Anda di halaman 1dari 55

PERENCANAAN PERIODE CLEANING

HEAT EXCHANGER E-201-11


DI CDU-V BAGIAN DIS-WAX
PT.PERTAMINA (PERSERO)
RU V BALIKPAPAN

KERTAS KERJA WAJIB

Nama Mahasiswa : Zaenal Abidin


No. Mahasiswa : 311112/C
Jurusan : Proses dan Aplikasi
Program Study : Refinery
Diploma : III

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI
PTK AKAMIGAS -STEM

CEPU, MEI 2012


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala


rahmatNya, karena kkw berjudul “PERENCANAAN PERIODE CLEANING
HEAT EXCHANGER E-201-11 DI CDU-V BAGIAN DIS-WAX
PT.PERTAMINA (PERSERO) RU V BALIKPAPAN” telah dapat
diselesaikan.
KKW ini di tulis untuk memenuhi tugas akhir pendidikan di Perguruan
Tinggi Kedinasan STEM “Akamigas”.
KKW dapat diselesaikan berkat dorongan keluarga istri tercinta Ning
Mukhlisoh, ananda M.Alfin Fathur Rizqi dan Dwi Ageng Rohmatullah, serta
berkat saran, bimbingan, bantuan dan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena
itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. General Manager PT.Pertamina(Persero) RU-V Balikpapan yang telah


memberi kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan di STEM
“Akamigas” Cepu ini.

2. Bapak Haryono, S.Si. selaku Ketua Program Studi Refinery, Bapak dan ibu
dosen STEM, khususnya dari program studi Refinery, yang telah memberikan
bekal ilmu kepada penulis selama belajar di STEM “Akamigas”.

3. Ibu Ir.Sri Lestari, M.T selaku dosen pembimbing yang tanpa mengenal lelah
selalu memberi bimbingan kepada penulis guna menyelesaikan KKW ini.

4. Bapak Rudi Hartono dan Bapak Zuhri Swidonarko selaku Dis&Wax section
head dan pembimbing Praktek Kerja Lapangan.

5. Rekan-rekan kerja khususnya dibagian Dis-Wax/Production dan kepada


semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa saya sebut satu
persatu di dalam KKW ini.

Kemudian kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya KKW ini.

Cepu, Mei 2012


Penulis

ZAENAL ABIDIN
311112/C

i
INTISARI

CDU-V adalah salah satu unit pengolah crude oil menjadi BBM di RU-V
Balikpapan. CDU-V di desain untuk mengolah crude oil crude jenis Widuri,
minas atau Tanjung, Karena suatu hal feed CDU-V mengalami perubahan ke
crude cock tail mengakibatkan kecepatan terjadinya kekotoran pada Heat
Exchanger.
Salah satu preheater CDU-V adalah E-201-11 yang berfungsi
mamanaskan Crude oil dengan pemanas residu, merupakan HE 1-4 pass. Type
E-201-11 adalah A-E-S. E-201-11 mempunyai fasilitas by pass yang
memungkinkan dilakukan cleaning tanpa stop plant.
Dikarenakan perubahan crude oil ini penulis mengevaluasi dan mencari
kemungkinan periode cleaning yang lebih tepat dan dapat dilakukan tepat waktu
untuk mengembalikan kemampuan E-201-11 kearah desain awal.
Dari perhitungan diperoleh perbandingan sebagai beriukut :
1. Duty HE E-201-11 desain 23.016.262 Btu perhitungan 15.545.336 Btu.
2. Ud desain 36,66 Btu/hr ft2 OF Ud perhitungan 17,88 Btu/hr ft2 OF
Dari evaluasi diatas diperoleh bahwa E-201-11 sudah layak dilakukan cleaning.
Berdasarkan perhitungan titik impas (BEP) antara penurunan Q loss dan
biaya cleaning diperoleh periode cleaning 2 bulan sekali atau 6 kali setahun.
Potensi penghematan setelah dilakukan perencanaan cleaning E-201-11
sebesar Rp 6.049.240.095/ Tahun.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
INTISARI ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penulisan 1
1.3. Batasan Masalah 2
1.4. Sistematika Penulisan 2

II. ORIENTASI UMUM


2.1. Sejarah Singkat PT. Pertamina(Persero) RU-V Balikpapan 3
2.2. Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) RU-V Balikpapan 5
2.3. Tugas dan Fungsi Kilang PT,Pertamina RU-V Balikpapan 6
2.4. Struktur Organisasi P.T Pertamina(Persero) RU-V Balikpapan 6
2.5. Sarana dan Fasilitas 7

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1. Tinjauan Umum 11
3.2. Mekanisme Perpindahan Panas 11
3.3. Klasifikasi Heat Exchanger 12
3.4. Pengaturan Arah Aliran Fluida 16
3.5. Pengaturan Fluida Shell Side &Tube Side 17
3.6. Komponen Utama Heat Exchanger 19
3.7. Langkah-Langkah Perhitungan 25

IV. PEMBAHASAN
4.1. Heat Exchanger E-201-11 31
4.2. Neraca Panas 36
4.3. Selisih temperature sebenarnya ΔT LMTD 36
4.4. Dirt overall coefficient,U D 37
4.5. Perbandingan kondisi desain dengan perhitungan 38
4.6. Penentuan periode cleaning 38
4.7. Keekonomian 46

iii
V. PENUTUP
5.1. Simpulan 47
5.2. Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Table 2.1 Kronologi perkembangan kilang RU V Balikpapan 4
Table 4.1 Data operasi E-201-11 tgl 4 february 2012 33
Table 4.2 Perbandingan desain dan Hasil perhitungan E-201-11 38
Table 4.3 Q loss Dengan Frekuensi Cleaning Per Tahun 41
Table 4.4 Biaya Cleaning dengan Frekuensi Cleaning per Tahun 43
Table 4.5 Penurunan Q loss dan Biaya Cleaning Dengan Frekuensi
Cleaning Per Tahun 45

v
DAFTAR GANBAR

Halaman
Gambar 2.1 Sruktur Organisasi 6
Gambar 2.2 Skema sederhana CDU-V 9
Gambar 3.1 Individual Component of Shell and Tube Exchanger 16
Gambar 3.2 Susunan Tube pada Tube sheet 21
Gambar 3.3 Segmental Baffle Detail 23
Gambar 3.4 Baffle, Spacer, Tie-rod 24
Gambar 3.5 Grafik Titik Impas 29
Gambar 4.1 Heat Exchanger E-201-11 31
Gambar 4.2 Konstruksi E-201-11 35
Gambar 4.3 Grafik Duty E-201-11 38
Gambar 4.4 Penurunan Q cleaning1 39
Gambar 4.5 Penurunan Q cleaning2 39
Gambar 4.6 Penurunan Q cleaning3 40
Gambar 4.7 Penurunan Q cleaning4 40

Gambar 4.8 Biaya Cleaning 43

Gambar 4.9 Grafik Penurunan Q los, Biaya Cleaning dengan Frekuensi


Cleaning 44

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Molal Average Boiling Point


Lampiran 2 Specific Heat Of Hydrocarbon Liquid
Lampiran 3 LMTD Correction Factor
Lampiran 4 Data Sheet E-201-11
Lampiran 5 Heat Exchanger and Condenser Tube Data

Lampiran 6 Specific Heat Residu (Cp)

vii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Pada beberapa tahun terakhir terjadi perubahan feed di unit CDU-V dari

crude oil minas atau mixed (minas & widuri) ke cocktail, hal ini mengakibatkan

kecepatan terjadinya kekotoran pada Heat Exchanger (HE) sebagai preheater di

unit ini juga mengalami perubahan. Akibat selanjutnya adalah turunnya

temperature inlet dapur dan meningkatkan pemakaian bahan bakar minyak/gas ke

dapur (Furnace). E-201-11 adalah preheater dengan fluida Crude oil dan residu

tentunya lebih cepat kotor dibandingka dengan HE yang menggunakan fluida lain.

