Anda di halaman 1dari 47

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Dari hasil Pengamatan Terkait dengan kondisi Keruangan membuktikan bahwa kegiatan analisa spasial

kawasan lindung dan kawasan budidaya di distrik Benuki Kabupaten Mamberamo Raya merupakan

kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat di daerah tersebut.

3.1.1 Wilayah/Lokasi Kegiatan

1. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Kabupaten Mamberamo Raya secara geografis terletak antara 137° 46' - 140° 19' Bujur Timur (BT)

dan 01° 28' - 3° 50' Lintang Selatan (LS). Kabupaten ini mempunyai luas wilayah sebesar 2.381,4 Km 2

(23.813,9 Ha) atau 7,68% dari luas daratan Provinsi Papua ± (309.934,40 km²). Secara keruangan

kabupaten ini mempunyai posisi sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Samudera Pasifik


 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sarmi
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya dan
Kabupaten Tolikara
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Waropen dan
Kabupaten Yapen Waropen

Keberadaan wilayah administratif Kabupaten Mamberamo Raya dikukuhkan berdasarkan UU No.


19 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Mamberamo Raya di Provinsi Papua pada tanggal 15
Maret 2007. Kabupaten ini mempunyai potensi sumberdaya alam yang besar yang belum digarap untuk
dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat, seperti di bidang pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan pertambangan. Kesemuanya mempunyai prospek besar untuk dikembangkan melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat maupun untuk peningkatan daya saing
daerah dengan mengedepankan prinsip pemerataan dan keadilan.

Kabupaten Mamberamo Raya memiliki kawasan Cagar Alam Memberamo Foya yang merupakan
zona penyangga (buffer zone) bagi kelestarian Sungai Memberamo yang merupakan sungai terbesar di
Papua. Kabupaten ini terbagi menjadi 8 (delapan) distrik atau kecamatan, yaitu (Lihat Gambar 1.1 batas
adminstrasi Kabupaten Mamberamo Raya):
1 Memberamo Tengah
2 Memberamo Hilir
3 Memberamo Hulu
4 Memberamo Tengah Timur
5 Rufaer
6 Waropen Atas
7 Benuki
8 Sawai
Peta Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Mamberamo.
3.1.2. Jenis Tanah
Tanah merupakan salah satu sumberdaya fisik wilayah yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam suatu perencanaan karena sifat tanah sangat menentukan potensinya untuk berbagai jenis
penggunaan lahan. Jenis tanah di Kabupaten Mamberamo Raya cukup bervariasi dan berdasarkan Order-
nya dapat dipilahkan menjadi tanah-tanah yang belum mempunyai horizon atau belum terbentuk secara
sempurna, seperti Entisols dan Inceptisols, tanah-tanah yang banyak mengandung bahan organik di
lapisan atas atau Histosols, dan tanah-tanah yang sudah lanjut dan telah terbentuk struktur horizon dengan
jelas, seperti tanah Oxysols, Ultisols, Alfisols, Molisols.

Persebaran jenis tanah di Kabupaten Mamberamo Raya tampak mengikuti pola bentanglahan
(landscape) atau bentuklahan (landform) yang ada di kabupaten ini. Secara umum jenis tanah alluvial atau
Entisols maupun Inseptisols dan Histosols banyak berkembang di daerah dataran baik di sebelah utara dan
selatan dari pegunungan Foya-Rouffael, sedangkan di daerah pegunungan itu sendiri berkembang tanah
Entisols pada lereng-lereng yang miring dan tanah Ultisol dan Alfisol di bawah tutupan hutan.Pada
Gambar 1.2 berikut menunjukkan persebaran jenis tanah (asosiasi) di Kabupaten Mamberamo Raya pada
kategori Sub-Order pada setiap SPT (Satuan Pemetaan Tanah) berdasarkan bentuklahannya.

Pada gambar tersebut tampak bahwa pada daerah pantai berkembang tanah-tanah Entisols
(Tropaquents dan Sulfaquents) pada bentulahan hasil proses marin dan fluvial. Lebih jauh dari garis
pantai berkembang pula tanah Entisols (Tropaquents) dan tanah Inseptisols (Tropaquepts) yang di selingi
tanah-tanah Histosols (Tropohemists) yang lahannya bervegetasi tebal dan berawa, sedangkan di sisi
kanan kiri sungai yang sering tergenang air berkembang tanah Entisol Hydraquent dan Haplaquents.
Contoh-contoh asosiasi tanah-tanah seperti tersebut di atas banyak berkembang di daerah-daerah dataran
bagian utara maupun selatan di kabupaten ini, dan asosiasi tanah Inseptisols (Dystropepts, Eutropepts)
dan Entisols (Troportents) banyak menempati lereng-lereng kaki pegunungan Foya-Rouffael. Tanah-
tanah Entisols maupun Inseptisols umumnya merupakan tanah yang cukup baik untuk lahan pertanian.

