Anda di halaman 1dari 32

RANGKAIAN LISTRIK

MATERI : TEKNIK-TEKNIK ANALISA RANGKAIAN

DI Susun Oleh :

1. KURNIA DWI ERWANDA ( 1451800041 )


2. ERDYNO MEI RAHWANDI ( 1451800043 )
3. MARTHA DHARMA WIBOWO ( 1451800046 )
4. CAHYO NUGROHO PUTRA ( 1451800048 )
5. FAHMI KADARISMAN ( 1451800049 )
6. MUHAMMAD ASHFAHANDIKA ( 1451800051 )
7. AGUNG ADI PRASETYO ( 1451800052 )
8. AHMAD FIKRI ALIMUDDIN ( 1451800054 )
9. RUSTAM EFENDI ( 1451800056 )
10. BAYU ARI OCTAVIAN ( 1451800057 )
11. RAFI SANJAYA ( 1451800058 )

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS


S1 TEKNIK ELEKTRO
Tujuan ;
 Menggunakan konsep super posisi untuk mengidentifikasi kontribusi individual
terhadap tanggapan total rangkaian
 Menggunakan transformasi sumber untuk mengurangi kompleksitas rangkaian
 Menentukan rangkaian ekuivalen Thevenin dari suatu rangkaian
 Menentukan rangkaian ekuivalen Norton dari suatu rangkaian
 Menghitung resistansi beban yang akan menghasilkan transfer daya maksimum
 Mengkonversi rangkaian dalam hubungan ▲ Delta menjadi rangkaian dalam
hubungan ⅄ Bintang, dan sebaliknya
 Memilih strategi analisis untuk menentukan suatu tanggapan rangkaian tertentu
 Menjalankan sapuan dc dalam program PSpice
Pendahuluan
Tujuan dari materi Teknik-teknik analisis Rangkaian yaitu mempelajari metode
menyederhanakan dari suatu rangkaian kompleks. Hal yang diharapkan adalah dapat
menggunakan metode untuk mengganti bagian rangkaian yang lain dengan suatu
rangkaian ekivalen yang lebih sederhana. Konsep rangkaian ekivalen dapat juga
digunakan untuk menyederhanakan rangkaian multi komponen sebelum rangkaian
dijalankan. Tujuan akhirnya dapat memilih metode analisis yang paling mudah dan tepat.
5.1 Linieritas & Superposisi
Semua rangkaian yang telah kita analisis sampai sekarang (dan yang akan kita
analisis kelak) adalah rangkaian linear. Pada waktu ini kita harus lebih spesifik dalam
mendefiniskan sebuah rangkaian linear. Setelah melakukan hal ini, maka kita dapat
meninjau akibat linearitas yang terpenting, yakni prinsip superposisi. Ini adalah prinsip
dasar, dan kenyataan bahwa superposisi tidak dapat diterapkan untuk rangkaian yang
tak linear, adalah alasan mengapa sangat sukar menganalisis tangkaian tak linear.

Elemen Elemen Linier dan Rangkaian Rangkaian Linier

Mula-mula kita definisikan elemen linear sebagai sebuah elemen pasif yang
mempunyai hubungan arus-tegangan linear. Dengan “hubungan tegangan-arus linear”
kita maksudkan bahwa perkalian dari arus (yang berubah terhadap waktu melalui elemen)
dengan sebuah konstanta K mengakibatkan perkalian tegangan (yang berubah terhadap
waktu) dengan sebuah konstanta K. Pada waktu ini, hanya satu elemen pasif yang telah
didefinisikan, yakni tahanan, dan hubungan arus tegangan

v(t) = Ri(t)

jelas adalah linear. Kenyataannya, jika v(t) digambarkan sebagai fungsi i(t), hasilnya
adalah sebuah garis lurus. Akan kita lihat bahwa persamaan yang mendefinisikan
tegangan–arus untuk induktansi dan kapasitansi adalah juga hubungan linear, demikian
pula persamaan yang mendefinisikan induktansi bersama.

Kita harus juga mendefinisikan sumber tak bebas linear sebagai sumber tegangan
atau sumber arus tak bebas yang tegangan atau keluarannya adalah sebanding: dengan
pangkat pertama dari variabel arus atau variabel tegangan dalam rangkaian atau, dengan
jumlah kuantitas-kuantitas seperti itu. Yakni, sebuah sumber tegangan tak bebas,
, adalah linear, tetapi dan tidak linear.

Sekarang kita dapat mendefinisikan rangkaian linear sebagai rangkaian yang


dibentuk seluruhnya dari sumber-sumber bebas, sumber tak bebas linear, dan elemen
linear. Dari definisi ini, dapat diperlihatkan bahwa “respons adalah sebanding dengan
sumber,” atau perkalian semua arus dan tegangan sumber bebas dengan sebuah
konstanta K menaikkan respons dari semua arus dan tegangan dengan faktor yang sama
K (termasuk konstanta keluaran arus atau tegangan sumber tak bebas).

Prinsip Superposisi

Di dalam setiap jaringan penahan linear yang mengandung beberapa sumber,


tegangan atau arus yang melalui setiap tahanan atau sumber dapat dihitung
dengan melakukan penjumlahan aljabar dari semua tegangan atau arus sendiri-
sendiri yang dihasilkan oleh setiap sumber bebas yang bekerja sendiri, dengan
semua suber tegangan bebas lain diganti oleh rangkaian-rangkaian pendek dan
semua sumber arus bebas yang lain diganti oleh rangkaian terbuka.