Hal diatas yang melatar belakangi penulis melaksanakan praktek kerja

lapangan di CDU-V dan menetapkan judul “PERENCANAAN PERIODE

CLEANING HEAT EXCHANGER E-201-11 DI CDU-V BAGIAN DIS-WAX

PT.PERTAMINA (PERSERO) RU V BALIKPAPAN”.

1.2. Tujuan Penulisan.

Penulisan KKW ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mencari

kemungkinan periode cleaning yang lebih tepat dan dapat dilakukan tepat waktu

untuk mengembalikan kemampuan E-201-11 kearah desain awal. Karena saat ini

periode cleaning ditetapkan pada duty < 50% duty desain, dan pada saat

pelaksanannya molor karena berbagai hal. Dengan penyerapan yang baik pada HE

khususnya E-201-11 yang merupakan HE terakhir dari rangkaian HE preheater,

beban furnace diharapkan dapat berkurang.

1
1.3. Batasan Masalah.

Batasan, lingkup dan arah masalah yang di bahas hanya pada E-201-11 :

 perhitungan panas yang hilang

 Penentuan waktu cleaning

 Perkiraan potensi penghematan yang bisa didapat

Dengan menggunakan data-data operasional lapangan, buku laporan, data

dari proses enginering dan dokumen file. Methode perhitungan mengacu pada

DQ.Kern

1.4. Sistematika Penulisan.

KKW ini terbagi 5 bagian pokok bahasan yang masing-masing saling

terkait.

BAB.1 Pendahuluan :Tentang latar belakang, Tujuan Penulisan, Batasan

masalah, sistematika penulisan.

BAB.2 Orientasi Umum :Sejarah singkat, Visi dan Misi PT. Pertamina

(Persero) RU-V Balikpapan, Tugas dan Fungsi terkait, Struktur

organisasi, sarana dan fasilitas.

BAB.3 Tinjauan Pustaka : Dasar teori KKW.

BAB.4 Pembahasan : Perhitungan, perbandingan hasil perhitungan

dengan desain, penentuan periode cleaning, Potensi penghematan

BAB.5 Penutup :Simpulan dan Saran.

2
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-V Balikpapan

Kilang RU-V Balikpapan adalah salah satu dari kilang pengolahan minyak

bumi yang dimiliki PT. PERTAMINA (PERSERO) dan satu-satunya kilang BBM

yang berada di Kalimatan, terletak di kota Balikpapan. Kapasitas kilang secara

keseluruhan mengolah crude oil sebesar 260.000 barel / hari dengan rincian sebagai

berikut :

 Kilang Balikpapan I, berdiri sejak tahun 1922 yang terdiri dari CDU-1, CDU-

2, dan HVU-1. Dilakukan Up grading pada tahun 1996 s/d 1997 menjadi

CDU-V dan HVU-III berkapasitas 60.000 Barrel / hari.

 Kilang Balikpapan II dibangun tahun 1981 s/d 1982 dan mulai produk tahun

1983 berkapasitas 200.000 barrel / perhari.

Kilang RU V Balikpapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan BBM dan non

BBM dalam negeri, khususnya wilayah Indonesia Bagian Timur.

Kronologi perkembangan dan pembangunan kilang minyak PT. PERTAMINA

(Persero) RU V Balikpapan sebagai berikut :

3
Tabel 2.1. Kronologi perkembangan kilang RU V Balikpapan

Tahun Kegiatan

Tahun 1897 – 1922 Sumber minyak mentah dibeberapa daerah di

Kalimantan Timur berhasil diketemukan ( Lapangan

Tanjung, Handil, Bekapai, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu

dan Samboja ).

Unit PMK III ( penyulingan minyak kasar ) dibangun

Tahun 1922 oleh perusahaan minyak BPM (Bataafsche Petroleum

Maattscappij).

Rehabilitasi unit PMK III karena kerusakan akibat


Tahun 1946
Perang Dunia II.

Pembangunan HVU I selesai, yang dibangun oleh


Tahun 1949
PT.Shell Indonesia dengan kapasitas 12.000 barel / hari.

Pembangunan PMK I yang berkapasitas 25.000 barel /

Tahun 1950 hari dan Wax plant yang berkapasitas produksi 110 ton /

hari selesai.

Pembangunan unit PMK II oleh PT.Shell Indonesia


Tahun 1952
yang berkapasitas 10.000 barel / hari.

Tahun 1973 Modifikasi unit Wax plant kapasitas 150 ton / hari.

4
Dibangun Kilang Balikpapan II, dirancang oleh UOP inc
Tahun 1981
dengan kontraktor utama “Becthel International inc”.

Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden RI, pada


Tahun 1983
bulan November

Tahun 1985 PMK III tidak dioperasikan selanjutnya ditiadakan.

Rehabilitasi PMK I / II dan di Up Grading menjadi


Tahun 1996
CDU-V.

CDU-V & HVU-III mulai dioperasikan dan diresmikan


Tahun 1997
oleh Presiden RI.

2.2 Visi Dan Misi P.T PERTAMINA (PERSERO) RU- V Balikpapan

Unit Pengolahan PT.PERTAMINA (Persero) RU-V Balikpapan merupakan

satu-satunya Unit Operasi Pengolahan PT.PERTAMINA (Persero) di Pulau

Kalimantan dengan Kapasitas 260 MBSD.

PT.PERTAMINA (Persero) RU-V Balikpapan mempunyai Visi “Menjadi

kilang kebanggaan nasional yang mampu bersaing dan menguntungkan” adapun misi

kilang PT.PERTAMINA RU-V Balikpapan adalah :

 Mengelola operasional secera aman, handal, efisien dan ramah lingkungan

untuk menyediakan energy yang berkelanjutan.

5
 Mengoptimalkan flexibilitas pengolahan untuk memaksimalkan valuable

product.

 Memberikan manfaat pada stakeholder.

2.3 Tugas Kilang RU- V Balikpapan.

PT.PERTAMINA RU-V BALIKPAPAN bertugas dan bertanggung jawab

mengolah crude, penyediaan bahan bakar minyak dan gas untuk kebutuhan wilayah

indonesia tengah dan timur. Disamping itu RU-V Balikpapan juga mempunyai tugas

memproduksi nonBBM seperti Wax dan OBM.

