Anda di halaman 1dari 20

A.

Judul Penelitian : Analisis Makna Kata َ‫صدَق‬


َ /Ṣadaqa /

Dalam Al-Qur’An (Tinjauan Semantik

Gramatikal)

B. Bidang Ilmu : Semantik

C. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari.


Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama
manusia. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan berbagai informasi,
berita, pikiran, gagasan, pendapat, perasaan, dan sebagainya.

Bahasa merupakan sistem komunikasi paling efektif untuk


mengungkapkan pemikiran, baik bentuk tulisan maupun lisan, baik berupa ide,
penemuan, pendapat, inspirasi, maupun perasaan. Dengan bahasa, manusia
dapat berinteraksi, bersosialisasi, dan berkomunikasi antara satu sama lain
sehingga mampu menjadi bagian masyarakat.

Menurut Chaer (2007:34-35) bahasa terdiri dari unsur-unsur atau


komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan
membentuk suatu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus
bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya, bahasa itu tersusun
menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak, secara sembarangan.
Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal,
tetapi terdiri juga dari sub-sistem; atau sistem bawahan. Di sini dapat
disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem
sintaksis, dan subsistem semantik.

1
Sebagai sistem, bahasa memiliki komponen-komponen yang tersusun
secara hierarkis. Komponen itu meliputi komponen fonologis, morfologis,
sintaksis dan semantis. Aminuddin (1985:28).

Dari pasal-pasal terdahulu sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah


sistem lambang yang berwujud bunyi, atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu
ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan itu adalah suatu
pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan
dalam wujud bunti itu. Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada
sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu
mempunyai makna. Chaer (2007:44).

Kajian makna dalam bahasa Indonesia disebut semantik. Menurut Lehrer


(dalam Pateda 2001:6) mengatakan bahwa semantik adalah studi tentang
makna. Bagi Lehrer semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas
karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga
dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat, dan antropologi.

Pandangan Verhaar (2010:13) tentang semantik adalah cabang linguistik


yang membahas arti atau makna. Pengertian linguistik telah dipahami pula,
yakni studi bahasa secara ilmiah. Pateda (2001:7). Menurut Aminnuddin
(1985:15) tentang semantik adalah semantik yang semula berasal dari bahasa
Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis,
semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan anggapan
bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian
dari linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam
hal ini juga menduduki tingkatan tertentu.

Di sisi lain Chaer (2013:2) berpendapat bahwa kata semantik dalam bahasa
Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda
yang berarti “tanda”atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang
berarti “menandai” atau “melambangkan”. Kata semantik ini kemudian
disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang

2
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya.

Atau dengan kata lain, bidang studi dalam lingusitik yang mempelajari
makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan
sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran
analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik.

Bahasa Arab memiliki kedudukan penting bagi umat Islam. Bahasa Arab
merupkan salah satu bahasa internasional, di samping bahasa Prancis,
Spanyol, Cina, dan Inggris. Bahasa Arab juga menjadi salah satu bahasa resmi
PBB. Lebih dari satu miliar Muuslim berdoa dan beribadah dengan bahasa ini
setiap harinya.

Menurut Ethnologue, bahasa Arab merupakan bahasa berpenutur asli


nomor lima terbanyak di dunia dengan 242,391 juta jiwa di 60 negara. Bahasa
Arab merupakan bahasa nasional di 25 negara, seperti Arab Saudi, Algeria,
Bahrain, Chad, Kamerun, Djibouti, Mesir, Irak, Israel, Yordania, Kuwait,
Lebanon, Libya, Maroko, Mauritania, Oman, Palestina, Qatar, Somalia,
Sudan, Suriah, Tunisia, Uni Emirat, dan Yaman.

