Anda di halaman 1dari 27

Cacat pada bearing

August 6, 2014 Leave a comment

1.2.4.1 Kerusakan pada Cage

Gambar 1.1 Kerusakan pada cage

Penyebab ;

1. Momen beban yang berlebihan

2. Fluktuasi kecepatan yang sangat tinggi (berlebihan)

3. Pelumasan yang tidak memadai

4. Hantaman material lain

5. Vibration (getaran) yang berlebihan

6. Pemasangan yang tidak tepat

Perbaikan ;

1. Mengevaluasi kondisi pelumasan

2. Menyimak ulang tipe cage

3. Menyelidiki kekakuan rumah bearing dan poros

4. Menyimak ulang kondisi perawatan.

5. Meningkatkan metode penanganan


1.2.4.2 Partial chipping of inner ring, outer ring and rolling elements

Gambar 2.1 Chipping

Penyebab :

1. Terjebak benda asing yang memberi dampak beban berlebihan

2. Penanganan yang buruk

Perbaikan :

1. Trouble shooting dan pengembangan penanganan beban

2. Pengembangan penanganan

3. Pengembangan karakteristik seal

1.2.4.3 Cracking and notching

Gambar 3.1 Cracking and notching


Penyebab :

1. Beban kejut yang berlebihan

2. Penanganan yang tidak tepat (menggunakan martil besi/baja dan memotong menggunakan
benda asing)

3. Gangguan berlebihan

4. Mengelupas besar

5. Gesekan yang menimbulkan retak

6. Ketidak tepatan dalam pemasangan

Perbaikan :

1. Memperhatikan ulang pelumasan

2. Memilih penanganan gangguan yang tepat dan mengulas menganai materi bahan.

3. Mengulas kondisi perawatan

4. Meningkatkan prosedur perakitan dan hati-hati dalam menangani

1.2.4.4 Creeping

Gambar 4.1 Creeping

Penyebab :

1. Gangguan pada bagian mating section

2. Beban berlebihan
3. Kenaikan temperatu yang tidak normal

4. Lengan tidak di ikat dengan benar

Perbaikan :

1. Mengevaluasi gangguan-gangguan yang terjadi

2. Mengevaluasi kondisi penggunaan

3. Mengulas poros dan rumah bearing.

1.2.4.5 Dents and scratches

Gambar 5.1 Dents and scratches

Penyebab :

1. Benda-benda asing yang terjebak

2. bagian sisi yang termakan

3. Jatuh dan beban kejut akibat kekurangan penanganan

4. Dirakit tidak seimbang

Perbaikan :

1. Meningkatkan penanganan dan metode perakitan

2. Meningkatkan performance penyegelan.

3. Check area disekitar bearing.


1.2.4.6 Electrolytic corrosion

Penyebab :

Arus listrik yang mengalir pada roller bearing

Perbaikan :

1. uatkan sirkuit pemotong arus

2. Lindungi (insulate) bearing.

1.2.4.7 Flaking

Penyebab :

1. Beban yang berlebihan, penanganan yang kurang tepat.

2. Pemasangan yang tidak tepat.

3. Presisi yang tidak tepat pada poros atau rumah bearing.


4. Melewati batas yang diizinkan.

5. Karat

6. Pelumasan yang tidak tepat

7. Kekerasan yang berkurang diakibatkan temperatur yang tidak normal.

Perbaikan :

1. Pilih tipe bearing yang berbeda.

2. Evaluasi lagi batas yang diizinkan.

3. Perbaikan presisi bearing pada poros atau rumah bearing.

4. Memerhatikan ulang pemakaian bearing.

5. Mengevaluasi ulang desain bearing dan area disekitar bearing.

6. Memerhatikan ulang tipe pelumas dan metode pelumasan.

1.2.4.8 Fretting

Penyebab :

1. Pelumasan yang tidak tepat.

2. Sudut oscillating bearing yang kecil.

3. Beban yang berubah-ubah.

4. Getaran selama perjalanan, dan selama berhenti.


Perbaikan :