2.4 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-V Balikpapan

Demi untuk terlaksananya tugas maka RU-V Balikpapan terbagi atas beberapa

fungsi dan bagian sesuai dengan struktur aganisasi yang penulis fokuskan pada

fungsi produksi sebagai berikut :

General Manager

Senior manager
Operation &
Manufacturing

Manager
production

Section head Section head Section head Dis


& Wax Section head HSC Section head HCC
laboratory utilities

Supervisor Fasility Senior Supervisor Lead of proces Dis Assistant Material


& Quality EWTP/DHP & Wax & data soporting

Shift Supervisor Shift Supervisor


Wax CDU/HVU

Ganbar 2.1 Sruktur Organisasi

6
2.5 Sarana Dan Fasilitas

2.5.1 Bagian Oil Movement (OM)

Mempunyai tugas menangani penyimpanan minyak di tanki-tanki,

melaksanakan loading dan unloading minyak dari atau ke kapal, mempersiapkan

crude feed CDU-IV dan CDU-V, penyimpanan dan distribusi produk kilang RU-V

Balikpapan

2.5.2 Bagian Utilities (UTL)

Menyediakan power / tenaga untuk seluruh kilang dan seluruh fasitas yang

dimiliki PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-V Balikpapan.

2.5.3 Bagian Hydro Skimming Complec (HSC)

Mengolah crude oil menjadi BBM dan komponen blending / reformat.

Unit yang proses yang dimiliki bagian ini adalah :

• Unit proses CDU-IV untuk mengolah crude oil menjadi Naphta, kerosene,

solar dan residue.

• Unitt proses Naphta Hydro Treater (NHT) untuk mempersiapkan heavy

naphta menjadi sweet naphta sebagai feed proses Plat forming.

• Unit proses Plat forming untuk mengolah sweet aphta dari NHT menjadi

produk HOMC, yang digunakan untuk component blending produk

MOGAS.

7
2.5.4 Bagian Hydro Cracking Complec (HCC)

Mengolah Residu menjadi produk yang lebih ringan. Unit proses yang

dimiliki adalah :

• High Vacuum Unit (HVU-II) untuk mengolah residu dari CDU, menjadi

LVGO,HVGO, dan Short Residu.

• Hydro Cracking Unibon untuk mengolah HVGO dari HVU-II, HVGO

dan POD dari HVU-III menjadi produk yang lebih ringan.

• Hydrogen plant mengolah natural gas menjadi hydrogen yang digunakan

untuk proses di hydro cracking.

• Common Fasility yang membatu kegiatan produksi di HCC

2.5.5 Bagian Dis-Wax /Production RU-V Balikpapan

Bertugas mengolah minyak mentah cooctail dari dalam maupun luar negeri

untuk memproduksi BBM maupun non BBM, disamping itu Dis-Wax juga bertugas

mengolah air limbah dari seluruh unit operasi RU-V Balikpapan. Unit proses yang

dimiliki Dis-Wax adalah :

• Crude Distilling Unit (CDU – V)

CDU-V berkapasitas 60 MB dengan design crude Minas, Tanjung dan mixed

(minas dan widuri), CDU-V ini merupakan up grading/pengganti dari CDU-I dan

CDU-II.

8
Residue yang dihasilkan diolah di unit HVU-III, sedang produk top dan side

stream di kirim ke Oil Movement.

Belakangan karena kendala pengadaan crude jenis diatas, maka CDU-V

diberi tugas mengolah crude berbagai jenis crude (cocktail crude) yang terdiri dari

bermacam-macam crude.

Berikut adalah skema sederhana dari unit proses CDU-V kilang PT.

Pertamina RU-V Balikpapan :

Gambar 2.2 skema sederhana CDU-V

• High Vaccum Unit (HVU-III)

HVU-III unit proses yang dimiliki bagian DIs-Wax/Production. Unit ini

memproses residu dari CDU-V, dengan produksi berupa LVGO, POD, HVGO dan

9
Short Residu. Produk LVGO dikirim ke OM, POD dan HVGO dikirim ke OM untuk

selanjutnya sebagai feed unit HC Unibond.

Jika diperoleh jenis crude yang baik untuk memproduksi wax

(Tanjung.Widuri), maka POD dari HVU-III ini langsung di kirim ke Waxplant untuk

proses produksi wax.

• Wax Plant

Wax plant adalah unit yang digunakan untuk memproses POD dari unit

HVU-III untuk memproduksi wax (lilin). Saat ini Wax plant /dis-wax hanya

memproduksi wax jenis HSR saja, hal ini dikarenakan keterbatasan peralatan berupa

unit proses dewaxing, Proses yang digunakan saat ini hanya menggunakan proses

Sweatting dan Treating saja.

Disamping itu waxplant saatini ditugasi untuk mengelola minyak sloop yang

ditangkap dari EWTP agar memenuhi syarat untuk di olah kembali, sebagai injeksi

ke CDU.

• Effluent Water Treatment Plant (EWTP) dan Dehydration Plant (DHP)

EWTP mengolah air buangan dari seluruh unit proses kilang RU-V, sebelum

di buang ke out fall untuk memenuhi persyaratan limbah air buangan.

Dehydration Plant (DHP), unit proses ini bertugas menerima crude oil dari

Tanjung Kalimantan selatan, memisahkan airnya dan mentransfernya ke Oil

Movement (OM).

10
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Tinjauan Umum

Semua industri pengolahan kimia lebih khususnya pengolahan minyak

bumi, masalah perpindahan energi atau perpindahan panas adalah hal sangat

banyak dilakukan, kebutuhan akan energi yang semakin meningkat akan terasa

pada peningkatan biaya operasi. Pada saat ini para pengusaha atau pimpinan

perusahaan semakin menggairahkan penghematan energi yang disebut dengan

saving energi.

Salah satu kegiatan dalam penghematan energi adalah mempergunakan

kembali energi panas yang akan dilepaskan produk (heat recovery) dengan

menggunakan alat penukar panas (heat exchanger). Namun begitu banyaknya

jenis konstruksi alat penukar panas, sehingga perlu pembatasan masalah, maka

konstruksi yang dibahas pada KKW ini adalah alat penukar panas jenis shell dan

tube (shell and tube heat exchanger).

3.2. Mekanisme Perpindahan Panas (Heat Transfer)

Mekanisme perpindahan panas dapat berlansung dengan beberapa cara :

perpindahan panas secara konduksi, perpindahan panas secara konveksi, dan

perpindahan panas secara radiasi

11
3.2.1. Perpindahan panas secara konduksi

Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas antara

molekul-molekul yang saling berdekatan antara yang satu dengan yang lain tanpa

diikuti dengan perpindahan molekul-molekul tersebut.

3.2.2. Perpindahan panas secara konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas dari suatu

tempat ketempat lain dengan gerakan partikel-partikel secara fisis.

3.2.3. Perpindahan panas secara radiasi

Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas karena

pancaran yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang mengenai permukaan

benda yang lebih dingin.

3.3. Klasifikasi Heat Exchanger

Heat exchanger (alat penukar panas) adalah suatu alat yang digunakan

untuk memindahkan panas antara dua fluida, yaitu fluida panas yang akan

didinginkan dengan fluida dingin yang akan dipanaskan.

12
3.3.1. Klasifikasi Berdasarkan Standard TEMA

Berdasarkan standard TEMA (Tubular Exchanger Manufacturer

Association) HE dapat diklasifikasikan berdasarkan perencanaan dan cara

pembuatannya yaitu:

 Kelas R
Type HE ini adalah Shell & Tube dan lazimnya digunakan untuk proses
pengolahan industri Migas.
 Kelas B
HE kelas ini lazimnya digunakan untuk proses kimia.
 Kelas C
HE kelas ini lazimnya digunakan untuk kebutuhan secara umum.