Bahasa Arab sendiri diyakini sudah muncul semenjak zaman Nabi Adam.
Hal ini diperkuat dengan interpretasi Al-Qur’an Al-Karim Surah Al-Baqarah
Ayat 31 bahwa Allah telah mengajarkan pengetahuan tentang nama-nama
kepada Nabi Adam. Bahasa yang digunakan oleh Adam tersebut ditafsirkan
sebagai bahasa Arab. Jadi, bahasa ini merupakan bahasa pertama yang
digunakan manusia, kemudian berkembang menjadi berbagai cabang baru.

Wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi


Muhammad SAW dengan bahasa Arab adalah Surah Al-‘Alaq yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Wahyu ini diturunkan melalui perantara malaikat Jibril
kepada Rasulullah SAWyang bertujuan agar disampaikan kepada seluruh
manusia di muka bumi ini sebagai petunjuk yang membawa kebenaran.
Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita semua mempelajari dan mengerti

3
bahasa Arab selain bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci umat Islam yaitu
Al-Qur’an Al-Karim, bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa yang kekal
hingga hari akhir nanti. Oleh sebab itu, marilah kita pelajari bahasa Arab.

Allah SWT berfirman :

َ‫إِنَّا أ َ ْن َز ْلنَاهُ قُ ْرآنًا ع ََربِيًّا لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْع ِقلُ ْون‬

/innā anzalnāhu qur’ānan ‘arabiyān la’allakum ta’qilūn


“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab,
agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf : 2)

‫س ْرنَا القُ ْرآنَ ِل ِلذك ِْر فَ َه ْل ِم ْن ُم َّد ِكر‬


َّ َ‫َولَقَ ْد ي‬

/wa laqad yassarnā al-qur’ āna liżikri fahal min muddakiri/ “Dan telah
Kami mudahkan Al-Qur’an untuk dipelajari adakah yang ingin
mempelajarinya” (QS. Al-Qamar : 17)

Al-Qur’an merupakan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus dan


sebagai sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, setiap yang bernafas harus
mempelajarinya karena Al-Qur’an merupakan pedoman kehidupan manusia
baik di dunia maupun di akhirat.

َ ‫أَفَالَ يَت َ َدبَّ ُر ْونَ ا ْلقُ ْرآنَ َولَ ْو كَانَ ِم ْن ِع ْن ِد‬


‫غي ِْر لّلاِ لَ َو َجد ُْوا فِ ْي ِه إِ ْختِالَفًا َكثِي ًْرا‬

‘afalā yatadabbarūna al-qur’ana walau kāna min ‘indi ghairi Allāhi


lawajadū fihi ikhtilāfan katsiran/ “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al-Qur’an kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah. Tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa : 82)

Ayat-ayat di atas sudah banyak menerangkan tentang identitas Al-Qur’an


maka sudah sepantasnya setiap individu mengetahui makna yang terdapat
dalam Al-Qur’an karena ini juga merupakan bagian dari penghayatan Al-
Qur’an. Peneliti sudah banyak sekali menemukan makna kata yang berbeda
dari satu (1) asal kata yang sama di dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, peneliti

4
ingin meneliti satu (1) kata yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu kata َ‫صدَق‬
َ
/Ṣadaqa/. Dalam melakukan penelitian ini tentu peneliti memiliki alasan yang
penting mengapa mengambil objek kajian makna gramatikal kata َ‫صدَق‬
َ
/Ṣadaqa/. Alasan peneliti ingin mengambil dan meneliti kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/
dalam Al-Qur’an karena kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ mempunyai makna yang cukup
banyak. Di dalam salah satu kamus Arab-Indonesia yang sudah sangat
terkenal di kalangan para penuntut ilmu agama khususnya yang berkaitan
dengan bahasa Arab yaitu kamus Mahmud Yunus kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/
memiliki makna benar. (Halaman 214 Bagian ‫) ص‬. Akan tetapi, jika peneliti

lihat dalam Al-Qur’an, kata َ‫صدَق‬


َ /Ṣadaqa/ diterjemahkan banyak dengan
makna yang tidak sama, seperti: benar, membuktikan, bersedekah, memenuhi,
maskawin (mahar), zakat, baik, disenangi, dan tinggi. Oleh karena itu
penelitian ini akan membahas makna kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ dan semua ayat
yang berasal dari kata tersebut yang terdapat dalam Al-Qur’an dari tinjauan
semantik gramatikal.

