TAHUN 2007
DAFTAR ISI
Hal
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 METODOLOGI
33 meter dari muka tanah. Bangunan ini merupakan bangunan yang direncanakan
BAB II
Perencanaan Gedung Keperawatan 3
METODOLOGI
Dalam suatu perencanaan, ada keriteria - keriteria yang dapat menjadi indikator
(tolak ukur) untuk dapat mengetahui keoptimalan struktur yang direncanakan.
Keriteria-keriteria yang umum dalam perencanaan suatu konstruksi dapat berupa:
a. Berat dan dimensi struktur yang minimum
b. Kemudahan dalam pelaksanaan konstruksi
c. Keamanan dan keselamatan pelaksanaan konstruksi yang maksimum
d. Waktu pelaksanaan pembangunan konstruksi yang minimum
e. Biaya pembangunan yang minimum.
Dengan melihat kriteria di atas, jelaslah bahwa penetapan kriteria yang biasa
diukur untuk mencapai perencanaan seringkali sukar, dan kadang - kadang tidak
mungkin. Jika kriteria obyektif tertentu dapat dinyatakan secara matematis, maka
teknik optimasi bisa ditetapkan untuk mendapatkan fungsi obyektif maksimum atau
minimum (Charles G Salmon dan John E Johnson,1992).
Untuk melengkapi data akan dilakukan peninjauan langsung ke lokasi.. Kegiatan ini
juga akan berguna untuk meningkatkan pemahaman atas keadaan riil bangunan
yang dikaji dan kemungkinan diperolehnya informasi lain yang tidak terdapat
pada gambar desain (misalnya penambahan beban superimposed dead load
yang signifikan, detail konstruksi dll.).
Perencanaan ini meliputi dua bagian struktur yaitu struktur bangunan bagian
atas (upper structure) dan struktur bangunan bagian bawah (sub structure).
Struktur bagian atas yang akan direncanakan meliputi elemen-elemen struktur
seperti:
a. Kolom
b. Balok (balok induk dan anak)
c. Pelat
d. Tangga beton bertulang
e. Ruang lift
A. Model Struktur
Untuk beban gempa yang digunakan Gedung Jurusan Analis ini dipergunakan
pembeban gempa dinamis berdasarkan spektrum response wilayah Gempa 3.
Analisis ragam spektrum response yaitu suatu cara analisis untuk menentukan
respon dinamik struktur bangunan gedung tiga dimensi yang berperilaku elastis
terhadap pengaruh suatu gempa, dimana response dinamik total suatu
bangunan gedung tersebut didapat sebagai suatu superposisi dari respons
dinamik maksimum masing-masing ragamnya yang didapat melalui spektrum
response Gempa Rencana.
Perencanaan Gedung Keperawatan 12
d. Kuat Perlu
Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata
cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada
tingkat beban kerja.
1) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan
U = 1,4 D (1)
Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap
A atau
beban hujan R, paling tidak harus sama dengan
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) (2)
2) Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus ditinjau
untuk
menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:1) 2)
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) (3)
Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang
penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu:1)
U = 0,9 D ± 1,6 W (5)
Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat perlu U tidak
boleh
kurang dari persamaan (2).
3) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:2)
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E (6)
Atau
U = 0,9 D ± 1,0 E (9) (7)
Perencanaan Gedung Keperawatan 13
dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F, Tata
cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau
penggantinya.
