Oleh :
1
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
NI PUTU DIAN APRILIA
NIM. P07120215002
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas berkat asung kerta wara nugraha-Nya, peneliti dapat menyusun proposal
Asfiksia Neonatorum pada Ibu Bersalin Di RSUD Wangaya Tahun 2019” tepat
usaha penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
2. Bapak I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp., M.Kep.Sp.MB. selaku Ketua
v
5. Ibu Ns. Nengah Runiari, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat. selaku pembimbing
6. Bapak dan Ibu pembimbing mata ajar Keperawatan Riset yang telah
ini.
7. Bapak Ir. I Wayan Sudana dan Ibu Ni Wayan Yuliani selaku orang tua penulis
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini
Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju ke arah yang lebih
baik, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 6
2. Manfaat Praktis....................................................................................................... 6
vii
5. Tanda Dan Gejala Anemia Pada Kehamilan .................................................... 12
1. Definisi Asfiksia................................................................................................... 14
viii
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data .......................................................................... 30
2. Confidentiality/kerahasiaan ................................................................................ 35
3. Justice/keadilan .................................................................................................... 36
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
2019
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang
Hadju, Bahar, & Abdullah, 2011). Diperkirakan lebih dari 40% wanita hamil di
seluruh dunia menderita anemia. Setidaknya setengah dari beban anemia ini
diasumsikan karena kekurangan zat besi. Dari jumlah tersebut terdapat 0,8 juta
wanita hamil mengalami anemia berat (WHO, 2015). Pada tahun 2011, wilayah
ibu hamil di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2018 prevalensi ibu hamil pada tahun
2018 yaitu sebesar 48,9% di Indonesia, presentasi ini mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun 2013-2018. Prevalensi ibu hamil dengan anemia pada tahun
2013 yaitu 37,1 sedangkan pada tahun 2018 yaitu 48,9 (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Bali jumlah ibu hamil di Bali tahun
2015 yaitu 70.907 orang, sedangkan yang mendapat tablet Fe selama lebih dari 90
hari sebanyak 67.409 orang (95,07%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016).
gr% pada trismester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trisemester II. Anemia
pada kehamilan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut,
bahkan tidak jarang keduanya saling berkaitan. Kekurangan zat besi pada umumnya
penderita anemia akan terlihat pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan,
menurun, dan ada gangguan pada penyembuhan pada luka (Susiloningtyas, 2012).
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
perdarahan atoni), gangguan pada masa nifas (subinvolusi Rahim, daya tahan
terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah) (Susiloningtyas, 2012).
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak (Sukarni, 2013).
Upaya pemerintah dalam menangani anemia pada ibu hamil, yaitu pemerintah
2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita subur dan ibu hamil. Program
pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi anemia pada ibu hamil yaitu
memberikan tablet Fe pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet untuk
ibu hamil masih tinggi. Berdasarkan data dari Riskesdas (2018) 26,8% ibu hamil di
Indonesia tidak mendapat Tablet Penambah Darah (TTD) dan 73,2% ibu hamil
telah mendapat TTD, tetapi dari 73,2% tersebut 76% mendapat TTD <90 butir dan
hanya 24% dari 73,2% ibu yang mendapat TTD >90 butir (Riskesdas, 2018).
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Anemia dalam kehamilan dapat juga
2
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin, meningkatnya risiko berat badan lahir rendah,
Asfiksia adalah hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saifuddin,
2006). Hasil penelitian Widiani (2016) menyatakan bahwa faktor ibu yang
meningkatkan kejadian asfiksia neonatorum adalah anemia pada saat hamil, partus
lama, umur ibu dan hipertensi dan faktor yang paling besar meningkatkan risiko
menempati peringkat kedua sebagai penyebab utama kematian bayi umur 0 sampai
27 hari. Angka Kematian Neonatal (AKN) di dunia yang disebabkan karena asfiksia
adalah 4,6 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun data terbatas, diperkirakan asfiksia
menyebabkan 920.000 bayi di seluruh dunia meninggal setiap tahun (WHO, 2015).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 komplikasi yang
35,9% (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan estimasi angka kematian neonatal per
1.000 kelahiran hidup menurut provinsi di Indonesia, SDKI 2012 terdapat 39%
tahun 2007-2012 yaitu salah satunya Provinsi Bali (Studi, Pendidik, Diploma, &
Kesehatan, 2017). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2017
jumlah kematian neonatal sebanyak 3,19% di Provinsi Bali. Hal ini disebabkaan
3
oleh kematian neonatal yang dikarenakan asfiksia masih cenderung tinggi (Dinkes
Provinsi Bali, 2017). Pada tahun 2013, AKN Provinsi Bali 3,47% per 1.000 KH
dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 4,59% per 1.000 KH, sedangkan di tahun
2015 prevalensi menjadi 4,41% per 1.000 KH (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2017).