Untuk daerah pegunungan di kabupaten ini sebagian berkembang tanah Entisols (Troporthents) yang
berasosiasi dengan tanah Ultisols (Tropudults) dan tanah Inseptisols (Dystropepts) yang berbahan induk
material vulkanik maupun sedimen. Selain itu berkembang pula asosiasi tanah Molisols (Rendolls),
Alfisols (Tropudalfs) dan Entisols (Eutropepts) yang juga terbentuk di wilayah pegunungan ini.
3.1.3. Data Klimatologi ( Curah hujan)
A. Pengertian Klimatologi
Klimatologi (berasal dari bahasa Yunani Kuno κλίμα, klima, "tempat, wilayah, zona"; dan -
λογία, -logia "ilmu") adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan sebagai kondisi cuaca
yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang. Menurut Gibbs (1978), klimatologi adalah
peluang statistic berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angina dan kelembapan yang
terjadi di suatu wilayah yang terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Klimatologi juga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan mengapa iklim dan cuaca di berbagai tempat di
bumi bias berbeda, serta bagiaman hubungan antara iklim dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Klimatologi merupakan salah satu dari cabang-cabang ilmu geografi yang sering disejajarkan dengan
meteorologi karena memiliki kemiripan, namun keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam
kajiannya, meteorologi fokus megkaji proses di atmosfer sedangkan klimatologi lebih mengkaji pada
hasil akhir dari proses-proses atmosfer. Pada intinya baik meteorologi dan klimatologi sama-sama
memiliki pengaruh yang besar dalam proses pengamatan prakiraan cuaca.
B. Data Klimatologi Di Kabupaten Mamberamo Raya
Berdasarkan data curah hujan dari tahun 1950-1999 yang diperoleh dari 77 stasiun meteorologi
yang berada di dalam dan di luar DAS Mamberamo , serta mempunyai seri data antara 4 – 40 tahun
(tergantung data dari masing-masing stasiun), didapatkan bahwa curah hujan rata-rata tahunan terendah
di DAS Mamberamo adalah sebesar 600 mm. Curah hujan ini tersebar di bagian utara DAS yang
mempunyai relief halus, sedangkan curah hujan tahunan tertinggi sebesar 5.300 mm yang jatuh di sekitar
pegunungan bagian selatan (Murdiyarso dan Kurnianto, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa faktor
topografi banyakberpengaruh terhadap besarnya curah hujan di wilayah ini. Adapun curah hujan terendah
rata-rata bulanan tercatat sebesar 220 mm (Oktober) dan tertinggi 300 mm (Maret). Angka ini
menunjukkan bahwa variasi curah hujan di DAS Mamberamo tidak terlalu besar pada setiap tahunnya
(Gambar 1.4). Dengan demikian Kabupaten Mamberamo Raya yang sebagian besar masuk ke dalam
DAS Mamberamo ini termasuk ke dalam iklim tropis basah.

Secara keruangan jumlah curah hujan tahunan rata-rata antara 1.500 mm – 2.500 mm/tahun
tercurah di sekitar wilayah Lake Plain sedangkan curah hujan antara 2.500 mm – 5.000 mm berada di
sekitar daerah pegunungan serta di wilayah DAS hilir Mamberamo (Petocz, 1989; CI, 2006). Berdasarkan
klasifikasi Schmidt & Ferguson, Kabupaten Mamberamo Raya termasuk ke dalam tipe iklim A yang
berarti mempunyai iklim yang sangat basah. Tabel 1.2 merupakan salah satu contoh data curah hujan
selama 10 tahun di Kabupaten Mamberamo Raya. Untuk suhu udara, terdapat pula perbedaan antara
daerah dataran dan pegunungan, dimana untuk pegunungan suhu harian rata-rata dapat mencapai 20˚ C
sedangkan di dataran rendah berkisar 27˚ C (Murdiyarso dan Kurnianto, 2008).
Gambar 1.4
Grafik Rata-Rata Curah Hujan Tahunan di DAS Mamberamo

Sumber: BMG Wilayah V Papua, 2008

Tabel 1.2
Rata-Rata Curah Hujan 10 Tahun Terakhir
Di Kabupaten Mamberamo Raya
Curah Hujan Hari Hujan Klasifikasi Tipe
Bulan
(mm) (Hari) Iklim Iklim
Januari 161 15 Bulan Basah
Februari 145 15 Bulan Basah
Maret 168 16 Bulan Basah
April 204 14 Bulan Basah
Mei 152 14 Bulan Basah
Juni 147 20 Bulan Basah
A
Juli 120 8 Bulan Basah
Agustus 140 12 Bulan Basah
September 103 13 Bulan Basah
Oktober 107 14 Bulan Basah
November 145 16 Bulan Basah
Desember 152 14 Bulan Basah
Rata – rata 145 14 Klasifikasi Smith Fergosun

Sumber : BMG Wilayah V Papua, 2008.


3.2. PEMBAHASAN

Dalam kerja praktek ini mahasiswa ditugaskan sebagai tim pengolah data hasil survey yang

dilakukan di distrik Benuki Kabupaten Mamberamo Raya. Survey yang dilakukan oleh tim ialah

penelitian secara konveratif kepada suatu objek tertentu yang tujuannya untuk mendapatkan data valid.

Wawancara dengan tujuan untuk mengetahui informasi lebih detail tentang suatu objek. Dan hasil survey

yang di dapatkan sangat penting bagi tim penyusun dokumen RTRW Kabupaten Mamberamo Raya.

3.2.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten merupakan sebuah rencana tata ruang yang

bersifat umum dari wilayah kabupaten. Dalam Undang – undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang pemerintah mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan penataan ruang

wilayah kabupaten yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. RTRW kabupaten memuat tujuan,

kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten (penataan kabupaten); rencana struktur ruang

wilayah kabupaten; rencana pola ruang wilayah kabupaten; penetapan kawasan strategis kabupaten;

arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten berlaku selama 20 tahun dan dilakukan

peninjauan kembali setiap 5 tahun. Hasil Peninjauan Kembali (PK) dapat berupa kesimpulan yang

menyatakan bahwa RTRW tersebut harus dicabut atau sebatas direvisi. Beberapa hal yang menjadi dasar

perlu direvisinya Perda RTRW adalah terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang

mempengaruhi pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan/atau terjadi dinamika internal kabupaten yang

mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar, seperti bencana alam skala besar atau pemekaran

wilayah yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.


3.2.2. POLA RUANG KABUPATEN MAMBERAMO RAYA

Pola ruang wilayah merupakan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumberdaya manusia,

sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial-budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi,

pertahanan keamanan, fungsi lindung, budidaya dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu yang

dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang. Pola pemanfaatan ruang

diwilayah Kabupaten Mamberamo Raya meliputi rencana pola ruang kawasan lindung dan budidaya.

3.2.3. RENCANA KAWASAN LINDUNG

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa

guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Kawasan lindung yang telah direncanakan di Kabupaten Mamberamo Raya terdiri dari: kawasan

hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan suaka

margasatwa, kawasan perlindungan setempat dan kawasan lindung geologi. Secara keseluruhan kawasan

lindung ini harus diupayakan untuk tidak dilakukan alih fungsi untuk kawasan budidaya. Arahan

kawasan lindung di Kabupaten Mamberamo Raya adalah sebagai berikut:

A. Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem

penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi

air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kriteria penentuan kawasan hutan lindung adalah:

 kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah

hasil perkalian bobotnya ≥ 175;

 kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng ≥ 40%; atau

 kawasan hutan yang mempunyai ketinggian ≥ 2.000 meter di atas permukaan laut.
Hutan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan dan nilai sejarah serta

budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan.