LOAD CASES
KOMBINASI
BEBAN SUPER WIND-Y
DEAD LIVE WIND-X RESP-X RESP-Y
DEAD
U1 1.4 1.4 - - - -
U2 1.2 1.2 1.6 - - -
U3 1.2 1.2 1.0 1.6 - -
U4 1.2 1.2 1.0 -1.6 - -
U5 1.2 1.2 1.0 - 1.6 - -
U6 1.2 1.2 1.0 - -1.6 - -
U7 0.9 0.9 - 1.6 - - -
U8 0.9 0.9 - -1.6 - - -
U9 0.9 0.9 1.6 - - - -
U10 0.9 0.9 -1.6 - - - -
U11 1.2 1.2 1 - - + 1.0 + 0.3
U12 1.2 1.2 1 - - + 1.0 - 0.3
U13 1.2 1.2 1 - - - 1.0 + 0.3
U14 1.2 1.2 1 - - - 1.0 - 0.3
U15 1.2 1.2 1 - - + 0.3 + 1.0
U16 1.2 1.2 1 - - + 0.3 - 1.0
U17 1.2 1.2 1 - - - 0.3 + 1.0
U18 1.2 1.2 1 - - - 0.3 - 1.0
U19 0.9 0.9 - - - + 1.0 + 0.3
U20 0.9 0.9 - - - + 1.0 - 0.3
U21 0.9 0.9 - - - - 1.0 + 0.3
U22 0.9 0.9 - - - - 1.0 - 0.3
U23 0.9 0.9 - - - + 0.3 + 1.0
U24 0.9 0.9 - - - + 0.3 - 1.0
U25 0.9 0.9 - - - - 0.3 + 1.0
U26 0.9 0.9 - - - - 0.3 - 1.0
Nilai reduksi kekuatan Φ untuk struktur beton bertulang diberikan dalam uraian
dibawah ini. Dapat diilihat bahwa nilai faktor ini berbeda, atau lebih rendah
Perencanaan Gedung Keperawatan 14
dibandingkan dengan yang ada dalam ACI 1995. Nilai yang diambil oleh SNI
T15-1991-03 lebih konserfatif:
a. Tulangan
Untuk menyatakan mutu baja tulangan, SNI menggunakan simbol BJTP (baja
tulangan polos) dan BJTD (baja tulangan ulir). Baja tulangan polos yang
tersedia mulai dari mutu BJTP-24 hingga BJTP-30 dan baja tulangan ulir
umumnya dari BJTD-30 hingga BJTD-40.
Pada perencanaan ini untuk tulangan deform digunakan jenis mutu BJTD-40,
tulangan polos untuk pelat dan sengkang digunakan mutu BJTP-24.
Perencanaan Gedung Keperawatan 15
b. Mutu Beton
Sebagian besar berat satuan empiris atas bahan dan komponen gedung
akan berpedoman dari peraturan ini (sementara untuk bahan-bahan lain
seperti bondeks, accoustic ceiling, eskalator dan compressor AC akan
ditinjau dari spesifikasi yang dikeluarkan produsen). Peraturan ini juga
menetapkan beban hidup minimum pada lantai untuk divisi fungsional yang
berbeda, serta koefisien reduksi beban hidup yang disyaratkan untuk
perhitungan beban gempa.
2. SNI 03 2847 2002, yaitu tentang Tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung.
3. SNI 03 1726 2002, yaitu tentang Tata Cara Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung.
4. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK
SNI T-15-1991-03)
Mulai
Pengumpulan data:
- Peninjauan Gambar Arsitektur
- Pengambilan data lapangan spt, uji
tanah dll
Desk Study:
- Pengkajian Sistem Struktur dengan portal frame beton
bertulang
- Penentuan Peraturan Pembebanan
- Penentuan Standar Peraturan Analisis & Desain
Output/Hasil:
- Dimensi kolom, balok, pelat pondasi, struktur atap.
- Penulangan kolom, balok, pondasi.
ya
Drafting
Pelaksanaan Konstruksi
Selesai
Gambar 7. Flow Chart Analisis dan Perencanaan.
Perencanaan Gedung Keperawatan 19
1. Pembebanan.
A. Beban Mati.
Beban mati dibagi menjadi dua yaitu beban mati akibat berat sendiri yang
didefinisikan sebagai DL, dan beban mati tambahan yang didefinisikan
sebagai SDL. Untuk pendefinisian beban mati dapat dilihat pada
perhitungan di bawah ini.
a) Beban mati yang bekerja pada lantai bangunan yang berfungsi
sebagai kantor dan merata sepanjang luas bangunan. Beban ini
bekerja pada lantai ke-2 s/d Lantai ke-7 (lantai dasar dianggap sebagai
lanta ke -1).