Contoh beberapa perbedaan makna kata َ‫صدَق‬


َ /Ṣadaqa/ dalam Al-Qur’an:

‫از ْعت ُ ْم فِ ْي األ َ ْم ِر‬ ِ َ‫س ْونَ ُه ْم بِ ِإ ْذنِ ِه صلى َحتَّى إِذَا ف‬
َ َ‫ش ْلت ُ ْم َوتَن‬ ُّ ‫ص َدقَ ُك ُم هللاُ َو ْع َدهُ و~ إِ ْذ ت َ ُح‬ َ ‫َولَقَ ْد‬
ِ ‫ص ْيت ُ ْم ِم ْن بَ ْع ِد َمآ أ َ َرى ُك ْم َّما ت ُ ِحبُّ ْونَ ج ِم ْن ُك ْم َم ْن يُ ِر ْي ُد ال ُّد ْنيَا َو ِم ْن ُك ْم َم ْن يُ ِر ْي ُد‬
‫اآلخ َرةَ ج ث ُ َّم‬ َ ‫ع‬
َ ‫َو‬
َ‫علَى ال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬ ْ َ‫ع ْن ُك ْم قلى َوهللاُ ذُ ْو ف‬
َ ‫ضل‬ َ ‫ص َرفَ ُك ْم‬
َ ‫ع ْن ُه ْم ِليَ ْبت َ ِليَ ُك ْم ج َولَقَ ْد‬
َ ‫عفَا‬ َ

/wa laqad ṣadaqakumullāhu wa'dahū iż taḥussụnahum bi`iżnih, ḥattā iżā


fasyiltum wa tanāza'tum fil-amri wa 'aṣaitum mim ba'di mā arākum mā
tuḥibbụn, mingkum may yurīdud-dun-yā wa mingkum may yurīdul-ākhirah,
ṡumma ṣarafakum 'an-hum liyabtaliyakum, wa laqad 'afā 'angkum, wallāhu żụ
faḍlin 'alal-mu`minīn/ “Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya
kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat
kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu danmengabaikan perintah Rasul
setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara

5
kamu ada (pula) orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula)
orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari
mereka untuk mengujimu, tetapi dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan
Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin.”
(Q.S Ali ‘Imran : 152)

Pada contoh ayat di atas terlihat adanya perubahan makna asli kata َ‫صدَق‬
َ
/Ṣadaqa/ menjadi makna “memenuhi” disebabkan proses gramatikal yaitu
disebabkan adanya pengaruh penggabungan komponen kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/
ْ ‫ َو‬/ wa'dahū / sehingga mengubah makna kata َ‫صدَق‬
dengan ُ‫ع َده‬ َ /Ṣadaqa/ dari
“benar” menjadi “memenuhi”. Proses gramatikal ini merupakan proses
gramatikal komposisi.

َ ‫َو َو َه ْبنَا لَ ُه ْم ِم ْن َرحْ َمتِنَا َو َجعَ ْلنَا لَ ُه ْم ِل‬


َ ‫سانَ ِصدْق‬
‫ع ِليًّا‬

/wa wahabnā lahum mir raḥmatinā wa ja'alnā lahum lisāna ṣidqin 'aliyyā/
“Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami
jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.” (QS.Maryam : 50)

Pada contoh ayat di atas terlihat adanya perubahan makna asli kata َ‫صدَق‬
َ
/Ṣadaqa/ menjadi makna “baik” disebabkan proses gramatikal yaitu
disebabkan adanya perubahan bentuk nomina yang diturunkan dari bentuk
verba dengan fleksi, dari َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ yang berarti “benar” menjadi ‫ِصدْق‬
/Ṣidqin/yang berarti “baik” serta pengaruh penggabungan komponen kata
َ‫سان‬
َ ‫ ِل‬/ lisāna / sebelumnya dan pengaruh penggabungan komponen kata ‫ع ِليًّا‬
َ
/'aliyyā / sesudahnya. Proses gramatikal ini merupakan proses gramatikal
komposisi.