Jadi jika ada N sumber bebas, maka kita lakukan N percobaan. Setiap sumber
bebas adalah aktif hanya dalam satu eksperimen. Sebuah sumber tegangan yang tak
aktif adalah identik dengan sebuah hubungan pendek, dan sebuah sumber arus bebas
yang tak aktif adalah sebuah rangkaian terbuka. Perhatikan bahwa sumber-sumber tak
bebas pada umumnya adalah aktif dalam setiap percobaan.
6 

ix

+ iS
υS −
9
=2
=3V

Rangkaian yang mengandung sebuah sumber


arus bebas dan sebuah sumber tegangan bebas
yang mudah dianalisis dengan prinsip
superposisi.

Untuk rangkaian dari diatas , kita gunakan superposisi untuk menuliskan


ungkapan bagi arus cabang yang tak diketahui i . Mula-mula kitabuat sumber arus
x

sama dengan nol dan didapat bagian i yang ditimbulkan oleh sumber tegangan
x

sebesar 0,2 A. Selanjutnya jika kita biarkan sumber tegangan sama dengan nol dan
memakai pembagian arus, maka bagian sisa dari i terlihat sama dengan 0,8 A. kita
x

dapat menuliskan jawaban terperinci sebagai


2 1 


+
 ix

10 V + υ + 2ix
3A
− −

Superposisi dapat digunakan menganalisis rangkaian ini dengan mula-


mula menggantikan sumber 3 A dengan sebuah rangkaian hubung
terbuka (Open Circuit). Sumber tegangan tak bebas selalu aktif (kecuali
jika ix = 0)

Sebagai contoh pemakaian prinsip superposisi pada rangkaian yang mengandung


sebuah sumber tak bebas, tinjaulah Gambar diatas. Kita mencari ix, dan mula-mula kita
buat sumber 3 A menjadi rangkaian terbuka. Persamaan mesh adalah

sehingga

Selanjutnya, kita hubung-pendekkan sumber 10 V dan kita tuliskan persamaan simpul

dan menghubungkan kuantitas pengontrol sumber tak bebas kepada

Kita dapatkan

dan, jadi,
Biasanya ternyata bahwa hanya sedikit, kalau pun ada, waktu yang dihemat dalam
menganalisis sebuah rangkaian yang mengandung satu atau lebih sumber-sumber tak bebas
dengan menggunakan prinsip superposisi, karena harus selalu ada paling sedikit dua sumber
yang beroperasi; sebuah sumber bebas dan semua sumber yang tak bebas.

Kita harus terus menerus sadar akan batasan superposisi. Ini hanya dapat dipakai untuk
respons liner, jadi respons nonlinear yang paling umum-daya-tidak memenuhi superposisi.
Misalnya, tinjaulah dua batere 1-V yang seri dengan sebuah tahanan 1-. Daya yang
diberikan kepada tahanan jelaslah 4 W, tetapi jika kita secara salah menggunakan superposisi
mungkin kita akan mengatakan bahwa setiap batere memberi 1 W sehingga daya total 2 W.
Ini tak benar.

PSPice

Apa itu PSpice ?

PSpice (singkatan Personal Simulation Program with Integrated Circuit Emphasis) adalah
perangkat lunak simulasi untuk proses perancangan rangkaian elektronika analog dan logika
digital yang dibuat oleh perusahaan MicroSim. Perusahaan ini kemudian dibeli oleh
perusahaan OrCAD, yang selanjutnya dibeli oleh perusahaan Cadence Design Systems.
PSpice versi pertama yang dipakai di UC Berkeley pada tahun 1984 berjalan pada komputer
pribadi IBM.

OrCAD (singkatan: Oregon + CAD) adalah perangkat lunak simulasi untuk otomasi
perancangan rangkaian elektronika yang sekarang menjadi milik dari perusahaan Cadence
Design Systems. OrCAD ini banyak dipakai oleh para ahli teknik untuk membuat rangkaian
elektronika (termasuk komponen pasif, IC, komponen analog maupun digital) pada papan
rangkaian tercetak (Printed Circuit Board, PCB). Sebelum dicetak pada PCB, diagram
rangkaiannya ditest dahulu keakuratannya melalui proses simulasi.

PSPICE dapat mengerjakan beberapa analisis rangkaian, di antaranya yang penting adalah:
• Non-linear DC analysis: menunjukkan kurva DC transfer
• Non-linear transient and Fourier analysis: memperlihatkan kurva tegangan dan arus
sebagai fungsi waktu
• Fourier analysis: memperlihatkan spectrum frekuensi
• Linear AC Analysis: memperlihatkan grafik sebagai fungsi frekuensi
• Noise analysis
• Parametric analysis
• Monte Carlo Analysis

Semua analisis di atas dapat dilakukan pada beberapa temperature yang berbeda.
Temperature secara default adalah 300K.

Di dalam simulator PSPICE ini tersedia library analog and digital untuk komponen-komponen
standard, seperti NAND, NOR, flip-flops, MUXes, FPGA, PLDs dan sebagianya. Hal ini
membuat

Membuat Rangkaian Sederhana


Buatlah rangkaian sederhana di bawah ini,

Gambar 6.1 Contoh rangkaian


1. Pilih icon Place Part, kemudian akan di ikuti layar seperti Gambar 6.2 Place Part

Gambar 6.2 Place Part

Pilih library yang sesuai dengan komponen yang kita inginkan. Sebagai contoh adalah
komponen R (resistor). Library-nya adalah Analog, kemudian scroll (gulung ke bawah) pada
Part list sampai ditemukan komponen R. Maka dialog akan tampak seperti Gambar 6.2
Place Part di atas. Jika library pada gambar 8 masih kosong, maka anda perlu
menambahkan library pada PSpice. Caranya, klik Add Library, kemudian untuk mudahnya
tambahkan semua library yang disediakan (bawaan) oleh PSpice ini. Ada beberapa library di
sana, yaitu (dalam versi PSpice yang berbeda mungkin library bawaan berbeda pula, namun
secara garis besar adalah sama), semua library ini disediakan oleh PSPICE secara default,
dan terletak di subdirektori;