- Berat sendiri pelat (DL)
0,15 x 2400 = 360 Kg/m2
- Berat spesi (tebal 2 cm) : 0,02 x 2100 = 42
- Berat penutup lantai keramik = 19
- Beban plafon dan penggantung = 18
= 439 Kg/m2
= 391 Kg/m2
D. Beban Gempa
Untuk analisis dinamis digunakan analisis response spectrum berdasarkan
Response Spectrum Gempa Rencana pada wilayah Gempa 3 seperti yang
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Perencanaan Gedung Keperawatan 21
Kurva respons spketrum yang dipergunakan dalam analisis ini adalah kurva
gempa rencana untuk tipe tanah lunak. Dalam hal ini pondasi direncanakan
tertanam pada tanah asli dan tidak terletak menggantung pada pondasi
tanah urugan. Input data respon spektrum pada program ETABS dapat dilihat
pada gambar di atas.
Perencanaan Gedung Keperawatan 22
Gambar 9. Pola beban mati tambahan (SDL) yang bekerja merata pd pelat
lantai 2 s/d atap.
Gambar 10. Pola beban hidup (LL) yang bekerja merata pd pelat lantai 2 s/d 8.
Perencanaan Gedung Keperawatan 23
Gambar 12. Sistem penomeran joint kolom pada lantai dasar (lantai 1).
Perencanaan Gedung Keperawatan 24
2. Hasil Analisis
Semua hasil analisis yang disebutkan di atas dapat dilihat pada bagian
lampiran A.
Story Diaphragm MassX MassY XCM YCM CumMassX CumMassY XCCM YCCM XCR YCR ex ey
t.s2/m
t.s2/m m m m m m m m m
LT-2 D2 92.5875 92.5875 15.72 7.931 92.5875 92.5875 15.72 7.931 15.544 9.246 0.176 -1.315
LT-3 D3 94.0384 94.0384 15.139 7.567 94.0384 94.0384 15.139 7.567 15.706 9.191 -0.567 -1.624
LT-4 D4 95.377 95.377 15.071 7.59 95.377 95.377 15.071 7.59 15.708 8.992 -0.637 -1.402
LT-5 D5 97.4226 97.4226 15.074 7.955 97.4226 97.4226 15.074 7.955 15.68 8.847 -0.606 -0.892
LT-6 D6 97.8305 97.8305 15.093 7.928 97.8305 97.8305 15.093 7.928 15.641 8.753 -0.548 -0.825
LT-7 D7 97.5246 97.5246 14.971 7.901 97.5246 97.5246 14.971 7.901 15.595 8.678 -0.624 -0.777
LT-8 D8 88.7983 88.7983 14.948 7.765 88.7983 88.7983 14.948 7.765 15.542 8.61 -0.594 -0.845
LT-ATAP D9 65.5883 65.5883 15.775 8.34 65.5883 65.5883 15.775 8.34 15.49 8.541 0.285 -0.201
Total Mass 729.1672 729.1672
Wt 7153.13 Ton
ETABS
FX FY FZ MX MY
Ton Ton Ton T-m T-m
1 54.2 77.47 674.95 287.014 252.926
2 66.55 102.37 704.73 332.189 255.417
3 66.56 103.13 656.64 328.247 248.714
4 60.78 99.58 520.79 325.473 228.598
6 56.36 81.72 685.77 296.999 215.924
7 45.67 44.71 623.83 231.539 239.224
9 86.14 80.68 551.14 287.092 280.157
10 75.87 91.91 445.41 300.57 252.829
12 55.46 74.75 710.62 273.079 214.342
13 79.97 66.25 752.49 245.88 294.342
14 81.29 87.68 773.94 283.205 278.976
15 81.85 89.65 661.72 280.516 273.202
16 75.2 65.96 627.46 247.763 251.753
19 98.03 62.73 739.12 235.392 323.345
20 87.31 84.33 676.08 269.204 289.015
21 82.39 85.49 644.84 267.741 274.134
