01 GDL Estiritadi 1882 1 Kti - Esti I 1 PDF
01 GDL Estiritadi 1882 1 Kti - Esti I 1 PDF
DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ns. Amalia Senja, M.Kep ( )
NIK. 201189090
Penguji I : Ns. Siti Mardiyah, S.Kep ( )
NIK: 201183063
Penguji II : Ns. Amalia Senja, M.Kep ( )
NIK. 201189090
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Water Tepid Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh pada Asuhan Keperawatan An. Y dengan Hipertermia di Ruang
Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M. Kep selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Alfyana Nadya R, M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan yag telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. Amalia Senja, M. Kep selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Ns. Siti Mardiyah, S.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
iv
7. Pihak RSUD Kota Salatiga beserta staff keperawatan yang telah memberikan
ijin dan kesempatan bagi penulis untuk mengambil data guna menyelesaikan
Karya Tulis ini.
8. Ns. Intan Maharani Batu Bara, S. Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan masukan- masukan, semangat dan inspirasi selama saya
menjadi mahasiswa di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
9. Kasmirah S. Kep selaku pembimbing klinik dalam pengambilan kasus Karya
Tulis Ilmiah yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini
10. Kedua orang tuaku (Bapak Muhadi dan Ibu Suwarni)yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan semangat serta dukungan untuk menyelesaikan
pendidikan.
11. Kakak- kakak saya Ririn Handayani, Doni Duwi Cahyono, Elsa Nela Sari dan
adik-adik saya Deby Yanuar, Fadillah Dini Wijayanti yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
12. Sahabat- sahabat saya Frizka Surya Pratama, Rovi Fibhyanisfha, Yunita Diyan
Ningrum, Yesi Nugrahani PP yang selalu memberikan semangatdan
dukungan.
13. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril
dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
vi
E. Implementasi ............................................................................. 37
F. Evaluasi ..................................................................................... 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................. 45
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 47
C. Rencana Keperawatan ............................................................... 49
D. Implementasi ............................................................................. 52
E. Evaluasi ..................................................................................... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 59
B. Saran .......................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dihasilkan dikurangi panas yang hilang merupakan apa yang disebut dengan
suhu tubuh (Potter & Perry, 2010). Suhu tubuh merupakan tanda atau suatu
hipertermia.
mikroba. Mikroba serta produknya berasal dari luar tubuh adalah bersifat
pirogen eksogen yang merangsang sel makrofag, lekosit dan sel lain untuk
1
2
sekitar 2%-5% terjadi pada anak (Dinkes Jawa Tengah, 2009 dalam
Widyastuti, 2013).
baju yang tipis pada anak, menyuruh anak untuk banyak minum air putih,
istirahat, dan memberikan water tepid sponge (Budi, 2006 dalam Hartini,
2012).
pada anak, salah satunya berupa pemberian obat penurun panas (antipiretik)
(Hartini, 2012).
pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (Setiawati, 2009). Water tepid
(Hartini, 2010). Menurut Suprapti (2008), water tepid sponge efektif dalam
mengurangi suhu tubuh pada anak dengan hipertermia dan juga membantu
dalam mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. Hal ini juga diungkapkan
Bartlomeus (2012), bahwa ada pengaruh penurunan suhu tubuh anak yang
metabolisme energi.Hal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit
kepala, gelombang tidur yang lambat (berperan dalam perbaikan fungsi otak),
persepsi (delirium karena demam) serta kejang. Keadaan yang lebih berbahaya
lagi ketika suhu inti tubuh mencapai 400 C, pusat pengatur suhu otak tengah
4
akan gagal dan pengeluaran keringat akan berhenti. Akibatnya akan terjadi
Karya Tulis Ilmiah berupa aplikasi riset yang berjudul pemberianwater tepid
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
hipertermia.
hipertermia.
hipertermia.
hipertermia.
hipertermia.
5
hipertermia.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pendidikan
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Hipertermi
a. Definisi Hipertermia
b. Etiologi Hipertermia
pirogen eksogen yang merangsang sel makrofag, lekosit dan sel lain
dibagi menjadi 2:
6
7
a) Hipertermia maligna
pirogen leukosit).
8
a) Hipertermia neonatal
(1) Dehidrasi
infeksi.
(2) Overheating
(Curran, 2005).
