Anda di halaman 1dari 6

INFORMASI KUALITAS DARI SUATU GAMBAR RANCANGAN

(DESIGN DRAWINGS) KONSTRUKSI DAN INFORMASI PROSES


SERTIFIKASI TENAGA AHLI YANG DILAKUKAN OLEH LPJK

MATA KULIAH : MANAJEMEN PROYEK

DOSEN : GEA GABY AURORA SYAFRIDON, ST. MT.

AULIA AZHARI

15 0404 110

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
A. KUALITAS DARI SUATU GAMBAR RANCANGAN KONSTRUKSI

A.1. Pengertian Gambar Rancangan

Gambar merupakan sarana berkomunikasi bagi para perancang (engineer)


maupun pelaksana (kontraktor). Seorang perancang dapat membuat gambar rancangan
dengan baik. Pada dasarnya gambar merepresentasikan bentuk struktur yang telah
disederhanakan sehingga gambar dapat dimengerti dengan mudah baik oleh engineer,
kontraktor, maupun owner. Gambar rancangan pada proyek konstruksi adalah :
1. Design Drawing (Gambar Desain)
Gambar Desain merupakan gambar yang digunakan sebagai pedoman untuk
membuat gambar detail pelaksanaan konstruksi. Gambar ini dibuat oleh
Designer sebagai awal perkiraan suatu proyek konstruksi.
2. Shop Drawing
Shop Drawing adalah gambar yang dibuat oleh kontraktor dengan pedoman
gambar untuk konstruksi yang digunakan sebagai pedoman atau dasar
pelaksanaan di lapangan. Gambar ini dibuat oleh kontraktor berdasarkan
keadaan yang terjadi di lapangan. Shop Drawing menggambarkan desain
konstruksi jauh lebih detail daripada Design Drawing.
3. As Built Drawing
Gambar ini adalah gambar aktual pelaksanaan setelah proses pekerjaan
konstruksi selesai dikerjakan.

A.2. Kriteria Gambar Rancangan

Gambar rancangan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :


1. Gambar harus jelas, sederhana, dan bersih
2. Gambar harus sesuai dengan pengukuran yang digunakan dan digambarkan
secara akurat dengan menggunakan skala tertentu
3. Informasi-informasi penting (misal legenda, skala, judul gambar, dll) harus
disertakan padagambar rancangan agar tidak terjadi kesalahan pembacaan
4. Tulisan ataupun catatan pada gambar haruslah minimum (tidak boleh terlalu
banyak)
5. Jarak yang cukup antara gambar dan keterangan dimensi harus disediakan
agar tidak terjadi crowding.

A.3. Tujuan Gambar Rancangan

Gambar rancangan bertujuan sebagai berikut :


1. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif supaya biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang administrasi pelaksanaan
pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang terkandung dalam
dokumen pelelangan dan dokumen kontrak kerja konstruksi. Untuk
memenuhi maksud dan tujuan diatas, dalam gambar rancangan perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :
 Ruang lingkup gambar konstruksi yang jelas
 Notasi, simbol, dan tulisan pada gambar konstruksi dapat
memperjelas maksud gambar
 Penggunaan simbol dan notasi dilakukan secara konsisten, kalau
diperlukan, dapat menggunakan standar dari kelompok kerja tersebut.

B. SERTIFIKASI TENAGA AHLI YANG DILAKUKAN OLEH LPJK

B.1. Pengertian Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi / LPJK

LPJK adalah Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, yaitu Lembaga yang


melaksanakan pengembangan jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
ayat (3) Undang – Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut LPJK adalah lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana diubah terakhir kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi. Keharusan memiliki sertifikat keahalian maupun sertifikat keterampilan
bagi mereka yang bekerja di bidang jasa konstruksi tertuang dalam ketentuan Pasal 9
UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi yang menyatakan bahwa :
a) Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus
memiliki sertifikat keahlian.
b) Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan
kerja dan sertifikat keahlian kerja.
c) Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana
konstruksi, pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha
pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian.
d) Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada
pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
Sementara itu dalam Pasal 1 PP No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No.
18/1999 tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Sertifikat adalah tanda
bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan
keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin
keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan atau keahlian
tertentu.
SKA atau Sertifikat Keahlian adalah sertifikat yang diterbitkan LPJK dan
diberikan kepada tenaga ahli konstruksi yang telah memenuhi persyaratan kompetensi
berdasarkan disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keahlian tertentu.

