01 GDL Estantinur 227 1 Estanti 4 PDF
01 GDL Estantinur 227 1 Estanti 4 PDF
DI SUSUN OLEH :
SURAKARTA
2012
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
VOLUME CAIRAN PADA AN.F DENGAN
GASTROENTERITIS AKU T (GEA)
DI RUANG MELATI RSUD
KARANGANYAR
KaryaTulisIlmiah
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan
DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P.09074
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabiladi kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
NIM : P.09074
RSUD KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
NIM : P.09074
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns ( )
NIK.201187086
Penguji II :Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns ( )
NIK.20017900
Penguji III :Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns ( )
NIK.201185077
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns
NIK.201084050
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
kepada :
v
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
B. Pengkajian ........................................................................... 9
F. Evaluasi Keperawatan.......................................................... 15
A. Pembahasan ......................................................................... 17
vii
B. Simpulan ............................................................................. 22
C. Saran ................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian anak pada tahun 2009, Di Indonesia angka morbiditas diare pada
rata 1,6 sampai 2 kali setahun dengan kematian rata-rata 3,4 per mil per
tahun pada balita dan 12,7 per mil per tahun pada bayi. Kasus diare pada
salah satu penyakit infeksi dan penyebab utama kesakitan dan kematian
menyatakan sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
Apabila dirinci lebih lanjut angka tertinggi terdapat pada usia 6 sampai 11
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 sampai
2 juta penderita peyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan
1
2
datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil
keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,
3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang (Gunardi, 2011 :
64).
suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare.Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna tinja
empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam
3
laktat yag berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama
diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka
dehidrasi berat. Pada diare tanpa dehidrasi, anak tampak sadar, kelopak
mata tidak cekung, bibir dan lidah basah, turgor kulit kembali dengan
cepat, dalam hal ini dapat diberikan larutan oralit sebanyak 5 sampai 10ml
per kgBB. Pada dehidrasi ringan sedang ditemukan tanda mata cekung,
anak gelisah atau rewel, haus minum dengan lahap, cubitan kulit perut
kembali dengan lambat. Pada keadaan ini anak harus mendapatkan larutan
sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit
perut kembalinya sangat lambat. Pada keadaan ini anak harus dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan cairan 100cc/kgBB selama 6 jam pada bayi
berumur di bawah 12 bulan dan 3 jam pada anak berumur di atas 12 bulan.
dalam tubuh. Air menyusun 75 % berat badan bayi, 70 % berat badan pria
dewasa, dan 55 % tubuh pria lanjut usia, 10 % dalam tubuh wanita (Iqbal,
2008 : 70).
Pada bayi cairan total tubuh adalah 80% berat badan, pada usia 3
tahun cairan total tubuh adalah 65 % berat badan, dan pada usia 15 tahun
cairan total tubuh adalah 60 % berat badan. Cairan total tubuh terdiri atas
asupan pelarut (protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan
volume cairan pada An.F dengan gastroenteritis akut atau diare di bangsal
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
2. Bagi Institusi
teori.
LAPORAN KASUS
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 2 April 2012 di ruang Melati RSUD
A. Identitas Pasien
Hasil pengkajian pada tanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB, pada
identitas pasien, bahwa pasien bernama An.F, umur 9 bulan, alamat Badran,
8
9
B. Pengkajian
ada pada pasien saat dikaji adalah diare. Riwayat kesehatan saat ini keluarga
buang air besar cair lebih dari 20 kali, bercampur lendir dan darah. Oleh
orangtuanya, An.F dibawa ke bidan terdekat, tetapi diare pada An.F belum
infus RL 15 tetes yang terpasang pada tangan kiri, cefotaxim 150 mg per 8
melati.
Riwayat kesehatan masa lalu, An.F lahir tanggal 6 juni 2011, dan
pertama, Ny.F baru melahirkan anak yang pertama dan tidak pernah aborsi.
