Penyebab ;
Perbaikan ;
Penyebab :
Perbaikan :
2. Pengembangan penanganan
2. Penanganan yang tidak tepat (menggunakan martil besi/baja dan memotong menggunakan
benda asing)
3. Gangguan berlebihan
4. Mengelupas besar
Perbaikan :
2. Memilih penanganan gangguan yang tepat dan mengulas menganai materi bahan.
1.2.4.4 Creeping
Penyebab :
2. Beban berlebihan
3. Kenaikan temperatu yang tidak normal
Perbaikan :
Penyebab :
Perbaikan :
Penyebab :
Perbaikan :
1.2.4.7 Flaking
Penyebab :
5. Karat
Perbaikan :
1.2.4.8 Fretting
Penyebab :
3. Kemas inner dan outer ring secara terpisah pada saat transport.
4. Perhatikan ulang gangguan dan pasang mantel pelumasan pada permukaan sambungan.
1.2.4.9 Peeling
Penyebab :
Perbaikan :
4. Shaft yang berputar menyebabkan beban yang melebihi batas yang diizinkan.
Perbaikan :
Penyebab :
1. Tempat penyimpanan yang tidak layak.
Perbaikan :
1.2.4.12 Wear
Penyebab :
Perbaikan :
Penyebab :
Perbaikan :
1.2.4.14 Spalling
Penyebab :
2. Oil film yang putus-putus pada permukaan yang bersinggungan akibat beban radial yang
berlebihan, benda lain yang terjebak, pre-load yang berlebih.
Perbaikan :
3. Memperbaiki pre-load
3. Tempat kosong pada corral oil film akibat beban axial yang berlebiih.
Perbaikan :
1.2.4.16 Seizure
Penyebab :
Perbaikan :
Galling ;Keausan pada permukaan bearing dengan beberapa lubang kecil yang
disebabkan oleh kurangnya pelumasan
Discoloration;Permukaan bearing berubah warna karena panas. Mungkin terjadi karena
kurangnya pelumasan. Operasi yang terus menerus dapat menyebabkan lecet dan rontok.
Perubahan warna dapat juga disebabkan bearing disetel terlalu kencang. Hal ini bisa
mengakibatkan overheating.
Korosi
Air dan uap akan menyebabkan korosi. Ini terlihat seperti bekas lubang atau karat. Penanganan
yang ceroboh atau penyimpanan bearing yang tidak benar setelah pencucian dapat menyebabkan
korosi pada permukaan. Bearing harus dilumasi dan dibungkus dengan kertas yang diberi oli
meskipun untuk periode penyimpanan yang singkat.
Corosion;Karat membuat bekas pada permukaan, atau bagian lain dari bearing.
Pitting:Permukaan bearing yang berlubang-lubang. Ini merupakan korosi lanjutan yang
disebabkan oleh air atau kelembaban.
Crack Race;Inner race dapat mengalami keretakan jika terlalu kencang pada shaftnya dan
outer race dapat retak jika terlalu kencang pada housing.
Fretting;merupakan tanda pengikisan yang disebabkan oleh pergerakan. Umumnya
terjadi ketika bearing terlalu longgar pada dudukannya atau shaft.
Brinelling dapat terjadi ketika bearing kelebihan beban atau salah dalam pemasangan,
yaitu timbulnya lekukan-lekukan lubang pada raceway.
Permukaan yang berlubang-lubang pada bearing disebabkan karena logam terlalu
tertekan yang disebut sebagai kelelahan logam. Ini bisa disebabkan oleh penyetelan yang
terlalu longgar, yang membuat dampak atau beban kejut pada permukaan bearing.
kelebihan beban pada bearing adalah kemungkinan penyebab lainnya
SETIAP
BEARING MEMILIKI BATAS USIA PAKAI OPTIMAL YANG BISA DIKALKULASI.
NAMUN PADA APLIKASINYA, TIDAK SEMUA BEARING MAMPU MENCAPAI USIA
PAKAI OPTIMALNYA. SEBAGIAN BESAR MENGALAMI KERUSAKAN DALAM
WAKTU YANG RELATIF SINGKAT". Berikut adalah penyebab kerusakan dini pada bearing :
14 % Kontaminasi
Bearing adalah komponen penting dalam suatu mesin. Mesin tidak bisa beroperasi secara efektif
apabila terdapat kontaminasi benda asing seperti debu, kotoran, dan sebagainya.