C:\Program Files\OrCAD_Demo\Capture\Library\Pspice

• Analog: berisi komponen-komponen pasif (R,L,C), mutual inductance, transmission line,


serta tegangan dan arus tergantung sumber(voltage dependent voltage source E, current-
dependent current source F, voltage-dependent current source G and current-dependent
voltage source H).
• Source: berisi berbagai macam sumber tegangan dan sumber arus dengan tipe-tipe yang
berbeda. (Vdc, Idc, Vac, Iac, Vsin, Vexp, pulse, piecewise linear, dll).
• Eval: menyediakan dioda-dioda (D…), bipolar transistor (Q…), MOS transistor, JFETs
(J…), real opamp seperti u741, switch (SW_tClose, SW_tOpen), berbagai gerbang dan
komponen-komponen digital.
• Abm: berisi operator-operator dasar matematis yang dapat diaplikasikan ke isyarat, seperti
multiplication (MULT), summation (SUM), Square Root (SWRT), Laplace (LAPLACE), arctan
(ARCTAN), dan masih ada lagi.
• Special: berisi berbagai macam komponen lain, seperti PARAM, NODESET, dsb.

Klik OK, komponen R akan terbawa oleh kursor untuk siap ditempatkan di dalam jendela
skematik. Klik kursor di posisi komponen R ingin ditempatkan.

2. Untuk mengubah nilai R, double klik pada nilainya (yang bertuliskan 1k). Akan muncul
layar Display Properties seperti Gambar 6.3 Display Properties. Ubah nilainya sesuai
dengan yang diinginkan (10k).

Gambar 6.3 Display Properties


PSpice menyediakan eksponen atau faktor skalar seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Notasi di PSpice tidak case sensitive, sehingga penulisan M dan m dianggap sama.

Simbol Nilai Faktor


F atau f (femto) 1e – 15
P atau p (pico) 1e – 12
N atau n (nano) 1e – 9
U atau u (micro) 1e – 6
M atau m (mili) 1e – 3
K atau k (kilo) 1e – 3
MEG atau meg (mega) 1e – 6
G atau g (giga) 1e – 9
T atau t (terra) 1e – 12

3. Tambahkan komponen - komponen yang lain dengan cara yang sama. Komponen
resistor dan kapasitor berada di dalam library ANALOG, sumber tegangan DC dan
sumber arus DC berada di library SOURCE. Pada PSpice klik kiri dan kanan mempunyai
arti yang berbeda, jika ingin menambahkan komponen yang sama anda bisa meng-klik
kiri, jika anda ingin berganti komponen yang lain lagi, cukup tekan ESC.
4. Setelah semua komponen dimasukkan ke dalam skema, sambungkan masing-masing
komponen itu dengan kabel. Pilih dan klik icon Place wire, lalu sambungkan semua kaki-
kaki komponen sebagaimana skema yang diinginkan. Tekan tombol ESC untuk
mengakhiri.
5. Tambahkan Ground ke dalam rangkaian. Pilih dan klik icon Place ground, maka akan di
ikuti layar Place ground, pilih GND/CAPSYM dan berilah nilai “0” pada isian Name.
Jangan lupa meng-nol-kan. Jika tidak PSpice akan memunculkan peringatan kesalahan
ketika simulasi rangkaian dijalankan atau muncul peringatan “Floating Node”. Ini terjadi
karena PSpice memerlukan terminal ground sebagai titik referensi yaitu “0” pada ground.

Gambar 6.4
Place Ground
6. Bila alur langkah di atas sudah anda lakukan secara sistematis, maka skema dari
rangkaian yang anda buat adalah seperti Gambar 6.1 Contoh rangkaian.

Gambar 6.1 Contoh rangkaian


Analisis Sebuah Rangkaian

PSpice dengan OrCAD dapat menampilkan rangkaian elektronika secara visual. Hal
ini sangat mempermudah untuk mengetahui cara kerja rangkaian. Namun demikian,
awal mulai spice yang berupa text untuk netlist-nya masih diperlukan, kadang untuk
melacak jika ada kesalahan. Demikian juga untuk melacak arah arus. PSpice
menyediakan menu untuk melacak/membuat text file, klik menu Pspice > Create
Netlist. Dari menu PSpice maka text file dari rangkaian akan dibuatkan. Untuk melihat
rangkaian dalam bentuk text tersebut, cukup dengan memilih View Netlist. Gambar 7.1
di bawah memperlihatkan Create netlist dan View netlist. Sedangkan gambar 7.2
memperlihatkan sebuah rangkaian dengan text netlist-nya.

Gambar 7.1
Create Netlist
Gambar 7.2 Rangkaian serta keterangannya
PSpice memberi kemudahkan kita untuk men-simulasikan sebuah rangkaian misalnya
analisis DC bias, DC sweep, Transient, AC analysis, Montecarlo, Temperature sweep dan
Parameter sweep.
Dalam tutorial kali ini akan dijelaskan analisis yang sering dipakai pada simulasi PSpice, yaitu
DC bias, DC sweep, AC analysis, dan Transient.

5.2 Transformasi Sumber


Sumber Tegangan dan Arus Praktis

Menunjukkan model sumber tegangan dan sumber arus praktis; sumber ini disebut
praktis karena mereka lebih mendekati keadaan nyata dibandingkan dengan model
sumber ideal.

