. (
kecamatan tidak ada perbedaan karena pencatatan berasal hanya dari satu
stasiun Meterologi dan Geofisika, oleh karena itu berdasarkan curah hujan
adalah 3629,75 mm. Curah hujan tinggi 5, 433 mm terjadi di tahun 2017.
Curah hujan rata-rata bulanan yang sangat tinggi terjadi pada bulan Juni,
Juli dan November. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan April
Berdasarkan data curah hujan pada pulau Ambon untuk 5 tahun terakhir pada
tahun 2017 memiliki curah hujan yang sangat tinggi, sedangkan pada tahun 2016
Berdasarkan data pada tabel 4.2. maka dapat di hitung besarnya Sex
= 80.830
= 99 X 100%
80.406
Maka sex rasio penduduk Kecamatan Sirimau adalah 99, yang artinya
Tabel 8 ; Jumlah Penduduk ,Ratio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut
Jumlah Penduduk
No Desa/Kelurahan Luas/ km2 Laki-laki Perempu Jumlah Rasio Kependudukan
an Jenis Tiap Km2
Kelamin
1 Soya 59,65 4832 4890 9721 98,79 163
2 Kel.Wayhoka 0,75 2813 2769 5582 101,9 7443
3 Kel. 0,43 3576 3651 7227 97,95 16807
Karangpanjang
4 Kel.BatuMeja 0,85 5171 5363 10536 96,38 12395
5 Kel.BatuGaja 0,45 3932 3962 7891 99,24 17542
6 Kel.Ahusen 0,24 1835 2215 4050 82,84 16875
7 Kel.Hunipopu 0,34 2868 2772 5640 103,46 16588
8 Kel.Uritetu 0,35 2927 2739 5666 106,8 16189
9 Kel.Rijali 0,28 3844 3711 7615 101,94 27196
10 Kel.Amantelu 1,15 16189 3949 8119 105,60 7 060
11 BatuMerah 16,67 34723 34518 69241 100,59 4154
12 Kel.PandanKasturi 4,00 3729 3507 7236 106,33 1809
13 Hative Kecil 1,53 5662 5492 11154 103,10 7290
14 Galala 0,12 749 806 1555 92,93 12958
Jumlah 86,81 80830 80406 161236 100,53 1857,343
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Ambon
4.1.6. Geologi
Kecamatan Sirimau merupakan bagian dari wilayah yang tidak luput dari
batugamping dan radiolarian pada Zaman Trias Atas, satuan ini terlipat
plutonik dan vulkanik dimana tidak selaras di atas satuan batuan tertua
(intrusi peridotit) yang diikuti oleh naiknya magma granitic pada fase
pada akhir tersier. Kegiatan paling akhir yang dihasilkan adalah suatu
(Tjokrosapoetra,1989).
Sesar yang dijumpai di pulau ambonadalah sesar turun, sesar geser
dan sesar naik. Sesar turun umumnya berarah baratn laut-tenggara dan
timur laut-barat daya, terdapat di desa larike-desa wakasihu dan desa soya-
desa latuhalat serta desa mamala-desa poka. Sesar geser umumnya berarah
timur laut-barat daya barat laut- tenggara terdapat di desa hatu-desa durian
sangat kuat di daerah ini sebagai akibat pembenuran kerak samudra Laut
gunung api pada jalur magma uliaser (ambon, Haruku, Saparua dan
Batuan gunung api kelang diduga keluar melalui jalur rekahan dalam
4.1.7. Geomorfologi
Pulau ambon termasuk dalam busur banda dalam yang bergunung api,
terlentang hamper sejajar dengan busur banda luar, mulai dari pulau
Ambalau, melalui pulau Banda , gunung api Serua, pulau Wetar sampai
pulau Flores. Busur banda luar yang tidak bergunung api terbentang
mengelilingi Laut Banda mulai dari pulau Buru, melalui pulau Seram,
cengkih, kelapa, pala, atau bahkan sagu. Penutupan lahan tipe tumpang
bergunung dan biasanya dibagi atas dua tipe yaitu (1) kota dan daerah
industry, (2) kampung atau desa. Tegalan ini meliputi tanaman setahaun
atau lebih dikenal sebagai tanaman pangan, selain itu juga ditanami
4.2.1. Lereng
penelitian ini diturunkan dari Standar BNPB dan dibagi atas 5 kelas. Dari
lima kelas lereng yang penyebaranya luas adalah lereng kelas (15-25%)
lereng kelas (>45%) yaitu 81,94 Ha (2,21%). Tabel 9 menunjukan luas kelas
pada kel. Ahusen, Uritetu, Batu Gajah, Karang Panjang, Soya, sebagian
Batu Merah, Kel. Rijali. Dan daerah yang memiliki kemiringan lereng
yang sangat tinggi terdapat pada negeri Soya dan Batu Merah.