34 % Kelelahan Produk
Mesin yang beroperasi dengan beban berlebih akan mempendek usia pakai bearing. Dengan
senantiasa monitor kondisi mesin-mesin secara teratur & menggunakan alat monitoring yang
tepat akan dapat menghindari un-schedule downtime.
Seperti yang telah kita bahas pada artikel sebelumnya, bearing adalah sebuah elemen mesin
yang berfungsi untuk membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu
bergerak pada arah yang diinginkan. Bearing menjadi komponen penting pada berbagai desain
mesin yang melibatkan poros (shaft) dengan casing atau bagian yang diam, seperti motor listrik,
motor bakar, pompa, roda, dan lain sebagainya. Bearing menjadi titik pertemuan antara bagian
mesin yang berputar dengan bagian yang diam. Ia juga bertugas untuk mentransmisikan beban
yang ada pada poros untuk diteruskan ke sisi casing, atau bisa juga sebaliknya. Karena fungsinya
yang krusial, bearing membutuhkan perawatan yang baik sehingga didapatkan umur kerja yang
panjang. Salah satu bentuk perawatan bearing yang utama adalah lubrikasi atau pelumasan.
Berikut adalah fungsi lubrikasi pada bearing:
a. Membentuk lapisan film lubrikasi diantara dua bidang kontak sehingga dapat membantu
menahan beban kerja serta mencegah keausan dan kerusakan prematur.
b. Menyerap panas yang timbul.
c. Mencegah kontaminasi kotoran-kotoran yang berasal dari luar.
d. Menghindari suara bising.
e. Mencegah korosi pada bearing.
f. Sebagai sistem sealing tambahan.
Secara umum sistem pelumasan pada bearing dibagi menjadi tiga jenis, yakni menggunakan
grease, menggunakan oli, dan tipe kering. Pemilihan diantara ketiganya tergantung atas kondisi
operasional bearing, jenis dan ukuran bearing, konstruksi penggunaan bearing, kebutuhan
sirkulasi pelumasnya serta biaya yang tersedia.
Grease Lubrication
Grease adalah zat lubricant yang berstruktur semi-solid. Grease dibuat dari minyak mineral atau
juga nabati yang dicampur dengan zat pengental sejenis sabun. Terkadang ditambahkan pula
dengan zat aditive seperti PTFE, grafit, dan molibdenum desulfit, untuk memperbaiki sifat-sifat
pelumasnya.
Grease digunakan pada mekanisme bearing yang hanya membutuhkan sedikit lubrikasi, dimana
tidak perlu menggunakan oli sebagai lubricant. Ia juga berfungsi untuk mencegah masuknya
kotoran-kotoran masuk ke bearing. Sisi negatif dari penggunaan grease adalah gesekan pada
bearing yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan oli, hal ini disebabkan karena
nilai viskositasnya yang tinggi.
Berikut adalah beberapa jenis grease bearing yang diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan
dasar serta fungsinya:
1. Mineral Grease. Jenis ini menggunakan bahan dasar utama dari mineral minyak bumi,
yang dikentalkan oleh bahan sabun. Tipe ini biasa digunakan pada bearing-bearing mesin
industri. Dapat bekerja pada temperatur tinggi, terutama yang berbahan dasar sintetis.
2. Silicone Grease. Tipe ini menggunakan bahan pengental silika yang tidak akan
membentuk struktur kristal di dalamnya. Grease tipe ini tidak akan merusak seal yang
terbuat dari karet karena bahan dasarnya yang tidak menggunakan minyak bumi.
3. Food-Grade Grease. Grease jenis ini menggunakan bahan dasar minyak nabati. Ia
digunakan sebagai pelumas pada bearing-bearing mesin yang melakukan kontak
langsung dengan makanan. Industri manufaktur yang memproduksi makanan pasti
menggunakan pelumas jenis ini pada mesinnya.
Salah satu jenis bearing yang paling banyak digunakan di dunia industri adalah tipe ball bearing.