Rencana luas hutan lindung seluruhnya di Kabupaten Mamberamo adalah 693.175 ha, tersebar di Distrik

Benuki, Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, Mamberamo Tengah Timur, Rufaer, Sawai dan

Waropen Atas.

B. Kawasan Suaka Margasatwa

 Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang

perlu dilakukan upaya konservasinya;

 Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;

 Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu;

 Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

Rencana suaka margatwa di Kabupaten Mamberamo adalah 1.136.488 ha, tersebar di Distrik

Mamberamo Hilir, Mamberamo Hulu Mamberamo Tengah dan Sawai.

Arahan pengelolaan suaka margasatwa:

 SM hanya boleh dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan dan wisata alam

 Ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan endemik kawasan

 Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya

memiliki hak melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari,

melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak

bertentangan dengan undang-undang, dan mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraannya.

 Diperlukan penataan batas kawasan SM untuk memperjelas pengelolaannya.

C. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya


Pada prinsipnya kawasan non budidaya/kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada

kawasan dibawahnya merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan

perlindungan pada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah

banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah. Dengan ditetapkannya lokasi kawasan ini

diharapkan dapat mencegah terjadinya erosi tanah, bencana banjir, sedimentasi, serta dapat menjamin

ketersediaan kualitas dan kuantitas unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

Kawasan lindung yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya terdiri dari Mangrove,

kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Atas dasar kriteria tersebut di Kabupaten Mamberamo raya

hanya terdapat dua jenis kawasan lindung yang memberikan perlindungan dibawahnya, yaitu kawasan

yang berupa Mangrove, kawasan bergambut dan kawasan resapan air.

A. Kawasan Resapan Air

Kondisi fisik alam kawasan resapan air ini mempunyai kemampuan untuk menyerap hujan sebagai

sumber utama pembentukan air tanah. Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan

pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air dan penanggulangan banjir

baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan bersangkutan.

Kriteria kawasan resapan air antara lain;

 Curah hujan yang tinggi ( 2000 mm/tahun).

 Struktur tanah yang mudah meresapkan air (permeabilitas 27,7 mm/jam).

 Bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air secara besar-besaran (datar hingga berbukit

dan/atau pada ketinggian 250 dpl).

Lokasi kawasan resapan air di Kabupaten Mamberamo Raya adalah Danau Rombebai dan sekitarnya

(Distrik Mamberamo Hilir).

Arahan pengelolaan kawasan resapan air adalah sebagai berikut;

 Karena sifat fisiknya, maka factor yang bersifat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah

pada kawasan ini diminimumkan bahkan ditiadakan.


 Wilayah-wilayah yang di tengarai mengandung potensi resapan air, dapat dialokasikan sebagai

kebun campuran berbagai tanaman tahunan, hutan produksi terbatas ataupun hutan lindung.

 Kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung

kawasan.

 Pada prinsipnya kegiatan yang bersifat menutup kemungkinan adanya infiltrasi air ke dalam tanah

dilarang, kecuali yang memenuhi syarat sebagaimana tersebut di atas.

 Kegiatan yang masih boleh dilaksanakan di kawasan ini adalah pertanian tanaman semusim atau

tahunan yang disertai tindakan konservasi dan agrowisata.

B. Gambut

Gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan bahan organik dengan komposisi lebih dari

65%, terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang tumbuh di

atasnya yang terhambat proses dekomposisinya karena suasana anaerob dan basah. Setiap lahan gambut

mempunyai karakteristik yang berbeda tergantung dari sifat-sifat dari badan alami yang terdiri dari atas sifat

fisika, kimia, dan biologi serta macam sedimen di bawahnya, yang akan menentukan daya dukung wilayah

gambut, menyangkut kapasitasnya sebagai media tumbuh, habitat biota, keanekaragaman hayati, dan

hidrotopografi.

Kawasan gambut adalah suatu wilayah ekosistem gambut, baik yang berada di dalam kawasan hutan

maupun di luar kawasan hutan, yang berfungsi sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya.

Lahan gambut termasuk vegetasi yang tumbuh di atasnya merupakan bagian dari sumberdaya alam

yang mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air, peredam banjir, pencegah intrusi air laut,

pendukung berbagai kehidupan keanekaragaman hayati, dan pengendali iklim (melalui kemampuannya

dalam menyerap dan menyimpan karbon).

Ketebalan gambut >300 cm yang berada di bagian hulu sungai dan rawa, tingkat pelapukan muda dan

bervegetasi berupa hutan, serta berupa hamparan utuh >50 ha: ditetapkan sebagai kawasan lindung. Lahan

bergambut tebal secara seluas 67.321 dijumpai di distrik Benuki, Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah

Timur, Rufaer, Sawai dan Waropen atas.


Arahan pemanfaatan lahan bergambut adalah sebagai berikut:

 Kegiatan wisata alam maupun budaya dapat dikembangkan tanpa mengubah bentang alam.

 Ketentuan pelarangan kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem khas ini

 Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air.

C. Hutan Bakau (Mangrove)

Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang

tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Hutan bakau (mangrove)

seluas 135.668 ha perlu dipertahankan, berada di Distrik Benuki, Mamberamo Hilir, Sawai dan Waropen

atas.

Perlindungan terhadap hutan bakau (Mangrove) dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai

pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut di samping

sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya di belakangnya.

Tiga fungsi utama hutan bakau adalah sebagai:

a. Fungsi proteksi : sebagai peredam gelombang, angin dan pelindung pantai terhadap abrasi, penaham

lumpur dan perangkap sedimen juga sebagai area konservasi flora dan fauna endemik.

b. Fungsi ekologis: sebagai media tempat tinggal, dan nursery ground, penyedia makanan (feeding

ground), tempat berlindung berbagai biota laut, sebagai tempat berpijah hewan dan tumbuhan seperti

udang, kepiting.

c. Fungsi ekonomi dan sosial: sebagai media untuk menghasilkan produk bernilai ekonomis seperti

kayu bakar, mempertahankan stabilitas produksi perikanan terutama perikanan budidaya seperti

udang, kepiting, bandeng, rumput laut (gracilaria), mujair, nila dll. sumber perikanan tangkap bagi

penduduk sekitar. Area yang berpotensi untuk wisata bakau, penelitian dan pengkajian biologi

tanaman dan hewan serta aktifitas pengembangan akuakultur, polikultur, dan silvo fishery.
Atas dasar pertimbangan fungsi-fungsi tersebut, maka kawasan perlindungan dan proteksi bakau di

Kabupaten Mamberamo Raya diarahkan pada kawasan sepanjang pesisir Mamberamo Raya dengan

ketebalan hingga 20 km dengan jenis perlindungan dan pemanfataan perikanan tangkap, perikanan budidaya

dan pariwisata dengan pertimbangan antisipasi bencana produk perikanan budidaya, pengembangan potensi

yang ada terutama di Distrik Mamberamo Hilir dan Sawai.

D. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang meliputi kawasan sekitar mata air, kawasan

sekitar waduk/sungai, sempadan sungai dan kawasan sempadan pantai dan danau.

a. Kawasan sempadan sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai

buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan ini adalah melindungi sungai dan kegiatan manusia

yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta

mengamankan aliran sungai.

Kriteria dari kawasan sempadan sungai, meliputi;

 Sekurang-kurangnya 100 m di kiri dan kanan sungai besar dan 50 m di kiri dan kanan anak sungai

yang berada di luar permukiman (SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980.

 Sempadan sungai di kawasan permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup

untuk dibangun jalan inspeksi(10- 15 m).

Rencana pengembangan sempadan sungai di Kabupaten Mamberamo Raya seluas 166.091 ha tersebar di

Distrik Benuki, Mamberamo Hilir, Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, Mamberamo Tengah Timur,

Rufaer, Sawai dan Waropen atas

Arahan Lokasi dari kawasan sempadan sungai di kabupaten Mamberamo Raya diseluruh wilayah distrik.

Arahan pengelolaan sempadan sungai adalah sebagai berikut:


 Pada kawasan sempadan sungai yang belum dibangun, pendirian bangunan tidak diijinkan (IMB

idak diberikan).

 Pada kawasan sempadan sungai yang belum terbangun, masih diperbolehkan kegiatan pertanian

dengan jenis tanaman yang diijinkan.

 Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan secara luas seperti misalnya pemasangan papan

reklame/pengumuman, pemasangan fondasi dan rentanagan kabel listrik, fondasi jembatan dan

sebagainya masih diperbolehkan.

 Kegiatan lain yang justru memperkuat fungsi perlindungan kawasan sempadan sungai tetap boleh

dilaksanakan tapi dengan pengendalian agar tidak mengubah fungsi kegiatannya di masa

mendatang.

b. Kawasan sempadan danau

Kawasan sempadan danau adalah kawasan sekeliling danau mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan ini adalah melindungi sungai dan

kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan

dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Rencana pengembangan sempadan Danau di Kabupaten Mamberamo Raya seluas 33.618 ha tersebar di

Distrik Benuki, Mamberamo Hilir, Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, Rufaer, Sawai dan Waropen

Atas.

Lokasinya adalah disekeliling Danau Rombebai sebesar 100 m keliling danau.

c. Kawasan sempadan pantai

Kawasan sapadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai, yang mempunyai manfaat penting untuk

mempertahankan kelestarian fungsi pantai terhadap daratan dari bahaya abrasi dan intrusi air laut ke

darat, juga terhadap keragaman biota yang ada di kawasan pantai.Tujuan perlindungan ini adalah

melindungai wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

Kriteria kawasan sempadan pantai adalah sebagai berikut:


 Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang # 2 m lebar sempadan 30 – 75 meter dari tinggi

titik pasang tertinggi kea rah darat.

 Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar sempadan 50 – 100 meter dari tinggi

titik pasang tertinggi kea rah darat.

 Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang # 2 m lebar sempadan 100 – 200 meter dari

tinggi titik pasang tertinggi kea rah darat.

 Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar sempadan 150 – 250 meter dari

tinggi titik pasang tertinggi kea rah darat.

Rencana pengembangan sempadan Pantai di Kabupaten Mamberamo Raya seluas 18.308 ha tersebar di

Distrik Mamberamo Hilir, Sawai dan Waropen atas

E. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam.

Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang

disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.

Kawasan rawan bencana alam rawan longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan tanahnya

mudah longsor karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan

induk pembentuk tanah.

Kriteria kawasan rawan bencana longsor adalah sebagai berikut :

 Kawasan rawan erosi/longsor tertutup bagi permukiman, persawahan, tanaman semusim, kolam

ikan, atau kegiatan budidaya lainnya yang berbahaya bagi keselamatan manuasia dan lingkungan.

 Permukiman yang terletak pada kawasan ini segera dipindahkan ke tempat lain secara terencana.

Untuk mencegah dan mengatasi terjadinya bencana alam seperti banjir, erosi, tanah longsor,

kekeringan; dilakukan kegiatan-kegiatan reboisasi dan penghijauan, penyuluhan dan lain-lain,

terutama pada kawasan rawan bencana dan daerah-daerah yang berkaitan.


 Mempunyai kondisi fisik alam dengan cirri kelerengan diatas > 60 %, solum dangkal, struktur

batuan lepas dan rekah, adanya erosi tanah serta tanaman yang tidak mempunyai kondisi perakaran

kuat.

Adapun potensi rawan bencana di Kabupaten Mamberamo Raya yang dapat diidentifikasi meliputi :

1. Gempa bumi dengan potensi rendah, sedang dan tinggi;

2. Tanah longsor dengan potensi rendah, sedang dan tinggi;

3. Rawan banjir dengan potensi rendah, sedang dan tinggi;

4. Tsunami dengan potensi rendah, sedang dan tinggi;

5. Kekeringan dengan potensi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

1.1.7. RENCANA KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas

dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Kawasan budidaya di Kabupaten Mamberamo Raya terdiri atas kawasan peruntukan hutan

produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan

pertambangan, kawasanperuntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan

permukiman, dan/atau kawasan peruntukan lainnya.

Dalam menentukan rencana kawasan budidaya, perlu mempertimbangkan arahan kawasan andalan

yang tercantum dalam RTRWN, yakni bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun ruang

laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut

dan kawasan di sekitarnya. Biak ditentukan sebagai kawasan andalan sekaligus sebagai kawasan andalan

laut. Hal ini merupakan indikasi pentingnya peran Biak sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi bagi

wilayah sekitarnya. Sektor unggulan wilayah ini adalah pariwisata, perikanan, industri, pertambangan,

perkebunan, dan kehutanan.