dari tahun 2013 sampai 2015. Tahun 2013 AKN 0,27 per 1.000 KH, tahun 2014
0,43 per 1.000 KH dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 0,56 per 1.000 KH. Hal
tersebut disebabkan oleh kematian neonatal karena asfiksia masih cenderung tinggi
gagal jantung seperti takipnu, takikardia, pembesaran hati dan irama derap, asfiksia
juga dapat berdampak terhadap ginjal yang dapat menimbulkan gagal ginjal akut,
sebenarnya komplikasi dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses
sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan
standar antara lain sesuai dengan manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, pelayanan
4
standar operasional pelayanan lainnya. Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi
Wangaya didapatkan hasil jumlah ibu hamil dengan anemia pada tahun 2014 yaitu
sebanyak 24 ibu, pada tahun 2015 yaitu sebanyak 19 ibu, pada tahun 2016 yaitu
sebanyak 23 ibu, tahun 2017 yaitu sebanyak 13 ibu, dan pada tahun 2018 yaitu
sebanyak 69 ibu. Untuk data Asfiksia Neonatorum pada tahun 2014 yaitu sebanyak
45 bayi, tahun 2015 yaitu sebanyak 78 bayi, tahun 2016 yaitu sebanyak 52 bayi,
tahun 2017 yaitu sebanyak 41 bayi, dan pada tahun 2018 yaitu sebanyak 26 bayi.
semakin tinggi kadar HB semakin rendah nilai APGAR, atau semakin tinggi kadar
penelitian lebih luas tentang Hubungan Anemia Pada Kehamilan dengan Tingkat
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
anemia pada kehamilan dengan tingkat asfiksia neonatorum pada ibu bersalin di
RSUD Wangaya.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
anemia pada kehamilan dengan tingkat asfiksia neonatorum pada ibu bersalin.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi peneliti
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini sebagai dasar pertimbangan bagi pihak rumah sakit, untuk
6
pada ibu hamil tentang pencegahan anemia pada kehamilan yang akan
b. Hasil penelitian ini dapat memberi pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk
neonatorum.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar dibawah 10,5 gr% pada
trimester II. Anemia defisiensi besi pada wanita merupakan problema kesehatan
(Susiloningtyas, 2012).
adalah:
Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari
kualitas yang baik ketersediaan zat besi yang tinggi. Peningkatan kebutuhan zat besi
meningkat karena kehamilan. Sebagian kebutuhan zat besi dapat dipenuhi oleh
simpanan zat besi dan presentase zat besi yang diserap, namun apabila simpanan
zat besi rendah atau zat besi yang diserap sedikit maka diperlukan suplemen
preparat zat besi agar ibu hamil tidak mengalami anemia (Bakta, I.M., & Dkk,
2009).
8
b. Ibu yang mempunyai penyakit kronik
Ibu yang memiliki penyakit kronik mengalami inflamasi yang lama dan dapat
mempengaruhi produksi sel darah merah yang sehat. Ibu hamil dengan penyakit
kronis lebih berisiko mengalami anemia akibat inflamasi dan infeksi akut
abnyak, tubuh segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah agar
darah dalam pembuluh darah tetap tersedia. Banyak kehilangan darah saat
memulihkan kondisi fisiologis ibu dan memenuhi cadangan zat besi ibu hamil
d. Jarak kehamilan
pada ibu dengan prioritas 1 sampai 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan
ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukkan kematian maternal lebih banyak.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan ibu mempunyai waktu
sebelumnya.
Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat dapat menyebabkan resiko
fisiologis ibu adalah dua tahun. Karena cadangan zat besi ibu hamil belum pulih.