Dari pengkelasan lereng pada Kecamatan Sirimau daerah yang
memiliki luas lereng yang sangat besar terdapat pada kelas lereng 15-25%
dengan luasanya 1182,17 (Ha) yang terdapat pada daerah Soya dan Batu
Merah
Sirimau yang memiliki luasa lereng yang sangat besar terdapat pada kelas
lereng 15-25% yang memiliki luas 1182,17 (Ha) atau 31,94%, disusul
dengan kelas lereng 8-15% dengan luasanya 960,92 (Ha) atau 25,96%, dan
pada kelas lereng 25-45% yang memiliki luasan area yaitu 940,87 (Ha)
atau 52,42%, pada kelas lereng 0-8% memiliki luasan 535,80 (Ha) atau
14,48%, dan pada kelas lereng >45% memiliki luasan 81,94 (Ha) atau
2,21%. Hal ini menunjukan bahwa pada kelas lereng Kecamatan Sirimau
untuk luasan 1182,17 (Ha) memiliki tingkat sedang dan untuk pada luasan
81,94 (Ha) termasuk pada daerah yang memiliki kemiringan lereng >45%
4.2.2. Tanah
Tanah adalah suatu tubuh alam yang berasal dari campuran bahan-
tanah merupakan medium atau substrad dari organisme yang hidup dan
adalah lapisan hitam tipis yang menutupi bahan padat kering terdiri dari
dan hewan.
Tanah merupakan salah satu factor penentu yang diperhatikan dalam
berikut.
Litosol, satuan tanah ini tersebar pada bentuk wilayah datar sampai
sedang (79 cm), tekstru lapisan tanah sedang sampai agak halus dan
lapisan bawah agak halus. terdapat beberapa kelurahan pusat kota ambon.
Rensina, satuan tanah tersebar pada bentuk wilayah datar sampai
efektif dangkal (37-60 cm), tekstur lapisan atas dan bawah sedang sampai
halus. Lokasi keterdapatannya sama dengan satu tanah litosol yaitu batu
lapisan agak halus sampai harga kasar dan lapisan bawah halus sampai
lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Semakin halus tekstur
laboratorium.
Berdasarkan peta jenis tanah Pulau Ambon dan hasil penelitian di
perkembangan tanah
Gambar : Peta Jenis Tanah Kecamatan Sirimau
Berdasarkan peta jenis tanah Kecamatan Sirimau maka di dapat jenis
Rendsina. dan pada jenis tanah yang didapat tekstur tanah pada Kecamatan
Sirimau dan yang memiliki luas tekstur tanah sangat besar terdapat pada
Kecamatan Sirimau.
Kecamatan Sirimau berada pada tekstur tanah berpasir yaitu 2382,74 (Ha)
atau 76,35% , diikuti tekstur tanah berliat dengan luasannya 570,21 (Ha)
atau 18,27%, dan tekstur tanah berliat – berpasir dengan luasan 168,22
(Ha) atau 5,39%. Hal ini menunjukan bahwa daerah dengan tekstur tanah
besar. Dimana kejadian longsor tahun 2018 pada tanggal 29 – 30 Mei 2018
(Surono 2003).
Kecamatan Sirimau merupakan bagian dari wilayah yang tidak luput
dari proses sejarah geologi pulau ambon. Menurut van bammelan (1949),
batugamping dan radiolarian pada Zaman Trias Atas, satuan ini terlipat
plutonik dan vulkanik dimana tidak selaras di atas satuan batuan tertua
(intrusi peridotit) yang diikuti oleh naiknya magma granitic pada fase
pada akhir tersier. Kegiatan paling akhir yang dihasilkan adalah suatu
(Tjokrosapoetra,1989).
Sesar yang dijumpai di pulau ambonadalah sesar turun, sesar geser dan
sesar naik. Sesar turun umumnya berarah baratn laut-tenggara dan timur
laut-barat daya, terdapat di desa larike-desa wakasihu dan desa soya- desa
timur laut-barat daya barat laut- tenggara terdapat di desa hatu-desa durian
sangat kuat di daerah ini sebagai akibat pembenuran kerak samudra Laut
gunung api pada jalur magma uliaser (ambon, Haruku, Saparua dan
Batuan gunung api kelang diduga keluar melalui jalur rekahan dalam
pada Kecamatan Sirimau adalah sifat fisik batuan, kedudukan dan struktur
geologinya. Batuan yang berlapis miring searah dengan arah sudut lereng
akan berpengaruh terhadap terjadinya longsor, demikian batuan yang keras
dan masih relatife segar dapat juga menyebabkan terjandinya longsor, jika
berada pada satuan geologi batuan gunung api dengan luasannya yaitu
1958,34 (Ha) atau 60,12%, di ikuti dengan satuan gelogi berupa batuan
ultramafik dengan luasan areanya adalah 604,63 (Ha) atau 18,56%, dan
pada luasan area yang sangat kecil terdapat pada satuan geologi berupa
alluvium, dengan luasannya 111,40 (Ha) atau 3,42%. Hal ini menunjukan
yang memiliki tingkat kerentanan longsor yang sangat tinggi terdapat pada daerah
Soya, Batu Merah, Kel. Batu Gajah, Kel. Batu Meja dengan luasanya 901,51 (Ha)
atau 24,37% sedangkan daerah yang memiliki tingkat kerentan longsor sangat
rendah terdapat pada daerah Galala, Pandan Kasturi, Hative Kecil, kel. Rijali,
Waihoka dan sebagian dari Batu Merah dengan luasanya 521,15 (Ha) atau