Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Water treatment adalah bagian dari unit utilitas yang sangat vital, yaitu
sebagai unit yang berfungsi dalam pengolahan air yang digunakan untuk
mendukung kegiatan dari produksi itu sendiri antara lain untuk kebutuhan make
up cooling water, pembuatan air demin dan untuk memenuhi keperluan air bersih
dan air minum baik untuk kompleks maupun untuk pabrik itu sendiri.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik
maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan
kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan
air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Proses-proses
yang terlibat dalam pengolahan air minum untuk tujuan pemisahan padatan dapat
menggunakan proses fisik seperti pengendapan dan penyaringan , dan proses
kimia seperti desinfeksi dan koagulasi . proses biologis juga digunakan dalam
pengobatan air limbah dan proses ini dapat mencakup, misalnya, laguna aerasi ,
lumpur aktif atau filter pasir lambat .

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi dalam suuatu peralatan
water treatment.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis peralatan dalam pengolahan air.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dan manfaat dalam aplikasi kehidupan
dan dalam lingkungan pabrik
4. Untuk mengetahui bahan Chemical yang dapat dipakai dalam proses
water treatment.
1.3. Permasalahan
1. Bagaimana cara mengolah air ( air rawa dan air got) menjadi air yang
lebih murni dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Bagaimana pengaruh proses water treatment yang dipakai terhadap air
yang dihasilkan
1.4. Hipotesa
1. Proses water treatment yang lebih kompleks akan menghasilkan air
yang memiliki spesifikasi yang lebih baik dan sesuai dengan yang
dibutuhkan.
2. Proses water treatment yang baik akan menggunakan bahan chemical
yang sesuai.
3. Proses sedimentasi akan terjadi jika massa jenis flokulan pengotor
lebih besar dari massa jenis air
1.5. Manfaat
1. Mengetahui proses – proses yang dapat dipakai dalam water
treatment
2. Mengetahui teknologi water treatment serta aplikasi dalam pabrik
dan kehidupan sehari – hari.
3. Mengetahui prinsip kerja dan manfaat bahan kimia dalam proses
water treatment.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengolahan Air Buanngan


2.1.1. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar
tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan
dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-
unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan
kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
2.1.2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan
dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk
endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan
logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada
pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom
hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),
kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat
memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya
pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
2.1.3. Pengolahan secara biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.
Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah
berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai
kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD
tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi
cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas
media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya.
Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD
sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses
penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih
dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000
mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
Pada umumnya kebutuhan pabrik akan air sangat banyak dan perlu
sehingga lokasi pabrik dipilih dekat dengan sumber air. Sebagai contoh untuk
skala Pabrik sumber air baku untuk pembuatan airnya diambil dari air sungai.
Secara singkat pengolahan air dari sungai tersebut mengalami beberapa tahapan,
adapun peralatan yang digunakan dalam unit water treatment adalah sebagai
berikut :
1. Filter ( saringan)
2. Pompa
3. Flocculator
4. Clarifier
5. Clear well
6. Sand Filter
7. Filtered Water Storage Tank
2.2. Filter
Yang dimaksud dengan filter disini adalah alat penyaringan air yang
memiliki kerapatan yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
menyaring benda padat kasar yang terapung disekitar pompa air, sehingga
kerusakan pompa dapat terhindar akibat tersumbat. Prinsip kerja yaitu hanya
menerima air yang didistribusikan oleh pompa dan pada filter terjadi pemisahan
antara benda padat kasar dan air.

