Anda di halaman 1dari 4

TAFSIR AYAT AHKAM TENTANG WARIS

Warisan Dzawil Arham

Surah Al-Ahzab: 6

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-
isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain
lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang
Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang
demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).

Tafsir surah Al-Ahzab: 6

“dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-
mewarisi) didalam kitab Allah”.

Maksudnya menurut hukum Allah dari pada orang-orang mukmin dan orang-orang
muhajirin. Yakni kaum kerabat seseorang itu lebih utama saling mewarisi satu sama lainnya
dari pada kaum muhajirin dan anshar. Ayat diatas menjelaskan tentang warisan zawil arham.

Sebab turun surah Al-Ahzab: 6

Para ahli tafsir meriwayatkan ayat ini turun ketika Nabi saw hendak pergi ke perang tabuk. Ia
memerintahkan para sahabatnya untuk mengadakan persiapan-persiapan, lalu ada beberapa orang
mengatakan “kami akan meminta izin dahulu kepada ayah dan ibu kami”. Lalu turunlah ayat “Nabi
itu hendaknya lebih utama bagi orang-orang mukmin dari pada diri mereka sendiri”.

Istmbat hukum dalam surah Al-Ahzab: 6

1. Perwalian Nabi saw mutlak bagi segenap kaum Muslimin


2. Istri- istri Nabi saw haram dinikahi orang lain

1
3. Memuliakan Nabi saw dan keluarganya adalah wajib atas segenap kaum muslimin
4. Hak waris karena persaudaraan dan bantuan dibatalkan karena hak waris karena nasab
5. Hukum-hukum syariat itu datangnya dari Allah yang telah teertulis dalam Al-Qur’an
6. Hak waris ulul arham lebih diutamakan dari pada baitul mal.

Dalam surah An-Nisa : 7

Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan.

Tafsir surah An-Nisa : 7

Abu syaikh dan oleh Ibnu Hibban menjelaskan dalam kitabul faraaid dari jalur Kalbi dari
Ibnu Abbas, “orang-orang Jahiliah biasanya tidak mewariskan harta kepada kaum wanita dan
anak laki-laki yang masih kecil”. Seorang laki-laki Anshar bernama Aus Bin Tsabit
meninggal dan meninggalkan dua orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang
masih kecil. Maka datanglah dua orang saudara sepupu mereka yang menjadi ashabah lalu
mengambil semua harta itu. Maka datanglah istrinya menemui Rasulullah saw lalu
menceritakan hal itu kepada Rasullullah. Maka turunlah ayat tersebut.

Laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam soal kewarisan, yaitu sama-sama
memperoleh harta peninggalan orang tua maupun kerabatnya. Perbedaan gender bukan
merupakan penghalang bagi seorang untuk mendapat kewarisan. Baik perempuan sudah
ditentukan bagiannya sendiri-sendiri oleh Allah swt.

Sebab turun surah An-Nisa : 7

orang- orang Jahiliyah biasanya tidak mewariskan harta kepada kaum wanita dan
anak laki-laki yang masih kecil sebelum baligh. sewaktu seorang laki-laki Ansar bernama
Aus Bin Tsabit meninggal dan meninggalkan seorang istri yaitu Ummu Kahlan dua orang
anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang masih kecil. Kemudian kedua orang anak

2
paman Aus yakni Suwaid dan Arfatah melarang memberikan bagian harta warisan itu kepada
istri dan ketiga anaknya. Sebab menurut adat Jahiliyah anak-anak dan perempuan tidak
mendapat warisan karena tidak sanggup menuntut balas (bila terjadi pembunuhan dsb).
Kemudian istri Aus mengadu kepada Rasulullah saw. Lalu Rasulullah memanggil Suwaid
dan Arfatah. Keduanya menerangkan kepada Rasul bahwa anak-anaknya tidak dapat
menunggang kuda, tidak sanggup memikul beban dan tidak bisa pula menghadapi musuh.
Kami bekerja sedang mereka tidak berbuat apa-apa. Maka turunlah ayat ini menetapkan hak
wanita dalam menerima warisan sebagaimana dijelaskan ayat waris.

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka
dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.

Tafsir surah An-Nisa : 8

Kemudian Allah menjelaskan lagi bahwa apabila pada watu diadakan pembagian harta
warisan ikut hadir pula kaum kerabat yang tidak berhak mendapat warisan. Begitu juga para
fakir miskin atau anak yatim maka pada mereka sebaiknya diberikan juga sedikit bagian
sebagai hadiah menurut keikhlasan para ahli waris supaya mereka tidak hanya menyaksikan
saja ahli waris mendapat bagian. Dan kepada mereka seraya memberikan hadiah tersebut
diucapkan kata-kata yang menyenangkan hati mereka. Ini sangat bermanfaat untuk menjaga
silaturrahim disamping itu para ahli waris menunjukkan rasa syukur kepada Allah swt.

: ‫المفردات‬

‫ جمع من رجل‬: ‫الرجال‬

(yang dimaksud dalam ayat ini bukan hanya laki- laki dewasa saja namun juga anak kecil, sehingga
meskipun yang ditinggal mati adalah anak kecil dia tetap mendapat warisan)

‫ جمع من إمرأة‬: ‫النسآء‬

(yang dimaksud dalam ayat ini bukan hanya perempuan dewasa saja namun juga anak kecil, sehingga
meskipun yang ditinggal mati adalah anak kecil dia tetap mendapat warisan)

‫ المراد بالقِسمة في اآلية قسمة التركة بين المستحقين من األقرباء‬: ‫القسمة‬

3
: ‫نصيبا مفروضا‬

(menegaskan bahwa bagian harta warisan itu sudah ditentukan Allah, entah itu sedikit ataupun
banyak). Kata diulang dua kali sebagai penegasan bahwa laki-laki dan perempuan sama saja
dihadapan Allah.

‫ أو لكونهم من ذوي األرحام‬، ‫ المراد بهم األقرباء الذين ال يرثون لكونهم محجبين‬: ‫أولو القُربي‬

‫ أي قوال طيبا لطيفا‬: ‫قوالً معروفًا‬

Anda mungkin juga menyukai