22 75.42 63.25 611.81 235.611 252.109
25 97.59 62.72 730.9 235.215 322.642
26 87.64 84.25 674.74 268.763 289.508
27 82.92 85.26 639.81 266.425 274.986
28 75.47 82.08 507.61 265.993 252.193
29 57.52 68.41 726.44 243.339 219.071
31 77.56 62.97 660.4 235.135 290.474
32 69.28 83.99 631.55 269.073 260.022
33 65.5 84.26 699.23 266.6 246.944
34 59.64 82.68 511.49 267.593 226.655
35 55.8 69.08 762.25 245.163 216.175
STORY DRIFT GEDUNG KEPERAWATAN
Vx Vy T Mx My
Ton Ton tm T-M T-M
LT-ATAP 284.44 305.3 5061.727 8760.4 1109.606
LT-8 634.76 675.87 10851.01 19675.65 3581.478
LT-7 975.83 1032.04 16431.95 32967.99 7366.95
LT-6 1273.83 1338.93 21278.27 47519.61 12291.35
LT-5 1523.8 1593.98 25301.22 63087.85 18164.86
LT-4 1718.84 1791.18 28396.53 78770.72 24775.54
LT-3 1855.3 1928.7 30563.36 94846.89 31901.55
LT-2 1924.61 1999.54 31731.54 113695.8 41158.31
V1 = 2328.451 Ton
0,8 V1 = 1862.76 Ton
PELAT LANTAI
F PEKERJAAN
E
RENCANA
PEMBANGUNAN KAMPUS TERPADU
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
down
Pelat Lt Tipe 1
LOKASI :
KELURAHAN JATIWARNA
KECAMATAN PONDOK MELATI
KOTA BEKASI
R E VI SI T GL T . TA NGAN
D
R. JANITOR
DI SET UJUI
R. DOSEN
( 34 ORANG )
STUDENT LOUNGE
GUDANG
C MENG ESAHKAN
Pelat Lt
Pelat Lt Tipe 3
Tipe 2
B
KO NSULTAN PE RENCANA
70 ORANG 70 ORANG
R. TAMU
ARSIT EK
A ST RUKTUR
MEE
TENAGA AHLI
1 2 3 4 5 6 UNIT
1 : 100
JURUSAN ANALIS
Lokasi pada lantai 2 s/d lantai 7, diambil 1 panel dengan bentang 6x6 m.
Untuk posisi pelat lantai tipe-1 dan tipe-2 dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
LAMPIRAN B 2
Balok 30/50
6m t=15 cm
3. Pembebanan
4. Metode Analisis
5. Hasil Analisis
Deformasi Pelat
Defleksi Max
Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup tidak berfaktor sebesar 2,4173 mm.
LAMPIRAN B 6
Gaya-Gaya Dalam
6. Hasil Desain
7. Gambar Penulangan
Y
40/60
Φ10-200 Φ10-250
L =6 Φ10-250
X
40/60
L =6
8. Kesimpulan
¾ Jika hasil ini dibandingkan dengan luas tulangan pelat terpasang secara
merata pada bagian middle strip adalah 314 mm2/meter (>300
mm2/meter) dan column strip yaitu seluas 392,5 mm2/meter (>352,7
mm2/meter), maka jumlah tulangan terpasang telah lebih dari cukup
sehingga dapat dikatakan bahwa struktur memenuhi persyaratan.
¾ Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup berfaktor sebesar 2,4173 mm. Lendutan ini lebih kecil dari
lendutan yang diizinkan yaitu sebesar L/240=6000/240 = 25 mm.
LAMPIRAN B 10
BI BI
BI 3m
BI
B2 B2
B2
BI BI
BI BI 6m
Y
X BI BI
6m 6m
¼ H1 sbg Column
H1
½ H1 sbg Middle Strip
¼ L sbgColumn Strip
L L
3. Pembebanan
4. Metode Analisis
5. Hasil Analisis
Deformasi Pelat
Defleksi Max
Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup tidak berfaktor sebesar 4,3455 mm.