3.3.2. Klasifikasi Berdasarkan konstruksi

Berdasarkan konstruksinya, Heat Exchanger dapat dibedakan menjadi:

Fixed Tube Sheet, Floating Head, U-Tube Bundle, Double pipe Heat Exchanger,

Keetle, dan Pipe Coil.

3.3.2.1. Fixed Tube Sheet

Fixed tube sheet adalah salah satu bentuk kontruksi, dimana tube sheet

menyatu dengan shell atau tidak dapat di lepas.

13
3.3.2.2. Floating Head

Floating head adalah bentuk konstruksi, dimana satu tube sheet

mengambang “float” dalam shell dan yang lain tepat pada shell

3.3.2.3. U-Tube Bundle

U-Tube bundle adalah bentuk konstruksi, dimana hanya satu tube sheet

diperlukan dan tepat pada shell, ujung-ujung tube terpasang pada satu sheet, dan

semua tube berbentuk U.

3.3.2.4. Double Pipe Heat Exchanger

Double pipe Heat Exchanger adalah alat penukar panas dengan sistim pipa

ganda, yaitu suatu bentuk alat penukar panas dimana pipa berada didalam pipa

lain yang lebih besar yang merupakan pipa konsentris dimana satu fluida lainnya

mengalir diantara annulus bagian dari pipa sebelah luar.

Penggunaan Double pipe heat exchanger adalah untuk zat yang viscous atau yang

mempunyai sistim perpindahan panas yang rendah.

3.3.2.5. Kettle

Untuk konstruksinya dapat terlihat jelas dari bentuk shellnya, dimana

sebagian besar shellnya diperbesar untuk ruangan uap yang dapat memberikan

kesempatan penguapan yang lebih baik pada cairan.

Cairan yang dididihkan/diuapkan berada didalam shell, sedangkan cairan yang

digunakan untuk memanaskan berada didalam tube.

Tube bundlenya ada yang berbentuk Floating Head dan yang berbentuk U-Tube.

14
3.3.2.6. Pipe Coil

Tipe ini terbuat dari pipa yang dilengkungkan membentuk spiral, biasanya

direndam dalam cairan yang dipanaskan dengan media pemanas umumnya steam.

Tipe ini banyak dipakai sebagai pemanas pada tanki-tanki penimbun minyak berat

atau crude oil.

3.3.3. Klasifikasi Berdasarkan Type

Untuk kepentingan dalam pemakaian, sifat perpindahan panas dan sistim

pekerjaan yang dilaksanakan, maka HE dibuat dengan berbagai tipe.

Untuk membedakan tipe HE tersebut, maka dibuat tanda yang menyatakan

perbedaan dengan menggunakan tiga huruf kapital:

 Huruf pertama menyatakan bentuk”Front End Statinary Head Type”


mamakai notasi huruf A, B, C, D.
 Huruf kedua menyatakan bentuk”Shell Types”, memakai notasi huruf E, F,
G, H, J, K.
 Huruf ketiga menyatakan bentuk :”Rear End Head Types” memakai notasi

huruf L, M, N, P, S,T, U, dan W.

15
Gambar 3.1 Individual Component Of Shell And Tube Exchanger

3.4. Pengaturan Arah Aliran Fluida

Aliran fluida yang mengalir didalam tube side maupun shell side dapat

dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: aliran Pararel atau searah (pararel flow),

aliran berlawanan arah (counter flow), dan aliran arah melintang (cross flow)

16
3.4.1. Aliran pararel atau searah (pararel flow)

Fluida panas dalam tube searah dengan fluida yang dipanaskan diluar tube

(shell side).

Perpindahan panas pada aliran jenis ini relatif kecil karena fluida yang

telah berubah suhunya akan mengalir pada posisi tempat dan arah yang sama.

3.4.2. Aliran berlawanan arah (counter flow)

Fluida panas dalam tube mengalir berlawanan arah dengan fluida yang

dipanaskan diluar tube. Perpindahan panas untuk aliran ini sangat baik, sebab

kedua fluida saling menukar panas sepanjang aliran dalam peralatan. Jenis aliran

ini paling banyak diterapkan pada alat penukar panas.

3.4.3. Aliran arah melintang (cross flow)

Fluida panas dalam tube didinginkan dengan arah melintang oleh fluida

yang mendinginkan. Untuk jenis aliran ini biasanya menggunakan tipe finned

tube dan banyak dipakai pada fin-fan dengan media pendingin udara. Perpindahan

panas yang terjadi relatif kecil jika dibandingkan jenis aliran lain

3.5. Pengaturan Fluida Shell side & Tube side

Tujuan pengaturan fluida dalam shell side dan tube side adalah untuk

mendapatkan efisiensi yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang lebih rendah.

17
Untuk itu perlu memperhatikan jenis fluida yang akan dialirkan kedalam shell

side atau tube side.

Berdasarkan pemikiran diatas maka pertimbangan yang dapat diambil

dalam memutuskan fluida mana yang di tube atau di shell adalah sebagai berikut:

 Fluida yang kotor dilewatkan melalui;

Dalam tube, karena tube-tube lebih mudah dibersihkan

Dalam shell, bila tube tidak dapat dibersihkan atau sebagian besar dari

kotoran dapat mengendap dan terkumpul dalam shell dan dapat dibuang

melalui saluran buang yang ada.

 Fluida bertekanan tinggi, korosif dan air dilewatkan dalam tube, karena

bahan tube dapat dipilih yang lebih tahan terhadap korosi, lebih mudah

penggantiannya, juga karena kekuatan dari diameter yang lebih kecil dari

tube akan melebihi kekuatan shell.

 Fluida dengan volume yang lebih besar dilewatkan melalui shell, karena

volume shell lebih besar dari total volume tube.

 Aliran fluida yang yang membutuhkan pressure drop yang rendah, fluida

dapat dilewatkan shell.

 Pada peralatan yang menggunakan fin tube, fluida yang bertekanan tinggi,

kotor, korosif dilewatkan dalam tube, karena mudah dibersihkan dan

mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dari pada dari luar tube.

18
3.6. Komponen Heat Exchanger

Secara umum komponen heat exchanger terdiri dari beberapa komponen

seperti:

3.6.1. Tube

Tube merupakan media penghantar antara fluida panas dan fluida dingin.

Ada dua macam tipe yaitu:

 Tube polos (bare tube atau plain tube)

 Tube bersirip (finned tube)

Sejumlah tube dirangkai menjadi satu kesatuan yang disebut tube bundle.

Tata letak pemasangan tube (tube lay out) ada empat macam yaitu:

In line Square Pitch

Pada tipe ini pusat-pusat saling membentuk sudut 90o (tegak lurus)

membentuk segi empat bujur sangkar yang tegak lurus dengan aliran fluidanya.

Tipe ini jarang digunakan karena perpindahan panasnya lebih kecil dari pada

triangular pitch.

Diamond Square Pitch

Tipe ini pusat-pusat tube saling membentuk sudut 90o (segi empat bujur

sangkar) melintang terhadap arah aliran fluidanya. Perpindahan panasnya lebih

19
baik dari pada in line square pitch, tetapi lebih rendah / kecil dari pada triangular

pitch.