Rs i i

+ 
+ v
_ v
Rp +

Gambar sumber tegangan dan sumber arus praktis

Suatu sumber nyata pada umumnya mengandung gejala-gejala adanya resistansi


ataupun induktansi dan kapasitansi. Resistor Rs ataupun Rp dalam model sumber
praktis yang terlihat pada Gambar diatas. merupakan representasi dari gejala
resistansi yang hadir dalam sumber yang dimodelkan dan bukan mewakili resistor
yang berupa piranti.
Contoh :
Sebuah sumber tegangan konstan praktis i
dengan resistansi 4 W, mencatu sebuah beban. Jika
diketahui bahwa beban menyerap daya vi +
konstan sebesar 100 W, dan + 4 vs
beban
diketahui pula bahwa arus yang mengalir padanya adalah _

2,5 A, berapakah tegangan sumber dan arus yang keluar
dari sumber? Jika sumber tidak dibebani, berapakah
tegangannya?

Penyelesaian :
Rangkaian sumber praktis terdiri dari sumber ideal vi dan resistansi sebesar 4 .
Tegangan sumber praktis adalah vs dan tegangan ini sama dengan tegangan pada
beban.
Jika daya dan arus pada beban adalah 100 W dan 2,5 A, maka tegangan sumber
adalah
p 100
vs    40 V
i 2.5

Karena hanya ada satu beban yang dilayani oleh sumber praktis, maka arus yang
keluar dari sumber sama dengan arus beban yaitu 2,5 A. Arus ini pula yang keluar
dari sumber tegangan ideal vi dan mengalir melalui Ri. Bagi sumber tegangan ideal
vi, daya yang diserap oleh resistansi Ri ikut menjadi bebannya, yaitu

pRi  i2 Ri  (2.5)2  4  25 W

Dengan demikian sumber tegangan ideal menanggung beban

ptot  100  25  125 W .

Dengan arus yang 2,5 A, maka tegangan sumber ideal adalah

vi  125/ 2,5  50 V .

Tegangan inilah yang akan terlihat pada sumber praktis, vs, apabila ia tidak
dibebani, karena pada saat tanpa beban tidak ada arus yang mengalir sehingga
tidak ada tegangan pada Ri.

Pemahaman :
Dalam contoh di atas, sumber praktis yang merupakan sumber tegangan konstan,
mempunyai resistansi Ri yang kita sebut resistansi internal. Resistansi inilah yang
menyebabkan terjadinya perbedaan nilai tegangan sumber praktis pada saat
berbeban dan pada saat tidak berbeban. Pada sumber praktis yang bukan
tegangan konstan, misalnya tegangan sinus, tidak hanya terdapat resistansi
internal saja tetapi mungkin juga induktansi internal.

5.3 Rangkaian Ekivalen Thevenin dan Norton


TEOREMA NORTON

Pada teorema ini berlaku bahwa:

Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungkan secara paralel dengan sebuah tahanan ekuivalennya
pada dua terminal yang diamati.

Tujuan untuk menyederhanakan analisis rangkaian yaitu untuk membuat rangkaian


pengganti berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu tahanan ekuivalennya.

Gambar 2.1. Rangkaian dengan analisis teorema Norton

Langkah-langkah penyelesaian dengan teorema Norton:


a. Cari dan tentukan titik terminal a-b di mana parameter ditanyakan. Pada Gambar 2.1
yang ditanyakan adalah besar atau nilai dari IR2, maka titik terminal a-b terdapat pada
komponen tahanan R2
b. Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut. Sehingga diperoleh gambar berikut:

Gambar 2.2. Komponen tahanan R3 dilepas menjadi terminal a-b

c. Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan diukur
pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti dengan
tahanan dalamnya ( jika sumber tegangan bebas maka diganti dengan rangkaian short
circuit, apabila sumber arus bebas maka diganti dengan rangkaian open circuit).

Gambar 2.3. Sumber tegangan bebas di short

Maka didapatkan Rab = RN,


R₁ R₃
RN = R . R₃
1+

Diperoleh:
6Ω .4Ω
RN = 6 Ω + 4 Ω
24 Ω
= 10 Ω = 2,4 Ω

d. Pasang kembali sumber tegangan bebasnya.

Gambar 2.4. Sumber tegangan bebas dipasang kembali

e. Kemudian titik a-b dihubungkan singkat sehingga tidak ada arus yang melewati R2.
Atau dengan kata lain, I2 = 0. Sehingga besar IN dapat dicari dengan :
Gambar 2.5. Titik a-b dihubung singkat sehingga I3=0

V
IN = R
1

Sehingga diperoleh:

10 V
IN = 6Ω
2
= 13A

f. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya (rangkaian aktif),

Rangkaian
aktif

Gambar 2.6. Rangkaian aktif

g. Kemudian pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang
ditanyakan.
Gambar 2.7. komponen yg dilepas dipasang kembali

Dari Gambar 2.7, maka dapat mencari besar atau nilai dari IR2, yaitu:
R
IR2 = N . IN
RN + R2
Maka besar atau nilai arus yang mengalir pada tahanan R2 (IR2) yaitu:
2,4 Ω 2
IR2 = .1 A
2,4 Ω +3,6 Ω 3
2,4 Ω 10 2
= 6Ω . 6 A = 3
A

Contoh penyelesaian soal dengan teorema Norton

Perhatikan gambar rangkaian berikut ini:

Gambar 2.7. Rangkaian dengan dua sumber tegangan dan tiga tahanan

Tentukanlah berapa besar nilai arus yang mengalir melalui tahanan R2 (IR2)?
Jawab:

Langkah-langkahnya adalah:
a. Tentukan titik terminal a-b dimana parameter ditanyakan. Pada rangkaian gambar 1.6
titik terminal a-b dapat ditentukan di tahanan R2. Maka komponen R2 dilepaskan dan
diganti dengan titik a-b.

