Anda di halaman 1dari 19

Nathania S.R.

K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

MODUL 6_ ANALISIS SPASIAL (OVERLAY ANALYSIS)


Tanggal : 14 November 2016

1. Pendahuluan
1.1 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
 Melakukan analisis overlay dengan data vektor dan data raster.
 Melakukan analisis kriteria penanaman kopi menggunakan metode overlay.

1.2 Dasar Teori


Di dalam SIG, segala teknik atau pendekatan perhitungan matematis yang terkait
dengan data atau layer (tematik) keruangan dilakukan di dalam Analisis Spasial. Analisis
spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi
logika yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan hubungan atau pola-pola
yang terdapat di antara unsure-unsur geografis yang terkandung dalam data digital
dengan batas-batas wilayah studi tertentu (Eddy Prahasta, 2009). De Mars (1997)
menyebutkan bahwa analisis spasial mengarah pada banyak macam operasi dan konsep
termasuk perhitungan sederhana, klasifikasi, penataan, tumpang-susun geometris, dan
pemodelan kartografis. Sementara Johnston (1994) secara sederhana mengatakan bahwa
analisis spasial merupakan prosedur kuantitatif yang dilakukan pada analisis lokasi.
Fotheringham (2005) memilah analisis spasial ke dalam dua bentuk, yaitu analisis spasial
berbasis sistem informasi geografis sederhana (Simple GIS-based spatial analysis) dan
analisis spasial berbasis sistem informasi geografis lanjut (Advanced GIS-based spatial
analysis).
Tipe dasar dari analisis spasial yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi
karakteristik spasial dan atribut dari penggabungan layer data adalah overlay. Overlay
adalah proses tumpang-susun beberapa buah peta tematik dalam rangkaian kegiatan
pengambilan kesimpulan secara spasial (Eko Budiyanto, 2010). Overlay digunakan untuk
menjawab pertanyaan tentang fitur geografis terletak di atas fitur geografis lainnya.
Dalam geoprocessing, overlay adalah persimpangan geometrik beberapa dataset untuk
menggabungkan, menghapus, mengubah, atau memperbarui fitur dalam dataset output.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Overlay membantu menjawab salah satu pertanyaan dasar perangkat lunak GIS, yaitu: "?
Apa di atas apa" sehingga dapat menjawab pertanyaan penting terkait geografis.
Perangkat lunak ArcGIS menawarkan beberapa teknik untuk melakukan analisis overlay.
Penggunaan teknnik tersebut tergantung pada pertanyaan yang ingin dijawab atau kasus
yang sedang diteliti, jenis fitur dalam data input, dan fitur yang ingin ditampilkan dalam
output. Operasi overlay, seperti Intersect, Identitas, dan Union dapat menghasilkan
geometri yang berbeda dalam output, tetapi kepentingan utama overlay adalah bahwa
atribut digabungkan dari input. Overlay tidak hanya sebuah operasi yang menggabungkan
atau split fitur geometri berdasarkan hubungan spasial fitur, tetapi kekuatan sebenarnya
dari overlay adalah kenyataan bahwa atribut digabungkan saat fitur berpotongan dan
dipertahankan dalam tabel atribut output. Proses overlay digunakan sebagai peramu
berbagai indicator yang berasal dari peta-peta tematik hingga menjadi satu peta analisis.
Peta analisis ini pada akhirnya digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan untuk
kasus yang sedang diteliti.

2. Pembahasan
2.1 Metodologi
1. Open ArcMap
2. Input semua shapefile yang tersimpan di prepare.gdb

3. Ekstrak data vektor untuk curah hujan sesuai dengan kriteria analisis menggunakan
Select Tool. Klik Arc Toolbox > Analysis Tools > Extract > Select. Pilih clipcurahhujan
sebagai input features, simpan di prepare.gdb dengan nama HujanBandungKriteria dan isi
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

bagian expression dengan kriteria curah hujan berdasarkan analisis untuk menanam kopi,
yaitu 1500 – 2500 mm/tahun. Kemudian klik OK.