Triangular Pitch

Tipe ini banyak digunakan untuk fluida yang tingkat kekotorannya tinggi

atau pun rendah. Pusat-pusat tube saling membentuk sudut 60o (segi tiga sama

sisi) searah dengan aliran fluidanya. Triangular pitch mempunyai daya

perpindahan panas lebih tinggi dari square pitch. Pitch adalah jarak dari pusat

atau center line tube yang satu ke pusat tube yang lainnya.

In Line Triangular Pitch

Tipe ini tidak banyak digunakan dibandingkan dengan triangular pitch.

Pusat tube saling membentuk sudut 60o (segi tiga sama sisi) kearah melintang

terhadap aliran fluidanya. Daya perpindahan panasnya tidak begitu tinggi

dibanding dengan square pitch.

Berikut adalah gambar dari susunan tube pada heat exchanger :

20
Gambar 3.2 Susunan Tube Pada Tube Sheet

3.6.2. Tube Bundle


Tube bundle merupakan rakitan tube-tube dengan ujung-ujungnya

berakhir dalam satu tube sheet atau dua tube sheet.

Tube bundle merupakan rangkaian terpenting pada alat penukar panas yang

berarti menentukan besarnya kapasitas dari peralatan tersebut.

3.6.3. Tube Sheet

Tube sheet merupakan tempat melekatnya/pengikatan ujung-ujung tube.

Tube sheet terbuat dari material dengan ketebalan dan jenis tertentu tergantung

dari jenis fluida yang mengalir pada peralatan tersebut.

21
3.6.4. Shell

Shell adalah bagian luar dari heat exchanger yang berbentuk silinder.

Ukuran shell (tebal plate dan diameter) dibatasi oleh pertimbangan pemeliharan

seperti kemampuan handling dilapangan dan fasilitas untuk membersihkannya.

3.6.5. Tube

Tube berdasarkan ukurannya dibedakan dengan diameter pipa, dimana

tube diukur dengan diameter luarnya (out side diameter) sedangkan ketebalannya

menggunakan standard BWG (Birmingham Wire Gages).

3.6.6. Baffle Plate

Baffle plate merupakan plate yang dipasang pada rakitan tube sebagai

sekat dalam shell. Adanya sekat (baffle) menyebabkan aliran fluida dalam shell

menjadi lebih lama dan turbulen, sehingga perpindahan panas lebih sempurna dan

dapat diatur. Jenis-jenis baffle plate yang sering digunakan adalah: Vertical Baffle

Plate (Transfersal Baffle/melintang) dan Longitudinal Baffle Plate.

3.6.7. Vertical Baffle Plate

Vertical baffle plate ada tiga macam yaitu: Segmental baffle, Disc and

doughnut baffle, dan Orifice baffle

3.6.7.1. Segmental Baffle.

Bentuk ini paling umum dipakai, dapat berupa vertical segmental cut atau

Horizontal segmental cut. Baffle ini hanya cocok untuk satu jenis fluida saja

22
disebabkan adanya campuran gas dan cairan akan memberikan akumulasi gas atau

cairan yang menghambat perpindahan panas.

Gambar 3.3 Segmental Baffle Detail

3.6.7.2. Disc and Doughnut Baffle.

Baffle jenis ini tidak banyak digunakan, karena fluidanya harus bersih bila

tidak ingin terbentuknya sedimen dibelakang doughnut.

3.6.7.3. Orifice Baffle Plate.

Baffle jenis ini untuk perencanaan khusus dimana fluida yang diproses

harus sangat bersih. Pressure dropnya lebih besar dati pada baffle jenis yang lain.

23
3.6.8. Longitudinal Baffle

Baffle ini digunakan untuk membagi aliran didalam shell menjadi dua atau

beberapa bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk

perpindahan panas yang lebih baik.

3.6.9. Tie rod

Tie rod merupakan sebatang besi bulat yang mempunyai ulir pada kedua

ujungnya dan ditempatkan pada tube sheet yang berguna untuk:

 Mempertahankan panjang tube selalu berada diantara kedua tube sheet.

 Mempertahankan jarak antara baffle plate.

 Menjaga dan mempertahankan sambungan tube, agar tidak mengalami

perubahan bentuk sewaktu diadakan pengangkatan atau mengeluarkan tube

bundle untuk perbaikan.

Gambar 3.4 Baffle,Spacer,Tie-Rod

24
3.6.10. Impingement Plate

Impingement plate berfungsi untuk melindungi tube dari abrasi partikel

padat (kotoran) yang terikut masuk ke shell.

3.6.11. Partition Plate

Berdasarkan kebutuhan aliran yang dapat diatur didalam tube, channel dan

foating head, maka media yang mengalir harus disesuaikan. Untuk itu maka perlu

diatur ruangan-ruangan sedemikian rupa agar aliran sesuai dengan arah yang

dikehendaki. Partition Plate diperlukan pemasangannya untuk membagi ruangan

didalam channel cover tersebut.

3.7. Langkah-langkah Perhitungan

Untuk menentukan cleaning yang pertama dilakukan evaluasi HE apakah

kemampuannya diatas atau dibawah desainnya dengan metoda DQ.kern

Langkah-langkah perhitungan: Neraca Panas, Selisih temperatur

sebenarnya dari 𝛥𝛥T LMTD atau CMTD, Dirt overall coefficient (U D )

Sedangkan untuk menentukan frekuensi atau periode cleaning digunakan

metode titik impas (BEP) antara potensi kehilangan panas dengan biaya yang

dikeluarkan untuk cleaning. Dengan menghitung : Kehilangan panas (Q loss),

Biaya Cleaning, dan Penentuan Periode cleaning

25
3.7.7. Neraca Panas

Rumus yang digunakan2 43:

 Tube side Q = W t .C p .∆t (3 – 1a)

 Shell side q = w t .C p .∆t (3 – 1b)

keterangan:

Q = panas yang diberikan, Btu/hr

q = panas yang diterima, Btu/hr

Wt = flow rate pada tube side lb/hr

Ws = flow rate pada shell side lb/hr

Cp = specific Heat fluida pada shell & tube side, Btu/lb. oF (lampiran 2)

𝛥𝛥 T = Beda temperatur fluida panas, o


F

𝛥𝛥 t = Beda temperatur fluida dingin, o


F

141.5
𝑜𝑜𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = − 131.5
𝑠𝑠𝑠𝑠 60/60 𝑜𝑜𝐹𝐹

1/3
√𝑇𝑇𝑇𝑇
𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 =
𝑠𝑠𝑠𝑠 60/60 𝑜𝑜𝐹𝐹

26
3.7.8. Selisih temperatur sebenarnya 𝛥𝛥t adalah:

Rumus yang digunakan:

Logarithmic Mean Temperature difference (LMTD)2 89

∆𝑡𝑡ℎ− ∆𝑡𝑡𝑡𝑡
LMTD = ∆𝑡𝑡ℎ (3 – 2)
ln
𝑡𝑡𝑡𝑡

keterangan:

• LMTD = Logarithmic Mean Temperature Difference, oF

• Δt h = Beda temperatur yang tinggi dari fluida panas dan dingin, oF

• Δt c = Beda temperatur yang rendah dari fluida panas dan dingin, oF

FLUIDA PANAS FLUIDA DINGIN


o
T1 = F t 2 = oF
∆th=T 1 -t 2 /Temp atas
T2 = o
F t 1 = oF ∆tc=T 2 -t 1 /Temp
bawah

korelasi R dan S 2 829

𝑇𝑇 −𝑇𝑇 𝑡𝑡 −𝑡𝑡
Cari harga R= 𝑡𝑡1 −𝑡𝑡 2 Cari harga S=𝑇𝑇2 −𝑡𝑡1
2 1 1 1

Harga F t (faktor koreksi) didapat dari grafik (lampiran 3)

Maka 𝛥𝛥t = LMTD x F t

27
3.7.9. Dirt Overall Coefficient, U D :

Rumus yang digunakan 2 157:


𝑄𝑄
𝑈𝑈𝐷𝐷 = 𝐴𝐴.∆𝑡𝑡 (3 – 3)

𝐴𝐴 = 𝑁𝑁𝑁𝑁. 𝐿𝐿. 𝑎𝑎" 2 157 (3 – 4)

• UD = Dirt overall coefficient, Btu/(hr)(ft 2 )( 𝑜𝑜𝐹𝐹 )

• A = Luas permukaan perpindahan panas, ft2

• Δt = LMTD terkoreksi, oF

• Nt = Jumlah tube

• L = Panjang tube,ft

• a” = Luas permukaan tube ft2/lin ft

• Q = Panas yang dipindahkan,Btu/hr

3.7.10. Potensi Kehilangan Panas

Q loss = Rata-rata penurunan duty x hari operasi duty dibawah duty desain

3.7.11. Biaya Cleaning

Biaya cleaning = Biaya kontrak cleaning + penurunan produksi saat

cleaning

3.7.12. Analisa Titik Impas (Break Even Point)

Analisa titik impas (BEP) digunakan untuk menentukan tingkat produksi

yang bisa mengakibatkan perusahaan berada pada kondisi impas. Untuk

mendapatkan titik impas ini maka harus dicari fungsi-fungsi biaya maupun

28
pendapatannya. Dalam analisa titik impas ini fungsi biaya dan fungsi

pendapatannya diasumsikan linier.

Gambar 3.5 Grafik Titik Impas

Pada saat kedua fungsi bertemu, maka total biaya (TC) sama dengan total

pendapatan (TR). Dengan kata lain titik impas akan diperoleh apabila total biaya

yang terlibat persis sama dengan pendapatan (I Nyoman Pujawan “Ekonomi

Teknik” 5 150)

TC = TR atau TC – TR = 0 (3 - 5)

Perhitungan periode cleaning adalah jumlah hari dalam setahun dibagi

frekuensi cleaning :

Periode cleaning = 360 /frekuensi cleaning (3 – 6)

29
3.7.13. Keekonomian

Potensi penghematan dihitung berdasarkan selisih penurunan Q loss dan

biaya cleaning yang di keluarkan setelah perencanaan dan sebelum perencanaan.

Potensi penghematan (S) = (penurunan Q loss setelah perecanaan (TR A ) –

penurunan Q loss sebelum perencanaan (TR B )) – (Biaya cleaning setelah

perencanaan (TC A ) – Biaya sebelum perencanaan (TC B ))

S = (TR A – TR B ) – (TC A – TC B ) (3 – 7)

30
IV. PEMBAHASAN

4.1. Heat Exchanger E-201-11

CDU V adalah unit proses distilasi atmosferik yang mengolah crude oil

menjadi LPG, Ligh Naphta, Heavy Naphta, Kerosine, LGO, HGO, dan Residu.

Sebelum di distilasi crude oil dipanaskan melalui preheater dan furnace.

Preheater merupakan serangkaian heat exchanger yang digunakan untuk

memanaskan crude oil dengan memanfaatkan panas dari produk yang akan di

dinginkan. Heat Exchanger E-201-11 adalah preheater terahir sebelum masuk

furnace dengan media pemanas Residu.

E-201-11 mempunyai fasilitas bypass yang memungkinkan E-201-11

dapat dilakukan cleaning pada saat plant beroperasi normal dengan menurunkan

intake.

Residu
t1
Residu
T2

E-201-11

T1 Residu

t2
Crude

Gambar 4.1 Heat Exchanger E-201-11

31
Data operasional E-201-11 pada tanggal 4 februari 2012

Fluida dingin yang melewati shell side

Suhu masuk (t 1 ) = 392 oF

Suhu keluar (t 2 ) = 430 oF

141.5
SG 60/60 oF = 0,8664 o
API= 0,8664 − 131.5 = 32

Laju alir (W s ) = 338m3/jam x 0,8664 x 2,205 lb/kg x1000 l/m3

= 645.608 lb/jam

Menentukan panas jenis (C p ) crude oil:

Data Distilasi ASTM D-86: (tgl 4 february 2012)

temp 50% vol (Mid Boiling Point) : 290 oC

karena data Distilaasi ASTM D-86 tidak sampai 70 % maka T b untuk mencari

Kuop digunakan mid boiling point. (lampiran 1)

3 3
√Tb √554 + 460
Kuop faktor: K = = = 11,6 maka,
SG 0.8664

faktor koreksi/ atau f c = 0.98 (lampiran 2)

𝑡𝑡 +𝑡𝑡 2 392 + 429.8


Temperature rata-rata / t av = 1 2 = = 410.9 oF
2

o
API= 32 maka C p =0.65 Btu/lb oF (lampiran 3)

C p terkoreksi = C p x fc = 0.65 x 0.98 = 0,637 Btu/lb.oF atau 0,68 Btu/lb.oF

32
Fluida panas yang melewati tube side

Suhu masuk (T 1 ) = 608 oF

Suhu keluar (T 2 ) = 547 oF

141.5
SG 60/60 oF =0,9028 o
API= 0,9028
− 131.5 = 25

Laju alir (W t ) = 180 m3/jam x 0,9028 kg/l x 2,205 lb/kg x 1000 l/m3

= 358.259,57 lb/hr

Menentukan panas jenis (Cpt) short residu:

Untuk menentukan temperature digunakan temperature rata-rata antara

inlet dan outlet

𝑡𝑡 1 +𝑡𝑡 2 608 + 547


Temperature rata-rata/ t av =
2
= = 577 oF
2

o
API= 25 maka Cpt = 0.71 Btu/lb oF (lampiran 2)

Untuk Cp pada penentuan periode cleaning digunakan Cp residu yang

ada pada buku manual HE yang merupakan fungsi temperatur. (lampiran 6)

Tabel 4.1 Data operasi E-201-11 tgl 4 february 2012


No Uraian Notasi Satuan E.1 A/B
1. Fluida Crude Oil
Laju alir Ws lb/hr 645.608
SG 60/60 oF 0,8664
Shell Side

o
Suhu masuk t1 F 392
o
Suhu keluar t2 F 430
2 OF
Panas jenis Cp s Btu/ft 0,68

33
2. Fluida Residu
Laju alir Wt lb/hr 358.259,57
Tube Side
SG 60/60 oF 0.9028
o
Suhu masuk T1 F 608
o
Suhu keluar T2 F 462547
Panas jenis Cp t Btu/ft2 OF 0,71