Gambar 2.8. Tahanan R2 dilepaskan

b. Sumber tegangan bebasnya diganti dengan rangkaian short circuit. Kemudian mencari
tahanan Nortonnya.
Gambar 2.9. Sumber tegangan di short

Rangkaian dibuat seperti Gambar 2.9. untuk memudahkan mencari tahanan


Nortonnya. Dapat diperoleh:
R1 . R3
RN = R R
1+ 3
4Ω .1Ω
RN = 4 Ω +1 Ω

= = 0,8 Ω

c. Pasang kembali sumber tegangannya.

Gambar 2.10. Sumber tegangan dipasang kembali

d. Kemudian titik a-b dihubungkan singkat. Sehingga IN dapat diperoleh dengan:

Gambar 2.11. Titik a-b dihubung singkat

IN = I1 + I 2

Sehingga diperoleh

V V
IN = R1 + R2
1 3
28 V 7V
= 4Ω
+ 1Ω

=7A+7A
= 14 A
e. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya (rangkaian aktif), kemudian
pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang
ditanyakan.

Rangkaian
aktif

Gambar 2.12. Rangkaian aktif dan komponen yg dilepas dipasang kembali

Maka dapat diperoleh besar nilai arus yang mengalir pada tahanan R2 (IR2), yaitu:

RN
IR2 = R . IN
N + R2
0,8 Ω
= 0,8 Ω +2 Ω
. 14 A
0,8 Ω
IR2 = 2,8 Ω
. 14 A = 4 A

Teorema Thevenin

Pada teorema ini berlaku bahwa :


Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu
membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan
suatu resistansi ekivalennya.

Langkah-langkahTeoremaThevenin :

PrinsipTheveninadalahmembuka (open circuit)tahanan yang dicaridan men-SHORT CIRCUIT


sumbertegangan.Kemudianmencaritegangan yang tejadipadabagianrangkaian yang
terbukatersebutatau yang
dikenaldenganTeganganTheveninnyalalumencaritahananpenggantinya.
a. Tentukan komponen yang hendak dilepas, selanjutnya tentukan titik ujung bagian
rangkaian yang dilepas.
b. Tentukan berapa nilai tegangan pada bagian yang dilepas berdasarkan nilai tegangan
input dari sumber tegangan sebelum dilepas.
c. Setelah dilepas, maka yang menjadi sumber tegangan adalah Thevenin (atau pada bagian
yang dilepas tadi). Sumber tegangan semula di-SHORT CIRCUIT, sehingga diasumsikan
bahwa arus mengalir dari sumber Thevenin.
d. Tentukan rangkaian pengganti Thevenin dengan asumsi bahwa sumber tegangan
Thevenin sebagai sumber tegangan bagi rangkaian dengan melihat percabangan-
percabangan tiap-tiap resistor yang ada.
e. Gambarkan rangkaian ekivalen dari rangkaian Thevenin seperti pada gambar di bawah
dengan mensubstitusikan nilai parameter yang telah diperoleh sebelumnya.
RTh

VTH ITh IL
DC ROPEN

Gambar 2.4 Rangkaian Ekivalen Thevenin

Langkah-langkah teoreme Thevenin :


Tentukan nilai I2 pada rangkaian berikut dengan cara Thevenin :

R1

V1 DC R2 RL
IL

Gambar 2.5. Rangkaian Satu Sumber dengan Cara Thevenin

 Buka kedua ujung tahanan RL sehingga rangkaian RL dalam kondisi OPEN SIRCUIT (OC)
seperti gambar berikut.
R1 R1

V1
V1 DC R2 RL OPEN DC R2 VTH = VRL

Gambar 2.6. Rangkaian setelah di-OPEN CIRCUIT


 Dari gambar di atas, berlaku Hukum Ohm I, dimana tegangan terbagi dua, yaitu : VR1
danVR3.
V = 0
V1 = VR1 + VR3

R3
VR3 = * V1 , dimana VTH = VR3
R1  R3

 Hubung singkat sumber V1 sehingga yang menjadi sumber tegangan adalah VTH.
R1

R2 VTH

Gambar 2.7. Rangkaian setelah V1 di-SHORT CIRCUIT

 Tentukan tahanan pengganti Thevenin (RTh) dengan memandang rangkaian dari arah VTh
seperti gambar 2.7.
RTh = R1//R2

R1 * R2
=
R1  R2

 Pasang kembali RL yang sebelumnya dilepas untuk menggambarkan rangkaian ekivalen


berdasarkan nilai parameter yang telah diperoleh sebelumnya.
RTh

VTH ITh IL
DC RL

Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Thevenin

 Cari nilai IL dengan cara :


VTH
IL = ITH =
RTH  R2

 Cari nilai VL dengan cara :


VL = IL * RL

5.4 Transfer Daya Maksimum


Teorema ini menyatakan bahwa :

Transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban samadengan nilai
resistansi sumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan ataupun dipasang
paralel dengan sumber arus.

Teorema daya yang sangat berguna dapat dikembangkan dengan referensi pada
tegangan praktis atau sumber arus. Untuk sumber tegangan praktis, maka daya yang
diberikan pada beban R adalah
L

Untuk mencari nilai R yang menyerap daya maksimum dari sumber praktis yang diberikan,
L

kita diferensiasikan terhadap R :


L

Dan menyamakan turunan dengan nol, didapat

Atau

Karena harga-harga R = 0 dan R = Tak Hingga, keduanya memberikan minimum (p = 0),


L L L

dan karena kita telah mengembangkan ekivalensi di antara tegangan praktis dan sumber
arus, maka telah membuktikan teorema pemindahan daya maksimum berikut

Sebuah sumber tegangan bebas yang seri dengan sebuah tahanan RS atau sebuah sumber
arus bebas yang pararel dengan sebuah tahanan RS, memberi daya maksimum kepada
tahanan beban RL bilamana RL = RS.