Dengan pertimbangan berbagai azas tersebut dan dengan berdasarkan pada hasil kegiatan analisis,

pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Mamberamo Raya 20 tahun ke depan adalah sebagai

berikut:

A. Kawasan Hutan Produksi

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan,

baik hasil hutan kayu maupun non kayu. Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas kawasan

peruntukan hutan produksi terbatas (HPT), kawasan peruntukan hutan produksi tetap (HP), dan

kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK). Kabupaten Mamberamo Raya

memiliki HPT, HP dan HPK.

Penentuan HPT, HP dan HPK di Kabupaten Mamberamo Raya mengacu pada perubahan peruntukan dan

perubahan fungsi berdasarkan RTRW Provinsi Papua tahun -2031 dengan rincian sebagai berikut :

1. Hutan produksi tetap adalah kawasan hutan yang karena pertimbangan kebutuhan social ekonomi

dipertahankan sebagai kawasan hutan produksi yang berfungsi untuk menghasilkan hasil-hasil

hutan bagi kepentingan Negara, masyarakat, industry dan ekspor. Tujuan pengelolaan kawasan ini

adalah memanfaatkan ruang beserta sumber daya hutan, baik dengan cara tebang pilih maupun

tebang habis dan tanam untuk menghasilkanbagian dari hutan bagi kepentingan Negara,

masyarakat dan industry dengan tetap menjaga kelestarian hutan.

Lokasi dari hutan produksi tetap seluas 113.271 ha tersebar di Distrik Benuki, Mamberamo Hilir,

Mamberamo Hulu, Mamberamo Tengah, Mamberamo Tengah Timur, Sawai dan Waropen Atas

2. Hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang digunakan untuk kegiatan budidaya hasil-

hasil hutan secara terbatas dengan tetap memperhatikan fungsinya sebagai hutan untuk melindungi

kawasan dibawahnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta

sumberdaya hutan dengan cara tebang pilih dan tanam untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi

kepentingan Negara, masyarakat, industri, ekspor dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan.

Lokasi dari hutan produksi terbatas seluas 433.670 ha tersebar Distrik Benuki, Mamberamo Hilir,

Mamberamo Hulu, Membermao Tengah, Sawai, Rufaer dan Waropen Atas.


3. Hutan produksi yang dapat dikonversi adalah areal hutan produksi tetap yang dapat dirubah

peruntukannya guna memenuhi kebutuhan pengembangan transmigrasi, pertanian, perkebunan,

industry, permukiman dan lain-lain.

Hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten Mamberamo Raya seluas 153.900 ha tersebar di

Distrik Benuki, Mamberamo Hilir, Mamberamo Tengah, Mamberamo Tengah Timur, Rufaer, Sawai

dan Waropen Atas

Pengelolaan dari kawasan hutan produksi adalah sebagai berikut:

 Penggunaan kawasan ini untuk fungsi lainnya diperkenankan bila pemakaian kawasan hutan

tersebut telah mendapatkan persetujuan dari menteri kehutanan dengan pergantian areal di tempat

lain paling sedikit dengan perbandingan 1:1. Apabila kawasan hutan produksi berupa tanah yang

dikuasai masyarakat, maka penggunaan kawasan ini untukkeperluan lain, harus mempertimbangkan

ketentuan yang berkaitan dengan alih hak.

 Hutan produksi yang ada sebelum penetapan ini, yang kondisi fisiknya masih berupa hutan agar

tetap dipertahankan untuk hutan produksi. Sedangkan kawasan hutan produksi lama yang karena

kriteria kawasan berubah fungsinya menjadi kawasan hutan lindung, disesuikan pemanfaatannya

dengan mengutamakan upaya konservasi, setidaknya dalam bentuk hutan produksi terbatas.

 Kawasan hutan produksi yang ada sebelum penetapan ini yang fisiknya berupa hutan rakyat, tegalan

atau penggunaan non hutan lainnya dan sudah menjadi garapan rakyat, kecuali yang masuk dalam

kawasan yang berfungsi lindung, supaya diadakan penertiban penguasaaan dan pemilikan.

B. Kawasan Peruntukan Pertanian

1. Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah

Yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah dimana perairannya dapat

diperoleh secara alamiah ataupun teknis. Jenis tanaman lahan basah yang dapat dikembangkan di

Kabupaten Mamberamo Raya adalah sagu.

Kawasan yang sesuai untuk tanaman pangan lahan basah adalah yang mempunyai system atau potensi

pengembangan perairan yang memiliki;


 Ketinggian < 1.000 m.

 Kelerengan < 40%.

 Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm.

Pentauran dari kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah ini adalah sebagai berikut:

 Perlu pemeliharaan sumber-sumber air untuk menjaga kelangsungan perairan.Mengendalikan

permukiman dan budidaya lainnya.

Rencana alokasi Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah di Kabupaten Mamberamo Raya berupa jenis

tanaman sagu tersebar di seluruh distrik.

2. Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering

Adalah kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk palawija, hortikultura

atau tanaman pangan lainnya. Dimana criteria dari kawasan ini adalah:

 Kawasan yang tidak mempunyai sistem/potensi pengembangan pengairan dan memiliki ketinggian

< 1.000 m.

 Kelerengen < 40%.

 Kedalaman efektif lapisan tanah > 30 cm.

Pengaturan dari kawasan ini adalah sebagai berikut:

 Pengembangan dan peningkatan hortikultura dan buah-buahan.

 Mempertahankan tanaman keras yang ada.

 Budidaya palawija dan sayur-sayuran > 8% perlu mengacu pada SK Mentan No. 175/Kpts/RC-

200/4/1997.

Adapun arahan pemanfatan ruang untuk Tanaman Pangan Lahan Kering di Distrik Mamberamo Hilir,

Sawai dan Waropen Atas.


C. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Adalah kawasan yang diperuntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan baik bahan pangan dan bahan

baku industri. Pertimbangan bagi kawasan ini adalah sebagai berikut:

 Ketinggian < 2.000 m.

 Kelerengan < 40%.

 Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm.

Kawasan tanaman tahunan/perkebunan berdasarkan kondisi dan criteria diarahkan pada Distrik Benuki,

Mamberamo Tengah, Mamberamo Hulu dan Mamberamo Tengah Timur.

D. Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan, baik

yang berupa tambak, kolam dan usaha perairan lainnya. Untuk usaha pengembangan perikanan di

kabupaten Mamberamo Raya tidak mengalami kesulitan untuk dikembangkan. Berdasarkan analisis

terdapat pembagian kawasan pengembangan perikanan sesuai komoditi usaha sebagai berikut:

a. Kawasan pengembangan perikanan budidaya darat terdapat pada distrik tepi di sungai dan danau.

b. Kawasan perikanan budidaya laut, sudah cukup banyak dikembangkan di Kabupaten Mamberamo

Raya. Budidaya laut yang sesuai dengan peraturan akan dilaksanakan pada daerah penangkapan.

Produksi ikan yang sering dijumpai pada perikanan laut adalah ikan Tembang, ikan Terbang, ikan

Tongkol, ikan Bandeng dan lainnya. Kawasan perikanan budidaya laut dapat dikembangkan di

Distrik Sawai, Waropen Atas dan Mamberamo Hilir.

c. Kawasan perikanan tangkap, adalah kawasan yang berbatasan dengan daerah zona penangkapan

ikan. Kawasan ini berada 4 mil dari garis pantai. Jenis ikan yang potensi ditangkap pada perairan

Kabupaten Mamberamo Raya adalah Kakap, Tenggiri dan Teri. Distrikyang berada pada pesisir

Kabupaten Mamberamo Raya potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan perikanan tangkap.

d. Kawasan budidaya keramba, diarahkan disepanjang Sungai Mamberamo, dimana jenis ikan yang

dapat dikembangkan adalah; Mujair, Nila dan Karper/Mas.


E. Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum ternak

dapat digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu; ternak besar (kerbau, sapi, kambing, domba dan kuda)

dan ternak kecil (ayam, itik dan jenis unggas lainnya). Untuk peternakan hewan besar harus memiliki

padang gembala atau jenis tanaman rumput-rumputan maupun pohon-pohon sebagai pakan ternak.

Kriteria dari kawasan peternakan adalah:

 Bagi ternak besar, unit lahan sebaiknya dekat dengan lahan yang memiliki nilai sesuai untuk

tanaman rumput ternak (jenis tanah litosol, renzima dan mediteran), atau dekat dengan lahan yang

mempunyai intensif untuk tanaman pangan (pertanian), sehingga limbah tanaman pangan dapat

dimanfaatkan untuk makanan ternak.

 Untuk ternak besar tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat.

 Untuk petrenakan sapi, kerbau dan kambing seyogyanya di lahan yang mempunyai kelerengan <

8% (relatif datar) agar masukan teknologi yang diperlukan relative rendah.

 Untuk peternakan babi secara fisik kriteria lokasi/lahan peternakan hampir sama dengan ternak

besar lainnya, namun yang penting adalah tidak terlalu dekat dengan permukiman tidak

menimbulkan polusi atau pencemaran lingkungan, harus dikandangkan dengan lantai

kering/perkerasan dan pada daerah yang mempunyai kelerengan < 8%.

 Untuk peternakan ungga terbaik pada daerah up land (ketinggian > 500 m dpl) dan makanan yang

diberikan umumnya produksi pabrik dan secara umum ternak unggas merupakan peliharaan

penduduk yang terdapat pada semua distrik.

 Lokasi hewan ternak besar dan kecil tidak diperkenankan berada pada kawasan lindung.

Pengelolaan bagi kawasan peternakan adalah sebagai berikut:

 Untuk memasok kebutuhan makanan bagi peternakan sapi/kerbau/kambing/domba perlu

pengembangan jenis-jenis tanaman makanan ternak (diversifikasi tanaman pakan ternak,

pengolahan limbah tanaman pangan dan sebagainya) agar kelangsungan usaha pengembangan

peternakan tersebut tetap terjaga.


 Lokasi untuk pengembangan ternak besar tersebut tidak menggunakan daerah lahan pertanian areal

lahan produktif pertanian serta tidak jauh dari lokasi padang rumput/temapt makanan ternak tidak

terlalu dekat dengan permukiman.

 Lokasi padang rumput diusahakan menempati daerah lahan pertanian yang kurang produktif.

 Untuk peternakan unggas diupayakan berjarak 1 km dari permukiman, untuk mengurangi dampak

penyakit terhadap masyarakat.

 Khusus peternakan itik, tidak mempunyai persyaratan khusus.

Adapun penetapan kawasan peternakan di Kabupaten Mamberamo Raya adalah sebagai berikut;

1. Untuk ternak besar, paling tidak harus tersedia/dekat dengan areal makanan ternak yang cukup.

Oleh karena itu kawasan peternakan hewan besar diarahkan pada Distrik Benuki, Waropen Atas,

Sawai dan sebaiknya dikembangkan dengan agropolitan.

2. Untuk hewan unggas bias menyebar pada masing-masing distrik.

F. Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertambangan, baik

wilayah yang telah eksplorasi maupun yang akan di eksplorasi. Jadi selain kawasan tersebut, kawasan

yang mempunyai potensi tambang harus melakukan tahap investigasi dan eksplorasi terlebih dahulu.

 Kriteria lokasi yang sesuai dengan yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah Kabupaten

Mamberamo Raya dimana mempunyai potensi bahan tambangUntuk memasok kebutuhan

makanan bagi peternakan sapi/kerbau/kambing/domba perlu pengembangan jenis-jenis tanaman

makanan ternak (diversifikasi tanaman pakan ternak, pengolahan limbah tanaman pangan dan

sebagainya) agar kelangsungan usaha pengembangan peternakan tersebut tetap terjaga.

 Lokasi untuk pengembangan ternak besar tersebut tidak menggunakan daerah lahan pertanian

areal lahan produktif pertanian serta tidak jauh dari lokasi padang rumput/temapt makanan ternak

tidak terlalu dekat dengan permukiman.

 Lokasi padang rumput diusahakan menempati daerah lahan pertanian yang kurang produktif.
 Untuk peternakan unggas diupayakan berjarak 1 km dari permukiman, untuk mengurangi dampak

penyakit terhadap masyarakat.

 Khusus peternakan itik, tidak mempunyai persyaratan khusus.