Hasil :

4. Ekstrak data vektor untuk landuse sesuai dengan kriteria analisis menggunakan Select
Tool. Klik Arc Toolbox > Analysis Tools > Extract > Select. Pilih cliplanduse sebagai
input features, simpan di prepare.gdb dengan nama ZonasiBandungKriteria dan isi bagian
expression dengan kriteria landuse berdasarkan analisis untuk menanam kopi, yaitu
perkebunan atau lading/tegalan. Kemudian klik OK.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :

5. Dissolve HujanBandungKriteria dengan menggunakan Dissolve pada Geoprocessing.


Input Feature : HujanBandungKriteria kemudian simpan di prepare.gdb dan
Dissolve_Field(s) : select none. Kemudian klik OK.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :

6. Gabungkan HujanBandungKriteria dan ZonasiBandungKriteria menggunakan Intersect


Tool. Klik Arc Toolbox > Analysis Tools > Overlay > Intersect. Pilih
HujanBandungKriteriaDis dan ZonasiBandungKriteria sebagai Input Feature dan simpan
di prepare.gdb dengan nama ZonasiHujanKriteria. Kemudian klik OK.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

7. Menghitung Slope dari data elevasi menggunakan Slope Tool pada 3D Analysis Tools.
Klik Arc Toolbox > 3D Analysis Tools > Raster Surface > Slope. Pilih clipraster (DEM
Bandung) sebagai Input raster, simpan pada prepare.gdb dengan nama Slope, dengan
output measurement berupa PERCEN_RISE. Kemudian klik OK

Hasil :
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

8. Lakukan reklasifikasi data raster menggunakan Reclassify Tools untuk data DEM
berdasarkan pada kriteria menanam kopi. Klik Arc Toolbox > 3D Analysis Tools >
Raster Reclass > Reclassify. Pilih Clipraster sebagai Input Raster, pilih Value sebagai
Reclass Field.
Lakukan reklafikasi dengan ketentuan di bawah ini
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :

9. Lakukan reklasifikasi data raster menggunakan Reclassify Tools untuk data Slope
berdasarkan pada kriteria menanam kopi. Klik Arc Toolbox > 3D Analysis Tools >
Raster Reclass > Reclassify. Pilih Slope sebagai Input Raster, pilih Value sebagai Reclass
Field.
Lakukan reklafikasi dengan ketentuan di bawah ini
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :

10. Gabungkan Slope dan Elevation Criteria menggunakan Raster Calculator Tool. Klik
Arc Toolbox > Spatial Anlysis Tools > Map Algebra > Raster Calculator. Kalikan antara
DEM_Criteria dan Elevation_Criteria. Kemudian simpan di prepare.gdb dengan nama
SlopeElevation_Raster, kemudian klik OK.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :

11. Dari langkah-langkah diatas, diperoleh 2 fitur kriteria dengan jenis data yang berbeda.
Untuk menggabungkannya, perlu ada salah satu fitur data yang diubah (dari vektor
menjadi raster, atau raster menjadi vektor). Data vektor akan kehilangan beberapa akurasi
spasial jika diubah menjadi data raster. Oleh karena itu akan dilakukan konversi dari data
raster menjadi data vektor.

Konversi ini dilakukan dengan menggunakan Raster to Polygon Tool. Klik Arc Toolbox
> Conversion Tools > From Raster > Raster to Polygon. Pilih SlopeElevation_Raster
sebagai Input Raster, pilih Value pada Field, simpan di prepare.gdb dengan nama
SlopeElevation_Polygon, beri ceklis pada Simplify Polygon box, kemudian klik OK.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :

12. Ekstrak data vektor Slope dan Elevation Criteria (SlopeElevation_Polygon) sesuai
dengan kriteria analisis menggunakan Select Tool. Klik Arc Toolbox > Analysis Tools >
Extract > Select. Dengan menggunakan tools ini, akan diklasifikasikan slope dan
elevation criteria dengan gridcode = 1. Kemudian klik OK
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Hasil :

13. Gabungkan semua kriteria yang telah dibuat menggunakan Intersect Tool. Klik Arc
Toolbox > Analysis Tools > Overlay > Intersect. Pilih ZonasiHujanKriteria dan
SlopeElevationCriteria sebagai Input Feature. Simpan di prepare.gdb dengan nama
CoffeePlantationAnalysis, kemudian klik OK.