5.5 Konversi Delta Bintang

Pada banyak aplikasi rangkaian, kita menemukan komponen-komponen yang terhubung


bersama pada satu dari dua cara sehingga membentuk rangkaian tiga terminal : sambungan
“Delta” atau Δ (juga diketahui sebagai “Pi” ( π) dan juga sambungan “Y” (Bintang atau disebut
juga “T”).
Hal ini dimungkinkan bagi kita untuk menghitung nilai resistor-resistor yang tepat untuk
menggantikan bentuk ini (Y dan Δ) ke bentuk yang lainnya. Rangkaian Δ dan Y mempunyai
sifat yang sama.

Gambar 1.1. Delta (∆) network dan Bintang (Y) network

Gambar 1.2. Tee (T) network dan Pi (π) network

Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyata
bukan merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel yang telah kita pelajari
sebelumnya, maka jika rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau bintang
atau rangkaian tipe Y, ataupun membentuk hubungan delta atau segitiga atau rangkaian tipe
∆, maka diperlukan transformasi baik dari star ke delta ataupun sebaliknya.

Berikut proses transformasi dari rangkaian delta ke rangkaian star.


RA-C = RA' - RC' = RA'' - RC''

Tranfromasi dari rangkaian delta (∆) ke rangkaian bintang (Y)

Perhatikan pada gambar diatas!


 Untuk mengubah delta (∆) ke wye (Y), Hambatan titik A - C pada rangkaian delta harus
sama dengan hambatan pada titik A - C rangkaian star sehingga kita dapatkan :

RA - C = R1 + R3 = RA // (RB + RC)
𝑹𝑨 .(𝑹𝑩 +𝑹𝑪 )
RA - C = atau
𝑹𝑨 + (𝑹𝑩 +𝑹𝑪 )
𝑹𝑨 .𝑹𝑩 − 𝑹𝑨 .𝑹𝑪
RA - C = 𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪 )
...................... (Pers.1)
 Dengan cara yang sama, perhatikan titik B - C.

RB - C = R2 + R3 = RB // (RA + RC)
𝑹 .(𝑹 +𝑹𝑪 )
RB - C = 𝑹 𝑩+ (𝑹𝑨 ....................... (Pers.2)
𝑩 𝑨 +𝑹𝑪 )

 Dengan cara yang sama,perhatikan, titik A - B .

RA - B = R1 + R2 = RC // (RA + RB)
𝑹 .(𝑹 +𝑹 )
RA - B = 𝑹 𝑩+ (𝑹𝑨 +𝑹𝑩 ) ....................... (Pers.3)
𝑩 𝑨 𝑩

 Selanjutnya, kurangkan persamaan 3 dan 2


𝑹 .(𝑹 +𝑹𝑩 ) 𝑹 .(𝑹 +𝑹 )
(R1 + R2) + (R2 + R3) = (𝑹 𝑩+ (𝑹𝑨 ) -(𝑹 𝑩+ (𝑹𝑨 +𝑹𝑪 ))
𝑩 𝑨 +𝑹𝑩 ) 𝑩 𝑨 𝑪
𝑹𝑨 .𝑹𝑪 − 𝑹𝑨 .𝑹𝑩
R1 + R3 = 𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪 )
................... (Pers. 4)

 Jumlahkan persamaan 1 dan 4


𝑹 .𝑹 − 𝑹𝑨 .𝑹𝑪 𝑹 .𝑹 − 𝑹𝑨 .𝑹𝑩
(R1 + R3) + (R1 - R3) = ( 𝑹𝑨 +𝑩𝑹 ) + ( 𝑹𝑨 +𝑪𝑹 )
𝑨 𝑩 +𝑹𝑪 ) 𝑨 𝑩 +𝑹𝑪 )
𝟐 𝑹𝑨 𝑹𝑪
2R1 = 𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪

Sehingga dapat disimpulkan, rumus untuk mengubah dari rangkaian delta ke rangkaian
resistor star adalah sebagai berikut :

𝑹𝑨 𝑹𝑪
R1 =
𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪

𝑹𝑩 𝑹𝑪
R2 =
𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪

𝑹𝑩 𝑹𝑪
R3 =
𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪

Catatan : persamaan diatas sangat


dipengaruhi oleh posisi R pada gambar, jika
peng-index-an gambar diganti, maka permasaan harus disesuaikan lagi dengan gambar yang
baru.

Tranfromasi dari rangkaian bintang ke rangkaian delta

Berikut cara mencari resistor pengganti untuk transformasi dari rangkaian star ke delta.
Dari transformasi delta ke star didapat :

𝑹𝑨 𝑹𝑪
R1 = 𝑹 ………… (Pers. 5)
𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪
𝑹𝑩 𝑹𝑪
R2 = 𝑹 ………… (Pers. 6)
𝑨 𝑹𝑩 +𝑹𝑪
+
𝑹𝑩 𝑹𝑪
R3 = 𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 +𝑹𝑪
………… (Pers. 7)

 Untuk memperoleh hubungan diperlukan mengkonversi dari suatu Y ke ∆, dengan


cara membagi persamaan 7 dengan persamaan 5.