9
2) Konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
5) Takikardi
a) Fase I : awal
(2) Berkeringat.
d. Patofisiologi Hipertermia
eksogen yang merangsang sel makrofag, lekosit dan sel lain untuk
(Widagdo, 2012).
Dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu
menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set
e. Komplikasi Hipertermia
kejang.
mencapai 40oC karena pada suhu tersebut otak sudah tidak dapat
f. Diagnosis Hipertermia
adalah pengukuran suhu tubuh yang benar pada area yang tepat
g. Penatalaksanaan Hipertermia
1) Tindakan farmakologis
(Totapally, 2005).
15
2. Konsep Suhu
a. Pengertian
tubuh (Potter & Perry, 2010). Suhu normal tubuh adalah 36,5-37,50C
(Huda, 2013).
b. Pengaturan suhu
balik ini akan terjadi bila suhu inti tubuh sudah melewati ambang
16
inti tubuh tetap konstan pada kisaran 37oC. Pada saat suhu meningkat
tetap. Sedangkan bila suhu inti dibawah titik tetap, tubuh akan
(Sodikin, 2012).
c. Produksi panas
d. Kehilangan panas
yaitu:
berkeringat.
a. Pengertian
2012).
2008)
1) Tahap persiapan
2) Pelaksanaan
b) Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu
basahkan wash lap atau lap mandi letakkan lap mandi di dahi,
a. Pengkajian
2) Kulit kemerahan
4) Tampak mengkilat
6) Takikardi
7) Kejang
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi
Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
B. Kerangka Teori
Etiologi :
- Virus, bakteri, trauma
- Obat-obatan anesthesia
- Aktifitas fisik intensif pada cuaca panas
- Metabolik
- Dehidrasi
- Overheating
Hipertermia
Penurunan suhu
tubuh
(Alves, 2008; El Radhi, 2009; Hartini, 2012; Sodikin, 2012; Widagdo, 2012).
BAB III
Subjek dalam aplikasi riset ini adalah pasien An. Y umur 10 tahun yang
mengalami hipertermia.
1. Media
2. Alat
f. Termometer
g. Selimut hipotermi.
23
24
1. Tahap persiapan
water sponge.
b. Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat
(35°C), lap mandi/ wash lap 6 buah, selimut mandi 1buah, handuk
2. Pelaksanaan
tepid sponge.
b. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu pemberian
wash lap atau lap mandi letakkan lap mandi di dahi, aksila, dan
20 menit.
selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju yang tipis dan
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
klien masuk rumah sakit pada tanggal 5 Januari 2016 jam 05.00 WIB. Pada
catatan medis, catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil
identitas klien, bahwa inisial klien An. Y, umur klien 10 tahun, klien
beragama kristen, alamat Jl. Patimura No. 70 Salatiga, klien duduk di bangku
Kota Salatiga, diagnosa medis obs. febris. Penanggung jawab klien adalah
Ny. W, umur 53 tahun, pekerjaan swasta, alamat Jl. Patimura No. 70 Salatiga,
B. Pengkajian
Januari 2016 pukul 05.00 WIB. Pasien datang dengan keluhan badan
panas sejak 3 hari yang lalu, pasien mengeluh pilek, tidak enak badan
26
27
buang air besar cair sudah 2 kali, muntah sudah 2 kali. Ibu pasien
tidak turun. Saat di IGD suhu tubuh pasien 380 C, nadi 100 kali per
mg).
pada pukul 05.30 WIB. Saat di ruang anggrek suhu tubuh klien 380 C,
nadi 140 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, terapi cairan masih
masih mengeluh badan terasa panas, muntah sudah 2 kali, dan buang air
besar cair sudah 2 kali, pasien tampak gelisah, pasien terlihat menangis,
suhu tubuh 39,50 C, nadi 100 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit,
terpasang infus ringer laktat dengan neurosanbe 20 tetes per menit, pasien
pasien lahir pada tanggal 2 September 2006 dengan cara spontan, berat
badan lahir 2600 gram, lahir di Kota Salatiga. Ibu pasien mengatakan
cidera dan operasi. Pasien terlihat menangis saat di bawa ke rumah sakit
sebanyak 3 kali namun ibu pasien lupa jenis dan waktu pemberiannya.
Berat badan lahir 2600 gram, berat badan saat ini adalah 34
lingkungan sekitar baik dan pasien berbicara sopan dengan orang yang
adalah anak yang baik dan selalu menurut dengan orang tua.