9
Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya (Manuaba & Dkk,
2010).
e. Paritas
faktor penting dalam kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas
Derajat perubahan fisiologis maternal pada kehamilan gemeli lebih besar dari
komplikasi yang serius dan besar. Peningkatan volume darah juga lebih besar pada
kehamilan ini. Rata-rata kehilangan darah melalui persalinan pervaginam juga lebih
dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekita 1000 ml, menurun
sedikit menjelang aterm serta kembali normal pada 3 bulan setelah partus. Stimulasi
10
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan
meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan (Manoe,
2010).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan
Klasifikasi anemia menurut kadar haemoglobin pada ibu hamil menurut WHO
(2011):
11
b. Anemia Megaloblastik
jarang.
c. Anemia Hipoplastik
retikulosit.
d. Anemia Hemolitik
kelelahan, kelemahan, dampak organ vital. Anemia hemolitik adalah anemia yang
disebabkam karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari
pada pembuatannya.
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lelah, letih, lesu, nafas
pendek, muka pucat, susah berkosentrasi serta fatique atau rasa lelah yang
berlevuhan. Gejala ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan
distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung biasanya kebih cepat karena
lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh akan berkurang. Jika
kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan
12
Menurut FKM-UI (2009) tanda anemia adalah pucat (lidah, bibir dalam, muka,
telapak tangan), mudah letih, detak jantung lebih cepat, apatis, pusing, mata
persalinan adalah:
a. Trimester Pertama
dalam Rahim, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), mudah terkena infeksi,
c. Saat Inpartu
Gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan
dengan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan perjalanan persalinan perlu
d. Pascapartus
sembuh, mudah terjadi perperalis, gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi
13
B. Konsep Dasar Asfiksia Neonatorum
1. Definisi Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan keadaan
neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur,
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan melakukan tindakan terhadap
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat dengan hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
2010).
Jadi, dapat disimpulkan asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir yang menimbulkan
2. Penyebab Asfiksia
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, bila terjadi gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia
14
janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
a. Faktor ibu, meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, setiap penyakit
pembuluh darah ibu yang menganggu pertukaran gas janin. Sebagai contoh
gangguan kontraksi uterus dan lain-lain (Ilyas, 2012). Hasil penelitian Widiani
(2016) menyatakan bahwa anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko
c. Faktor janin atau neonates, meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit
leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, IUGR, prematur,
(Ilyas, 2012)
3. Klasfikasi Asfiksia
pertama dan menit kelima saat bayi lahir. Dalam asfiksia dikenal dengan tiga
tahapan yaitu:
15
a. Vigorous baby atau asfiksia ringan, nilai APGAR 7-10 dalam hal ini bayi
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit,
c. Severe asfiksia atau asfiksia berat, nilai APGAR 0-3 pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada
asfiksia berat dengan henti jantung adalah keadaan bunyi jantung janin
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, atau bunyi jantung
menghilang setelah proses kelahiran, dalam hal ini pemeriksaan fisik lainnya
Tabel 1
Penilaian APGAR Pada Bayi Baru Lahir
APGAR SCORE
0 1 2
(Ilyas, 2012)
16
4. Tanda dan Gejala Asfiksia
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada
asfiksia berat adalah sebagai berikut: Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per
menit, tidak ada usaha panas, tonus otot lemah bahkan hampr tidak ada, bayi tidak
dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan, bayi tampak pucat bahkan
sampai berwarna kelabu, terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit, usaha panas lambat,
tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap
rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai
berikut: Takhipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit, bayi tampak sianosis,
adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernapasan cuping
17
5. Patofisiologi Asfiksia
Pada awal asfiksia, darah lebih banyak dialirkan ke otak dan jantung. Dengan
adanya hipoksia dan asidosis maka fungsi miokardium menurun, curah jantung
menurun dan aliran darah ke alat-alat vital juga berkurang. Pada bayi yang
mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode
yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernapasan akan berhenti, denyut
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apnue yang dikenal dengan apnue
secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apnue yang dikenal sebagai
yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernapasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apnue yang disebut apnu sekunder. Selama apnue sekunder
ini, denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di dalam darah (PaO 2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
apabila resusitasi dengan pernapasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan
segera.
18
6. Penatalaksanaan Asfiksia
Bayi baru lahir dalam apnue primer dapat memulai pola pernapasan biasa,
walaupun mungkin tidak teratur dan mungkin tidak efektif, tanpa intervensi khusus.