Spesifikasi dan konstruksi alat pertukaran panas/H E, E-201-11

Shell:

Inside Diameter,ID/ Shell = 45 inchi (lampiran 4)

Type = A-E-S

Jumlah shell =1

Luas permukaan = 4.741,5 ft2

Jumlah Pass = 1 pass shell side dan 4 pass tube side

Tube:

Jumlah tube (Nt)/Shell = 1.344

Panjang tube (L) = 20 ft

OD = 3/4 inchi

BWG = 16

Pitch(P T ) = 1 inchi

34
E-201-11

Gambar 4.2 Konstruksi E-201-11

35
4.2 Neraca Panas

Perhitungan alat pertukaran panas dengan metoda D.Q Kern

Pada tube side (panas yang diberikan residu) dengan persamaan (3 – 1a) :

Q = W t .C p .∆t

Q = 358.260 lb/hr x 0.71 Btu/lb.oF x (608 - 547) oF

= 15.545.336 Btu/hr

Pada shell side (panas yang diterima short residu) dengan persamaan (3 – 1b) :

q = w t .C p .∆t

q = 645.608 lb/ hr x 0.64 Btu/lb.oF x (429,8 - 392) oF

= 15.545.336 Btu/hr

4.3 Selisih Temperatur Sebenarnya ∆T LMTD

Perhitungan LMTD dengan menggunakan rumus (3 – 2)

FLUIDA PANAS FLUIDA DINGIN


o
T 1 = 608 F t 2 = 430 oF
∆th=T 1 -t 2 = 178
T 2 = 547 oF t 1 = 392 oF ∆tc=T 2 -t 1 = 155
T 1 - T 2 = 61 oF t 2 -t 1 = 38 oF

∆𝑡𝑡ℎ− ∆𝑡𝑡𝑡𝑡 178− 155


LMTD =
ln
∆𝑡𝑡ℎ =
ln
178 = 166,27 oF
𝑡𝑡𝑡𝑡 155

𝑇𝑇1 −𝑇𝑇2 608−545 63


R= = 430−392 = 38 = 1.66
𝑡𝑡 2 −𝑡𝑡 1

36
𝑡𝑡 2 −𝑡𝑡 1 430−392 38
S= = 608−392 = 216 = 0.18
𝑇𝑇1 −𝑡𝑡 1

R = 1.66 dan S =0.18 didapat Ft = 0.99 sebagai koreksi (lampiran 3)

∆t sebenarnya/CMTD = Ft x LMTD = 0.99 x 166,27 = 165 oF

4.4 Dirt Overall Coefficient, 𝑼𝑼𝑫𝑫 :

Koefisien perpindahan panas menyeluruh saat kotor dihhitung dengan

rumus (3 – 3):

𝑄𝑄
𝑈𝑈𝐷𝐷 =
𝐴𝐴. ∆𝑡𝑡

Q = 15.545.336.2 Btu/hr 𝛥𝛥t (LMTD) = 165 oF

Nt = 1.344

L = 20 ft

a” = 0.1963 ft2/lin ft (lampiran 5)

Total Luas permukaan A dengan rumus (3 – 4)

A = N t . L . a”

A = 1.344 x 20 x 0,1963 = 5.280,94 ft2

𝑄𝑄
𝑈𝑈𝐷𝐷 =
𝐴𝐴. ∆𝑡𝑡

15.545.336,2
=
5.280,94 X 165

= 17,8829 Btu/(hr)(ft 2 )( 𝑜𝑜𝐹𝐹 )

37
4.5 Perbandingan Kondisi Desain Dengan Hasil Perhitungan

Tabel 4.2 Perbandingan desain dan Hasil perhitungan E-201-11

No Uraian Satuan Design Perhitungan

1 Duty Btu/hr 23016262 15545336


2 Ud Btu/hr ft2 OF 36.66 17.88

Dilihat dari perbandingan desain dengan hasil perhitungan dimana Ud

perhitungan sudah lebih rendah dari pada Ud desain, dan Duty perhitungan lebih

rendah dari Duty desain, hal ini menunjukkan kinerja HE E-201-11 sudah

dibawah tugas dan waktunya di lakukan cleaning.

4.6 Penentuan Periode Cleaning


Untuk menentukan periode cleaning digunakan methode titik impas

(BEP) antara penurunan Q loss dan biaya cleaning. Dari perhitungan beban atau

duty HE selama 1 tahun diperoleh grafik duty HE E-201-11 sebagai berikut :

4
juta kcal

Duty Tube Duty Desain

Gambar 4.3 Grafik Duty E-201-11

38
Dari 4 kali proses cleaning duty hitung mencapai duty desain rata-rata 18

hari, dengan rata-rata penurunan :

7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
y = -32522x + 5E+06
2000000
1000000
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

penurunan Q Linear (penurunan Q)

Gambar 4.4 Penurunan Q Cleaning1

Cleaning ke1 = 32522 kcal/jam

8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
y = -41984x + 7E+06
2000000
1000000
0
0 20 40 60 80 100

penirunan Q cleaning2 Linear (penirunan Q cleaning2)

Gambar 4.5 Penurunan Q Cleaning2

Cleaning ke2 = 41984 kcal/jam

39
Gambar 4.5 Penurunan Q Cleaning2

9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000 y = -40629x + 6E+06
1000000
0
0 20 40 60 80 100 120

penurunan Q cleaning2 Linear (penurunan Q cleaning2)

Gambar 4.6 Penurunan Q Cleaning3

Cleaning ke3 = 40629 kcal/jam

8000000
7000000
6000000
5000000
4000000 y = -88127x + 7E+06
3000000
2000000
1000000
0
0 10 20 30 40 50

penurunan Q cleaning3 Linear (penurunan Q cleaning3)

Gambar 4.7 Penurunan Q Cleaning4

Cleaning ke4 = 88127 kcal/jam

Rata-rata penurunan Q pada empat kali cleaning HE-201-11 adalah :

Rata-rata penurunan duty HE = 50.816 kcal/jam

40
Potensi Heat loss

Rata-rata Q hitung = Q desain = 18 hari

Waktu rata-rata pelaksanaan cleaning =4 hari

1 kcal = 3,968321 Btu

1TSRF = 40.785,1 Btu

1 TSRF = 800,69 US $

1 US $ = 8872,63 Rp

Potensi Q loss = Rata-rata penurunan Duty x Hari operasi di dibawah Q desain

Tabel 4.3 Q loss dengan Frekuensi cleaning per tahun


(Rp)
Hari Ops Q loss Q loss (Btu) Q loss (Rp) Akumulasi
frek < desain (kcal) kcal *3.968321 Btu/Btu/tsrf*US$*Rp penurunan Qloss
1 338 412219392 1,635,818,870 284,938,056,651 0
2 316 385388544 1,529,345,452 266,391,792,609 18,546,264,042
3 294 358557696 1,422,872,035 247,845,528,566 37,092,528,085
4 272 331726848 1,316,398,617 229,299,264,524 55,638,792,127
5 250 304896000 1,209,925,200 210,753,000,482 74,185,056,170
6 228 278065152 1,103,451,782 192,206,736,439 92,731,320,212
7 206 251234304 996,978,364 173,660,472,397 111,277,584,254
8 184 224403456 890,504,947 155,114,208,355 129,823,848,297
9 162 197572608 784,031,529 136,567,944,312 148,370,112,339
10 140 170741760 677,558,112 118,021,680,270 166,916,376,381
11 118 143910912 571,084,694 99,475,416,227 185,462,640,424
12 96 117080064 464,611,277 80,929,152,185 204,008,904,466
13 74 90249216 358,137,859 62,382,888,143 222,555,168,509
14 52 63418368 251,664,442 43,836,624,100 241,101,432,551
15 30 36587520 145,191,024 25,290,360,058 259,647,696,593
16 8 9756672 38,717,606 6,744,096,015 278,193,960,636