Hasil :
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

2.2 Analisis
 Pertumbuhan tanaman kopi bergantung pada iklim, suhu, ketinggian daerah
penanaman atau topografinya, kondisi tanah, serta varietas atau klon unggul dari kopi
yang akan dibudidayakan. Beberapa kriteria spasial mengenai tumbuh tanaman kopi
yang sering dibudidayakan di wilayah Indonesia adalah :
1. Indonesia yang beriklim tropis sangat cocok untuk ditanami berbagai macam
tanaman perkebunan terutama tanaman kopi. Untuk kopi jenis arabika dianjurkan
curah hujan sekitar 1000-1500 mm/year, sedangkan untuk kopi robusta 2000-
2500 mm/tahun.
2. Suhu lingkungan untuk menanam kopi arabika sekitar 16-22o C, sedangkan untuk
menanam kopi robusta sekitar 20-28o C.
3. Ketinggian/elevasi area tidak punya pengaruh segera pada perkembangan serta
produksi tanaman kopi, namun faktor temperatur yang punya pengaruh pada
perkembangan tanaman kopi. Biasanya, tinggi rendahnya temperatur ditentukan
oleh ketinggian area dari permukaan laut. Tiap-tiap kopi membutuhkan ketinggian
atau elevasi yang berbeda-beda. kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 800-
1500 meter dpl, sedangkan kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian 400-800
meter dpl.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

4. Kondisi tanah yang baik untuk penanaman kopi dianjurkan tanah yang memiliki
top soil atau kandungan organik yang tebal. Biasanya tanah seperti ini banyak
terdapat di dataran tinggi. Tingkat keasaman atau derajat keasaman (pH) tanah
yang dianjurkan untuk tanaman kopi sekitar 5,5 – 6,5.
Adapun kriteria penanaman kopi yang diminta pada modul ini adalah berada di dalam
Kabupaten Bandung, kelerengan antara 0-8 persen. Ketinggian antara 300-800 meter,
curah hujan antara 1500-2500 mm/tahun, dengan area berada pada zona penanaman
(perkebunan atau ladang/tegalan).

 Select Tool
Select Tool merupakan salah satu tools yang termasuk dalam Analysis Tool. Tool ini
merupakan tool ekstrak fitur dari input feature layer atau input feature class dengan
menggunakan Structure Query Language (SQL) dan kemudian menyimpannya dalam
sebuah output feature class. Select Tool dipakai untuk membuat atau membangun
query. Query digunakan untuk memanggil kembali (retrieve) data atau tabel atribut
tanpa mengubah data yang bersangkutan. Dalam Select Tools, mekanisme query
dilakukan dengan memasukkan data value, yaitu dengan memilih salah satu field
(tunggal) tipe string yang dimiliki oleh tabel atributnya dan kemudian mengetik atau
memilih string data value-nya pada kotak dialog, maka unsur spasial yang
bersangkutan akan terpilih.

 Dissolve
Untuk menggabungkan atau mengkombinasikan unsur-unsur spasia dengan ciri
tertentu (kesamaan pada nilai field tertentu) pada sebuah theme dapat dilakukan
dengan Disslove Tool. Pada dasarnya Dissolve akan menyatukan atau menghilangkan
batas-batas unsur-unsur spasial yang tepat bersebelahan, memiliki nilai atribut yang
sama, dan terdapat di dalam sebuah theme yang sama.
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

Fitur yang disatukan dengan Dissolve memiliki atribut yang dapat diringkas atau
dijelaskan menggunakan variasi statistic. statistik yang digunakan untuk meringkas
atribut ditambahkan ke output feature class sebagai satu field dengan standar
penamaan berikut : jenis statistik + garis bawah + masukan nama field. Misalnya, jika
SUM statistik digunakan pada POP lapangan bernama, output akan memiliki
lapangan yang bernama SUM_POP.

 Intersect Tool
Intersect Tool adalah operasi overlay yang menggabungkan fitur yang berpotongan
(titik, garis, atau poligon) dan hanya fitur yang saling tumpang tindih yang
digabungkan dan direkam dalam output. Fungsi analisis spasial ini akan
menghasilkan unsur spasial baru berupa irisan dari unsur-unsur spasial masukannya.
Theme hasil operasi Intersect Tool merupakan irisan kedua theme yang menjadi
masukannya dengan theme overlay sebagai batas irisannya. informasi yang terdapat
didalam kedua tabel atribut theme yang menjadi masukannya juga akan terekam
dalam tabel atribut hasil operasi ini.