Bayi baru lahir dalam apnue sekunder tidak akan bernapas sendiri. Pernapasan
buatan atau tindakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dan oksigen diperlukan
untuk membantu bayi memulai pernapasan pada bayi baru lahir dengan apnue
sekunder. Hal ini berarti bahwa mengahadapi bayi yang dilahirkan dengan apnu,
Menurut (Ilyas, 2012) resusitasi pada bayi baru lahir mempunyai prinsip:
lancar.
pernapasan lemah.
disekitar mulut
19
d. Observasi suhu tubuh, untuk sementara waktu masukkan bayi ke dalam
incubator
selanjutnya.
bila tidak berhasil juga pasang penlon masker di pompa 60 kali per menit
f. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, biasanya diberikan terapi
c. Bersihkan jalan napas sambil memompa jalan napas dengan penlon (ambu bag)
g. Bila bayi bernapas tetapi bayi masih sianosis atau biru biasanya diberikan
h. Bila asfiksia berkelanjutan bayi masuk ICU dan infus terlebih dahulu
20
C. Hubungan Anemia Pada Kehamilan Dengan Tingkat Asfiksia
janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin,
Hipoksia bayi dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2014). Pada penelitian
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu yang meliputi
Hasil yang didapatkan dari penelitian oleh Mahmudah (2007) yang menyatakan
terdapat hubungan antara kadar haemoglobin ibu hamil dengan kejadian asfiksia
neonatorum di RSUD Dr. Mowardi Surakarta, dengan -0,127 dan p=0,034. Hasil
penelitian yang didapatkan Wahyuni & Zulfa (2011) menyatakan ada hubunbgan
kadar haemoglobin dengan nilai APGAR bayi baru lahir di RSUD Sukoharjo.
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
(Nursalam, 2017). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dijabarkan sebagai
berikut:
Penyebab anemia: Faktor-faktor yang berisiko menyebabkan
1. Defisiensi besi asfiksia:
2. Penyakit kronik 1. Hipoksia pada ibu
3. Kehilangan banyak darah saat 2. Usia ibu <20 tahum atau >35 tahun
persalinan sebelumnya 3. Gravida empat atau lebih
4. Jarak kehamilan 4. Penyakit pembuluh darah ibu yang
5. Paritas mengganggu pertukaran gas janin
6. Ibu dengan hamil gemili dan 5. Solusio plasenta
hidramnion 6. Perdarahan plasenta
7. Plasenta kecil
8. Plasenta tipis Plasenta tidak menempel
Anemia pada kehamilan pada tempatnya
1. Anemia ringan, Hb 10,0-10,9 g/dL 9. Tali pusat menumbung
2. Anemia sedang, Hb 7,0-9,9 g/dL 10. Tali pusat meliliyt leher
3. Anemia berat, Hb <7 g/dL 11. Kompresi tali pusat antara janin dan
jalan lahir
12. Gemeli (bayi kembar)
Asfiksia Neonatorum: 13. Bayi kurang bulan (premature)
1. Asfiksia ringan (Vigerous 14. Kelainan kongenital
Baby), APGAR 7-10 15. Partus lama
2. Asfiksia sedang, APGAR 4-6 16. Partus dengan tindakan
3. Asfiksia berat, APGAR 0-3
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Alur pikir
Gambar 1 Kerangka Konsep Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Tingkat Asfiksia
Neonatorum pada Ibu Bersalin di RSUD Wangaya Tahun 2019
22
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
terhadap sesuatu (bendan, manusai, dan lain-lain). Sesuatu yang konkret dapat
(Nursalam, 2017). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu: anemia pada kehamilan
aterm.
(Nursalam, 2017). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu: tingkat asfiksia
neonatorum.
2. Definisi Operasional
terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang
lain (Nursalam, 2017). Komponen pada bagian ini meliputi variabel. Definisi
23
Tabel 2
Definisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Anemia Pada Kehamilan
Aterm Dengan Tingkat Asfiksia Neonatorum pada Ibu Bersalin di RSUD
Wangaya Tahun 2019
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari rumusan masalah yang
24
(Ha). Hipotesis alternative dapat diartikan sebagai lawan dari hipotesis nol (H0).