29
b. Aktivitas Istirahat
kurang lebih 8 jam saat malam hari, dan kurang lebih 2 jam saat siang
hari. Selama sakit pasien dapat tidur nyenyak kurang lebih 8 jam saat
malam hari, dan kurang lebih 2 jam saat siang hari dan tidak ada
kurang lebih 200 gram, tidak ada keluhan.Selama sakit pasien buang
air besar cair 2 kali, jumlah kurang lebih 600 cc, karakteristik cair
sakit pasien dapat buang air kecil kurang lebih 7 kali sehari, jumlah
kurang lebih 700 cc, karakteristik kuning jernih, tidak ada keluhan.
Selama sakit pasien dapat buang air kecil kurang lebih 7 kali sehari,
jumlah kurang lebih 700 cc, karakteristik kuning jernih, tidak ada
keluhan.
orang lain.
diberikan susu formula sejak masih bayi umur 3 hari namun ibu pasien
30
lupa nama produk yang di gunakan. Pasien saat ini diberi cairan ekstra
maupun vitamin.
Nafsu makan sebelum sakit pasien makan tiga kali sehari satu
porsi penuh dengan nasi, lauk, sayur, buah, dan susu, jus, minum air putih
kurang lebih delapan gelas sehari, dan tidak ada keluhan. Selama sakit
pasien makan tiga kali sehari satu porsi penuh dengan nasi, lauk, sayur,
buah, dan susu, jus, minum air putih kurang lebih delapan gelas sehari,
dan keluhan muntah sudah 2 kali. Makanan favorit pasien adalah ayam
Balance cairan pada tanggal 5 Januari 2016 dari masuk rumah sakit pukul
05.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB adalah + 41 . Input makanan 400 cc,
minuman 500 cc, cairan intravena 500 cc. Output urine 150 cc, feses 400
Genogram
(An. Y, 10 tahun)
31
Keterangan :
: sudah meninggal
: sudah meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Garis pernikahan
: Garis Keturunan
7. Riwayat sosial
8. Fungsi Keluarga
9. Riwayat seksual
Panjang badan 132 cm, lingkar dada 62 cm, berat badan 34 kilogram,
Suhu tubuh 39,50 C, pernafasan 24 kali per menit, denyut nadi 100 kali
normal tidak ada gangguan. Kulit berwarna kemerahan dan teraba hangat,
ikterik, warna konjungtiva merah muda, reaksi cahaya positif, posisi mata
simetris tidak ada polip.Bentuk mulut simetris, warna bibir merah muda,
palpasi pengembangan paru kanan dan kiri sama, bunyi perkusi paru
Pemeriksaan jantung, saat inspeksi ictus cordis tidak tampak, saat palpasi
ictus cordis teraba di SIC IV, bunyi pekak saat diperkusi, pada saat
palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi kuadran I pekak, kuadran II, III, IV
bawah ROM kanan dan kiri normal skala 5 bebas bergerak melawan
18.00 WIB yaitu hematologi, leukosit 7,73 ribu/ uL( Normal 4,5 – 11
34
ribu/ uL), eritrosit 4,79 juta/ uL ( Normal 4 – 5 juta/ uL), hemoglobin 12,3
Normal 150 – 450 ribu/ uL). Laju endap darah I 7 ( Normal 3 – 8 ), laju
eosinofil 0,9 ( Normal 1 – 5), basofil 0,2 ( Normal 0 – 1), limfosit 6,9 (
14. Terapi
C. Perumusan Masalah
mengatakan pasien mengalami demam sejak 3 hari yang lalu sebelum di bawa
ke rumah sakit. Data obyektif kulit pasien teraba hangat, kulit tampak
positif 1/ 320.
muntah 2 kali, dan buang air besar cair 2 kali. Data obyektifnya adalah suhu
tubuh 39,50C, pasien pagi ini baru minum air putih 2 gelas.
D. Perencanaan
normal, kulit tidak kemerahan, kulit tidak teraba hangat. Rencana tindakan
tubuh klien, rasional mengukur suhu tubuh pasien merupakan acuan untuk
rasional warna kulit dapat menjadi tanda dari ganguan suhu tubuh. Berikan
volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil membrane mukosa lembab,
turgor kulit elastis, suhu tubuh normal, intake minum tercukupi, pasien tidak
mengalami muntah dan buang air besar cair. Rencana tindakan keperawatan
antara lain yaitu monitor status hidrasi, rasional memantau status hidrasi
klien. Monitor tanda- tanda vital, rasional tanda- tanda vital sebagai tolak
ukur untuk mengetahui keadaan klien. Anjurkan pada klien untuk makan dan
minum sedikit tapi sering, rasional memenuhi kebutuhan nutrisi klien dengan
cairan.