1. Pilih jenis bearing yang berbeda.

2. Pilih jenis pelumasan yang berbeda.

3. Kemas inner dan outer ring secara terpisah pada saat transport.

4. Perhatikan ulang gangguan dan pasang mantel pelumasan pada permukaan sambungan.

1.2.4.9 Peeling

Penyebab :

1. Infiltrasi bearing akibat material asing.

2. Pelumasan yang tidak tepat

Perbaikan :

1. Mengevaluasi ulang metode dan jenis pelumasan.

2. Memperbaiki performa sealing bearing.

3. Menjaga operasi dengan halus.

1.2.4.10 Rolling path skewing


Penyebab :

1. Akurasi poros dan rumah bearing kurang tepat.

2. Pemasangan yang tidak tepat.

3. Kekakuan poros dan rumah bearing yang tidak tepat.

4. Shaft yang berputar menyebabkan beban yang melebihi batas yang diizinkan.

Perbaikan :

1. Memeriksa ulang batas-batas yang internal bearing.

2. Memeriksa akurasi poros dan rumah bearing.

3. Memeriksa ulang kekakuan bearing.

1.2.4.11 Rust and Corrosion.

Penyebab :
1. Tempat penyimpanan yang tidak layak.

2. Pengemasan yang tidak layak.

3. Inhibitor yang berkarat.

4. Penetrasi yang diakibatkan oleh air, cairan kimia dan lain-lain.

5. Penanganan dengan tangan telanjang.

Perbaikan :

1. Mengambil tindakan untuk mencegah karat pada masa penyimpanan.

2. Secara periodik memeriksa pelumasan oli.

3. Meningkatkan performa sealing.

4. Meningkatkan metode pemasangan dan penanganan.

1.2.4.12 Wear

Penyebab :

1. Partikel yang terperangkap pada oli pelumasan.

2. Pelumasan yang tidak memadai.

3. Roller yang miring.

Perbaikan :

1. Memeriksa jenis pelumas dan metode pelumasan.


2. Meningkatkan sealing pelumas.

1.2.4.13 Speckles and discoloration

Penyebab :

1. Kemasukan materi asing.

2. Pelumasan yang tidak benar

Perbaikan :

1. Mengevaluasi metode pelumasan dan tipe pelumas

2. Memeriksa mekanisme seal

3. Memeriksa kemurnian oli.

1.2.4.14 Spalling
Penyebab :

1. Pemasangan yang kurang

2. Oil film yang putus-putus pada permukaan yang bersinggungan akibat beban radial yang
berlebihan, benda lain yang terjebak, pre-load yang berlebih.

3. Roller yang selip dan pelumasan yang kurang.

Perbaikan :

1. Meningkatkan pemasangan dan prosedur pemindahan.

2. Meningkatkan kondisi pengoperasian.

3. Memperbaiki pre-load

4. Memilih pelumas yang memenuhi dan sistem pelumasan.

5. Meningkatkan efisiensi sealing.

1.2.4.15 Smearing and scuffing


Penyebab :

1. Pelumasan yang tidak memadai.

2. Material lain yang terperangkap.

3. Tempat kosong pada corral oil film akibat beban axial yang berlebiih.

4. Permukaan yang kasar.

5.Slip pada elemen roller yang berlebihan.

Perbaikan :

1. Mengevaluasi ulang pelumasan dan tipe pelumas.

2. Meningkatkan kinerja sealing

3. Memeriksa ulang pre-load

4. Memeriksa ulang kondisi service

5. Meningkatkan metode perangkaian dan penanganan.

1.2.4.16 Seizure
Penyebab :

1. Batas yang tidak tepat

2. Pelumasan yang tidak cukup dan pelumasan yang tidak tepat.

3. Beban yang berlebihan.

4. Roller yang miring.

5. Pengurangan kekerasan akibat temperatur yang tidak normal.

Perbaikan :

1. Memeriksa ulang tipe dan kuantitas pelumas.

2. Memeriksa batas yang tepat

3. Mengambil tindakan untuk mencegah kesalahan.

4. memeriksa ulang kondisi pemakaian.

5. meningkatkan metode pemasangan dan penanganan.