ditemukan data dari An.Fbahwa berat badan lahir 2600 gram,panjang baru
lahir 50 cm dan tidak terdapat kelainan bawaan. Pada An.F belum pernah
cidera atau melakukan operasi. Pengobatan saat ini yang diberikan adalah
masih bayi yang ditandai dengan mata merah, tetapi pada saat ini An.F sudah
tidak lagi alergi terhadap amoxilin.Selain itu An.F alergi pada cuaca panas
10
Pertumbuhan dan perkembangan saat ini pada An.F dapat dilihat berdasarkan
Berat badan lahir 2600 gram, saat usia 6 bulan 7 kg, Berat badan saat ini 7.8
kg, sudah tumbuh gigi 2 buah dan pasien belum bisa merangkak atau pun
duduk sendiri. Pasien mempuyai kebiasaan, jika diberi mainan, maka mainan
badan 7.8 kg, lingkar kepala 46 cm, lingkar dada 46 cm, dan pada lingkar
tanda vital didapatkan data tanggal 2 April 2012 suhu tubuh 36.6oC,
pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 104 per menit.Pada tanggal 3 April
2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 20 kali per menit, denyut nadi 108 kali
per menit. Pada tanggal 4 april 2012 suhu tubuh 36.6oC, pernafasan 16 kali
per menit, denyut nadi 98 kali per menit ( Alimul, 2006 : 117)
dan kiri, palpasi vokal premitus kanan dan kiri sama, pengembangan dada
kanan dan kiri baik, perkusi sonor di paru, Auskultasi vesikuler. Dada
(jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di
Inter Costa V, perkusi pekak, Auskultasi bunyi jantung 1 sama dengan bunyi
bising usus 42 kali per menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi
muntah 3 sampai 4 kali per shift, feses cair bercampur lendir dan darah,
warna kehijauan dengan frekuensi kurang lebih 8 kali per shift, balance
cairan 38 cc, pasien tampak pucat dan sering menangis, hemoglobin 10,9
gr/dl, turgor kulit lambat ( kurang dari 2 detik ), conjungtiva anemis, tidak
berlebih saat perubahan cuaca. Di daerah genetalia tidak ada kelainan dan
hasil hemoglobin 10,9 gr/dl, leukosit 15,6 kali 103µ/L, hematokrit 33,8 %,
nutrisi diperoleh data WAZ -1,4 tergolong gizi normal, HAZ -0,12 tergolong
normal, WHZ -1,6 tergolong normal, selama sakit pasien diberikan diit
bubur. Dalam pemberian ASI frekuensinya kurang lebih 4 sampai 7 kali per
merupakan anak pertama dari pasangan Bp.K dan Ny.F, Dalam keluarga
tidak terdapat penyakit keturunan atau pun kongenital.Paman dan kakek dari
bersih.
Data fokus yang didapat pada An.F tanggal 2 April 2012, adalah
secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air
besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna
kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien
tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik),
D. Perencanaan Keperawatan
tercapai, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat, konjungtiva tidak
anemis.
13
Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang
E. Implementasi Keperawatan
pada jam 10.00 WIB memantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan
cairan. Respon subyektif, ibu An. F mengatakan klien buang air besar kurang
lebih 8 kali per shief dengan jumlah sedikit kurang lebih 10 cc, warna
cairan 38 cc, klien muntah. Tindakan yang kedua pada jam 10.30 WIB adalah
melalui IV.
pada jam 09.00 WIB adalah memberikan L-Bio. Respon subyektifnya ibu
An.F menyetujui, Respon obyektif An.F menangis. Tindakan yang kedua pada
jam 11.15 WIB adalah mengkaji intake pada pasien, tidak ada respon
subyektif dari pasien, respon obyektif makan hanya 2 sendok (10 cc) minum
250 cc, infus 200 cc. Tindakan yang ketiga pada jam 11.30 WIB memberikan
injeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu An.F mengatakan bersedia
jika anaknya diberi obat, respon obyektif An.F menolak, injeksi cefotaxim 300
mg sudah masuk melalui IV. Tindakan yang keempat pada jam 13.30 WIB
ibu An.F mengatakan klien buang air besar kurang lebih 12 kali, warna
kehijauan, encer, berlendir dan ada darah, respon obyektif balance cairan -49
pada jam 10.00 WIB adalah memantau warna, jumlah, dan frekuensi
kehilangan cairan. Respon subyektif ibu An.F mengatakan pasien buang air
besar kurang lebih 5 kali sampai jam 10.00 WIB. dan sampai jam 14.00 WIB
An.F sudah buang air besar 5 kali jadi total buang air besar pada tanggal 4
April 2012 sebanyak 10 kali, dengan warna kehijauan, encer, berlendir dan
15
ada darah, respon obyektif An.F sering menangis, buang air besar masih
terdapat lendir dan darah, balance cairan -79 cc. Tindakan yang kedua pada
jam 10.30 wib adalah menginjeksi cefotaxim 300 mg. Respon subyektif ibu
F. Evaluasi Keperawatan
pada tanggal 2 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode
SOAP, hasil dari subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar
kurang lebih 8 kali per shift dengan jumlah 10 cc setiap buang air besar, warna
kehijauan, cair, lendir dan bercampur darah. Objektif (O) klien tampak lemas,
rewel dan menangis, muntah 3 sampai 4 kali per shift, Hb 10,9 gr/dl, balance
cairan 38 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planing (P)
pada tanggal 3 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode
SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar kurang
lebih 12 kali dengan konsistensi masih encer, berlendir bercampur darah dan
warna kehijauan. Obyektif (O) An.F menangis, sudah tidak muntah, balance
cairan -49 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, dengan Planning (P)
16
pada tanggal 4 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan menggunakan metode
SOAP, hasil Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali
dengan buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna
kehijauan. Obyektif (O) An.F Nampak rewel dan menangis, balance cairan -
79 cc. Analisa (A) masalah belum teratasi, Planning (P) intervensi dilanjutkan:
laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi.