dan pengaruh dari dua atau lebih variabel yang akan diteliti (Nursalam, 2017).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan antara anemia pada kehamilan
aterm dengan tingkat asfiksia pada ibu bersalin di RSUD Wangaya Tahun 2019”.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
berdasarkan data atau masalah yang sudah terjadi atau sudah lewat pada masa
Variabel
Independen
(Tingkat Asfiksia
Neonatorum) Uji Hubungan
(Hubungan Anemia
pada Kehamilan Interpretasi
dengan Tingkat
Makna/arti
Asfiksia
Neonatorum pada
Variabel Ibu Bersalin di
Dependen RSUD Wangaya)
(Anemia Pada
Kehamilan)
26
B. Alur Penelitian
Populasi:
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan anemia yang melahirkan
pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 di RSUD Wangaya berjumlah 148 orang
Teknik Sampling:
Menggunakan non-probability sampling dengan teknik purposive sampling
Sampel:
Ibu hamil dengan anemia yang melahirkan bayi asfiksia sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi berjumlah 108 orang
Pengolahan Data
Analisa Data
Menggunakan uji statistic komputerisasi, uji Spearman
(tingkat keprcayaan 95% α = 0,05)
Penyajian Data
Gambar 3 Bagan Alur Kerangka Kerja Hubungan Anemia Pada Kehamilan dengan
Tingkat Asfiksia Neonatorum Pada Ibu Bersalin di RSUD Wangaya Tahun 2019.
27
C. Tempat dan Waktu Penelitian
sakit rujukan daerah Kota Denpasar dengan dasar pertimbangan angka asfiksia
neonatorum dan anemia pada kehamilan masih tinggi. Penelitian ini dimulai sejak
pengurusan izin hingga penyelesaian laporan peneliti yaitu dimulai dari bulan April
1. Populasi penelitian
penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan anemia yang melahirkan di RSUD
Wangaya dari tahun 2014 sampai tahun 2018 dengan jumlah populasi sebanyak 148
orang.
2. Sampel penelitian
penyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam,
2017). Sampel yaitu bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik tertentu untuk
bisa memenuhi atau mewakili populasi (Setiadi, 2013). Pada penelitian ini yang
menjadi sampel adalah ibu hamil dengan anemia yang melahirkan di RSUD
28
a. Kriteria inklusi
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017).
mellitus)
3) Ibu yang tidak memiliki dokumen/catatan rekam medik yang tidak lengkap
3. Besar sampel
Besarnya jumlah sampel yang telah dipilih adalah responden yang memiliki
kriteria inklusi untuk dijadikan sampel penelitian dalam kurun waktu yang telah
rumus:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2 )
148
=
1 + 148(0,05)2
148
=
1 + (148𝑥0,0025)
29
148
=
1 + 0,37
148
=
1,37
= 108
Jadi, besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 108 sampel
4. Teknik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
ini adalah non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setip unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik yang digunakan adalah purposive
sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel
1. Jenis Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta maupun angka.
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder
30
adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, sebagai contoh
peneliti harus dari orang lain atau mencari melalui dokumen (Sugiyono, 2015).
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu data yang diambil dari
register ibu yang mengalami anemia dan bayi dengan asfiksia di RSUD Wangaya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ibu dengan anemia dan data
bayi asfiksia adalah dokumentasi dengan lembar rekam medik. Pengumpulan data
e. Peneliti membawa surat ijin penelitian yang sudah diberikan ijin oleh Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar kepada bagian Diklat RSUD
Wangaya
31
g. Melakukan pemilihan populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
h. Mengumpulkan data jumlah ibu yang mengalami anemia dan melahirkan bayi
untuk diolah.
lembar dokumentasi untuk mengetahui ibu yang mengalami anemia dan melahirkan
bayi asfiksia. Data ibu hamil yang mengalami anemia dan melahirkan bayi asfiksia
Pengolahan data pada dasarnya adalah suatu proses untuk memperoleh data
satu data ringkasan berdasarkan suatu kelompok dan mentah dengan menggunakan
a. Editing
belum lengkap dan memilih data yang diperlukan (Setiadi, 2013). Pada penelitian
32
ini kegiatan editing yang dilakukan adalah memeriksa kembali hasil observasi
penilaian ibu yang mengalami anemia dan melahirkan bayi dengan asfiksia agar
data.