B.2. Kualifikasi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi

Kualifikasi tenaga ahli Jasa Konstruksi adalah :


1. Ahli Utama
2. Ahli Madya
3. Ahli Muda
Tenaga ahli yang sudah memiliki SKA dengan kualifikasi muda dapat
ditingkatkan/up-grade menjadi ahli madya, dan tenaga ahli madya dapat
ditingkatkan/up-grade menjadi ahli utama SKA sebagai persyaratan sertifikasi dan
registrasi usaha jasa konstruksi.
Salah satu persyaratan utama untuk mengajukan permohonan Sertifikasi dan
Registrasi Badan Usaha (SBU) bidang Jasa Konstruksi adalah memiliki tenaga ahli
bersertifikat keahlian (SKA) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT)
atau Penanggung Jawab Klasifikasi (PJK). SKA untuk tenaga ahli perusahaan Jasa
Pelaksana Konstruksi (kontraktor).
Setiap perusahaan jasa pelaksana konstruksi yang ingin mengajukan
permohonan Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha (SBU) khususnya golongan
Menengah (Kualifikasi M2 dan M1), golongan Besar (Kualifikasi B2 dan B1) harus
memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) sebagai persyaratan untuk dapat
ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dan Penanggung Jawab Klasifikasi
(PJK).
SKA untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Perencana dan Jasa Pengawas
Konstruksi (konsultan) Setiap perusahaan jasa perencana konstruksi dan jasa pengawas
konstruksi yang ingin mengajukan permohonan Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha
baik untuk golongan Kecil, Menengah atau Besar harus memiliki tenaga ahli
bersertifikat keahlian (SKA) sebagai persyaratan untuk dapat ditetapkan sebagai
Penanggung Jawab Teknik (PJT) dan Penanggung Jawab Klasifikasi (PJK).

B.3. Permasalahan Rendahnya Tenaga Ahli Jasa Konstruksi

Ada beberapa permasalahan yang menyebabkan jumlah tenaga kerja konstruksi


yang bersertifikat masih sangat rendah, yaitu :
a) Tidak adanya jaminan mutu serta efek (pengaruh) di dalam pelaksanaan
pekerjaan bagi tenaga kerja yang telah mengikuti sertifikasi.
b) Tidak adanya ketentuan yang memaksa bagi tenaga kerja untuk memiliki
sertifikat keterampilan (tidak ada penegakan hukum), baik yang akan bekerja di
dalam negeri maupun ke luar negeri.
c) Biaya untuk sertifikasi dianggap mahal bagi tenaga kerja konstruksi pada
tingkatan tukang yang upahnya relatif rendah.
d) Sertifikat keterampilan yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi Kompetensi di
Indonesia belum diakui oleh negara-negara pengguna tenaga kerja asal
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, H. P., & Adillah, S. U., 2012. Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi Sebagai
Unsur Pendukung Pembangunan Infrastruktur. Universitas Islam Sultan Agung.

http://sertifikatkonstruksi.com/sertifikasi/sertifikat-tenaga-ahli/

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 340, 2007. Penetapan Standar


Kompetensi Kerja Tenaga Terampil dan Tenaga Ahli, Departemen Pekerjaan Umum.

Moedjiman, M., 2007. Badan Nasional Sertifikasi Pekerja Tonggak Reformasi


SDM di Indonesia, www.nakertrans.go.id.

Anda mungkin juga menyukai