Tergantung kebutuhan, jika yang saat ini MCB di kWh-meter tidak pernah turun berarti
masih cukup, tidak perlu tambah daya.
Dan lainnya.
Berbagai jawaban diatas bisa diaplikasikan karena semuanya akan kembali pada kondisi
aktual dari kebutuhan listriknya.
Jadi, bagaimana sebaiknya?
b. Bagi sirkit utama atau sirkit cabang yang menyuplai sirkit akhir, yang diproteksi dengan
pemutus daya arus lebih dengan setelan pada nilai tertentu, kebutuhan maksimumnya
tidak boleh diambil lebih besar dari jumlah nilai setelan arus pemutus daya yang
mengamankan sirkit akhir.
Kita akan bahas ketiga cara tersebut, dengan catatan perhitungannya dibatasi hanya
untuk instalasi rumah tunggal.
Cara Perhitungan
Cara perhitungan kebutuhan maksimum pada instalasi rumah tunggal dijelaskan pada
bagian 2.3.2.2 dengan menggunakan table 2.3-1 sebagai berikut :
Berbagai jawaban diatas bisa diaplikasikan karena semuanya akan kembali pada kondisi
aktual dari kebutuhan listriknya. Tapi khusus untuk jawaban pertama mengenai cara
perhitungan total beban, perlu dicermati bahwa nilai total tersebut bukanlah nilai yang
langsung dipakai sebagai nilai total daya listrik yang dibutuhkan. Bila merujuk pada
perhitungan berdasarkan PUIL (lihat kolom 2), maka beban listrik dapat di bagi dalam
beberapa kategori. Misalnya peralatan listrik yang ada:
1. Pencahayaan biasa:
Cara Penaksiran
Cara penaksiran dapat dipertimbangkan terutama jika :
a. Perlengkapan pada instalasi bekerja pada kondisi beban yang naik turun atau intermiten
dan daur tugas tertentu dapat ditetapkan.
Referensi
PUIL (2011) Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011
MCB (Miniature Circuit Breaker) atau Miniatur Pemutus Sirkuit adalah sebuah perangkat
elektromekanikal yang berfungsi sebagai pelindung rangkaian listrik dari arus yang
berlebihan. Dengan kata lain, MCB dapat memutuskan arus listrik secara otomatis ketika
arus listrik yang melewati MCB tesebut melebihi nilai yang ditentukan. Namun saat arus
dalam kondisi normal, MCB dapat berfungsi sebagai saklar yang bisa menghubungkan
atau memutuskan arus listrik secara manual.
MCB pada dasarnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan Sekering (FUSE) yaitu
memutuskan aliran arus listrik rangkaian ketika terjadi gangguan kelebihan arus.
Terjadinya kelebihan arus listrik ini dapat dikarenakan adanya hubung singkat (Short
Circuit) ataupun adanya beban lebih (Overload). Namun MCB dapat di-ON-kan kembali
ketika rangkaian listrik sudah normal, sedangkan Fuse/Sekering yang terputus akibat
gangguan kelebihan arus tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Pada kondisi Normal, MCB berfungsi sebagai sakelar manual yang dapat
menghubungkan (ON) dan memutuskan (OFF) arus listrik. Pada saat terjadi Kelebihan
Beban (Overload) ataupun Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit), MCB akan
beroperasi secara otomatis dengan memutuskan arus listrik yang melewatinya. Secara
visual, kita dapat melihat perpindahan Knob atau tombol dari kondisi ON menjadi
kondisi OFF. Pengoperasian otomatis ini dilakukan dengan dua cara seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ini yaitu dengan cara Magnetic Tripping (Pemutusan
hubungan arus listrik secara Magnetik) dan Thermal Tripping (Pemutusan hubungan
arus listrik secara Thermal/Suhu).
a. Thermal Tripping (Pemutusan Hubungan arus listrik dengan Suhu Tinggi)
Pada saat kondisi Overload (Kelebihan Beban), Arus yang mengalir melalui Bimetal
menyebabkan suhu Bimetal itu sendiri menjadi tinggi. Suhu panas tersebut
mengakibatkan Bimetal melengkung sehingga memutuskan kontak MCB (Trip).
b. Magnetic Tripping (Pemutusan Hubungan arus listrik secara Magnetik)
Ketika terjadi Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit) secara mendadak ataupun
Kelebihan Beban yang sangat tinggi (Heavy Overload), Magnetic Trippping atau
pemutusan hubungan arus listrik secara Magnetik akan diberlakukan. Pada saat terjadi
hubungan singkat ataupun kelebihan beban berat, Medan magnet pada Solenoid MCB
akan menarik Latch (palang) sehingga memutuskan kontak MCB (Trip).
Sebagian besar MCB (Miniature Circuit Breaker) yang digunakan saat ini menggunakan
dua mekanisme pemutusan hubungan arus listrik ini (Thermal Tripping dan Magneting
Tripping).
MCB atau Miniatur Pemutus Sirkuit ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama
berdasarkan karakteristik pemutusan sirkuitnya. Tiga jenis utama tersebut adalah MCB
Tipe B, MCB Tipe C dan MCB Tipe D.
1. MCB Tipe B
MCB Tipe B adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 3 sampai 5 kali
dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe B ini
umumnya digunakan pada instalasi listrik di perumahan ataupun di industri ringan.
2. MCB Tipe C
MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar 5 sampai 10
kali dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C ini
biasanya digunakan pada Industri yang memerlukan arus yang lebih tinggi seperti pada
lampu penerangan gedung dan motor-motor kecil.
3. MCB Tipe D
MCB Tipe C adalah tipe MCB yang akan trip jika arus beban lebih besar dari 10 hingga
25 kali dari arus maksimum yang tertulis pada MCB (arus nominal MCB). MCB Tipe C
ini biasanya digunakan pada peralatan listrik yang menghasilkan lonjakan arus tinggi
seperti Mesin Sinar X (X-Ray), Mesin Las, Motor-motor Besar dan Mesin-mesin
produksi lainnya.
Arus Nominal MCB yang umum adalah 6A, 10A, 13A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A,
63A, 80A, 100A dan 125A.
PLN akan memasangkan Kapasitas MCB sesuai dengan batas Daya Listrik yang diminta
oleh pelanggan. Kita dapat melihatnya melalui tulisan Ampere (Satuan Arus Listrik) yang
tertera di MCB tersebut. Contohnya 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A dan lain
sebagainya. Untuk meng-konversi Arus Listrik tersebut ke Daya Listrik, kita perlu sedikit
perhitungan berdasarkan Rumus dibawah ini :
Rumus Daya Listrik
Atau
Jadi jika di MCB tertulis 10A, berapakah batas Daya Listrik yang diizinkan ?
Pada Umumnya, Tegangan Listrik yang dihasilkan oleh PLN Indonesia adalah 220V
Pertanyaan selanjutnya adalah berapakah daya listrik yang diperlukan oleh rumah kita?
Sebagai Contoh, anda membangun rumah baru dan akan ingin melakukan pemasangan
baru listrik PLN. Berapakah Daya Listrik yang diperlukan ?
Pertama, tuliskan peralatan listrik yang diperlukan dan daya listrik yang dikonsumsinya.
Biasanya pada peralatan listrik yang bersangkutan sudah tertera Konsumsi Daya Listrik
yang diperlukan. Terdapat 2 jenis penulisan pada Label peralatan listrik, diantaranya
adalah mencantumkan Watt atau Ampere.
Anda dapat menggunakan rumus daya listrik diatas (Watt = Volt x Ampere) untuk
menghitung konversi Ampere ke Watt.
Jadi Daya Listrik Listrik yang diperlukan adalah sekitar 2.854Watt atau 2.854VA, Jika
dikonversikan menjadi arus listrik adalah sebagai berikut (Menggunakan Rumus Daya
Listrik diatas) :
Arus = Watt / Volt
Arus = 2854 Watt / 220 Volt
Arus = 12,97 Ampere
Umumnya PLN hanya menyediakan beberapa pilihan standar Daya Listrik yaitu 220VA
(1A), 450VA (2A), 900VA (4A), 1300VA (6A), 2200VA (10A), 3500VA (16A), 4400VA
(20A), 5500VA (25A) dan seterusnya. Jadi Pengajuan permintaan Daya Listrik yang
dianjurkan ke PLN adalah 3500VA atau 16A.
Hal yang perlu diperhatikan adalah makin tinggi Daya Listrik yang dipasangkan, makin
tinggi pula biaya beban yang dikenakan. Oleh karena itu, kita perlu memilih pemasangan
daya listrik yang sesuai dengan kebutuhan saja. Pemasangan Daya Listrik yang rendah
atau tidak cukup akan mengalami kekurangan arus listrik dan akibatnya adalah sering
loncatnya MCB (Breaker Listrik), hal ini dapat merusak peralatan listrik rumah kita.
Sedangkan pemasangan Daya listrik yang terlalu tinggi akan mengakibatkan semakin
tingginya tagihan listrik yang sebenarnya adalah merupakan suatu pemborosan biaya.