Penyebab Kerusakan Bearing


Pemeriksaan bearing dengan teliti dan hati-hati akan menunjukkan sebab-sebab kenapa bearing
tersebut rusak. Berikut ini adalah sebab-sebab kerusakan bearing dan bagaimana mengenalinya.
Abrasi
Masuknya kotoran dan pasir ke dalam bearing dapat menyebabkan keausan dini karena kotoran
tersebut akan menyebabkan permukaan bearing menjadi kasar.
Kekurangan Pelumasan
Timbulnya panas merupakan akibat kekurangan pelumasan. Panas menyebabkan perubahan
warna pada permukaan bearing, roller dan ball. Pada plain bearing, kekurangan pelumasan akan
mengakibatkan goresan, keausan berlebih dan akhirnya akan menyebabkan keseluruhan bagian
bearing mengalami kerusakan. Sangatlah penting melakukan pelumasan pada pin dan bearing
untuk meyakinkan tidak terjadi keausan.

 Galling ;Keausan pada permukaan bearing dengan beberapa lubang kecil yang
disebabkan oleh kurangnya pelumasan
 Discoloration;Permukaan bearing berubah warna karena panas. Mungkin terjadi karena
kurangnya pelumasan. Operasi yang terus menerus dapat menyebabkan lecet dan rontok.
Perubahan warna dapat juga disebabkan bearing disetel terlalu kencang. Hal ini bisa
mengakibatkan overheating.

Korosi
Air dan uap akan menyebabkan korosi. Ini terlihat seperti bekas lubang atau karat. Penanganan
yang ceroboh atau penyimpanan bearing yang tidak benar setelah pencucian dapat menyebabkan
korosi pada permukaan. Bearing harus dilumasi dan dibungkus dengan kertas yang diberi oli
meskipun untuk periode penyimpanan yang singkat.

 Corosion;Karat membuat bekas pada permukaan, atau bagian lain dari bearing.
 Pitting:Permukaan bearing yang berlubang-lubang. Ini merupakan korosi lanjutan yang
disebabkan oleh air atau kelembaban.

Pemasangan yang Salah


Ball dan roller bearing biasanya mempunyai toleransi kesesuaian pemasangan antara bearing
dengan shaft. Ini tidak boleh berlebihan karena apabila berlebihan inner race akan dipaksa
mengembang dan akan terjadi pembengkokan bearing, yang akan mengakibatkan kerusakan.
Setiap cacat atau kerusakan pada shaft akan menyebabkan distorsi pada race. Area yang
terdistorsi ini akan kelebihan beban sehingga kerusakan akan bermula area tersebut. Shaft harus
bersih dan halus agar bearing dapat terpasang dengan tepat. Pemasangan outer race bearing ke
dalam housing juga harus diperhatikan. Shaft dan housing harus diperiksa terlebih dahulu
sebelum pemasangan bearing.

 Crack Race;Inner race dapat mengalami keretakan jika terlalu kencang pada shaftnya dan
outer race dapat retak jika terlalu kencang pada housing.
 Fretting;merupakan tanda pengikisan yang disebabkan oleh pergerakan. Umumnya
terjadi ketika bearing terlalu longgar pada dudukannya atau shaft.

Penyetelan yang Salah


Penyetelan yang dilakukan dapat: terlalu longgar, tepat atau terlalu kencang. Selalu mengacu
pada spesifikasi pabrik pembuat untuk menentukan apakah bearing tersebut harus di pre load
atau tidak. Bearing harus disetel dengan tepat karena jika tidak akan menyebabkan ball atau
roller pecah dan permukaan bearing menjadi tergores. Penyetelan yang terlalu
kencang.Brinelling

 Brinelling dapat terjadi ketika bearing kelebihan beban atau salah dalam pemasangan,
yaitu timbulnya lekukan-lekukan lubang pada raceway.
 Permukaan yang berlubang-lubang pada bearing disebabkan karena logam terlalu
tertekan yang disebut sebagai kelelahan logam. Ini bisa disebabkan oleh penyetelan yang
terlalu longgar, yang membuat dampak atau beban kejut pada permukaan bearing.
kelebihan beban pada bearing adalah kemungkinan penyebab lainnya