َ ُ ‫نَحْ نُ َخلَ ْقنَا ُك ْم فَلَ ْوالَ ت‬


َ‫ص ِدقُ ْون‬

/naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn/ “Kami telah menciptakan kamu,


mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?” (Q.S Al-Waqi’ah :
57)

6
Pada contoh ayat di atas terlihat adanya perubahan makna asli kata ‫ق‬
َ ‫ص َد‬
َ
/Ṣadaqa/ menjadi makna “kamu membenarkan” disebabkan proses
gramatikal yaitu disebabkan adanya pengaruh penambahan afiks ‫ ت‬di awal

dan penambahan afiks ‫ د‬di tengah komponen kata َ‫ص ِدقُ ْون‬
َ ُ ‫ ت‬/tuṣaddiquna/.
Proses gramatikal pada terjemahan ayat ini merupakan gramatikal afiksasi
yang disesuaikan dengan kontekstualnya.

Contoh ayat di atas terlihat jelas sekali adanya perbedaan makna kata
َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ yang ada dalam Al-Qur’an, sehingga membuat peneliti tertarik
untuk membahas kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ ini sebagai objek kajian. Peneliti
memandang bahwa penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena
dapat memperluas wawasan kita tentang berbagai macam makna kata dari satu
kata dalam Al-Qur’an dan diharapkan kedepannya penelitian ini menambah
wawasan keilmuan dan dapat menjadi referensi. Berdasarkan hasil penelitian
sementara dalam Al-Qur’an peneliti menemukan kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/
sebanyak 76 (tujuh puluh enam) kata.

D. Rumusan Masalah

Adapun rmusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa jumlah kata َ‫صدَق‬


َ /Ṣadaqa/ yang terdapat di dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimanakah makna gramatikal kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ yang terdapat di
dalam Al-Qur’an?
E. Tujuan Penellitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Mengetahui jumlah kata َ‫صدَق‬


َ /Ṣadaqa/ yang terdapat di dalam Al-
Qur’an.
2. Mengetahui proses makna gramatikal kata ‫ق‬
َ ‫ص َد‬
َ /Ṣadaqa/yang
terdapat di dalam Al-Qur’an.

7
F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis, diharapkan penelitian ini menambah


referensi mengenai makna kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ dalam Al-Qur’an di
Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera
Utara. Secara praktis, dengan mengetahui makna kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/dalam
Al-Qur’an sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bahan
pengajaran di masa yang akan datang.

G. Tinjauan Pustaka
1. Kajian Terdahulu

Adapun penelitian tentang makna di dalam Al-Qur’an sudah pernah


diteliti oleh:

َ /gafara/ oleh Abdul Halim (2009) yang


1.1.Analisis makna kata ‫غفَ َر‬
memiliki makna lebih dari satu arti. Hasil penelitiannya adalah kata ini
banyak ditemukan di beberapa ayat Al-Qur’an dan mengandung
َ /gafara/
makna arti yang bersifat kontekstual. Selain itu, kata ‫غفَ َر‬
ditemukan di dalam Al-Qur’an berjumlah 124 (seratus dua puluh
empat).
1.2.Analisis makna kata Ruh oleh Hasanah (2005), dari hasil penelitian
tersebut kata Ruh ditemukan di dalam Al-Qur’an sebanyak 21 (dua
puluh satu) yang terdapat di dalam 18 (delapan belas) surah dan
berbagai shighah. Data ini diperoleh dari kitab “Fathurrahman Li
Thalabi Ayati Al-Qur’an”. Kata Ruh/nyawa, sebanyak 8 (delapan) kali,
makna kata wahyu sebanyak 2(dua) kali, makna pertolongan sebanyak
1(kali), sedangkan makna kata Jibril A.S. sebanyak 10(sepuluh) kali.
Dan penelitian ini fokus kepada jumlah kata polisemi.
1.3.Analisis makna kata ُ‫الد ْين‬
ِ /addiinu/dalam Al-Qur’an oleh Helwati
(2013), hasil penelitian ini adalah bahwa kata ad-diin ditemukan di