90% dari ball bearing menggunakan pelumas grease. Penggunaan grease pada ball bearing
dapat diklasifikasikan berdasarkan desain bearing tersebut menjadi tiga, yaitu:
1. Single-Shield Bearing. Tipe ini menggunakan sebuah bearing yang memiliki desain
khusus dimana pada salah satu sisinya dibuat sebuah dinding tipis (shield). Dinding ini
berfungsi untuk menjaga agar kotoran yang tercampur dengan grease di luar dinding
2.
3. tidak masuk ke sisi roller. Desain ini akan lebih memperpanjang usia bearing karena
kotoran tidak akan secara mudsh masuk ke sisi roller.
4. Double-Shield Bearing. Sama dengan tipe sebelumnya, hanya saja kali ini terdapat
dua dinding tipis di kedua sisi roller. Dengan desain ini akan didapatkan perlindungan
yang lebih maksimal terhadap roller. Sirkulasi grease terjadi dengan perlahan pada saat
mesin berputar dan menciptakan gaya sentrifugal pada bearing tersebut.
5.
6. Double-Shield Bearing
7. Open Bearing. Berbeda dengan dua tipe sebelumnya, tipe ini tidak menggunakan
dinding (shield) untuk melindungi roller. Namun jenis ini adalah yang paling cocok
digunakan untuk mesin dengan beban kerja yang tinggi, sehingga membutuhkan sirkulasi
grease lebih besar untuk kebutuhan pendinginan.
Oil Lubrication
Lubrikasi bearing yang menggunakan oli, dibutuhkan pada mesin-mesin dengan beban kerja
tinggi. Sistem lubrikasi oli juga berfungsi untuk menyerap panas yang timbul pada area bearing
akibat beban kerja yang tinggi. Selain itu, lubrikasi oli pada bearing juga digunakan pada mesin-
mesin yang memang bekerja pada temperatur tinggi, seperti feed water pump pada water-steam
cycle yang berfungsi memompa air bertemperatur tinggi dari tangki ke boiler.
Berikut adalah beberapa bentuk desain lubrikasi bearing dengan menggunakan oli:
1. Ring Oiler. Ring oiler adalah sistem lubrikasi oli yang paling sederhana, terdiri atas
sebuah cincin logam yang terletak melingkar di sekeliling shaft dan berdekatan dengan
bearing. Tepat di bawah shaft tersebut terdapat sebuah bak oli, dan dengan ukuran cincin
logam yang cukup maka ada bagian cincin tersebut yang terendam oli. Jika poros
berputar, maka cincin akan ikut berputar. Putaran cincin ini akan membawa oli dari bak
untuk naik ke atas dan sampai pada poros mesin selanjutnya oli tersebut akan menyebar
kesamping untuk melumasi bearing.
1. Ring Oiler
Lubrikasi oli tipe ini cocok digunakan untuk mesin dengan beban kerja sedang dengan
putaran poros tidak lebih dari 1000rpm. Bearing yang menggunakan sistem pelumasan
ini haruslah yang bekerja pada poros mesin yang berada dalam posisi horisontal.
Pelumasan tipe ini banyak digunakan pada motor-motor listrik dan generator kecil.
2. Splash Lubrication. Sistem lubrikasi ini digunakan pada banyak sistem roda gigi serta
mesin penggerak piston. Sistem ini menggunakan sebuah bak oli yang terletak di bawah
sistem roda gigi ataupun sistem piston, dengan ada bagian roda gigi yang terendam di
dalam oli. Pada saat mesin beroperasi, maka pada roda gigi yang terendam oli tersebut
akan mencipratkan oli ke semua bagian mesin termasuk ke bearing.
Splash Lubrication
Level oli di dalam bak sistem ini harus selalu dijaga pada level yang cukup. Sedikit saja
level oli tersebut kurang akan sangat berbahaya terhadap sistem keseluruhan, tidak hanya
berbahaya pada sisi bearing tapi juga berbahaya pada roda gigi ataupun piston yang ada
di dalamnya.