Adapun penetapan kawasan peternakan di Kabupaten Mamberamo Raya adalah sebagai berikut;

1. Untuk ternak besar, paling tidak harus tersedia/dekat dengan areal makanan ternak yang cukup.

Oleh karena itu kawasan peternakan hewan besar diarahkan pada Distrik Benuki, Waropen Atas,

Sawai dan sebaiknya dikembangkan dengan agropolitan.

2. Untuk hewan unggas bias menyebar pada masing-masing distrik.

3. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Dan Budidaya

Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya adalah bentuk-bentuk upaya pengelolaan untuk

mewujudkan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang. Bentuk-bentuk upaya pengelolaan kawasan

lindung dan budidaya meliputi:

 Pengaturan kelembagaan, meliputi pembagian kewenangan pengelolaan kawasan lindung dan

budidaya kepada Pemerintah Daerah, swasta, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat secara

langsung.

 Program pemanfaatan, meliputi garis besar programprogram pemanfaatan pada kawasan lindung

dan budidaya untuk jangka panjang, menengah, dan pendek.

 Pengawasan, meliputi tata cara dan prosedur pengawasan terhadap kesesuaian rencana untuk

pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang dilakukan secara bersama-sama oleh

Pemerintah dengan masyarakat.

 Penertiban, meliputi tata cara dan prosedur penertiban terhadap pelanggaran-pelanggaran

pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten.
3.1.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Mamberamo Raya merupakan arahan pengembangan

wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah

kabupaten Mamberamo Raya dalam kurun waktu 20 tahun. Sedangkan strategi penataan ruang

wilayah kabupaten Mamberamo Raya adalah penjabaran kebijakan penataan ruang kedalam langkah-

langkah pencapaian tindakan yang nyata dan akan menjadi dasar penyusunan rencana struktur ruang

dan pola ruang wilayah kabupaten Mamberamo Raya.

3.1.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Secara umum kebijakan pengembangan struktur ruang dititik beratkan pada upaya mengurangi

disparitas pembangunan, terutama pada daerah-daerah yang memiliki daerah-daerah yang memiliki

kawasan mangrove, dan rawa dengan tetap mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung

lingkungan.

Tabel II.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan Struktur Ruang Strategi

Peningkatan peran dan fungsi 1. Meningkatkan dan Memantapkan peran pusat-pusat pelayanan

kawasan perkotaan sebagai pusat yang sudah berkembang, dan mengembangkan pusat-pusat

kegiatan permukiman penduduk, pelayanan baru yang melayani wilayah bagian Hinterland.

kegiatan ekonomi, kegiatan 2. Mengakomodasi dan memantapkan sistem permukiman

social, kegiatan pelayanan eksistensi perkotaan dan perkampungan sebagai representasi

pemerintahan dan simpul keberadaan masyarakat

kegiatan transportasi yang 3. Meningkatkan aksesibilitas antara pusat pelayanan dengan

berkembang secara berimbang wilayah yang dilayani melalui pengembangan infrastruktur.

dan berjenjang (hirarki) sesuai 4. Meningkatkan simpul-simpul transportasi yang berkembang

daya dukung dan daya tampung secara hirarki.

lingkungan.
Peningkatan aksesibilitas dan 1. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan

kualitas pelayanan pendukung keterpaduan pelayanan transportasi darat (termasuk transportasi

peran pusat pelayanan. sungai ), laut, udara dan antar moda dengan skala prioritas

terkait dengan daya dukung lingkungan;

2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi.

3. Meningkatkan jaringan prasarana energi untuk memanfaatkan

energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta

mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;

4. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan

keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

5. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas pengelolaan

Lingkungan.

Sumber: hasil analisis

3.1.3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang.

Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Mamberamo Raya yang ditempuh dalam rangka mendukung

kebijakan dan Strategis pengembangan pola ruang, mencakup :

1. Strategi pembentukan struktur ruang wilayah, dilakukan melalui :

a. Penetapan pusat-pusat pertumbuhan wilayah secara berjenjang sesuai dengan potensi masing-masing

wilayah;

b. Penyediaan prasarana dan sarana wilayah untuk mewujudkan struktur ruang wilayah;

c. Pengembangan prasarana dan sarana pusat pertumbuhan wilayah seperti pendidikan, kesehatan,

peribadatan, perdagangan dan jasa, air minum, listrik, pos dan telekomunikasi sesuai dengan skala

pelayanan masing-masing pusat pertumbuhan;


d. Pengembangan fungsi Ibukota Kabupaten Mamberamo Raya dengan pengembangan prasarana dan

sarana perkotaan di ibukota kabupaten untuk menunjang fungsi pelayanan pemerintahan dan pelayanan

sosial ekonomi;

e. Pembangunan sistem transportasi darat yang terpadu yang menghubungkan antar pusat-pusat

permukiman;

f. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan yang tingkatannya lebih rendah untuk mendukung fungsi

pusat utama;

Mengembangkan keterkaitan antar wilayah secara fungsional, termasuk kaitan dengan pusat pertumbuhan

utama Provinsi Papua

Tabel II.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan Pola Ruang Strategi

NON BUDIDAYA :

2. Menetapka n dan mengakomodasi fungsi kawasan


Pemeliharaan dan perwujudan
lindung dan kawasan konservasi menjadi Taman
kelestarian fungsi lingkungan
Nasional
hidup.
3. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan

kondisi ekosistemnya;

4. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan

lindung yang telah menurun akibat pengembangan

kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan

memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

Pencegahan dampak negatif 1. Melakukan arahan pengembangan wilayah pada

kegiatan manusia yang dapat kawasan HPH berdasarkan pola keberlanjutan;


Kebijakan Pola Ruang Strategi

menimbulkan kerusakan 2. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan

lingkungan hidup perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan

oleh kegiatan HPH agar tetap mampu mendukung

perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

3. Menjaga pemanfaatan lingkungan hidup sesuai daya

dukung lingkungannya;

4. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk

menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber

daya alam yang terbarukan untuk menjamin

kesinambungan ketersediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta

keanekaragamannya;

5. Mempertimbangkan resiko bencana dalam

mengembangkan kegiatan budidaya.