E. Implementasi
selama tiga hari. Tanggal 5 Januari 2016 pada pukul 09.15 WIB
terasa panas, respon obyektif suhu tubuh 39,50 C. Perawat memonitor tanda-
tanda vital pasien pada pukul 09.30 WIB, respon subyektif pasien
suhu 39,50 C nadi 100 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit.
Selanjutnya perawat memonitor warna kulit pada pukul 09.35 WIB, respon
warna kulit tampak kemerahan. Perawat memonitor status hidrasi pada pukul
38
dan BAB cair 2 kali, respon obyektif membran mukosa lembab, suhu 39,50 C,
turgor kulit elastis. Selanjutnya perawat memberikan water tepid sponge pada
diberikan water tepid sponge, respon obyektif pasien tampak tenang, pasien
menganjurkan klien untuk minum air putih yang cukup pada pukul 10.30
WIB, respon subyektif pasien mengatakan akan minum air putih yang cukup,
respon obyektif pasien tampak minum air putih 200 cc setiap 2 jam.
respon subyektif pasien mengatakan badan terasa panas, respon obyektif suhu
tubuh pasien 38,50 C. Perawat memberikan water tepid sponge pada pukul
water tepid sponge, respon obyektif saat di berikan water tepid sponge pasien
tampak tenang, pasien berkeringat, suhu tubuh turun dari 380 C menjadi 37,40
C. Selanjutnya perawat memonitor tanda- tanda vital pada pukul 11.15 WIB,
24 kali per menit. Perawat menganjurkan pada klien untuk memakai pakaian
yang tipis dan menyerap keringat pada pukul 11.20 WIB, respon subyektif
pasien mengatakan akan memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh pada pukul 11.30 WIB,
respon subyektif pasien dan keluarga mengatakan mengerti dengan apa yang
suhu tubuh pasien pada pukul 15.30 WIB, respon subyektif pasien
tanda- tanda vitalnya, respon obyektif suhu tubuh 36,70 C, nadi 120 kali per
pasien kembali pada pukul 18.30 WIB, respon subyektif pasien mengatakan
bersedia untuk di ukur suhu tubuhnya, respon obyektif suhu tubuh 36,60 C.
Pukul 21.00 WIB mengobservasi suhu tubuh pasien, respon subyektif pasien
tubuh 36,70 C. Perawat mengobservasi suhu tubuh pasien lagi pukul 23.00
bersedia untuk di ukur suhu tubuhnya, respon obyektif suhu tubuh 36,40 C.
40
vital pukul 05.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk di
periksa tanda- tanda vitalnya, respon obyektif suhu tubuh 360 C, nadi 100 kali
per menit, pernafasan 24 kali per menit. Perawat memonitor status hidrasi
pada pukul 07.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan sudah tidak
mengalami buang air besar cair dan muntah lagi, respon obyektif membran
mukosa lembab, suhu 360 C, akral hangat, turgor kulit elastis. Perawat
mengobservasi suhu tubuh pasien pada pukul 07.30 WIB, respon subyektif
cukup pada pukul 08.30 WIB, respon subyektif pasien mengatakan sudah
minum 4 gelas pagi ini, respon obyektif pasien minum 4 gelas air putih pagi
ini.