BAB III
A. Pembahasan
asuhan keperawatan.
buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
biasanya (lebih dari 3 kali per hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan / tanpa darah dan / lendir (Suraatmaja, 2007 : 1).
2002 : 155). Selain itu diare dapat juga disebabkan oleh malabsorbsi makanan,
17
18
gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.Warna
sekitarnya timbul lecet (Ngastiyah, 2005 : 225). Bila pasien telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai timbul: membran
2004 : 50).
Gejala diare yang timbul pada An.F adalah tinja cair yang disertai
dengan lendir dan darah, menunjukkan adanya disentri basiller, jadi di dalam
dilakukan pemeriksaan tinja dari pihak rumah sakit. Selain yang disebutkan di
atas gejala diare yang muncul pada An.F adalah warna tinja kehijauan dengan
frekuensi buang air besar kurang lebih 8 kali per shift, muntah 3 sampai 4 kali
kurang volume cairan yang dirasakan pasien merupakan salah satu masalah
terdahulu untuk diatasi, jika tidak segera diatasi akan menyebabkan kematian
yang dikarenakan tubuh banyak kehilangan air yang disebut dengan dehidrasi.
Dehidrasi yang sering terjadi pada penderita diare karena usus bekeja tidak
sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya
2004 : 28). Pada dasarnya kurang volume cairan adalah suatu gejala subyektif
Menurut (Iqbal, 2008 : 70) air menyusun 75 % dari berat badan bayi
dan cairan total tubuh pada bayi adalah 80 % (Mary, E, 2005 : 107). Rumus
kebutuhan cairan pada bayi dengan berat badan kurang dari 10 kg, cairan
tubuh yang diperlukan adalah 100 ml per kgbb.Bayi dengan berat badan 10
sampai 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh adalah 1000 ml per kgbb. Bayi
dengan berat badan lebih dari 20 kg maka kebutuhan cairan tubuh 1500 ml per
kgbb pada 20 kg pertama. Jadi, kebutuhan cairan pada pasien dengan berat
badan 7.8 kg adalah 780 ml. Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Dari kasus
diare banyak ditemukan bahwa output lebih besar daripada input sehingga
dapat menyebabkan dehidrasi, oleh karena itu dalam kasus diare memerlukan
pemantauan atau observasi yag maximal. Melihat hal tersebut maka penulis
kematian.
pasien yaitu pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, pantau
pada pasien, laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih, tentukan jumlah
cairan yang masuk dalam 24 jam hitung asupan yang diinginkan, Kolaborasi
jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan, mengkaji intake pada pasien,
tersebut adalah tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam hitung
8 jam ( shift pagi ) sehingga jika dipantau dalam 24 jam tidak sesuai dengan
waktu pengkajian dan tidak akan mendapatkan data yang valid, oleh karena itu
Intervensi yang kedua adalah laporkan dan catat haluaran kurang dan lebih,
alasan intervensi ini tidak dimasukkan dalam implementasi karena dalam hal
mengevaluasi keadaan pasien setiap hari dan hasilnya kurang volume cairan
pada pasien belum teratasi, karena dalam waktu pengkajian selama tiga hari
pasien masih menunjukkan buang air besar kurang lebih 10 kali dan tinja
B. Simpulan
secara subjektif ibu An.F mengatakan An.F diare dan frekuensi buang air
besar kurang lebih 8 kali per shift, cair, berlendir, bercampur darah, warna
kehijauan dan muntah 3 sampai 4 kali per shift. Secara objektif pasien
tampak pucat, sering menangis, turgor kulit lambat (kurang dari 2 detik),
dan frekuensi kehilangan cairan, kaji intake pada pasien, kolaborasi dengan
Subjektif (S) ibu An.F mengatakan An.F buang air besar 10 kali dengan
buang air besar masih encer, lendir, bercampur darah dan warna kehijauan.
23
Obyektif (O) An.F menangis, balance cairan -79 cc. Analisa (A) masalah
terapi.
C. Saran
lain :
fisik seperti turgor kulit diperut untuk melihat tanda dan gejala dari
dehidrasi.
Gunardi Hartono, Tehuteru Edi S, Kurniati Nia. dkk. 2011. Kumpulan Tips
Pediatrik. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Lannywati, ghani. 2011. Faktor-faktor risiko diare persisten pada anak balita.
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/lannywati_ghani.pdf
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika
Ishak Syafie, Ismail Djauhar, Wilopo Siswanto Agus. 2005. Berita Kedokteran
Masyarakat.Yogyakarta