SETIAP
BEARING MEMILIKI BATAS USIA PAKAI OPTIMAL YANG BISA DIKALKULASI.
NAMUN PADA APLIKASINYA, TIDAK SEMUA BEARING MAMPU MENCAPAI USIA
PAKAI OPTIMALNYA. SEBAGIAN BESAR MENGALAMI KERUSAKAN DALAM
WAKTU YANG RELATIF SINGKAT". Berikut adalah penyebab kerusakan dini pada bearing :

16 % Teknik Pemasangan Yang Kurang Benar


Kerusakan dini bearing yang disebabkan oleh faktor pemasangan, pada umumnya terjadi akibat
tidak tersedianya peralatan kerja yang tepat untuk mendukung pemasangan. Akibatnya mekanik
di lapangan memasang bearing dengan cara yang sangat kasar. SKF dapat merekomendasikan
teknik & peralatan yang tepat untuk pemasangan bearing.
36 % Pelumasan Yang Kurang Tepat
Umumnya ada beberapa hal yang mengakibatkan kesalahan dalam hal pelumasan, seperti: jenis
pelumas yang tidak tepat, jumlah dan interval re-lubrikasi yang kurang benar, mutu pelumas,
serta penanganan pelumas yang salah sehingga mengakibatkan kontaminasi. Untuk itu pastikan
anda mendapat informasi yang benar dalam hal pelumasan melalui SKF.

14 % Kontaminasi
Bearing adalah komponen penting dalam suatu mesin. Mesin tidak bisa beroperasi secara efektif
apabila terdapat kontaminasi benda asing seperti debu, kotoran, dan sebagainya.

34 % Kelelahan Produk
Mesin yang beroperasi dengan beban berlebih akan mempendek usia pakai bearing. Dengan
senantiasa monitor kondisi mesin-mesin secara teratur & menggunakan alat monitoring yang
tepat akan dapat menghindari un-schedule downtime.

Seperti yang telah kita bahas pada artikel sebelumnya, bearing adalah sebuah elemen mesin
yang berfungsi untuk membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu
bergerak pada arah yang diinginkan. Bearing menjadi komponen penting pada berbagai desain
mesin yang melibatkan poros (shaft) dengan casing atau bagian yang diam, seperti motor listrik,
motor bakar, pompa, roda, dan lain sebagainya. Bearing menjadi titik pertemuan antara bagian
mesin yang berputar dengan bagian yang diam. Ia juga bertugas untuk mentransmisikan beban
yang ada pada poros untuk diteruskan ke sisi casing, atau bisa juga sebaliknya. Karena fungsinya
yang krusial, bearing membutuhkan perawatan yang baik sehingga didapatkan umur kerja yang
panjang. Salah satu bentuk perawatan bearing yang utama adalah lubrikasi atau pelumasan.
Berikut adalah fungsi lubrikasi pada bearing:
a. Membentuk lapisan film lubrikasi diantara dua bidang kontak sehingga dapat membantu
menahan beban kerja serta mencegah keausan dan kerusakan prematur.
b. Menyerap panas yang timbul.
c. Mencegah kontaminasi kotoran-kotoran yang berasal dari luar.
d. Menghindari suara bising.
e. Mencegah korosi pada bearing.
f. Sebagai sistem sealing tambahan.

Secara umum sistem pelumasan pada bearing dibagi menjadi tiga jenis, yakni menggunakan
grease, menggunakan oli, dan tipe kering. Pemilihan diantara ketiganya tergantung atas kondisi
operasional bearing, jenis dan ukuran bearing, konstruksi penggunaan bearing, kebutuhan
sirkulasi pelumasnya serta biaya yang tersedia.

Grease Lubrication
Grease adalah zat lubricant yang berstruktur semi-solid. Grease dibuat dari minyak mineral atau
juga nabati yang dicampur dengan zat pengental sejenis sabun. Terkadang ditambahkan pula
dengan zat aditive seperti PTFE, grafit, dan molibdenum desulfit, untuk memperbaiki sifat-sifat
pelumasnya.

Grease digunakan pada mekanisme bearing yang hanya membutuhkan sedikit lubrikasi, dimana
tidak perlu menggunakan oli sebagai lubricant. Ia juga berfungsi untuk mencegah masuknya
kotoran-kotoran masuk ke bearing. Sisi negatif dari penggunaan grease adalah gesekan pada
bearing yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan oli, hal ini disebabkan karena
nilai viskositasnya yang tinggi.

Berikut adalah beberapa jenis grease bearing yang diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan
dasar serta fungsinya:

1. Mineral Grease. Jenis ini menggunakan bahan dasar utama dari mineral minyak bumi,
yang dikentalkan oleh bahan sabun. Tipe ini biasa digunakan pada bearing-bearing mesin
industri. Dapat bekerja pada temperatur tinggi, terutama yang berbahan dasar sintetis.
2. Silicone Grease. Tipe ini menggunakan bahan pengental silika yang tidak akan
membentuk struktur kristal di dalamnya. Grease tipe ini tidak akan merusak seal yang
terbuat dari karet karena bahan dasarnya yang tidak menggunakan minyak bumi.
3. Food-Grade Grease. Grease jenis ini menggunakan bahan dasar minyak nabati. Ia
digunakan sebagai pelumas pada bearing-bearing mesin yang melakukan kontak
langsung dengan makanan. Industri manufaktur yang memproduksi makanan pasti
menggunakan pelumas jenis ini pada mesinnya.

Salah satu jenis bearing yang paling banyak digunakan di dunia industri adalah tipe ball bearing.
90% dari ball bearing menggunakan pelumas grease. Penggunaan grease pada ball bearing
dapat diklasifikasikan berdasarkan desain bearing tersebut menjadi tiga, yaitu:

1. Single-Shield Bearing. Tipe ini menggunakan sebuah bearing yang memiliki desain
khusus dimana pada salah satu sisinya dibuat sebuah dinding tipis (shield). Dinding ini
berfungsi untuk menjaga agar kotoran yang tercampur dengan grease di luar dinding
2.
3. tidak masuk ke sisi roller. Desain ini akan lebih memperpanjang usia bearing karena
kotoran tidak akan secara mudsh masuk ke sisi roller.
4.  Double-Shield Bearing. Sama dengan tipe sebelumnya, hanya saja kali ini terdapat
dua dinding tipis di kedua sisi roller. Dengan desain ini akan didapatkan perlindungan
yang lebih maksimal terhadap roller. Sirkulasi grease terjadi dengan perlahan pada saat
mesin berputar dan menciptakan gaya sentrifugal pada bearing tersebut.

5.
6. Double-Shield Bearing
7.  Open Bearing. Berbeda dengan dua tipe sebelumnya, tipe ini tidak menggunakan
dinding (shield) untuk melindungi roller. Namun jenis ini adalah yang paling cocok
digunakan untuk mesin dengan beban kerja yang tinggi, sehingga membutuhkan sirkulasi
grease lebih besar untuk kebutuhan pendinginan.

Oil Lubrication
Lubrikasi bearing yang menggunakan oli, dibutuhkan pada mesin-mesin dengan beban kerja
tinggi. Sistem lubrikasi oli juga berfungsi untuk menyerap panas yang timbul pada area bearing
akibat beban kerja yang tinggi. Selain itu, lubrikasi oli pada bearing juga digunakan pada mesin-
mesin yang memang bekerja pada temperatur tinggi, seperti feed water pump pada water-steam
cycle yang berfungsi memompa air bertemperatur tinggi dari tangki ke boiler.
Berikut adalah beberapa bentuk desain lubrikasi bearing dengan menggunakan oli:

1. Ring Oiler. Ring oiler adalah sistem lubrikasi oli yang paling sederhana, terdiri atas
sebuah cincin logam yang terletak melingkar di sekeliling shaft dan berdekatan dengan
bearing. Tepat di bawah shaft tersebut terdapat sebuah bak oli, dan dengan ukuran cincin
logam yang cukup maka ada bagian cincin tersebut yang terendam oli. Jika poros
berputar, maka cincin akan ikut berputar. Putaran cincin ini akan membawa oli dari bak
untuk naik ke atas dan sampai pada poros mesin selanjutnya oli tersebut akan menyebar
kesamping untuk melumasi bearing.