Perawat memonitor tanda- tanda vital klien pada pukul 11.00 WIB,
pada pukul 13.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk
pukul 15.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk di ukur
suhu tubuh pasien kembali pada pukul 17.00 WIB, respon subyektif pasien
tubuh 36,10 C. Perawat mengobservasi suhu tubuh pasien lagi pada pukul
19.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk di ukur suhu
respon obyektif suhu tubuh 360 C. Perawat mengobservasi suhu tubuh pasien,
pada pukul 22.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk di
mengobservasi suhu tubuh pasien pada pukul 24.00 WIB, respon subyektif
respon obyektif suhu tubuh 360 C. Perawat memonitor tanda- tanda vital
klien pada pukul 05.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan bersedia
0
untuk di periksa tanda- tanda vitalnya, respon obyektif suhu tubuh 36,5 C,
nadi 100 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit. Sealanjutnya perawat
42
memonitor status hidrasi pada pukul 07.00 WIB, respon subyektif pasien
mengatakan sudah tidak mengalami buang air beasar cair dan muntah lagi,
0
respon obyektif membran mukosa lembab, suhu 36 C, akral hangat, turgor
kulit elastis. Perawat mengobservasi suhu tubuh pasien pada pukul 07.10
minum air putih yang cukup pada pukul 08.30 WIB, respon subyektif pasien
mengatakan sudah minum 4 gelas pagi ini, respon obyektif pasien minum 4
gelas air putih pagi ini.Perawat mengobsevasi suhu tubuh pada pukul 09.00
tanda vitalnya, respon obyektif suhu tubuh 360 C, nadi 100 kali per menit,
pernafasan 24 kali per menit. Perawat mengobservasi tanda- tanda vital pada
pukul 13.00 WIB, respon subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diukur
F. Evaluasi
penyakit (thypoid) pada tanggal 5 Januari 2016 jam 21.00 WIB, subyektif
pasien mengatakan badan sudah tidak terasa panas lagi. Obyektif turgor kulit
elastis, kulit teraba hangat, kulit tidak kemerahan lagi, nadi 120 kali per
43
monitor warna kulit, berikan water tepid sponge jika suhu tubuh diatas
normal, anjurkan pada klien untuk minum air putih yang cukup, anjurkan
pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap jika suhu
tanggal 5 Januari 2016 jam 21.20 WIB yaitu subyektif pasien mengatakan
sudah tidak mengalami muntah dan buang air besar cair. Obyektif turgor kulit
tanda- tanda vital, anjurkan pasien untuk makan dan minum sedikit tapi
penyakit (thypoid) pada tanggal 6 Januari 2016 jam 21.00 WIB, subyektif
pasien mengatakan badan sudah tidak terasa panas lagi. Obyektif turgor kulit
elastis, kulit teraba hangat, kulit tidak kemerahan lagi, nadi 100 kali per
dipertahnkan, observasi suhu tubuh klien, monitor tanda- tanda vital, monitor
warna kulit, berikan water tepid sponge jika suhu tubuh diatas normal,
anjurkan pada klien untuk minum air putih yang cukup, anjurkan pada klien
44
untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerapa keringat jika suhu
tanggal 6 Januari 2016 jam 21.20 WIB yaitu subyektif pasien mengatakan
sudah tidak mengalami muntah dan buang air besar cair. Obyektif turgor kulit
0
elastis, membran mukosa lembab, suhu tubuh 36 C. Analisa masalah
tanda- tanda vital, anjurkan pasien untuk makan dan minum sedikit tapi
penyakit (thypoid) pada tanggal 7 Januari 2016 jam 21.00 WIB, subyektif
pasien mengatakan badan sudah tidak terasa panas lagi. Obyektif turgor kulit
elastis, kulit teraba normal/ lembab, kulit tidak kemerahan lagi, nadi 100 kali
0
per menit, suhu 36 C.Analisa masalah teratasi.Planning intervensi
dihentikan.
tanggal 7 Januari 2016 jam 21.20 WIB yaitu subyektif pasien mengatakan
sudah tidak mengalami muntah dan buang air besar cair. Obyektif turgor kulit
0
elastis, membran mukosa lembab, suhu tubuh 36 C. Analisa masalah
PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus asuhan
A. Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
1996 dalam Setiadi 2012). Pada kasus ini data diperoleh dengan
pasien mengatakan pasien mengalami demam sudah 3 hari yang lalu, pasien
mengeluh pilek, tidak enak badan, BAB cair sudah 2 kali, muntah sudah 2
kali. Pasien menunjukan keadaan umum lemah, pasien tampak gelisah, kulit
teraba hangat, kulit tampak kemerahan. Dari hasil pengkajian diatas, dapat
dilihat bahwa tanda dan gejala pada pasien sesuai dengan referensi yang
45
46
adalah kenaikan suhu diatas rentang normal, kulit kemerahan, saat disentuh
2013).
pengukuran tanda- tanda vital suhu 39,50 C, respiratory rate 24 kali per
menyebabkan kulit teraba hangat dan terlihat kemerahan (Potter Perry, 2010).
produknya berasal dari luar tubuh adalah bersifat pirogen eksogen yang
merangsang sel makrofag, lekosit dan sel lain untuk membentuk pirogen
B. Diagnosa Keprawatan
(Setiadi, 2012).