b. Coding
dengan cara memberikan suatu kode tertentu, biasanya klasifikasi dilakukan dengan
Kegunaan dari coding adalah untuk dapat mempermudah pada saat analisis data
dan juga mempercepat pada saat entry data (Setiadi, 2013). Pada penelitian ini, kode
yang digunakan adalah: umur: <20 tahun kode 1, 20-35 kode 2, dan >35 tahun kode
kode 3, anemia: Hb 10,0-10,9 g/dL kode 1, Hb 7,0-9,9 g/dL kode 2, Hb <7,0 g/dL
kode 3 dan Asfiksia: asfiksia ringan/bayi sehat (APGAR 7-10) kode 1, asfiksia
sedang (APGAR 4-6) kode 2, dan asfiksia berat (APGAR 0-3) diberikan kode 3.
c. Entry
d. Cleaning
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum. Cleaning
(pembersihan data) merupakan suatu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
33
di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi
Analisis data adalah suatu proses atau analisa yang dilakukan secara sistematis
terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan agar data trend dan
a. Analisis Univariat
menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk table atau grafik
(Nursalam, 2017). Data dalam penelitian ini adalah usia ibu, paritas, kadar
haemoglobin, dan APGAR skor dianalisa dengan analisis unvariat yang disajikan
b. Analisis Bivariat
atau berkorelasi (Setiadi, 2013). Hal ini berguna untuk membuktikan atau menguji
hipotesis yang telah dibuat. Untuk mengetahui anemia pada kehamilan dengan
tingkat asfiksia neonatorum pada ibu bersalin di RSUD Wangaya dilakukan uji
Spearman dengan nilai α = 0,05 (Kusuma, 2017). Apabila p-value pada kolom
asimp sig. (2-Sided) > α maka Ho gagal ditolak atau tidak ada hubungan antar
variabel pada Spearman, tujuan anlisa ini adalah untuk mengetahui hubungan
variabel dependen dan independen dengan skala ordinal dan nominal dan
34
mempunyai sampel yang besar dengan tingkat signifikan yang peneliti tetapkan
G. Etika Penelitian
prinsip etika penelitian. Hal ini dilaksanakan agar peneliti tidak melanggar hak-hak
kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri (Potter & Perry, 2005). Peneliti
tidak. peneliti tidak memaksa calon responden yang tidak bersedia menjadi
responden.
2. Confidentiality/kerahasiaan
klien (Potter & Perry, 2005). Masalah ini merupakan masalah etika dengan
dilakukan dengan cara memberikan kode responden dan inisial bukan nama asli
dari responden
35
3. Justice/keadilan
Justice berarti bahwa dalam melakukan sesuatu pada responden, peneliti tidak
ekonomi, politik ataupun atribut lainnya dan harus adil dan merata (Hidayat, 2007).
menggunakan populasi dan sampel manusia oleh karena itu sangat berisiko terjadi
kerugian fisik dan psikis terhadap subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
perawat hendaknya tidak mengandung unsur bahaya atau merugikan pasien sampai
36
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. (2007). Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia.
UNHAS. Makasar.
Ananya, M. (2012). News Medical Life Sciences (pp. 1–9). Jakarta.
Bakta, I.M., & Dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Internal Publishing.
Bothamley, & Maureen. (2013). Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.
Darmawan, I. (2007). Tinjauan Teori Pendahuluan, 4(1), 15–22.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2016). Profil Kesehatan Bali Tahun 2016, 282.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2017). Masalah dan prioritas program kesehatan
prov. bali.
Dinkes Provinsi Bali. (2016). Profil Kesehatan BaliDinkes, Prov, & Bali. (2015).
Profil Kesehatan Bali. Retrieved from file:///C:/Semester
5/TBC/17_Bali_2015.pdf
Dinkes Provinsi Bali. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bali. Bali.
FKM-UI. (2009). Materi Kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok.
Herlina. (2013). Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Majalah
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Ilyas. (2012). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mahmudah, R. (2007). Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum, 35–43.
https://doi.org/10.2307/3247051
Manoe, M. (2010). Anemia Dalam Kehamilan, Residen Divisi Fetomaternal Bagian
Obstetri dan Ginekologi. Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Mansjoer, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuluskeletal. Jakarta: EGC.
Manuaba. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.
Manuaba, I. B. G., & Dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta: EGC.
37
Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. Edisi 3. Jilid 1. Jurnal Ilmiah Bidan (Vol.