𝐑𝐁𝐑𝐂
𝐑𝟑 𝐑 𝐀 + 𝐑 𝐁 +𝐑 𝐂 𝐑𝐁 𝐑 𝟑 𝐑𝐜
= 𝐑𝐀𝐑𝐂 = atau RB = ……………. (Pers.8)
𝐑𝟏 𝐑𝐂 𝐑𝟏
𝐑 𝐀 + 𝐑 𝐁 +𝐑 𝐂

 Selanjutnya, membagi persamaan 7 dengan persamaan 6

𝐑𝐁𝐑𝐂
𝐑𝟑 𝐑 𝐀 + 𝐑 𝐁 +𝐑 𝐂 𝐑 𝐑 𝟑 𝐑𝐜
𝐑𝟐
= 𝐑𝐁𝐑𝐂 = 𝐑𝐀 atau RA = 𝐑𝟐
……………. (Pers.9)
𝐂
𝐑 𝐀 + 𝐑 𝐁 +𝐑 𝐂

 Substitusikan persamaan 8,9 ke persamaan 6

𝐑 𝐑
( 𝐂 𝟑 ) 𝑹𝑪
𝐑𝟏
R2 = 𝐑𝟑 𝐑𝐜 𝐑 𝐑 Dibagi dengan Rc
+ 𝟑 𝐜 +𝑹𝑪
𝐑𝟐 𝐑𝟏
𝐑𝟑
( ) 𝑹𝑪
𝐑𝟏
R2 = 𝐑𝟑 𝐑𝟑
+ +𝟏
𝐑𝟐 𝐑𝟏
𝐑 𝐑
( 𝐜 𝟑)
𝐑𝟏
R2 = 𝐑 𝟏 𝐑 𝟐 +𝐑 𝟏 𝐑 𝟑+ 𝐑 𝐑
𝟐 𝟑
𝐑 𝟏𝐑 𝟐
𝐑 𝟐 . 𝐑𝟑 . 𝐑𝐂
R2 = 𝐑
𝟏 𝐑 𝟐 +𝐑 𝟏 𝐑 𝟑 + 𝐑 𝟐 𝐑 𝟑

𝐑 𝟏 𝐑 𝟐 +𝐑 𝟏 𝐑 𝟑 + 𝐑 𝟐 𝐑 𝟑
RC = …………… (Pers.10)
𝐑𝟑

Sehingga dapat disimpulkan, rumus untuk mengubah dari rangkaian star/wye ke rangkaian
resistor delta adalah sebagai berikut :

𝐑 𝟏 𝐑 𝟐 +𝐑 𝟏 𝐑 𝟑 + 𝐑 𝟐 𝐑 𝟑
RA =
𝐑𝟐

𝐑 𝟏 𝐑 𝟐 +𝐑 𝟏 𝐑 𝟑 + 𝐑 𝟐 𝐑 𝟑
RB =
𝐑𝟏
𝐑 𝟏 𝐑 𝟐 +𝐑 𝟏 𝐑 𝟑 + 𝐑 𝟐 𝐑 𝟑
RC =
𝐑𝟑

Contoh :
Carilah nilai I ?
Jawab:
Bila kita melihat resistor R1, R2, dan R3 sebagai suatu rangkaian Δ (pada rumus berturut-
turut Rab, Rac, dan Rbc) dan ingin menggantinya dengan rangkaian Y, kita bisa mengubah
rangkaian jembatan ini menjadi rangkaian yang lebih sederhana yaitu rangkaian seri-paralel:

Setelah
konversi Δ-Y

R1 R2
RA = R
1 + R2 +R3
12 . 18
= 12+18+6
𝟐𝟏𝟔
RA = 𝟑𝟔
=6Ω

R1 R3
RB =
R1 + R2 +R3
12 . 6
= 12+18+6
𝟕𝟐
RB = 𝟑𝟔 = 2 Ω

R2 R3
RC = R
1 R2 +R3
+
18 . 6
= 12+18+6
𝟏𝟎𝟖
RC = 𝟑𝟔 = 3 Ω
Sekarang kita telah mendapatkan rangkaian yang lebih sederhana. Kita bisa menganalisa
rangkaian ini menggunakan aturan seri-paralel:

 Serikan rangkaian RB dan R4 serta rangkaian Rc dan R5

RS1 = RB + R4
= 2Ω + 3Ω = 5 Ω
RS2 = RC + R5
= 3Ω + 12Ω = 15 Ω

sehingga terbentuk rangkaian seperti ini:

 Selanjutnya, hambatan RS1 dan RS2 di paralelkan

R .R
RS1// RS2 = RP = R S1+ RS2
S1 S2
5 .15 75
Rp = 5+15
= 25
=3Ω

Dan terbentuk rangkaian seri seperti ini :


 Dan rangkaian diatas dihitung secara seri menjadi RT
RT = RA + RP
=6+3=9Ω

 Lalu, hitung I dengan menggunakan hukum Ohm


𝐕
I=𝐑
𝐓
𝟏𝟎
= 𝟗
= 1,11 Ampere

1. Rangkaian pada gambar dibawah ini, hitung RT, dan I.

Solusi:

 Konversikan “Y” menjadi “Δ” ekivalensinya, karena resistor yang tersambung “Y” memiliki
nilai-nilai yang sama. Ekivalen “Δ” nya akan memiliki nilai-nilai resistor sebesar
R Δ = 3 (10 Ω) = 30 Ω

Sehingga rangkaiannya menjadi gambar di bawah ini.

 Selanjutnya, kita paralel kan 30Ω // 30Ω, 60Ω // 30Ω serta 30Ω // 90Ω

30Ω .30Ω 900Ω


Rp1 = 30Ω+ 30Ω = 60Ω
= 15 Ω

60Ω .30Ω 1800Ω


Rp2 = = = 20 Ω
60Ω+ 30Ω 90Ω

30Ω .90Ω 2700Ω


Rp3 = 30Ω+ 90Ω = 120Ω
= 22,5 Ω

Sehingga rangkaiannya menjadi gambar di bawah ini.

 Kita lihat bahwa sisi yang dihasilkan “Δ” adalah susunan paralel, sehingga nilai total
resistansinya dapat dihitung dengan mudah

RT = RP1 // (RP2 + RP3)


15Ω . (20Ω+22,5Ω)
RT = 15+(20Ω+22,5Ω)

15Ω . 42.5Ω
RT = 15+42,5Ω

637,5Ω
RT =
5,75Ω

RT = 11,08 Ω

 Sehingga nilai arusnya adalah

𝐕 𝟑𝟎
I= =I= = 2,7 Ampere
𝐑𝐓 𝟏𝟏,𝟎𝟖

5.6 Memilih Suatu Pendekatan : Perbandingan Antara


Berbagai Macam Teknik

Dalam Bab 3 kita sudah diperkenalkan Hukum Arus Kirchhoff (KCL) dan Hukum Tegangan
Kirchhoff (KVL). Kedua hokum dapat diterapkan di semua rangkaian. Alasannya karena
menggunakan prinsip kekekalan energi dan muatan. Dengan berbasiskan KCL, kita dapat
mendapat membangun metode yang disebut sebagai analisi Nodal. Teknik serupa yang
berbasiskan KVL dikenal sebagai analisi mesh.

Rangkaian yang kita kaji merupakan system linier adalah teraplikasikannya system prinsip
superposisi. Jika beberapa sumber bebas bekerja pada rangkaian. Kita dapat menjumlahkan
kontribusi dari masing masing sumber ini secara bebas atau tidak terkait dengan sumber
sumber yang lain. Teknik ini berlaku pada seluruh Teknik atau rekayasa. Pada banyak situasi
kita dapat menjumpai bahwa walaupun sumber bekerja secara simultan pada system, secara
tipikal satu diantara sumber akan mendominasi tanggapan system. Teori superposisi dapat
mengidentifikasi sumber dominan ini.

Analisis Nodal dan Mesh merupakan langkah yang lebih tepat dan singkat. Alasannya jika kita
menggunakan prinsip superposisi terhadap rangkaian yang memiliki misalnya 12 sumber
bebas, makan kita disyaratkan harus menggambar ulang rangkaian awal sebanyak 12 kali. Dan
harus mengaplikasikan analisis nodal dan mesh pada masing masing rangkaian.

Transformasi sumber juga menjadi alat yang berguna.dalam menganalisis rangkaian. Kita dapat
mengkonsolidasikan resistor atau sumber rangkaian yang tidak berada dalam rangkaian seri
atau pararel pada rangkaian awal. Kita juga dapat mengkonversi semua atau sebagian sumber
dengan tipe sama, sehingga analisi nodal dan mesh dapat diterapkan langsung untuk mencari
solusi yang diinginkan.

Teori Thevenin untuk alasan tertentu merupakan metode yang ampuh. Pada rangkaian
elektronik kita selalu peduli pada resistansinya, terutama tesistansi masukan dan pengeluaran
dari tingkatan penguat. Alasannya karena resistansi yang berada dalam kondisi yang cocok
merupakan rute terbaik untuk mengoptimasi unjuk kerja dari rangkaian. Dalam terminology
analisis rangkaian sehari hari, kiata temukan bahwa pengkonversian suatu bagian rangkaian
menjadi rangkaian ekivalen Thevenin atau Norton nya merupakan pekerjaan yang hampir sama
dengan pekerjaan menganalisis rangkaian secara lengkap. Oleh karena itu seperti dalam kasus
superposisi, teorema Thevenin dan Norton secara tipikal dapat diterapkan apabila kita
memerlukan informasi kusus dari suatu bagian rangkaian.

5.7 Rangkuman dan Tinjauan Ulang

 Prinsip superposisi menyatakan bahwa suatu rangkaian linier dapat diperoleh dengan
cara menjumlahkan masing masing tanggapan rangkaian yang diakibatkan oleh sumber
sumber bebas rangkaian yang bekerja sendiri sendiri secara terpisah.
 Prinsip superposisi akan sering digunakan apabila kita perlu menentukan kontribusi
individual dari masing masing sumber terhadap suatu tanggapan tertentu rangkaian.
 Model praktis untuk sebuah sumber tegangan riil adalah sebuah resistor yang terhubung
seri dengan sebuah sumber tegangan bebas. Adapun model praktis untuk sebuah
sumber arus riil adalah sebuah resistor yang terhubung pararel dengan sebuah sumber
arus bebas.
 Transformasi sumber memungkinkan kita untuk menkonversi sebuah sumber tegangan
praktis menjadi sebuah sumber arus praktis, juga sebaliknya.
 Transformasi sumber yang dilakukan secara berulang ulang dapat menyederhanakan
analisis suatu rangkaian melalui kombinasi resistor dan sumber.
 Rangkaian ekivalen Thevenin dari suatu rangkaian adalah resistor yang terhubung seri
dengan sebuah sumber tegangan bebas. Rangkaian ekivalen Norton adalah resisitor
yang sama yang terhubung pararel dengan sebuah sumber arus bebas.
 Terdapat berbagai macam cara untuk mendapatkan resistansi ekivalen Thevenin
tergantung pada terdapat atau tidaknya sumber tak bebas di dalam rangkaian yang
dikaji
 Transfer daya maksimum terjadi saat resistor beban memiliki nilai yang cocok dengan
resistansi ekivalen Thevenin dari rangkaian dimana resistor tersebut dihubungkan.

Anda mungkin juga menyukai