keperawatan utama yang diangkat oleh penulis dalam pengelolaan kasus An.
adalah kulit kemerahan, suhu tubuh diatas rentang normal 36,50 C – 37,50 C,
data subyektif dan data obyektif.Data subyektif pasien mengeluh badan terasa
panas.Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 3 hari yang lalu
sebelum di bawa ke rumah sakit. Data obyektif kulit pasien teraba hangat,
kulit tampak kemerahan, suhu tubuh 39,5 0C, hasil pemeriksaan laboratorium
merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, hal ini didasarkan
pada teori kebutuhan dasar manusia Hierarki Maslow yaitu masuk dalam
demam (El- Radhi, 2009). Oleh karena itu penanganan hipertermia harus
An. Y ditemukan data- data yang menunjang seperti data subyektif dan data
BAB cair 2 kali.Data obyektifnya adalah suhu tubuh 39,50C, pasien pagi ini
volume cairan sebagai diagnosa yang kedua karena diagnosa resiko belum
aktual.
C. Rencana Keperawatan
atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Perencanaan yang tertulis dengan baik
perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan
(Setiadi, 2012).
cairan aktif.
51
dalam rentang normal 36,50 C- 37,50 C, nadi dalam rentang normal, kulit
tidak kemerahan, kulit tidak teraba hangat, konjungtiva normal atau tidak
Monitor tanda- tanda vital klien, rasional merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan pasien. Monitor warna kulit, rasional warna kulit dapat menjadi
Anjurkan pada pasien untuk minum air putih cukup, rasional peningkatan
pada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh, rasional pasien dan
( Sodikin, 2012).
teratasi dengan kriteria hasil membran mukosa lembab, suhu tubuh dalam
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif antara lain yaitu monitor
status hidrasi, rasional memantau status hidrasi klien. Monitor tanda- tanda
vital, rasional tanda- tanda vital sebagai tolak ukur untuk mengetahui keadaan
klien. Anjurkan pada klien untuk makan dan minum sedikit tapi sering,
D. Implementasi
(Dermawan, 2012).
53
pada pasien untuk minum air putih cukup.Menganjurkan pada klien untuk
karena kulit dapat dijadikan sebagai tanda dari adanya gangguan suhu tubuh
pengeluaran panas. Water tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat
superfisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Water tepid sponge dapat
sponge.Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air hangat
(35°C), lap mandi/ wash lap 6 buah, selimut mandi 1buah, handuk mandi 1
sponge.Ukur suhu tubuh klien dan catat.Catat jenis dan waktu pemberian
antipiretik pada klien.Buka seluruh pakaian klien dan alas klien dengan
atau lap mandi letakkan lap mandi di dahi, aksila, dan pangkal paha.Lap
(35°C).Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air
kedinginan atau menggigil atau segera setelah suhu tubuh klien mendekati
baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.Catat suhu tubuh klien sebelum
Dalam pemberian water tepid sponge perlu dicatat obat apa saja yang
telah di berikan. Pada An.Y telah diberikan pamol 1 tablet (250 mg) dan
terpasang infuse ringer laktat dengan neurosanbe dari IGD 4 jam yang lalu.
Setelah di obsevasi sampai jam 09.35 WIB suhu tubuh pasien belum turun
Pasien diukur suhu tubuhnya pada pukul 09.35 WIB dengan hasil
suhu tubuh 39,50C. Tindakan water tepid sponge dilakukan pada pukul 09.55
55
pasien tampak tenang, suhu tubuh turun dari 39, 50 C menjadi 37, 60 C.
jam. Selang 2 jam setelah pemberian water tepid sponge suhu tubuh pasien
diukur kembali dan hasilnya suhu tubuh 380 C. Perawat memberikan tindakan
water tepid sponge kembali selama 20 menit dengan respon subyektif An. Y
pasien tampak tenang, suhu tubuh turun dari 380 C menjadi 37,40 C.
ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak
melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat
menit lalu diukur suhu tubuhnya, prosedur water tepid sponge dilakukan
hingga suhu tubuh mendekati normal. Hal ini telah sesuai dengan prosedur
pelaksanaan water tepid sponge oleh Rosdahl & Kowalski (2008), dalam
menurunkan suhu tubuh pasien karena setelah diberikan water tepid sponge
56
suhu tubuh An. Y turun dari 39,50 C menjadi 37,60 C dan dari 380 C menjadi
37,40 C.
pasien untuk minum air putih cukup dengan tujuan mencukupi asupan cairan
yang cukup sehingga tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan alasan
yang tipis dan menyerap keringat dengan tujuan menjaga kenyamanan pasien
peningkatan suhu tubuh dengan tujuan agar pasien dan keluarga mengetahui
diberikan.
klien untuk makan dan minum sedikit tapi sering.Memberikan terapi sesuai
untuk minum dan makan sedikit tapi sering dengan tujuan untuk mencukupi
E. Evaluasi
dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
pasien, Obyektif adalah data yang didapat atau hasil dari pemberian tindakan
pasien mengatakan badan sudah tidak terasa panas lagi. Data obyektif turgor
58
kulit elastis, kulit teraba hangat, kulit tidak kemerahan lagi, nadi 100 kali per
buang air besar cair. Data obyektif turgor kulit elastis, membran mukosa
intervensi.
BAB VI
A. Kesimpulan
penurunan suhu tubuh pada An. Y dengan hipertermia di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Salatiga pada tanggal 5 Januari 2016 sampai 7 Januari 2016
1. Pengkajian
panas. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sudah 3 hari yang
lalu, pasien mengeluh pilek, tidak enak badan, BAB cair sudah 2 kali,
mukosa bibir An. Y tampak lembab. Pada pengukuran tanda- tanda vital
suhu 39,50 C, respiratory rate 24 kali per menit, nadi 142 kali per menit.
59
60
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
yaitu observasi suhu tubuh klien. Monitor tanda- tanda vital klien. Monitor
dengan kehilangan cairan aktif yaitu monitor status hidrasi. Monitor tanda-
tanda vital. Anjurkan pada klien untuk makan dan minum sedikit tapi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
mengatakan badan sudah tidak terasa panas lagi. Data obyektif turgor kulit
elastis, kulit teraba lembab atau normal, kulit tidak kemerahan lagi, nadi
intervensi dihentikan.
dan buang air besar cair. Data obyektif turgor kulit elastis, membran
62
hentikan intervensi.
6. Analisa Kasus
setelah diberikan water tepid sponge suhu tubuh turun dari 39,50 C
B. Saran
maka penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya
hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun dengan pasien,
63
optimal.
64
DAFTAR PUSTAKA
Alves, J. G. B., & Almeida, C. D. C. M. 2008.Tepid Sponge Plus Dipyrone versus dipyrone
alone for reducing body temperature in febrile children. Sao Paulo: Medical Journal.
Http://www.scieolo.br diunduh tanggal 17 November 2015
Bulechek et.al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier: The
United State of America
Carpenito, Lynda Juall. 2010. Nursing Diagnosis Aplication to Clinical Practice. J.B.
Lippicott Company: Philadelpia
Curran AK, Xia L, Leiter CJ, Bartlett D Jr. 2005. Elevated body temperature enhances the
laryngeal chemoreflex in decerebrate piglets. J Appl Physiol.
Http://m.jap.phisiology.orgdiunduh tanggal 17 November 2015
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.
Gosyen Publising: Yogyakarta
El-Radhi AS, Carroll J, Klein N, Abbas A. 2009. Clinical manual of fever in children.Edition
9. Berlin: Springer-Verlag; 1-24.Http://www.spinger.com diunduh tanggal 17
November 2015
Hartini. 2012. Aplikasi Model Konservasi Myra E. Levine Dalam Asuhan Keperawata n Pada
Anak Dengan Demam Di Ruang Rawat Infeksi Anak RSUP Dr. Cipto
Mangunkusuma. Skripsi.Http://lib.ui.ac.id diunduh tanggal 17 November 2015
Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Moorhead et.al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Sixth Edition. Elsevier: The
United State of America
Rosdahl, C b., & Kowalski, M.T. 2008.Texbook Of Basic Nursing Edisi 9. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health- Lippincoth William & Wilkins
Silbernagl, S., & Lang, F. 2007.Teks dan atlas berwarna patofisiologi. Jakarta:EGC.
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widyastuti.2013. Asuhan Kebidanan pada balita dengan febris di BPM Siti Nuraini Ngunut
Tohkuning KarangPandan Karanganyar.Http://diligib.stikeskusumahusada.ac.id
diunduh tanggal 17 november 2015