2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC. https://doi.org/2339-1731
Murata, Y., Yamamoto, K., Yamaguchi, Y., Morishita, H., & Introduction, I.
(2010). The expression method of the spacecraft operations procedure, (April).
https://doi.org/10.1017/S1368980008002401
Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Patimah, S., Hadju, V., Bahar, B., & Abdullah, Z. (2011). Pola Konsumsi Dan
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Maros. Sulawesi Selatan,
15(1), 31–36.
Pharmaceutical, I., Group, M., Milenium, T. P., Goals, M. D., Yayasan, B., Buana,
K. Ykb, K. (2010). Cegah Anemia Bersama Posyandu Turunkan Prevalensi
Anemia di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Retrieved from
http://www.ipmg-
online.com/download.php?filedl=fileA19620091015090032.doc
Potter, Praticia A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (4th
ed.) Jakarat: EGC
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Kementerian RI. Proceedings, Annual
Meeting - Air Pollution Control Association, 6. https://doi.org/1 Desember
2013
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus di
Indonesia 2018. https://doi.org/1 Desember 2013
Rukiyah. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info
Medika.
Saifuddin, B. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Ed. 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Studi, P., Pendidik, B., Diploma, J., & Kesehatan, F. I. (2017). Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Rsu Pku Muhammadiyah Bantul Tahun 2016.
Sukarni, I. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Susiloningtyas, I. (2012). Pemberian Zat Besi (Fe) Dalam Kehamilan. Suhardjo,
2003, 50, 128.
Wahyuni, S., & Zulfa, A. (2011). Hubungan kadar Hemoglobin dengan nilai Apgar
bayi baru lahir di RSUD Sukoharjo. Jurnal Involusi Kebidanan, 1(2), 20–29.
38
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
WHO. (2015). Child Health.
Widiani, N. N. A., Kurniati, D. P. Y., Windiani, I. G. A. T., Widiani, N. N. A.,
Kurniati, D. P. Y., & Windiani, I. G. A. T. (2016). Faktor Risiko Ibu dan Bayi
Terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di Bali : Penelitian Case Control
Maternal and Infant Risk Factors on The Incidence of Neonatal Asphyxia in
Bali : Case Control Study Pendahuluan Kematian bayi dan balita sebagian
besar Meto. Public Health and Preventive Medicine Archive, 4(2), 120–126.
Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/164613-ID-
none.pdf
Wiknjosastro. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.
39
Lampiran 1
40
Lampiran 1
Frekuensi x
No Kegiatan Biaya
@satuan
1 Tahap Persiapan
a. Print laporan proposal Rp. 1000,00 Rp 60.000,00
hitam putih @60 lembar
b. Print laporan proposal Rp. 2000,00 Rp 300.000,00
berwarna @3 lembr
c. Penggandaan laporan Rp. 1000,00 Rp. 210.000,00
proposal @3 x 70 lembar
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Penelitian Rp. 200.000,00 Rp 200.000,00
b. Penggandaan Lembar Rp. 1000,00 Rp 100.000,00
Pengumpulan Data @100
lembar
c. Transportasi dan konsumsi Rp. 150.000,00 Rp 150.000,00
d. Pengolahan dan Analisis Rp. 200.000,00 Rp 200.000,00
Data
3 Tahap Akhir
a. Penyusunan laporan Rp. 1000,00 Rp 80.000,00
penelitian @80 lembar
b. Penggandaan laporan Rp. 1000,00 Rp. 240.000,00
penelitian @3 x 80
lembar
c. Revisi Laporan @80 Rp. 1.000,00 Rp. 80.000,00
lembar
d. Jilid laporan @3 Rp. 50.000,00 Rp. 150.000,00
e. Biaya Tidak Terduga Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00
Jumlah Rp 2.070.000,00
Lampiran 3
LEMBAR DOKUMENTASI
Kode responden :
Tanggal pengisian :
1. Umur Ibu :
2. Jumlah Anak :
3. Jarak Kelahiran :
4. Pekerjaan Ibu :
1. Anemia ringan
2. Anemia sedang
3. Anemia berat
1. Asfiksia Ringan
2. Asfiksia Sedang
3. Asfiksia Berat
42
Lampiran 4
Master Tabel Hubungan Anemia pada Kehamilan dengan Tingkat Asfiksia Neonatorum pada Ibu Bersalin
di RSUD Wangaya Tahun 2019
dst
43
44