2.3. Pompa
Disini pompa berfungsi untuk mendistribusikan air (air sungai) dan akan
kemudian di olah kembali. Prinsip kerja mendistribusikan air dari sumber air dan
kemudian diolah kembali oleh alat-alat selanjutnya.
2.4. Flocculator
Flocculator adalah bagian yang berupa tangki dengan diameter, tinggi dan
kapasitas tertentu sesuai dengan keperluan. Prinsip Kerja menampung air yang
didistribusikan oleh pompa kemudian koloid-koloid yang terdapat bersama-
sama dengan air di koagulasi karena pengaruh beberapa bahan kimia yang
diberikan selanjutnya koloid yang berbentuk flock ini tertinggal di flocculator
kemudian airnya diproses pada alat selanjutnya. Air sungai yang dipompakan,
sebelum masuk kedalam flocculator maka diinjeksikan dengan berbagai macam
bahan kimia, antara lain:
a. Larutan alum ( Al2SO4)
Larutan ini berfungsi untuk memperbesar ukuran partikel-partikel koloid
sehingga akan lebih mudah terbentuk floc-floc dan mengendap. Suspensi koloid
terdiri dari ion-ion bermuatan negatif sehingga akan terjadi peristiwa tolak-
menolak antar ion. Apabila ion –ion yang bermuatan positif yang terdapat dalam
zat pengendap (coagulant chemicals) bersentuhan dengan ion-ion negatif maka
akan terbentuk gumpalan berupa gelatin. Dengan demikian ukuran partikel akan
bertambah besar sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan.
b. Coagulant Aid
Berfungsi untuk memperbesar partikel koloid dan membentuk floc tank,
sehingga proses pengendapan berlangsung lebih cepat dan sempurna.
c. Gas Klorin
Merupkan zat pembunuh bakteri, jamur, mikroorganisme yang terdapat
didalam air. Dosis yang digunakan adalah 5 ppm. Sebelumnya digunakan kaporit
(CaOCl2), kaporit lebih baik dari pada klorin karena dapat dengan cepat
mengendapkan lumpur sehingga air akan lebih bersih.
d. Caustic Soda (NaOH)
Berfungsi untuk mengatur pH air sungai karena pada sistem pembentukan
floc dibutuhkan kondisi dengan pH 5,5 s.d 6,2. Dosis yang digunakan adalah 2 s.d
5 ppm. Kondisi pH harus dijaga lebih dari 5,5 agar floc terbentuk dan pH harus
kecil dari 6,2 agar floc yang terbentuk tadi tidak akan pecah lagi. Flocculator juga
dilengkapi dengan pengaduk yang berfungsi menghomogenkan air sungai dan
bahan kimia yang telah diinjeksikan tersebut.
2.5. Clarifier
Clarifier terbuat dari beton yang berdiameter dan dilengkapi dengan
pengaduk. Pada clarifier air terdiri dari flocculator dipisahkan floc-floc nya
dengan cara pengendapan yang disertai dengan pengadukan berputaran rendah.
Hal ini berfungsi untuk membentuk floc (gumpalan) dari partikel yang berukuran
kecil.
Selama proses clarification, dihilangkan juga water hardness ( air keras)
yaitu garam kalsium dan magnesium yang larut dalam air. Hardness dapat
dikurangi dengan jalan mereaksikan zat- zat kimia yang akan mengendapkan
hardness tersebut. Air bersih hasil pengendapan dipisahkan melalui over flow di
bibir clarifier dan endapannya dibuang ( blowdown) melalui bagian bawah
clarifier. Kualitas air pada clarifier dapat dikontrol di outlet clarifier dengan
parameter pH antara 5,5 s.d 6,2 kadar chlorine 0,3 s.d 1,5 ppm dan turbidity
kurang dari 5 ppm.
2.6. Clear well
Clear well terbuat dari baja yang berdiameter dan mempunyai tinggi
tertentu. Air yang keluar dari clarifier dikirim ke clear well yang berfungsi
sebagai penampung air dalam jumlah banyak sebelum di pompakan ke unit sand
filter. Di clear well air dijaga pH nya dengan menyuntikkan NaOH (caustic soda).
2.7. Sand Filter
Dari clear well, air disaring di sand filter yang bertujuan memisahkan
kotoran halus yang terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat ataupun
nitrit yang tidak terendapkan pada flocculator. Untuk melihat indikasi sand filter
telah menurun dapat dimonitoring dengan pressure drop. Untuk mengeluarkan
kotoran yang tertahan pada saat operasi maka dilakukan backwash. Air yang
keluar dari sand filter diharapkan mempunyai turbidity maksimum 1 ppm.
2.8. Filtered Water Storage Tank
Air hasil proses di sand filter ditampung di filtered water storage tank
kualitas yang diharapkan ada pada air hasil pengolahan.
2.9. Proses Water treatment
2.9.1. Proses secara umum