8
dalam Al-Qur’an sebanyak 94(sembilan puluh empat) kata yang
tersebar dalam 40(empat puluh) surah dengan berbagai shighah dan
dalam berbagai ayat. Data ini diperoleh dari kitab “Fathurrahman”
karangan “Fadhailul husni”. Adapun makna kata tersebut di dalam Al-
Qur’an adalah: agama sebanyak 65(enam puluh lima) kata, hari
pembalasan sebanyak 17(tujuh belas) kata, ketaatan sebanyak
10(sepuluh) kata, dikuasai sebanyak 1(satu) kata, dan undang-undang
sebanyak 1(satu) kata.
ُ ‫س‬
1.4.Analisis makna kata ‫ط‬ ْ ‫ ال ِق‬/alqisthu/ dalam Al-Qur’an oleh Rauzah
ُ ‫س‬
(2013). Hasil penelitian ini menunjukkan kata ‫ط‬ ْ ‫ ال ِق‬/alqisthu/yang
bermakna adil ditemukan di dalam Alqur’an sebanyak 25(dua puluh
lima) kata dan diantaranya ada yang bermakna tetap adil, kebenaran,
timbangan, hendaklah berlaku adil.
1.5.Analisis makna gramatikal kata ‫ َرأَى‬/ra’a/dalam Al-Qur’an oleh Ilyas
(2017). Hasil penelitian ini adalah bahwa kata tersebut ditemukan di
dalam Al-Qur’an sebanyak 328 (tiga ratus dua puluh delapan) kata.
Dengan beragam makna seperti melihat, memperhatikan,
menerangkan, menjelaskan, mengetahui, dan berpendapat.
1.6.Analisis makna kata ‫ أَ ْو ِليَاء‬/auliya/ dalam Al-Qur’an (juz 1-30)
(Tinjauan Semantik Gramatikal). Diteliti oleh Hasibuan (2017).
Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna
gramatikal kata Auliya’ ditemukan 35(tiga puluh lima) kata pada
19(sembilan belas) surah, dan mengandung berbagai macam makna,
antara lain pemimpin, kawan-kawan, teman-teman, penolong-
penolong, pelindung, kekasih, wali.

Tidak terlalu jauh perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian


di atas, yaitu sama-sama mengkaji tentang makna dalam Al-Qur’an. Yang
membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian yang di atas adalah
dalam hal objek kajiannya. Dalam penelitian ini menganalisis makna kata

9
َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan tinjauan semantik
gramatikal. Dan yang diketahui peneliti belum ada penelitian sebelumnya
yang mengkaji makna kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/dalam Al-Qur’an. Penelitian ini
menggunakan teori Abdul Chaer yang lebih memfokuskan kepada makna
gramatikal.

H. Landasan Teori
a. Pengertian Semantik

Semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung


makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik
mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan anggapan bahwa
makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari
linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam
hal ini juga menduduki tingkat tertentu. Apabila komponen bunyi pada
umumnya menduduki tingkat pertama, tata bahasa pada tingkat kedua,
maka komponen makna dalam hal ini juga menduduki tingkatan paling
akhir. Aminuddin (1985:15).

Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang


digunakan untuk bidang lingusitik yang mempelajari hubungan antara
tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan
kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau
arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan
sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga
tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik. Chaer
(2013:2).

b. Pengertian Makna
Menurut Ferdinand de Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari
dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Prancis: signifie’, Inggris:
signified) dan (2) yang mengartikan (Prancis: signfiant, Inggris:
signifier). Yang diartikan (signifie’, signified) sebenarnya tidak lain

10
dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi. Sedangkan
yang mengartikan (signfiant, signifier) itu adalah tidak lain dari pada
bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari fonem bahasa-bahasa yang
bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari
unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-
bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk/mengacu kepada sesuatu
referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual). Chaer
(2013:29).

c. Jenis Makna
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan
leperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun
mnjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang
berbeda. Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan orang dalam
berbagai buku linguistik atau semantik. Chaer (2007:289). Pateda,
1986 (dalam Chaer, 2013: 59), misalnya, secara alfabetis telah
mendaftarkan adanya 25 jenis makna, yaitu makna afektif, makna
denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna
gereflekter, makna ideasional, makna intensi, makna gramatikal,
makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif,
makna konseptual, makna konstruksi, makna leksikal, makna luas,
makna piktonal, makna proposisional, makna pusat, makna referensial,
makna sempit, makna stilistika, dan makna tematis. Dan yang menjadi
kajian peneliti dalam penilitian makna ini adalah tentang makna
gramatikal.

Makna Gramatikal adalah makna yang baru ada kalau terjadi


proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau
kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan
dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai
baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai

11
kuda’; dengan dasar rekreasi melahirkan makna gramatikal
‘melakukan rekreasi’. Contoh lain, proses komposisi dasar sate dengan
dasar ayam melahirkan makna gramatikal ‘bahan’; dengan dasar
madura melahirkan makna gramatikal ‘asal’; dengan dasar lontong
melahirkan makna gramatikal ‘bercampur’. Chaer (2007:290).

Makna Leksikal adalah kebalikan dari makna gramatikal. Makna


leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa
konteks apapun. Seperti leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’ Makna leksikal adalah
makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi
indra kita, atau makna apa adanya. Chaer (2007:289).

Sedangkan makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau


kata yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga
berkenaan dengan situasinya. Yakni tempat, waktu, dan lingkungan
penggunaan bahasa itu. Sebagai contoh berikut:

Tiga kali empat berapa?

Apabila dilontarkan di kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran


matematika berlangsung, tentu akan dijawab “dua belas”. Kalau
dijawab lain, maka jawaban itu pasti salah. Namun, kalau pertanyaan
tadi dilontarkan kepada tukang foto di tempat kerjanya, maka
pertanyaan itu mungkin akan dijawab “dua ratus”, atau mungkin dalam
jumlah nominal lain atau juga jawaban lain. Mengapa bisa begitu,
sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya pmbuatan pas foto yang
berukuran tiga kali empat centimeter. Chaer (2007:290-291).

12
d. Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau


bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau
bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.
Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif.
Namun, proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah
bahasa yang tidak mengenal proses afiksasi ini. Afiks adalah sebuah
bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah
dasar dalam proses pembentukan kata. Chaer (2007:177).

Contoh di dalam Al-Qur’an:

َ ُ ‫نَحْ نُ َخلَ ْقنَا ُك ْم فَلَ ْوالَ ت‬


َ‫ص ِدقُ ْون‬

/naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn/ “Kami telah menciptakan kamu,


mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?” (Q.S Al-Waqi’ah :
57)

Pada contoh ayat di atas terlihat adanya perubahan makna asli kata
َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ menjadi makna “membenarkan” disebabkan proses
gramatikal yaitu disebabkan adanya pengaruh penambahan afiks ‫ ت‬di

awal dan penambahan afiks ‫ د‬di tengah komponen kata َ‫ص ِدقُ ْون‬
َ ُ‫ ت‬/
tuṣaddiqụn /. Proses gramatikal pada terjemahan ayat ini merupakan
gramatikal afiksasi yang disesuaikan dengan kontekstualnya.

e. Reduplikasi

Reduplikasi adalah pross morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik


secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan
bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti
meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar
laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari
dasar balik).Chaer (2007:182).