Input feature pada tool ini harus berupa fitur yang sederhana (titik, garis, atau
poligon). Jika input memiliki geometri yang berbeda dengan fitur perpotongannya
(misalnya garis dengan poligon, atau poligon dengan titik), maka tipe geometri output
feature class akan sama dengan tipe geometri dimensi terkecil dari input feature.
Nilai atribut dari kelas fitur input feature class akan disalin ke kelas output feature
class. Namun, jika input adalah lapisan yang dibuat dengan Make Feature Layer Tool
dan kotak Use Ratio Policy ini dicentang, maka rasio dari nilai atribut input dihitung
untuk nilai atribut output. Ketika Use Ratio Policy diaktifkan, setiap kali sebuah fitur
dalam sebuah operasi overlay dibagi, atribut fitur yang dihasilkan adalah rasio dari
nilai atribut fitur input. Misalnya, Jika geometri masukan dibagi sama, nilai atribut
setiap fitur baru ditugaskan satu-setengah dari nilai nilai atribut fitur masukan ini. Use
Ratio Policy hanya berlaku untuk jenis bidang numerik.

 Slope Tool
Slope Tool merupakan salah satu fungsi analisis spasial yang berkaitan dengan data
atau tematik permukaan digital (3D Analysis Tools). Slope Tool digunakan untuk
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

mengidentifikasi kemiringan (gradient atau angka perubahan maksimum nilai Z) dari


setiap cell pada data raster. Z-factor dibutuhkan untuk mengoreksi perhitungan
kemiringan ketika satuan permukaan Z berbeda dari satuan X,Y. Rentang nilai pada
hasil fungsi ini bergantung pada jenis satuan pengukurannya. Satuan derajat memiliki
nilai rentang kemiringannya antara 0 sampai 90. Untuk satuan persen, permukaan
yang datar ialah 0% dan semakin mendekati vertical maka nilai persennya akan
semakin bertambah. Fungsi analisis ini pada umumnya menerima masukan data
ketinggian dalam format raster/grid/TIN untuk menghasilkan layer raster baru
sebagai wujud dari nilai-nilai kemiringan yang siap diklasifikasikan kembali.

 Reclassify Tool (untuk data raster)


Reclassify Tool merupakan sebuah fungsi analisis spasial yang digunakan untuk
mengklasifikasi atau mengubah nilai pada raster. Fungsi ini akan melakukan
pengklasifikasian suatu data raster (yang umumnya berdomain bilangan real) ke
dalam data raster lainnya (berdomain bilangan bulat sederhana) berdasarkan batas-
batas kelas yang ditentukan oleh pengguna. Unsur-unsur spasial dapat
diklasifikasikan kembali berdasarkan ketentuan, kriteria, atau kategori beserta batas-
batas (interval-interval) yang dibuat oleh penggunanya. Detailnya dapat ditempuh
dengan cara menentukan jumlah kelas dengan interval yang sama (equal interval)
atau dengan cara lain, seperti standard deviasi, natural breaks, quantile, dll.
Perubahan keanggotaan kelas atau kelompok piksel-pikselnya akan secara langsung
mengubah kenampakan unsur-unsur spasialnya.

 Raster Calculator Tool


Raster Calculator Tool merupakan fungsi analisis spasial yang memungkinkan
penggunanya membuat dan mengelola pernyataan pada Peta Aljabar yang akan
menghasilkan sebuah raster dengan menggunakan sintaksis Python dalam kalkulator.
Peta Aljabar adalah aljabar sederhana dan kuat dengan mana Anda dapat menjalankan
semua Spatial Analysis Tool, operator, dan fungsi untuk melakukan analisis
geografis. Peta Aljabar tersedia melalui modul Spatial Analysis; perpanjangan dari
paket situs ArcPy Python. Sebagai Peta Aljabar yang telah terintegrasi dengan
Python, semua fungsi Python dan ArcPy dan ekstensinya (modul, kelas, fungsi, dan
properti) telah tersedia. Daftar Layers dan variabel digunakan untuk memilih dataset
dan variabel yang akan digunaka dalam pernyataan. Nilai numerik dan operator
matematika dapat ditambahkan ke pernyataan tersebut dengan mengklik tombol yang
sesuai pada kotak kotak dialog. Daftar umum digunakan alat bersyarat dan
matematika disediakan, sehingga dapat dengan mudah menambahkannya ke
pernyataan.