Water treatment merupakan unit yang berguna dalam pembersihan air dari
air kotor menjadi air bersih, yaitu dengan cara proses klarifikasi yaitu proses
penghilangan suspended solid. Proses tersebut dapat berjalan dengan 3 proses
yaitu :
2.9.1.1. Proses koagulasi
Yaitu partikel koloid yang bermuatan sama dinetralisir melalui koagulan.
Reaksi :
Al2SO4 + 3 Ca(OH)2 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4
Tahap – tahap koagulasi:
a. Rapid mixing , yaitu adanya tumbukan menjadi netralisasi sempurna
distribusi koagulan merata.
b. Netralisasi muatan
c. Tumbukan partikel
2.9.1.2. Proses flokulasi
Yaitu suatu mekanisme dimana flok kecil yang sudah terbentuk dalam
proses koagulasi tadi melalui suatu media flokulan digabungkan menjadi flok
yang lebih besar sehingga cukup berat untuk bisa mengendap. Di dalamnya juga
terdapat rantai yang panjang dan banyak cabangnya yang berguna sebagai
jembatan penghubung. Hal yang dapat menyebabkan putusnya rantai tersebut
adalah pengadukan yang cepat (rapid mixing). Faktor lain yang dapat
mengganggu adalah kondisi tingkat keasaman lingkungan sekitarnya sehingga
perlu menginjeksikan chemical’s NaOH sebagai pH adjuster.
2.9.1.3 Sedimentasi
Dasar teori yang dipakai untuk proses sedimentasi adalah hukum stoke,
yaitu floks yang besar tersebut mengalami pengendapan.
Faktor yang mempengaruhinya adalah :
a. Dosis koagulan dan flokulan.
b. Mixing, pH, temperatur, warna air baku
c. Level interface dan blowndown lumpur di klarifier.
Air baku kotor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua,yaitu :
1. Tak larut (suspended)
Contohnya adalah yang mengandung O2, CO2 dan H15 .Hal tersebut dapat
diatasi dengan cara :
a. klarifikasi,yaitu dengan mixer dengan kecepatan tinggi.
b. filtrasi
2. Terlarut (disolved)
a. solftenery
b. demineralisasi
2.9.2. Proses secara khusus :
1. Air baku yang berasal dari sungai disebut dengan raw water intake yang
dipompa melalui unit RPA untuk diproses lebih lanjut ke unit operasi water
treating plant.
2. Raw water intake masuk melalui bagian bawah clarifier.
3. Setelah itu air melalui wilayah yang disebut dengan sand filter untuk
mendapatkan perlakuan penyaringan atau filtrasi dengan menggunakan pasir
(sand), koral (gravel) dan antrasit yang berfungsi untuk menghilangkan atau
mereduksi zat tersuspensi yang terikut didalam air umpan. Secara periodik
(24 jam) saringan harus di backwash untuk menghilangkan flok yang
tertangkap selama filtrasi di permukaan filter.
4. Air yang keluar (yang merupakan air bersih) dari sand filter kemudian
dipompakan ke tanki pengumpul (storage tank).
5. Untuk menjaga agar pH air bersih tersebut on specification (7,5 – 8,5) maka
diinjeksikan NaOH liquid.
6. Didalam storage tank terdapat juga kation exchanger (H2SO4), anion
exchanger (NaOH), dan mix bed (H2SO4 + NaOH).
7. Kemudian didapatkanlah treat water atau air bersih yang telah dapat untuk
didistribusikan.
2.10. Karbon Aktif
Karbon aktif adalah karbon yang di proses sedemikian rupa sehingga pori
– porinya terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang tinggi.
Karbon aktif merupakkan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam
(internal surface), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Keaktifan daya
menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa kabonnya yang
berkisar antara 85 % sampai 95% karbon bebas.
Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak terasa dan
mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kabon aktif
yang belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas,
yaitu memiliki luas antara 300 sampai 2000 m/gram. Karbon aktif ini mempunyai
dua bentuk sesuai ukuran butirannya, yaitu karbon aktif bubuk dan karbon aktif
granular (butiran). Karbon aktif bubuk ukuran diameter butirannya kurang dari
atau sama dengan 325 mesh. Sedangkan karbon aktif granular ukuran diameter
butirannya lebih besar dari 325 mesh.
Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi
dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-
porinya terbuka dan dengan demikian daya absorpsinya menjadi lebih tinggi
terhadap zat warna dan bau. Karbon aktif mengandung 5 sampai 15 persen air, 2
