Word Askep Pada Anak Dengan KKP
Word Askep Pada Anak Dengan KKP
Disusun Oleh:
Risa Safitri 1710711029
Rani Mutrika 1710711045
Yahya Syukria 1710711060
Aldin Aditya Fareza 1710711075
Ega Shafira Pradanawati 1710711108
Feny Ditya Hanifah 1710711110
S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2019
I. Definisi
Kekuragan Kalori Protein (KKP) adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah,1997)
Kekurangan Kalori Protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan giji yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupun energy (Sediatoema, 1999)
II. Klasifikasi
Berdasarkan berat dan tindakannya KKP dibagi menjadi:
KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai
oleh adanya hambatan pertumbuhan.
KKP berat, meliputi:
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat, yang
amat sering terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun (Jelliffe, 1994).
2. Marasmus
Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
3. Marasmik-kwashiorkor
Marasmik – kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan
gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor. (Markum,
1996)
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,
karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi dapat terjadi karena tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling
dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak
akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
1. Faktor sosial.
Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan
makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain
itu, hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik
tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan.
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di negara-
negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan paling
mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat
mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Infeksi.
Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi.
Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan
semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah
masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila
faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang
tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan pentingnya
sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan penyakit lain.
5. Pola makan.
Protein adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya. Namun,
bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu,
dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama
pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para
ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak
mereka.
Gangguan perkembangan,
Tidak adekuatnya intake Penyakit kronis, seperti penyakit hati
gangguan kognitif atau
makanan dan gastrointestinal memberikan
gangguan psikologis,
dampak yang merugikan pada status
perubahan respons imun Tidak adekuatnya sanitasi nutrisi oleh karena gangguan pada
lingkungan fungsi pencernaan
Malnutrisi
Salah persepsi,
Penurunan Ketidakseimbangan Penurunan Gangguan elastisitas
sumber
intake nutrisi kurang dari kekuatan, cepat kulit. Gangguan sirkulasi
informasi,
makanan kebutuhan tubuh letih, perubahan integritas kulit,
penurunan
tinggi serat, tingkat keterlambatan
motivasi
imobilitas kesadaran penyembuhan luka, dan
iritasi integritas jaringan
Gangguan
pertumbuhan dan
Konstipasi perkembangan anak
Ketidakadeku Defisit aktivitas
atan program
Risiko gangguan integritas
pengobatan
jaringan kulit
Pemeriksaan urine
Uji faal hati
EKG
Photo Thorax
Antropometri Anak (TB/U, BB/U, LK/U)
Penatalaksanaan Medis
DIIT
Modisco
Modisco I
Modisco II
Modisco III
MODISCO I
MODISCO II
MODISCO III
Bahan :Susu full cream 12 g (1 1/4 sdm) atau susu segar 100 g (1/4 gelas),
Gula 7,5 g (11/4 sdt), Margarin 5 g (1/2 sdm)
Catatan :Diberikan setelah Modisco I dan II, 150 kkal/kg BB/hari, Pemberian
makanan sesuai umur, selera, daya cerna, disamping pemberian
Modisco
Modisco I:
Campurkan susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/panas.
Aduk rata, tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Saring dan
minum hangat-hangat
Modisco II:
Modisco III
Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, aduk hingga rata.
* Agar Modisco lebih tahan lama, ditim terlebih dahulu selama 15 menit.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan
akibat diare.
Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang cukup
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan marasmus.
Intervensi Keperawatan
No NDX NOC NIC