1. Ring Oiler

Lubrikasi oli tipe ini cocok digunakan untuk mesin dengan beban kerja sedang dengan
putaran poros tidak lebih dari 1000rpm. Bearing yang menggunakan sistem pelumasan
ini haruslah yang bekerja pada poros mesin yang berada dalam posisi horisontal.
Pelumasan tipe ini banyak digunakan pada motor-motor listrik dan generator kecil.

2. Splash Lubrication. Sistem lubrikasi ini digunakan pada banyak sistem roda gigi serta
mesin penggerak piston. Sistem ini menggunakan sebuah bak oli yang terletak di bawah
sistem roda gigi ataupun sistem piston, dengan ada bagian roda gigi yang terendam di
dalam oli. Pada saat mesin beroperasi, maka pada roda gigi yang terendam oli tersebut
akan mencipratkan oli ke semua bagian mesin termasuk ke bearing.
Splash Lubrication

Level oli di dalam bak sistem ini harus selalu dijaga pada level yang cukup. Sedikit saja
level oli tersebut kurang akan sangat berbahaya terhadap sistem keseluruhan, tidak hanya
berbahaya pada sisi bearing tapi juga berbahaya pada roda gigi ataupun piston yang ada
di dalamnya.

Bahaya Terlalu Rendahnya Level Oli Pelumas

3. Pressure Lubrication. Mesin yang bekerja pada kondisi temperatur tinggi atau juga daya
yang sangat tinggi, membutuhkan sistem pelumasan yang kompleks. Apalagi jika mesin
tersebut bekerja di area kerja yang kotor, kontaminasi dari kotoran yang tercampur oli
akan sangat mengurangi umur bearing dan komponen mesin lainnya. Pada mesin sejenis
ini diperlukan minyak pelumas dalam kondisi bersih dan bertemperatur stabil yang selalu
di-supply ke bagian-bagian yang membutuhkan pelumasan, dan oli yang terbuang dapat
di-treatment lebih lanjut sehingga dapat dipergunakan kembali. Treatment oli pada sistem
pressure lubrication memiliki fungsi utama sebagai berikut:
o Filterisasi untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada di dalam oli.
o Mendinginkan oli untuk menghindari overheat pada komponen-komponen mesin.
o Terkadang digunakan pula sistem purifier untuk menghilangkan kandungan air
yang mungkin saja tercampur dengan oli.
Oil Pressure Lubrication Pada Mobil Rolls-Royce
(Sumber)

Sistem lubrikasi bertekanan ini sangat cocok digunakan pada mesin-mesin besar seperti
pompa yang digunakan pada water-steam cycle, mesin turbocharge, atau juga mesin
mobil.

Dry Lubrication
Sistem lubrikasi yang ketiga ini tidak melibatkan pelumas berbahan cair seperti grease dan oli,
sistem ini menggunakan material padat yang dipasangkan langsung pada permukaan gesekan.
Bahan-bahan utama yang digunakan sebagai pelumas jenis ini antara lain adalah:
1. Graphite. Digunakan pada kompresor, mesin industri makanan, ball bearing, dan
sebagainya.
2. Molibdenum desulfit. Digunakan pada mesin-mesin vakum.
3. Heksagonal boron nitrit. Digunakan pada kendaraan-kendaraan luar angkasa.
4. Tungsten disulfit. Penggunaannya sama dengan molibdenum desulfit, tetapi karena
harganya yang lebih mahal maka cukup jarang digunakan.

eBook Sistem Lubrikasi Bearing :

 Rolling Bearing Lubrication


 Lubrication Selection
 Lubricating Your Bearings

Sumber-sumber :

 Wikipedia.org: "Bearing"
 Wikipedia.org: "Grease (Lubricant)"
 Lubrication Strategies for Electric Motor Bearings
 Lubrication Principle