sampai 3 persen abu dan sisanya terdiri dari karbon. Karbon aktif berbentuk amorf
terdiri dari pelat-pelat datar, disusun oleh atom-atom C yang terikat secara
kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap
sudutnya. Pelat-pelat tersebut bertumpuk-tumpuk satu sama lain membentuk
kristal-kristal dengan sisa hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain yang
tertinggal pada permukaannya.
Bahan baku karbon aktif dapat berasal dari bahan nabati atau turunannya
dan bahan hewani. Mutu karbon aktif yang dihasilkan dari tempurung kelapa
mempunyai daya serap tinggi, karena arang ini berpori-pori dengan diameter yang
kecil, sehingga mempunyai internal yang luas. Luas permukaan arang adalah 2 x
104 cm2 per gram, tetapi sesudah pengaktifan dengan bahan kimia mempunyai
luas sebesar 5 x 106 sampai 15 x 107cm 2 per gram . Ada 2 tahap utama proses
pembuatan karbon aktif yakni proses karbonasi dan proses aktifasi. Dijelaskan
bahwa secara umum proses karbonisasi sempurna adalah pemanasan bahan baku
tanpa adanya udara sampai temperatur yang cukup tinggi untuk mengeringkan dan
menguapkan senyawa dalam karbon. Pada proses ini terjadi dekomposisi termal
dari bahan yang mengandung karbon, dan menghilangkan spesies non karbonnya.
Proses aktifasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan memperbesar diameter
pori setelah mengalami proses karbonisasi, dan meningkatkan penyerapan.
Pada umumnya karbon aktif dapat di aktifasi dengan 2 (dua) cara, yaitu
dengan cara aktifasi kimia dan aktifasi fisika.
1. Aktifasi kimia
Arang hasil karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi sebelum
dipanaskan. Pada proses aktifasi kimia, arang direndam dalam larutan pengaktifasi
selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600 – 900 0C selama 1 – 2
jam.
2. Aktifasi fisika
Yaitu proses menggunakan gas aktifasi misalnya uap air atau CO 2 yang
dialirkan pada arang hasil karbonisasi. Proses ini biasanya berlangsung pada
temperatur 800 – 11000C.
Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak
dengan karbon tersebut. Karbon Aktif digunakan untuk menjernihkan air,
pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam
penggunaan lain. Selain di bidang pengolahan air, karbon aktif dapat digunakan di
berbagai industri seperti pengolahan/tambang emas dengan berbagai ukuran mesh
maupun iondine number. Juga digunakan untuk dinding partisi, penyegar kulkas,
vas bunga, dan ornamen meja.
Di balik legamnya, barang gosong itu ternyata sangat kaya manfaat.
Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap gas, penyerap
logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat organik maupun anorganik,
detergen, bau, senyawa phenol dan lain sebagainya. Pada saringan arang aktif ini
terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat - zat yang akan dihilangkan
oleh permukaan arang aktif, termasuk CaCO3 yang menyebabkan kesadahan.
Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi
menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi, sehingga arang
aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Untuk mengurangi kesadahan (Hardness) pada air dapat digunakan filtrasi
(penyaringan) dengan media karbon aktif yang memiliki sifat kimia dan fisika, di
antaranya mampu menyerap zat organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai
penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi. Karbon aktif adalah
sejenis adsorben (penyerap), berwarna hitam, berbentuk granule, bulat, pellet
ataupun bubuk. Jenis karbon aktif tempurung kelapa ini sering digunakan dalam
proses penyerap rasa dan bau dari air, dan juga penghilang senyawa-senyawa
organik dalam air.
Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca) dan Magnesium
(Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan
hidrogenkarbonat. Kesadahan air alam biasanya disebabkan garam karbonat atau
garam asamnya. Kesadahan merupakkan petunjuk kemampuan air untuk
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah,
air dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air yang
berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa.

BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat
1. Clifier
2. Sand filter
3. Batang pengaduk
4. pH meter
Bahan
1. Tawas
2. Aluminium Sulfat
3. Air Comberan 4500 ml
4. Air Rawa 4500 ml
3.2 Prosedur Percobaan
1. Persiapkan peralatan water treatment agar dapat digunakan.
2. Persiapkan air yang akan dimasukkan kedalam water treatment.
3. Analisa pH meter serta bagaimana kondisi air.
4. Masukkan air kedalam clarifier dengan pelan sampai zat pengotor dalam
air mengendap.
5. Aduk air dalam clarifier dengan pelan sampai zat pengototr dalam air
mengendap.
6. Uji pH meter pada air clarifier.
7. Masukkan air kedalam sand filter, sebelumnya ditimbang dulu air yang
akan dimasukkan.
8. Setelah air melalui sand filter, analisa bau, warna serta pH air tersebut.
9. Timbang berat air yang telah melalui sand filter.
10. Hitung % yield air tersebut.
11. Buat hasil gambar sebagai pembanding.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tingkat penggunaan batubara sebagai sumber energi primer mulai
berkurang seiring dengan kenaikan pemakaian minyak, yaitu sejak tahun 1960.
Akan tetapi sejak terjadi krisis minyak tahun 1973 membuat banyak pihak
menyadari bahwa ketergantungan yang berlebihan pada salah satu sumber energi
primer akan menyulitkan dalam pemenuhan pasokan energi yang kontinu.
Keadaan inilah yang kemudian mengembalikan nilai batubara sebagai alternatif
sumber energi primer.
Dari segi kuantitas batubara jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Tetapi
tidak mungkin batubara dibakar seluruhnya dan diubah menjadi energi listrik,
karena sampah pembakaran yang membahayakan, yaitu melalui polutan CO2,
SO2, NOx dan CxHy. Batubara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih
efektif dan efisien jika diambil hidrokarbon yang terdapat di dalam batubara atau
dikonversi menjadi migas sintetis. Dua cara yang dipakai untuk mengekstrak
hidrokarbon pada batubara adalah likuifikasi dan gasifikasi batubara. Karakteristik
batubara yang umumnya di kenal adalah batubara Eosen umumnya berwarna
hitam dan kilap gelap yaitu jenis batubara dari kelas sub bituminus, bituminus dan
antrasit dengan kadar kalori yang berturut-turut semakin tinggi. Sedangkan
Batubara Miosen sebagian besar berupa lignit atau batubara coklat, sangat lunak,
kadar air tinggi, kadar debu rendah, dan kadar kalori rendah. Dari segi aspek
fisika yang dapat dilihat dari batubara adalah rumus empiris dan juga densitas
relatif seperti tabel berikut.
Tabel. 1 Rumus Empiris Beberapa Jenis Batubara