 Raster to Polygon Tool


Raster to Polygon Tools adalah sebuah tool yang digunakan untuk mengkonversi data
raster menjadi fitur poligon. Input raster dapat memiliki banyak ukuran piksel dan
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

harus berupa sebuah dataset raster integer yang valid. Parameter Field digunakan
untuk memilih kolom atribut dari input dataset raster yang akan menjadi atribut pada
output raster class. Jika kolom tidak dispesifikasikan, nilai cell dari input raster akan
menjadi kolom dengan nama Gridcode dalam tabel atribut dari output feature class.
Dalam melakukan vektorisasi, output dari proses ini dapat berupa Simplified Output
(bentuk sel data raster disederhanakan menjadi poligon yang bentuknya tidak sama
persis dengan bentuk data rasternya) dan Non-simplified Output (bentuk poligon sama
persis dengan bentuk rasternya).

3 Penutup
3.1 Kesimpulan
Analisis data spasial merupakan sekumpulan teknik untuk menganalisis data
spasial yang hasilnya sangat bergantung pada lokasi objek yang bersangkutan yang
sedang dianalisis, serta memerlukan akses baik terhadap lokasi objek maupun atribut-
atributnya. Tipe dasar dari sebuah analisis spasial adalah overlay. Overlay adalah analisis
spasial esensial yang menggabungkan dua layer atau tematik yang menjadi masukkannya.
Teknis mengenai analisis ini terbagi ke dalam format datanya, yaitu raster dan vektor.
Pada data raster, fungsi analisis spasial overlay diwujudkan dalam pemberlakuan
beberapa operator aritmatika dari dua masukan citra digital untuk menghasilkan sebuah
citra digital lainnya. dengan demikian, nilai-nilai piksel citra akan dikombinasikan
dengan menggunakan operator aritmatika dan biner untuk menghasilkan nilai-nilai piksel
baru. Pada raster/grid, layer peta dapat dinyatakan sebagai variabel-variabel aritmatika
yang dapat dikenakan fungsi-fungsi aljabar. Pada format vektor, overlay berkaitan
dengan pembagian nilai atribut ketika geometri digabungkan. Sebagai contoh, ketika
poligon dibagi oleh poligon tumpang tindih, tertentu nilai atribut harus dibagi dengan
tepat. Secara umum, perangkat SIG membaginya ke dalam dua kelompok, yaitu intersect
(irisan) dan union (gabungan). Hasil dari intersect berupa irisan antara layer 1 dan layer 2
Nathania S.R.K /15113012 GD4101 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS KE- 6

yang di tumpang-tindih dengan tabel atribut milik layer 1 maupun milik layer 2. Hasil
dari union berupa kombinasi antara layer 1 dan layer 2 dengan atribut yang berasal dari
layer 1 dan layer 2.
Kriteria analisis penanaman kopi bergantung pada berada di dalam kawasan
Kabupaten Bandung, kelerengan, elevasi, curah hujan, serta area zona penanaman
(perkebunan atau ladang/tegalan). Langkah awal yang dilakukan untuk membuat layer
analisis penanaman kopi ialah melakukan pemilihan unsur spasial sesuai kriteria analisis
untuk data curah hujan dan land use, kemudian dilakukan dissolve pada hasil select curah
hujan. setelah itu dicari irisan hasil select land use dan hasil dissolve curah hujan
sehingga diperoleh sebuah layer untuk analisis dari data vektor. Kemudian dilakukan
perhitungan kelerengan dan reklasifikasi hasil kelerengan dan elevasi, lalu dilakukan
perkalian piksel hasil reklasifikasi kelerengan dan elevasi sehingga diperoleh sebuah
layer untuk analisis dari data raster. Kemudian dilakukan vektorisasi pada layer analisis
dari data raster tersebut. setelah semua layer berformat vektor, dicari irisannya sehingga
diperoleh layer analisis penanaman kopi.

3.2 Referensi

Budiyanto, Eko. 2010. “Sistem Informasi Geografis dengan ArcView GIS”. Yogyakarta :
Penerbit ANDI
Prahasta, Eddy. 2004. “Sistem Informasi Geografis Tools dan Plug-Ins”. Bandung :
Penerbit Informatika Bandung
Prahasta, Eddy. 2009. “Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar (Perspektif
Geodesi & Geomatika)”. Bandung : Penerbit Informatika Bandung
http://aneka-tanaman-perkebunan.blogspot.co.id/2014/10/syarat-tumbuh-tanaman-
kopi.html diakses tanggal 5 Desember 2016
http://pro.arcgis.com/en/pro-app/tool-reference/conversion/raster-to-polygon.htm
http://desktop.arcgis.com/en/arcmap/latest/tools/spatial-analyst-toolbox/raster-
calculator.htm diakses tanggal 5 Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai