Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN PETA TEMATIK KLOROFIL

OLEH:
NABILAH JIHAN NURAULIA
08051181621019
KELAS A

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM


INFORMASI GEOGRAFIS KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kawasan perairan
dengan potensi sumberdaya alam yang tinggi. Tingginya potensi perairan dapat
memberikan manfaat bagi kesejahteraan kehidupan nelayan dengan melihat
kesuburan dari perairan tersebut. Salah satu potensi sumber daya alam di lautan
yang memiliki nilai ekonomis penting adalah sumber daya perikanan. Untuk
mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan dapat dilihat dari besarnya nilai
klorofil-a (Prianto et al. 2013).
Klorofil-a merupakan pigmen penting yang terdapat pada fitoplankton yang
digunakan untuk proses fotosintesis. Klorofil-a sangat berkaitan erat dengan
tingkat produktivitas primer yang ditunjukkan dengan besarnya biomassa
fitoplankton yang menjadi rantai makanan yang pertama di perairan. Klorofil-a
dapat dikaji berdasarkan data-data system informasi geografis, cara ini memiliki
kelebihan cakupannya yang luas sehingga penggunaan system informasi geografis
lebih efektif dan efisien (Mursyidin dan Yuswardi, 2017).
Klorofil-a yang terkandung dalam fitoplankton dapat dideteksi menggunakan
sensor satelit. Sedangkan pemanfaatannya untuk kegiatan budidaya, identifikasi
daerah penangkapan spesies ikan tertentu, dan peruntukan lainnya, dapat
ditentukan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Interaksi kedua sistem
tersebut dalam bidang perikanan dewasa ini telah banyak digunakan dan telah
terbukti keberhasilannya. Teknologi remote sensing memiliki beberapa suatu
keunggulan diantaranya adalah harga data yang murah dan mudah diakses,
cakupan areal luas, resolusi temporal tinggi dan bentuk data digital, sehingga
merupakan sumber data system informasi geografis (SIG) yang potensial
(Prahasta, 2005 dalam Louhenapessy dan Waas, 2009).
Beragamnya sebaran klorofil-a di perairan dipengaruhi oleh faktor geografis
dan berdasarkan kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan
intensitas cahaya matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di perairan.
Secara umum di laut, pada perairan pantai dan pesisir nilai sebaran konsentrasi
klorofil-a lebih tinggi, dan pada perairan lepas pantai memiliki nilai konsentrasi
klorofil-a yang rendah. Penyebab sebaran konsentrasi klorofil-a yang tinggi di
perairan pantai dan pesisir dikarenakan adanya suplai nutrien dalam jumlah besar
melalui run-off dari daratan (Trijayanto dan Sukojo, 2015).
Teknologi informasi yang telah berkembang saat ini dapat mengelolah
informasi yang dilakukan secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi
informasi bertujuan untuk mencapai efisiensi dalam berbagai aspek pengelolaan
informasi, yang ditunjukkan dengan kecepatan dan ketepatan waktu pemrosesan,
serta ketelitian dan keakuratan informasi. Hal ini mengakibatkan dalam
pengembangan sistem informasi muncul variasi baru. Penggabungan antara sistem
informasi dengan ilmu geografi yang saat ini menjadi salah satu alternatif yang
banyak digunakan dalam pengelolaan informasi yaitu Sistem Informasi Geografis
(Sasrimita, 2015).
Salam (2011) mengatakan bahwa sistem informasi geografis berguna sebagai
media analisa perencanaan dalam proses pembangunan peningkatan sarana dan
prasarana, karena SIG mempunyai kemampuan analisis keruangan (spatial
analysis) maupun waktu (temporal analysis), sehingga pengolahan data atau
informasi yang kurang efektif menjadi lebih efektif serta mampu memberikan
informasi yang tepat kepada masyarakat.
Perangkat lunak yang digunakan dalam pemubatan peta salah satunya adalah
ArcGIS. Menurut Novitasari et al. (2015) ArcGIS merupakan perangkat lunak
yang terbilang besar. Perangkat lunak ini menyediakan kerangka kerja yang
bersifat scalable (bisa diperluas sesuai kebutuhan) untuk mengimplementasikan
suatu rancangan aplikasi SIG, baik bagi pengguna tunggal (single user) maupun
bagi lebih dari satu pengguna yang berbasiskan desktop.

1.2. Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pembuatan peta tematik menggunkan citra landsat 8 untuk mengrtahui sebaran
klorofil.

1.3. Manfaat
Manfaat ketika telah dilakukannya praktikum ini mahasiswa dapat membuat
peta tentang sebaran klorofil yang bergunakan untuk yang akan melakukan
penelitian.
II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Informasi Geografis merupakan suatu system informasi spasial


berbasis computer yang mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan,
memanipulasi, dan menyajikan semua bentuk informasi spasial. SIG juga
merupakan alat bantu manajemen informasi yang terjadi dimuka bumi dan
bereferensi keruangan (spasial). Sistem Informasi Geografi bukan sekedar system
computer untuk pembuatan peta, melainkan juga merupakan juga alat analisis.
Keuntungan alat analisis adalah memeberikan kemungkinan untuk
mengidentifikasi hubungan spasial diantara feature dengan data geografis yang
sudah diolah dalam bentuk peta (Prahasta et al. 2004 dalam Fausan, 2011).
Peta dasar merupakan peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau
buatan manusia, yang berada di permukaan bumi, digambarakan pada suatu
bidang datar dengan skala, penomoran, proyeksi, dan georeferensi tertentu. Peta
dasar digunakan sebagai acuan dalam pembuatan peta tematik yang digunakan
dalam penyusunan peta rencana tata ruang yang sesuai dengan ketelitian dan
spesifikasi teknis yang meliputi kerincian, kelengkapan data dan atau informasi
georeferensi dan tematik, skala, akurasi, format penyimpanan digital termasuk
kode unsur, penyajian kartografis mencakup simbol, warna, arsiran dan notasi
serta kelengkapan muatan peta (Pribadi et al. 2017).
Proses fotosintesa membutuhkan energi matahari yang diabsorbsi oleh
klorofil (pigmen hijau pada tumbuh-tumbuhan), untuk membantu kelangsungan
reaksi kimia. Dengan kata lain, klorofil merupakan parameter yang dapat
digunakan untuk mengetahui kesuburan perairan laut. Ada tiga jenis klorofil yang
dikenal, yaitu klorofil-a, klorofil-b, dan klorofil-c. Disamping itu ada juga
beberapa jenis pigmen fotosintesa lain seperti karoten dan xantofil. Dari pigmen-
pigmen tersebut klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum pada
fitoplankton, sehingga merupakan pigmen penting dalam proses fotosintesa
(Parson et al. 1984 dalam Louhenapessy dan Waas, 2009).
Sebaran konsentrasi klorofil tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari
tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai.
Namun sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai karena pada daerah
lepas pantai ini tidak mendapat suplai nutrien dari daratan. Walaupun demikian
pada beberapa tempat yang jauh dari daratan masih ditemukan konsentrasi klorofil
yang tinggi. Keadaan ini terjadi akibat adanya proses sirkulasi massa air yang
memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari daerah lain, seperti yang
terjadi pada daerah upwelling (Hermawan et al. 2017).
Dalam penelitian Saifudin et al. (2014) Klorofil merupakan satu satunya
parameter yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangakapan dari pada parameter
lainnya (Suhu Permukaan Laut, salinitas, kedalaman, kecepatan arus). Dilihat dari
corak warna klorofil pada minggu kedua dan ketiga didaerah pemalang untuk
bagian timur terdapat sedikit corak warna merah pada minggu ketiga sedangkan
pada minggu kedua corak warna hampir sama. Kebanyakan nelayan dari Puring
dalam menangkap ikan teri (Stolephorus spp) jika mendapat satu info dari salah
satu nelayan bahwa daerah persebaran ikan banyak di daerah tertentu maka
nelayan yang lain pada hari-hari berikutnya akan mengikuti info tersebut tersebut
datang.
Kandungan klorofil-a pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan rantai
makanan. Kandungan klorofil-a yang tinggi pada perairan akan meningkatkan
produktivitas zooplankton, sehingga tercipta suatu rantai makanan yang akan
menunjang produktifitas ikan di perairan. Ikan layang dan ikan banyar merupakan
jenis ikan pelagis yang keberadaanya tidak secara langsung dipengaruhi oleh
klorofil-a. Klorofil sendiri merupakan parameter yang sangat menentukan
produktivitas primer (Putra et al. 2012).
Konsentrasi klorofil-a tidak dapat diukur langsung oleh sensor, tetapi nilai
konsentrasinya dapat diperoleh dari hubungan reflektansi spektral dan konsentrasi
klorofil-a pada perairan. Algoritma untuk menentukan konsentrasi klorofil-a
menggunakan satelit Landsat TM telah dikembangkan oleh beberapa peneliti, dan
pernah dicobakan pada perairan yang ada di Indonesia, antara lain yaitu untuk
model yang diciptakan oleh Catts yaitu Chl-a = 323,7 + 2,4TM1 + 299,2 TM2
(Lillesand dan Kiefer, 1990 dalam Louhenapessy dan Waas, 2009).
Perairan di daerah tropis umumnya memiliki konsentrasi klorofil yang
rendah hal ini dapat dikarenakan atau disebabkan keterbatasan nutrien dan
kuatnya stratifikasi kolom suatu perairan sebagai akibat pemanasan permukaan
perairan yang terjadi sepanjang tahun Tinggi rendahnya klorofil-a dipengaruhi
oleh penyinaran matahari, dimana penyinaran matahari yang tinggi akan
mengakibatkan rendahnya konsentrasi klorofil-a, namun penyinaran matahari
yang terlalu rendah juga akan mengakibatkan berkurangnya nilai klorofil-a
(Prianto et al. 2013).
Menurut Nybakken (1988) dalam Saifudin et al. (2014) menyatakan bahwa
indikator kesuburan perairan dapat diukur dari kandungan klorofil a. Klorofil a
merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton dan berperan
dalam proses fotosintesis. Fausan (2011) mengatakan bahwa klorofil-a berkaitan
erat dengan produktivitas yang menjadi rantai pertama makanan ikan-ikan kecil
yang kemudian akan menjadi makanan bagi ikan-ikan besar.
Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat dipengaruhi oleh
faktor oseanografi. Sebaran klorofil-a tersebut bervariasi secara vertical,
horizontal ataupun secara geografis. Secara vertical, konsentrasi klorofil-a
cenderung lebih tinggi dibandingkan pada kondisi perairan yang lebih dalam
sedangkan secara horizontal perairan yang cenderung berdekatan dengan daratan
utama mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lepas
pantai (Trijayanto dan Sukojo, 2015).
Atribut-atributnya di dalam satuan-satuan yang disebut layer. Sungai,
bangunan, jalan, laut, batas-batas administrasi, perkebunan dan hutan merupakan
contoh-contoh dari layer. Kumpulan dari layer-layer ini akan membentuk basis
data. Dengan demikian, perancangan basis data merupakan hal yang esensial
dalam SIG. Rancangan basis data akan menentukan efektifitas dan efisiensi
proses-proses masukan, pengelolaan dan keluaran system informasi geografis.
Kemampuan system informasi geografis dapat juga dikenali melalui fungsi-fungsi
analisis (Prahasta, 2005 dalam Louhenapessy dan Waas, 2009).
Tingginya kandungan klorofil-a fitoplankton di suatu perairan tidak selalu
menggambarkan kondisi yang baik bagi perairan tersebut. Kandungan klorofil-a
yang sangat tinggi mengindikasikan terjadinya eutrofikasi atau pengayaan zat hara
yang berlebihan. Pengaruh nitrat yang tidak terkendali di perairan laut akan dapat
menganggu ekosistem perairan yaitu terjadinya kondisi eutrofikasi. Klorofil-a
merupakan salah satu parameter oseanografi yang dapat digunakan untuk menjadi
indikator kesuburan dan produktivitas perikanan (Septianda et al. 2017).
III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Senin, 11 Februari 2019, pukul
13.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum terdapat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan Kegunaan
Laptop Mengoperasikan perangkat lunak
Mouse Alat bantu laptop
ArcGIS Perangkat lunak yang digunakan
ErMapper Perangkat lunak yang digunakan
Citra Landsat 8 Data yang digunakan
Alat Tulis Menulis hasil praktikum

3.3. Cara Kerja


Unduh data citra landsat 8

Lakukan koreksi radiance di er mapper

Lakukan pengolahan untuk klorofil

Jadikan Peta Tematik klorofil
DAFTAR PUSTAKA

Fausan. 2011. Pemetaan daerah potensial penangkapan ikan cakalang


(Katsuwonus pelamis) berbasis sistem informasi geografis di Perairan
Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. [Skripsi]. Makassar : Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

Hermawan I, Agus S, Nikita P. 2017. Pola distribusi konsentrasi klorofil-a di laut


Maluku berdasarkan pengamatan in situ INDESO joint expedition program
2016 dan data penginderaan jauh. Jurnal Segara Vol.13 (3) : 1-9.

Louhenapessy D, Waas HJD. 2009. Aplikasi teknologi remote sensing satelit dan
sistem informasi geografis (sig) untuk memetakan klorofil-a fitoplankton.
Jurnal Triton Vol. 5 (1) : 44-57.

Mursyidin, Yuswardi. 2017. Deteksi kesuburan perairan aceh menggunakan citra


klorofil-a satelit aqua modis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro Vol.
1(1) : 44-50.

Novitasari NW, Nugraha AL, Suprayogi A. 2015. Pemetaan multi hazards berbasis
sistem informasi geografis di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Jurnal
Geodesi Undip Vol. 4 (4) : 181-188.

Prianto, Ulqodry TZ, Artawati E. 2013. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a di


Selat Bangka dengan menggunakan citra aqua-modis. Maspari Journal Vol.
5 (1) : 22-33.

Pribadi CB, Hariyant T, Puspita AI. 2017. Pembuatan peta dasar skala 1:5000
menggunakan citra satelit resolusi tinggi pleiades 1-a sebagai acuan
pembuatan peta rdtr pada bagian wilayah perkotaan Lumajang, Kabupaten
Lumajang. Geoid Vol. 12 (2) : 153-157.

Putra E, Jonson LG, Vincentius PS. 2012. Hubungan konsentrasi klorofil-a dan
suhu permukaan laut dengan hasil tangkapan ikan pelagis utama di Perairan
Laut Jawa dari citra satelit modis. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan. Vol. 3 (2) : 20-26

Saifudin, Fitri ADF, Surdiyatmo. 2014. Aplikasi sistem informasi geografis (gis)
dalam penentuan daerah penangkapan ikan teri (Stolephorus spp) di
Perairan Pemalang Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology Vol. 3 (4) : 66-75.

Salam S. 2011. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Sarana Pendidikan dan
Pusat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Gowa. [Skripsi]. Makassar :
Universitas Islam Negeri Alauddin.
Sasrimita. 2015. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Sekolah di Kecamatan
Tanjung Batu Berbasis Mobile. [Skripsi]. Palembang : Universitas Islam
Negeri Raden Fatah.

Septianda F, Frida P, Churun A. 2017. Sebaran klorofil-α secara temporal


menggunakan satelit landsat 8 di Perairan Teluk Jakarta. Journal Of
Maquares. Vol 6 (4) : 1-10.

Trijayanto DP, Sukojo BM. 2015. Analisa nilai klorofil dengan menggunakan data
modis, viirs, dan in situ (Studi Kasus: Selat Madura). Jurnal Geoid Vol.11
(1) : 34-39.

Anda mungkin juga menyukai