1.2. Tujuan
1. Dapat mengetahui jenis dan kandungan batubara.
2. dapat mengetahui macam proses pengolahan batubara
3. Mengetahui hasil analisa produk dari proses pengolahan tersbut
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dari masing-masing jenis batubara
2. Bagaimana alur proses dari pengolahan batubara
3. bagaimana kualitas hasil dari kedua proses pengolahan tersebut
1.4. Hipotesa
Dari kedua proses pengolahan batubara tersebut, masing-masing proses
memiliki karakteristik produk yang berbeda disesuaikan kebutuhannya.
1.5. Manfaat
1. Dapat mengetahui karakteristik jenis batubara
2. Dapat mengetahui proses pengolahan batubara dan kondisi operasinya.

BAB II
Dasar Teori

2.1. Batubara dan Jenisnya


Batubara adalah batuan sedimen berwarna hitam atau coklat-hitam yang
mudah terbakar, sebagian besar terdiri dari karbon dan hidrokarbon.Batubara
merupakan sumber energi tak terbarukan karena butuh jutaan tahun untuk dapat
terbentuk. Energi dalam batubara berasal dari energi yang disimpan oleh
tumbuhan yang hidup ratusan juta tahun yang lalu, ketika sebagian Bumi ditutupi
oleh hutan rawa.
Gambar 1. Proses Pembentukan Batubara

1. Sebelum masa dinosaurus, banyak tanaman besar yang mati di rawa-rawa.


2. Selama jutaan tahun, tanaman tersebut tertimbun di bawah air dan lumpur.
3. Panas dan tekanan mengubah tanaman tadi menjadi batubara.
Selama jutaan tahun, lapisan tanaman yang mati di dasar rawa-rawa
ditutupi oleh lapisan air dan lumpur, memerangkap energi dari tanaman yang telah
mati tersebut. Panas dan tekanan dari lapisan atas membuat sisa-sisa tanaman tadi
berubah menjadi apa yang sekarang kita sebut sebagai batubara.
Jenis-jenis Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi empat jenis utama, bersarkan peringkatnya
(antrasit, bitumen, subbitumen, dan lignit), tergantung pada jumlah dan jenis
karbon yang terkandung dan jumlah energi panas yang dapat dihasilkan. Peringkat
deposit batubara tergantung pada tekanan dan panas yang menimpa pada sisa-sisa
tanaman dimana mereka tenggelam semakin dalam selama jutaan tahun. Peringkat
yang lebih tinggi dari batubara mengandung lebih banyak energi panas yang dapat
dihasilkan.
1. Antrasit
Mengandung karbon 86-97%, dan umumnya memiliki nilai panas sedikit
lebih tinggi daripada batubara bitumen.
2. Bitumen
Mengandung karbon 45-86%. Bitumen dibentuk di bawah panas dan tekanan
tinggi. Bitumen digunakan untuk menghasilkan listrik dan merupakan bahan
bakar penting dan bahan baku untuk industri baja dan besi.
3. Subbitumen
Memiliki nilai kalor lebih rendah daripada batubara bitumen. Batubara
Subbitumen pada umumnya mengandung karbon 35-45%.
4. Lignit
Adalah peringkat terendah dari batubara, dengan kandungan energi terendah.
Cadangan Batubara Lignit cenderung merupakan cadangan batubara yang relatif
muda, yang tidak mengalami panas atau tekanan yang ekstrim dan mengandung
25% - 35% karbon. Lignit terutama dibakar di pembangkit listrik untuk
menghasilkan listrik.
2.2. Proses Pengolahan
a. Likuifikasi Hidrokarbon Pada Batubara
Likuifikasi dilakukan dengan melarutkan zat-zat yang diduga sebagai agen
penyimpan energi yang terdapat pada sampel batubara. Pelarut yang dipilih adalah
mewakili tingkat kepolaran dari masing-masing tingkatan. Jenis kepolarannya
adalah berturut-turut, polar dan semi-polar.
Tabel 2. Ukuran Sampel Batubara untuk Dilikuifaksi

b. Gasifikasi Hidrokarbon Pada Batubara


Gasifikasi dalam penelitian ini adalah metode pemanasan batubara sampai
suatu derajat pemanasan tertentu. ketika proses mulai mengeluarkan berbagai
jenis gas yang terdapat di dalam batubara, gas yang dihasilkan ini kemudian
ditampung dalam wadah yang telah disiapkan. Pengambilan data dari proses
gasifikasi secara umum dikenal dengan sebutan gasifikasi tanpa filtrasi yaitu
proses pemanasan langsung batubara tanpa diawali tahap pencucian batubara.
BAB III
Pembahasan