41
Biaya yang timbul akibat cleaning E-20-11 adalah :

 Biaya kontrak cleaning rata-rata = Rp 15.500.000,- (sumber Proces

Enginering PT.Pertamina RU-V Balikpapan)

 Biaya penurunan produksi tiap sekali cleaning

Diambil dari rata-rata penurunan produksi pada saat pelaksanaan cleaning

terdahulu

Biaya penurunan produksi = US $ 18.203,8021 /jam

Rata-rata pelaksanaan cleaning = 4 hari

Biaya penurunan produksi = 4 x 24 x US $ 18.203,8021

= US$ 1.747.565,-/cleaning

= Rp 15.506.144.275,88/cleaning

Total Biaya cleaning = Biaya kontrak + Biaya penurunan produksi

= Rp 15.500.000,- + Rp 15.506.144.275,88

= Rp 15.521.644.275,88/cleaning

42
Tabel 4.4 Biaya cleaning
Frekuensi Biaya cleaning
1 15,521,644,000
2 31,043,288,000
3 46,564,932,000
4 62,086,576,000
5 77,608,220,000
6 93,129,864,000
7 108,651,508,000
8 124,173,152,000
9 139,694,796,000
10 155,216,440,000
11 170,738,084,000
12 186,259,728,000
13 201,781,372,000
14 217,303,016,000
15 232,824,660,000
16 248,346,304,000

300
Milyar Rupiah

250

200

150

100

50

-
0 5 10 15
Frekuensi
Biaya Cleaning

Gambar 4.8 Biaya Cleaning

43
Tabel 4.5 Penurunan Q loss dan biaya cleaning dengan Frekuensi
cleaning per tahun

Akumulasi penurunan
Frekuensi Biaya Cleaning
Qloss
1 0 15,521,644,000
2 18,546,264,042 31,043,288,000
3 37,092,528,085 46,564,932,000
4 55,638,792,127 62,086,576,000
5 74,185,056,170 77,608,220,000
6 92,731,320,212 93,129,864,000
7 111,277,584,254 108,651,508,000
8 129,823,848,297 124,173,152,000
9 148,370,112,339 139,694,796,000
10 166,916,376,381 155,216,440,000
11 185,462,640,424 170,738,084,000
12 204,008,904,466 186,259,728,000
13 222,555,168,509 201,781,372,000
14 241,101,432,551 217,303,016,000
15 259,647,696,593 232,824,660,000
16 278,193,960,636 248,346,304,000

300
milyar rupiah

250

200

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Frekuensi
Penurunan Q loss Biaya cleaning

Gambar 4.9 Grafik penurunan Q loss, biaya cleaning dengan Frekuensi

44
Jika menurunnya Q loss dianggap sebegai pendapatan (TR), dan biaya

cleaning dianggap sebagai total cost (TC), maka titik impas (BEP) terjadi saat

penurunan Q loss = total biaya cleaning yaitu pada titik potong kedua garis.

Dari Grafik didapat titik potong, dengan rumus (3 – 5) :

TC = 1,552 x 1010 X + 1,284 x 10-5

TR = ,855 x 1010 X – 1,855 x 1010

TR – TC = 0

1,855 x 1010 X – 1,855 x 1010 = 1,552 x 1010 X + 1,284 x 10-5

1,855 x 1010 X – 1,855 x 1010 – 1,552 x 1010 X + 1,284 x 10-5 = 0

0,303 x 1010 X – 18.549.999.999,99 = 0

X = 18.549.999.999,99 : 0,303 x 1010

X = 6,122 >>> dibulatkan 6

Jadi frekuensi cleaning E-201-11 dilakukan 6 kali setahun.

Perhitungan periode cleaning dengan menggunkan rumus (3 – 6)

Periode Cleaning = 360 hari : Frekuensi Cleaning

= 360 hari : 6

= 60 hari sekali atau 2 bulan sekali.

45
4.7 Keekonomian

Penghematan dihitung berdasarkan selisih penurunan Q loss setelah

dilakukan perencanaan dan penurunan Q loss sebelum perencanaan dikurangi

selisih biaya setelah perencanaan dan biaya sebelum perencanaan.

Selisih penurunan Q loss :

- Penurunan Q loss setelah perencanaan (6x) = Rp 92.731.320.212

- Penurunan Q loss sebelum perencanaan (4x) = Rp 55.638.792.127

- Selisih penurunan Q loss (TR A - TR B ) = Rp 37.092.528.095

- Biaya Cleaning setelah perencanaan (6x) = Rp 93.129.864.000

- Biaya Cleaning sebelum perencanaan (4x) = Rp 62.086.576.000

- Selisih Biaya cleaning (TC A - TC B ) = Rp 31.043.288.000

Potensi penghematan (S) dengan perencanaan periode cleaning dengan

rumus (3 – 7) :

S = (TR A – TR B ) – (TC A – TC B )

= Rp 37.092.528.095 – Rp 31.043.288.000

= Rp 6.049.240.095/Tahun

Jadi dengan melakukan perencanaan cleaning dengan periode 2 bulan

sekali atau 6 kali setahun diperoleh penghematan sebesar Rp 6.049.240.0958 per

Tahun.

46
V. PENUTUP

5.1. Simpulan

Hasil perhitungan dan data pola penurunan duty Heat Exchanger E-201-11

yang diperoleh dari Process Engineering, dapat diambil kesimpulan :

 Dengan U D perhitungan 17,88 Btu/hr ft2 OF < dari U D desain 36,66 Btu/hr

ft2 OF maka E-201-11 sudah waktunya di lakukan cleaning.

 Dari perbandingan potensi penurunan Q loss dan biaya cleaning diperoleh

periode cleaning 2 bulan sekali atau 6 kali setahun.

 Potensi penghematan dari Heat Exchanger E-201-11 jika dilakukan cleaning 2

bulan sekali = Rp 6.049.240.095,-/tahun.

5.2. Saran

Agar penyerapan panas oleh E-201-11 bisa lebih baik dan proses

cleaningnya dapat berjalan tepat waktu, maka saran bisa penulis berikan adalah :

 Lakukan injeksi anti fouling, karena saat ini proses di CDU V tidak

menggunakan injeksi anti fouling, agar proses fouling dapat dikurangi.

 Lakukan proses cleaning E-201-11 dengan poriode 2 bulan sekali, atau 6 kali

setahun

 Sediakan tube bundle cadangan untuk mempercepat cleaning, karena pada saat

cleaning E-201-11 proses cleaning tube bundle memakan waktu ±2 hari,

dengan demikian kerugian akibat penurunan produksi bisa dikurangi.

47

Anda mungkin juga menyukai