3. Pressure Lubrication. Mesin yang bekerja pada kondisi temperatur tinggi atau juga daya
yang sangat tinggi, membutuhkan sistem pelumasan yang kompleks. Apalagi jika mesin
tersebut bekerja di area kerja yang kotor, kontaminasi dari kotoran yang tercampur oli
akan sangat mengurangi umur bearing dan komponen mesin lainnya. Pada mesin sejenis
ini diperlukan minyak pelumas dalam kondisi bersih dan bertemperatur stabil yang selalu
di-supply ke bagian-bagian yang membutuhkan pelumasan, dan oli yang terbuang dapat
di-treatment lebih lanjut sehingga dapat dipergunakan kembali. Treatment oli pada sistem
pressure lubrication memiliki fungsi utama sebagai berikut:
o Filterisasi untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada di dalam oli.
o Mendinginkan oli untuk menghindari overheat pada komponen-komponen mesin.
o Terkadang digunakan pula sistem purifier untuk menghilangkan kandungan air
yang mungkin saja tercampur dengan oli.
Oil Pressure Lubrication Pada Mobil Rolls-Royce
(Sumber)
Sistem lubrikasi bertekanan ini sangat cocok digunakan pada mesin-mesin besar seperti
pompa yang digunakan pada water-steam cycle, mesin turbocharge, atau juga mesin
mobil.
Dry Lubrication
Sistem lubrikasi yang ketiga ini tidak melibatkan pelumas berbahan cair seperti grease dan oli,
sistem ini menggunakan material padat yang dipasangkan langsung pada permukaan gesekan.
Bahan-bahan utama yang digunakan sebagai pelumas jenis ini antara lain adalah:
1. Graphite. Digunakan pada kompresor, mesin industri makanan, ball bearing, dan
sebagainya.
2. Molibdenum desulfit. Digunakan pada mesin-mesin vakum.
3. Heksagonal boron nitrit. Digunakan pada kendaraan-kendaraan luar angkasa.
4. Tungsten disulfit. Penggunaannya sama dengan molibdenum desulfit, tetapi karena
harganya yang lebih mahal maka cukup jarang digunakan.
Sumber-sumber :
Wikipedia.org: "Bearing"
Wikipedia.org: "Grease (Lubricant)"
Lubrication Strategies for Electric Motor Bearings
Lubrication Principle
8.
9. Open Bearing
1. Paralel Misalignment, adalah posisi dari kedua poros dalam keadaan tidak sejajar dengan ketinggian yang
berbeda, seperti pada gambar (b)
2. Angular Misalignment, adalah ketidaklurusan kedua poros yang posisinya saling menyudut, sedangkan
kedua ujungnya ( pada kopling) mempunyai ketinggian yang sama, seperti tampak pada gambar (c)
3. Combinasion Misalignment, adalah ketidaklurusan kedua poros yang posisinya saling menyudut dan
kedua ujungnya poros (kopling) tidak sama. Seperti tampak pada gambar (d)
Gambar 5. : Bentuk straight bar yang melengkung yang mempengaruhi analisis alignment
Gambar 6. : Tanda indikator untuk membantu mengembalikan koreksi pembacaan dalam mengumpulkan
kelengkungan pada shaft.
2. Straight bar, merupakan batangan baja yang berpenampang bulat dan lurus untuk tempat memegang dial
indicator.
3. Shim plate (ganjal), adalh ganjal yang diperlukan untuk kaki –kaki pondasi motor listrik terhadap plat
dasar pondasi. Bahan yang biasa dipakai adalah : baja, stainless steel,bros(kuningan)
7. Feeler gauger, adalah alat untuk mengukur lebarnya celah antara kopling motor listrik penggerak dengan
kopling pompa.
1. Dial indicator diikatkan pada kopling pompa, karena motor listrik lebih mudah digerakkan dan tidak
terikat pada suatu sistem secara kaku.
2. Dial indicator diset pada angka 0 (nol). Pengukuran dimulai dari puncak kopling motor pada arah radial
dengan pembacaan jam 12.
3. Kedua kopling diputar bersama – sama, dalam hal ini baut – baut kopling belum diikat mati.
4. Pembacaan jam 12 dan 6 adalah untuk memperbaiki parallel misalignment pada posisi tegak lurus.
5. Pembacaan jam 9 dan 3 adalah untuk memperbaiki Parallel misalignment pada posisi mendatatar.
2. Bantalan, terjadinya gesekan yang berlebihan pada bantalan mengakibatkan timbulnya panas yang
berlebihan.
6. Kumparan pada motor listrik akan bergesekkan sehingga dapat menimbulkan hubungan pendek.