BUDIDAYA :

1. Meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi


Pengendalian perkembangan
kerugian akibat bencana dalam pengembangan kegiatan
kegiatan budi daya agar tidak
budidaya;
melampaui daya dukung dan
2. Memberlakukan syarat membangun kegiatan budidaya
daya tampung lingkungan.
kawasan terbangun minimal mampu menahan resiko

kegempaan sesuai riwayat gempa yang pernah terjadi

3. Meningkatkan fungsi lindung pada kawasan budidaya

sebagai upaya mewujudkan fungsi lindung minimal 60


Kebijakan Pola Ruang Strategi

%.

4. Melakukan pengendalian terhadap izin-izin yang sudah

dikeluarkan.

Pembangunan sektor kehutanan 1. Penetapan tapal batas kawasan hutan yang melibatkan

diarahkan bahwa dalam masyarakat dan mempertimbangkan faktor sosial-

rangka mewujudkan kawasan budaya, prinsip dan kriteria

berfungsi lindung minimal 2. Mengendalikan dan penindakan ileggal loging

60% dari luas kabupaten dan 3. Pemantapan kawasan hutan yang dilakukan melalui

Daerah Aliran Sungai (DAS) proses penataan ruang dapat mewujudkan kawasan

disesuaikan dengan kondisi hutan yang memiliki kekuatan hukum

ekosistemnya 4. Penguatan kelembagaan dari tingkat tapak Kesatuan

Pengelolaan Hutan, masyarakat sebagai mitra

pengelola dan pemerintah

5. Optimalisasi fungsi kawasan hutan memungkinkan

dilakukan pengelolaan hutan yang tidak hanya

berdasarkan fungsi pokoknya tetapi mengembangkan

fungsi jasa lingkungan.

6. Melakukan pencabutan izin lokasi bagi yang tidak

melakukan aktivitas berdasarkan peraturan yang

berlaku.

7. Memperhatikan hutan primer yang memiliki konservasi

nilai tinggi

Menghindaripotensikonflik 1. Penetapan tapal batas


Kebijakan Pola Ruang Strategi

pemanfaatan ruang pada

kawasan perbatasan lintas 2. Meningkatkan peran koordinasi dan fasilitasi

kabupaten Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten.

Pencegahan kegiatan yang 1. Pengendalian kegiatan ekspansif, terutama

dapat menimbulkan pertambangan, perkebunan dan kehutanan.

kerusakan lingkungan hidup

Mendorong pembangunan 1. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan

prasarana dan sarana 2. Peningkatan SDM tenaga pengajar

pendidikan 3. Untuk jangka menengah/panjang kerjasama dengan

perguruan tinggi untuk pengadaan pengajar

Mendorong pembangunan 1. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan

sarana dan prasarana 2. Peningkatan tenaga medis/paramedis

kesehatan 3. Jangka menengah/panjang kerjasama dengan perguruan

tinggi untuk pengadaan tenaga medis/paramedis.

Sumber: hasil analisis

3.1.4. Kebijakan dan Strategi Penentuan Kawasan Strategis

Kawasan strategis ditentukan berdasarkan tingkat prioritas penanganannya, dengan mengelompokkan

berdasarkan aspek pertahanan keamanan, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup.

Tabel III.3. Kebijakan dan Strategi Penentuan Kawasan Strategis


Kebijakan Penentuan Kws Strategi

Strategis

Pelestarian dan peningkatan fungsi 1. menetapkan kawasan strategis nasional dan strategis provinsi

dan daya dukung berfungsi lindung;

2. mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional dan


lingkungan hidup untuk
provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan, kecuali
mempertahankan dan
mengakomodasi keberadaan masyarakat asli dan aktivitasnya yang
meningkatkan keseimbangan
secara historis telah ada pada kawasan tsb
ekosistem, melestarikan
3. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional

keanekaragaman hayati, dan provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

mempertahankan dan 4. membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di

meningkatkan fungsi perlindungan sekitar kawasan strategis nasional dan provinsi yang dapat memicu

kawasan, melestarikan perkembangan kegiatan budi daya;

5. mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar


keunikan bentang alam, dan
kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga
melestarikan warisan budaya
yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya
asli Mamberamo Raya
terbangun;

6. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak

pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan

strategis nasional, provinsi dan kabupaten.

Pengembangan dan peningkatan 1. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya

fungsi kawasan dalam alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama

pengembangan perekonomian pengembangan wilayah;

yang produktif, efisien, dan 2. menciptakan iklim investasi yang kondusif;

mampu bersaing dalam 3. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya
Kebijakan Penentuan Kws Strategi

Strategis

perekonomian nasional maupun dukung dan daya tampung kawasan;

internasional 4. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan

kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

5. mengintensifkan promosi peluang investasi;

6. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan

ekonomi.

Pelestarian dan peningkatan social 1. melestarikan penerapan nilai budaya Mamberamo Raya;

dan budaya asli Mamberamo 2. melestarikan situs warisan budaya asli Mamberamo Raya

Raya

Pelestarian dan peningkatan nilai 1. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan

kawasan lindung yang ekosistemnya;

ditetapkan sebagai warisan 2. meningkatkan kepariwisataan nasional;

dunia, cagar biosfer, dan ramsar 3. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup

5. pengelolaan kawasan bernilai penting bagi keanekaragaman hayati.

Pengembangan kawasan tertinggal 1. membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan

untuk mengurangi kesenjangan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;

tingkat perkembangan 2. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi;

antarkawasan 3. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan;

4. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam

pengelolaan kegiatan ekonomi


Kebijakan Penentuan Kws Strategi

Strategis

5. mendorong dan mengembangkan sarana dan prasana pendidikan

6. mendorong dan mengembangakan sarana dan prasarana kesehatan.

Sumber: hasil analisis


3.1.8. Informasi Struktur Ruang

Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang merupakan sebuah gambaran terhadap susunan unsur-

unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang digambarkan

secara hirarkis dan berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk struktur ruang kabupaten. Isi

Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan wilayah seperti

sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana,

serta sistem jaringan transportasi.


3.2. PEMBAHASAN
3.2.2. Kelayakan dan Rekomendasi Kawasan Lindung dan budaya.
3.2.3. Kelayakan dan Rekomendasi Kawasan Lindung dan budaya Kabupaten Mamberamo Raya.
3.2.4. Analisa Spasial kesesuaian kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Mamberamo Raya.

Anda mungkin juga menyukai