13
Adapun istilah reduplikasi dalam bahasa Arab menurut Al-Khuli
adalah:

‫غ ِة َك ِل َمة َج ِد ْيدَة أ َ ْو ت َ ْع ِد ْي ُل َم ْعنَ َها أ َ ْو ت َ ْع ِبي ُْر ع َْن‬ َ ‫ار َم ْق َطع أ َ ْو َح ْرف أ َ ْو‬
َ ‫ص ْوت ِل ِصيَا‬ ُ ‫ تِك َْر‬:‫ْف‬ُ ‫ت َ ْعدي‬
.‫شدَة أ َ ِو ال َج ْم ِع‬
َ

/ta’difu: tikraru maqtha’in aw harfin aw sautin lisiyagati kalimatin


jadidatin aw ta’dilu ma’naha aw ta’biru ‘an syadatin aw al-jam’i/.
“Pengulangan sebagian atau huruf atau suara untuk penyusunan kata baru
atau memodifikasi.

Contoh dalam Al-Qur’an:

ُ َ‫َو قُ ْل َر ِب ْي أَد ِْخ ْل ِن ْي ُم ْد َخ َل ِصدْق َو أ َ ْخ ِرجْ نِ ْي ُم ْخ َر َج ِصدْق َواجْ َع ْل ِلى ِم ْن لَ ُد ْنك‬


. ‫س ْل َطانًا َنصي ًْرا‬

/wa qur rabbi adkhilnī mudkhala ṣidqiw wa akhrijnī mukhraja ṣidqiw


waj'al lī mil ladungka sulṭānan naṣīrā/ “Dan katakanlah (Muhammad), ya
Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanlah
(pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-
Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku). (Q.S Al-Isra’ : 80).

Berdasarkan ayat di atas, kata ‫صدْق‬


ِ /Ṣidqin/ terjadi pengulangan kata
sebanyak 2(dua) kali yang bermakna “benar” sehingga proses ini
dinamakan reduplikasi.

f. Komposisi

Komposisi adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar


dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga
terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda, atau yang baru. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa.
Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit dalam bahasa
Indonesia; akhirulkalam, malaikalmaut, dan hajarulaswad dalam bahasa

14
Arab; dan blackboard, bluebird, dan greenhouse dalam bahasa Inggris.
Chaer (2007:185).

Adapun contohnya dalam Al-Qur’an:

َ ‫َو َو َه ْبنَا لَ ُه ْم ِم ْن َرحْ َمتِنَا َو َجعَ ْلنَا لَ ُه ْم ِل‬


َ ‫سانَ ِصدْق‬
‫ع ِليًّا‬

/wa wahabnā lahum mir raḥmatinā wa ja'alnā lahum lisāna ṣidqin 'aliyyā/
“Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami
jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.” (QS.Maryam : 50)

Pada contoh ayat di atas terlihat adanya perubahan makna asli kata َ‫صدَق‬
َ
/Ṣadaqa/ menjadi makna “baik” disebabkan proses gramatikal yaitu
disebabkan adanya perubahan bentuk nomina yang diturunkan dari bentuk
verba dengan fleksi, dari َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ menjadi ‫صدْق‬
ِ /Ṣidqin/ serta
pengaruh penggabungan komponen kata َ‫سان‬
َ ‫ِل‬ / lisāna / sebelumnya dan

pengaruh penggabungan komponen kata ‫ع ِليًّا‬


َ /’ aliyyā / sesudahnya. Proses
gramatikal ini merupakan proses gramatikal komposisi.

I. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Karena penelitin ini


merupakan analisis isi buku (Content analysis) kegiatan yang cukup
mengasyikkan. Penelitian ini akan menghasilkan suatu kesimpulan tentang
gaya bahasa buku, kecenderungan isi buku, tata tulis, lay-out, ilustrasi dan
sebgainya. Arikunto (1998:11). Meskipun banyak penelitian dilakukan di
laboraturium dan di lapangan.

Penelitian ini bersifat deskriptif karena pada umumnya penelitin deskriptif


merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya
tidak perlu merumuskan hipotesis. Arikunto (1998: 245). Adapun data dalam
penelitian ini bersifat kualitatif karena data dalam penelitian ini digambarkan
dengan kata-kata atau kalimat-kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori
untuk memperoleh kesimpulan. Arikunto (1998:245).

15
Peneliti berpedoman kepada Transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
158/1987dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin. Data yang
akan dijadikan bahan penelitian ini adalah data yang bersumber dari Al-
Qur’an yang berupa kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/.

Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep teori Abdul Chaer
tentang makna gramatikal yaitu makna yang muncul sebagai akibat adanya
proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses
komposisi.

Adapun tahap-tahap pengumpulan dan pengambilan data dilakukan oleh


peneliti adalah:

1. Mengumpulkan data yang akan dijadikan bahan penelitian dengan


menggunakan Kitab Al-Qur’an Qur’an Hafalan Cetakan Ke-10
Januari, 2017 Penerbit AlMahira Kalimalang, Jakarta., Kamus
Mahmud Yunus Arab-Indonesia Terbitan Tahun 2010 Penerbit PT.
MAHMUD YUNUS WA DZURIYYAH, Aplikasi Qur’an for Android
Daring 2018 Versi 2.9.1-p1 Penerbit quran.com.
2. Mengumpulkan bahan rujukan atau buku referensi yang berkaitan
dengan pembahasan masalah yang dikaji.
3. Membaca, mempelajari, dan mencatat data-data yang telah diperoleh.
4. Mengklasifikasikan dan menganalisis data yang diperoleh.
5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis dalam bentuk laporan
ilmiah berupa skripsi.

Sedangkan dalam pengambilan sampel peneliti memakai teori


Arikunto yang mengemukakan apabila subjeknya (data) kurang dari 100,
lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya (data) besar, (lebih dari 100) dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. (Arikunto, 1998:120).

16
Untuk data yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah data yang
bersumber dari Al-Qur’an yaitu berupa kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ .

J. Jadwal Penelitian
Penelitisn ini direncanakan dan akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan
dengan jadwal sebagai berikut:

NO KEGIATAN BULAN
KE
I II III IV V VI
1 Pengumpulan XX
data
2 Pengelolaan XX
data
3 Perumusan XXX XX
laporan awal
4 Penyusunan XXX XXX
laporan akhir

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.

Aminuddin. 1985. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar


Baru Algensindo.

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Verhaar, M,W,J.2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah mada


University Press.

Djajasudarma, T, Fatimah. 1993. Semantik I Pengantar Ke Arah Ilmu Makna.


Bandung: PT. Refika Aditama

Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982, A Dictionary Of Theoretical Linguistics:


English Arabic-with An Arabic-English Glosary. Beirut: Maktabah Lubnan.

https://www.ethnologue.com, diakses pada tanggal 25 Oktober 2018 Pukul 13.20


WIB.

Software Aplikasi Qur’an for Android (Daring) 2018 Versi 2.9.1-p1 copyright
Penerbit quran.com.

https://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 25 Oktober 2018 Pukul 13.30


WIB.

18
OUT LINE
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.2. Kajian Terdahulu
2.3. Landasan Teori

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Proses Makna Gramatikal Kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ yang
Terdapat Dalam Al-Qur’an
3.2. Makna Gramatikal Kata َ‫صدَق‬
َ /Ṣadaqa/ yang Terdapat
Dalam Al-Qur’an

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

19
‫صورة تجريدية‬

‫محمد يوسف إيريق س ‪ ٤٣.٤.٧.١٥‬تحليل معنى النحوية كلمة صدق في القرآن‪.‬‬

‫هو البحث يبحث معنى النحوية كلمة صدق في القرآن ‪.‬‬


‫معنى سياقي هو معنى لتبكسيم أو المشكلة التي تبحث هي عن كلمة صدق‬

‫‪20‬‬

Anda mungkin juga menyukai