8.
9. Open Bearing

ALIGNMENT PADA POMPA


Alignment adalah suatu pekerjaan untuk meluruskan / mensejajarkan dua sumbu poros lurus
(antara poros penggerak dengan sumbu poros yang digerakkan) pada waktu peralatan itu beroprasi,
seperti tampak pada gambar (a).Tetapi dalam kenyataan, pengertian lurus tidak bisa didapatkan 100%.
Untuk itu harus diberikan toleransi kurang dari 0,05 mm. Macam –macam ketidaklurusan kedua poros
(misalignment) :

1. Paralel Misalignment, adalah posisi dari kedua poros dalam keadaan tidak sejajar dengan ketinggian yang
berbeda, seperti pada gambar (b)

2. Angular Misalignment, adalah ketidaklurusan kedua poros yang posisinya saling menyudut, sedangkan
kedua ujungnya ( pada kopling) mempunyai ketinggian yang sama, seperti tampak pada gambar (c)

3. Combinasion Misalignment, adalah ketidaklurusan kedua poros yang posisinya saling menyudut dan
kedua ujungnya poros (kopling) tidak sama. Seperti tampak pada gambar (d)

Gambar 1. Bentuk shaft dalam keadaan lurus sempurna

Gambar 2. : Bentuk shaft dalam keadaan paralel misalignment


Gambar 3 : Bentuk shaft dalam keadaan angular misalignment

Gambar 4. : Bentuk shaft dalam keadaan combinasi misalignment

Gambar 5. : Bentuk straight bar yang melengkung yang mempengaruhi analisis alignment
Gambar 6. : Tanda indikator untuk membantu mengembalikan koreksi pembacaan dalam mengumpulkan
kelengkungan pada shaft.

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan alignment, antara lain :

1. Dial indicator, dengan ketelitian pengukuran 0m atau 0,001”(inch).

2. Straight bar, merupakan batangan baja yang berpenampang bulat dan lurus untuk tempat memegang dial
indicator.

3. Shim plate (ganjal), adalh ganjal yang diperlukan untuk kaki –kaki pondasi motor listrik terhadap plat
dasar pondasi. Bahan yang biasa dipakai adalah : baja, stainless steel,bros(kuningan)

yang mempunyai ketebalan beraneka ragam.

4. Palu lunak dari bahan karet atau plastic.

5. Kunci ring atau kunci terbuka.

6. Kolom adalah atat untuk memegang straight bar pada kopling.

7. Feeler gauger, adalah alat untuk mengukur lebarnya celah antara kopling motor listrik penggerak dengan
kopling pompa.

8. Pengukit, mistar dan cermin.


Gambar 7. : Alat alignment merk Mitutoyo SN. 7010S

Cara penyetelan kedua poros (alignment) :

1. Dial indicator diikatkan pada kopling pompa, karena motor listrik lebih mudah digerakkan dan tidak
terikat pada suatu sistem secara kaku.

2. Dial indicator diset pada angka 0 (nol). Pengukuran dimulai dari puncak kopling motor pada arah radial
dengan pembacaan jam 12.

3. Kedua kopling diputar bersama – sama, dalam hal ini baut – baut kopling belum diikat mati.

4. Pembacaan jam 12 dan 6 adalah untuk memperbaiki parallel misalignment pada posisi tegak lurus.

5. Pembacaan jam 9 dan 3 adalah untuk memperbaiki Parallel misalignment pada posisi mendatatar.

Gambar penyetelan kelurusan poros sebagai berikut :

Toleransi yang diijinkan :

a - a’ = kurang dari 0,05 mm

b – b”= kurang dari 0,05 mm


Gambar 8. : Penyetelan kelurusan poros

Bagian-bagian yang menderita akibat ketidaklurusan poros (misalignment) :

1. Poros, terjadi getaran yang berlebihan pada masing-masing poros.

2. Bantalan, terjadinya gesekan yang berlebihan pada bantalan mengakibatkan timbulnya panas yang
berlebihan.

3. Baut –baut kopling akan rusak / putus.

4. Mempercepat kebocoran cairan yang dipompa pada stuffing box.

5. Pada pompa menurunkan efesiensi mekaniknya.

6. Kumparan pada motor listrik akan bergesekkan sehingga dapat menimbulkan hubungan pendek.

Anda mungkin juga menyukai