Teknologi gasifikasi.
Proses gasifikasi didefinisikan sebagai sautu proses untuk mengubah
bahan-bahan non gas, misalnya cairan atau padatan, menjadi gas. Namun proses
gasifikasi di sini lebih diartikan sebagai sebuah proses untuk membentuk gas
sintesis atau syngas, yaitu gas-gas utamanya terdiri dari CO dan H 2. Proses
gasifikasi adalah proses yang sangat ramah lingkungan, membentuk polusi yang
sangat minim walaupun untuk mengolah bahan-bahan yang sangat “kotor”
misalnya batubara dengan kandungan sulfur tinggi. Gasifikasi juga mampu
mengurangi sejumlah besar volume padatan, dengan membentuk produk samping
yang ramah lingkungan, sebagai contoh adalah pembentukan slag dari bahan-
bahan anorganik yang terdapat dalam umpan.
Dalam proses gasifikasi batubara untuk menghasilkan syngas, batubara
dipanaskan sampai suhu yang tinggi bersama-sama dengan uap air dan oksigen
murni. Terjadi dua reaksi yaitu oksidasi parsial (persamaan 3) yang bersifat
eksotermis dan menjadi sumber panas yang dibutuhkan untuk rekasi selanjutnya
yaitu reaksi pirolisis (persamaan 4-6) yang bersifat endotermis.
CnHm + (2n) O2 → nCO + (m/2) H2
CO2 + C → 2CO
C + H2O → CO + H2
CO + H2O → CO2 + H2
Di samping produk di atas, ada juga produk lain seperti CH 4, HCl, HF,
NH3 dan HCN dalam jumlah yang sedikit. H 2S juga terbentuk dengan jumlah
tergantung dari kandungan sulfur dalam batubara.
Ada tiga klasifikasi alat gasifikasi yaitu tipe unggun tetap, unggun
terfluidakan dan entrained flow. Untuk tipe unggun tetap, seperti pada British Gas
Lurgi, bahan baku (batubara) diumpankan ke gasifier melalui bagian atas, sedang
uap air dan oksigen diumpankan melalui bagian bawah. Setelah umpan
dikonsumsi, bahan-bahan anorganik meleleh dan dikeluarkan melalui bagian
bawah, sedang syngas keluar melalui bagian atas. Untuk tipe unggun terfluidakan
(British Coal Gasifier), bahan baku (batubara) diumpankan bersama dengan uap
air dan oksigen melalui bagian bawah gasifier, produk syngas dikeluarkan dari
bagian atas sedang produk samping berupa slag bahan-bahan anorganik
dikeluarkan melalui bagian bawah. Untuk tipe entarined flow ( Texaco dan Shell
gasifier), batubara dibuat dalam bentuk slurry menggunakan air, diumpankan dari
bagian atas gasifier bersama-sama dengan oksigen. Slag dan syngas dikeluarkan
dari bagian bawah gasifier. Dari semua proses di atas, bahan-bahan organik dalam
umpan tergasifikasikan, sedang sisanya berupa bahan-bahan anorganik terlelehkan
menjadi bentuk slag, yang dapat digunakan untuk bahan dasar pengerasan jalan
raya atau untuk bahan bangunan.
Produk syngas melalui proses pemurnian untuk memisahkan gas dari
pengotornya. Misalnya kandungan jelaga dan partikulat, dipisahkan melalui
candle filter (pemisahan kering) atau melalui water scrubber (proses basah)
sebagai slurry. Dengan proses basah, juga akan menghilangkan kandungan klorida
yang mungkin terdapat dalam syngas.
Proses pemurnian selanjutnya adalah untuk menghilangkan kandungan
carbonyl sulfid (COS), yaitu dengan melewatkan syngas melalui reaktor hidrolisis
berkatalis (alumina aktif) unggun tetap yang akan meghidrolisa COS menjadi CO2
dan H2S serta HCN menjadi NH3 dan CO.
Untuk menghilangkan kandungan asam dan senyawa sulfur, digunakan
pelarut Rectisol atau Selexol. Rectisol menghilangkan semua komponen gas
bersifat asam sedangkan selexol lebih selktif pada senyawa sulfur. Cara lainnya
adalah melewatkan syngas melalui unit DGA (diglycolamine). Dalam proses ini,
DGA bereaksi dengan COS sesuai dengan reaksi berikut :
2R-NH2+COS → R-N-C-N-R+H2O+H2S↑
Pada persamaan di atas, R adalah HO-CH2-CH2-O-CH2-CH2- dan R-NH2
adalah DGA. Produk degradasi R-N-C-N-R dikonversikan lagi menjadi DGA
dalam reclaimer yang dioperasikan pada suhu kira-kira 190oC, dengan reaksi
sebagai berikut:
R-N-C-N-R + 2H2O → 2R-NH2 + CO2↑
DGA juga bisa mengurangi kandungan H 2S dan CO2 sampai level yang
sangat rendah.
Konsep pengolahan bijih besi menjadi besi melalui teknologi gasifikasi
batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian penghasil gas pereduksi melalui
gasifier dan bagian pereduksi bijih besi melalui tungku pereduksi seperti terlihat
pada gambar 2.
Pada bagian penghasil gas pereduksi, terdapat unit-unit pendukung di
antaranya unit pembersihan dan pengkondisian gas, serta unit pemisah udara.
Pada bagian pereduksi bijih besi terdapat unit-unit di antaranya sistem pemisahan
gas CO2 sebelum diumpankan ke sistem pemanasan gas pereduksi dan tungku
pereduksi sebagai umpan balik (recycle).
Tujuan utama bagian gasifikasi adalah untuk menghasilkan gas pereduksi
yang diinginkan dan sesuai dengan spesifikasi masukan (umpan) tungku
pereduksi bijih besi menggunakan batubara sebagai bahan bakunya. Spesifikasi
umpan tungku pereduksi yang utama adalah kualitas gas pereduksi (rasio reduktan
dengan oksidan) yaitu (%H2 + %CO)/(%H2O + %CO2). Beberapa parameter
penting lainnya adalah rasio H2/CO, kandungan zat inert, kandungan sulfur,
kandungan jelaga/partikulat, serta suhu dan tekanan gas.
Pada tungku pereduksi, bijih besi dikonversikan menjadi DRI sama seperti
yang terjadi menggunakan gas alam. Sisa gas pereduksi yang keluar melalui
bagian atas tungku mengandung sejumah gas di antaranya adalah CO 2 dan H2O,
gas inert serta sisa gas H2 dan CO yang tidak bereaksi. Bila gas tersebut
diumpankan balik ke tungku pereduksi maka harus dibersihkan melalui scrubber
dan alat pemisah CO2. Setelah tahap ini, gas yang akan diumpankan balik ini
dicampur dengan gas sintesis yang baru untuk bersama-sama diumpankan ke
tungku pereduksi. Namun sebelum diumpankan, gas harus dipanaskan terlebih
dahulu sampai 900oC, agar efisiensi pereduksian dapat dimaksimalkan.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa teknologi gasifikasi memberikan
alternatif proses pembentukan syngas dari bahan non gas alam sehingga
ketergantungan pabrik baja terhadap gas alam bisa dihindarkan dan juga teknologi
gasifikasi ramah terhadap lingkungan.
Hasil Pembakaran

Gambar 2. Hasil Pembakaran


Sebelum dilakukan penampungan dalam wadah, dilakukan uji bakar terhadap gas
yang dihasilkan dari proses gasifikasi. Tujuan dilakukan uji bakar adalah untuk
melihat tingkat flamebilitas dari gas yang dihasilkan.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Jenis batubara ada bituminus, subbituminus, antrasit dan lignit.
2. Proses pengolahan batubara ada dua yaitu gasifikasi dan likuifaksi.
3. Hasil gasifikasi diperoleh sejumlah gas hidrokarbon yang digunakan oleh
industri dan rumah tangga. Konsentrasi hidrokarbon paling tinggi adalah
metana, diikuti etana, propana, heksana plus, iso butana, iso pentana yang
juga berguna sebagai sumber energi.

Anda mungkin juga menyukai