Gaya-Gaya Dalam
6. Hasil Desain
7. Gambar Penulangan
Panel 1 (3x12m)
Luas Tulangan Luas Tulangan
Tumpuan/Column Strip Lapangan/Middle Strip
Elemen Terpasang Berdasarkan Terpasang Berdasarkan
pelat dilapangan SAFE 8.0 dilapangan SAFE 8.0 Keterangan
(mm2) (mm2) (mm2) (mm2)
Arah-x/ Struktur
1177,5/3m 900/3m 1177,5/3m 900/3m
x-strip Aman
Arah-y/ Struktur
4710/12m 4002,67/12m 4710/12m 3857 /12m
y-strip Aman
Panel 2 (6x12m)
Luas Tulangan Luas Tulangan
Tumpuan/Column Strip Lapangan/Middle Strip
Elemen Terpasang Berdasarkan Terpasang Berdasarkan
pelat dilapangan SAFE 8.0 dilapangan SAFE 8.0 Keterangan
(mm2) (mm2) (mm2) (mm2)
Arah-x/ Struktur
2355/6m 1800/6m 2355/6m 1800/6m
x-strip Aman
Arah-y/ Struktur
4710/12m 4706,42/12m 4710/12m 3857/12m
y-strip Aman
LAMPIRAN B 17
BI BI
BI 3m
BI
B2
Φ10-200
Φ10-200 B2
BI BI
6m
X
BI BI
6m 6m
8. Kesimpulan
¾ Jika hasil ini dibandingkan dengan luas tulangan pelat terpasang secara
merata pada bagian middle strip adalah 392,5 mm2/meter (>321,42
mm2/meter) dan column strip yaitu seluas 392,5 mm2/meter (>392,2
mm2/meter), maka jumlah tulangan terpasang telah lebih dari cukup
sehingga dapat dikatakan bahwa struktur memenuhi persyaratan.
¾ Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup tidak berfaktor sebesar 4,3455 mm. Lendutan ini lebih kecil dari
lendutan yang diizinkan yaitu sebesar L/240=12000/240 = 50 mm.
LAMPIRAN B 19
Balok 30/50
t=15 cm
3m
3. Pembebanan
4. Metode Analisis
5. Hasil Analisis
Deformasi Pelat
Defleksi Max
Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup tidak berfaktor sebesar 0,784 mm.
Gaya-Gaya Dalam
6. Hasil Desain
7. Gambar Penulangan
Y
40/60
Φ10-200
Φ10-200
H =3
X
40/60
L =6
8. Kesimpulan
¾ Jika hasil ini dibandingkan dengan luas tulangan pelat terpasang secara
merata pada bagian middle strip adalah 392,5 mm2/meter (>300
mm2/meter) dan column strip yaitu seluas 392,5 mm2/meter (>300
mm2/meter), maka jumlah tulangan terpasang telah lebih dari cukup
sehingga dapat dikatakan bahwa struktur memenuhi persyaratan.
¾ Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup berfaktor sebesar 0,784 mm. Lendutan ini lebih kecil dari lendutan
yang diizinkan yaitu sebesar L/240=6000/240 = 25 mm.
LAMPIRAN B 26
Lokasi pada lantai 8 atau atap, diambil 1 panel dengan bentang 6x6 m.
Balok 30/50
6m t=13 cm
X
6m
Perletakan Titik hanya pada Ujung
3. Pembebanan
Pelat direncanakan dengan beban hidup 100 kg/m2 selain beban mati
lainnya yang bekerja pada pelat. Untuk beban mati dibagi menjadi 2 yaitu:
¾ Berat Sendiri pelat
¾ Beban mati tambahan yaitu sebesar 79 kg/m2 dengan rincian sbb:
Berat spesi (tebal 2 cm) : 0,02 x 2100 = 42 Kg/m2
Berat penutup lantai keramik = 19 Kg/m2
Beban plafon dan penggantung = 18 Kg/m2
Total = 79 Kg/m2
4. Metode Analisis
5. Hasil Analisis
Deformasi Pelat
Defleksi Max
Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup tidak berfaktor sebesar 2,0563 mm.
LAMPIRAN B 30
Gaya-Gaya Dalam
6. Hasil Desain
7. Gambar Penulangan
L =6 Φ10-250
Φ10-250
X
40/60
L =6
8. Kesimpulan
¾ Jika hasil ini dibandingkan dengan luas tulangan pelat terpasang secara
merata pada bagian middle strip adalah 314 mm2/meter (>260
mm2/meter) dan column strip yaitu seluas 314 mm2/meter (>303,3
mm2/meter), maka jumlah tulangan terpasang telah lebih dari cukup
sehingga dapat dikatakan bahwa struktur memenuhi persyaratan.
¾ Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup tidak berfaktor sebesar 2,0563 mm. Lendutan ini lebih kecil dari
lendutan yang diizinkan yaitu sebesar L/240=6000/240 = 25 mm.
LAMPIRAN B 34
Lokasi pada lantai 8 atau atap, diambil 1 panel dengan bentang 3x6 m.
3m t=20 cm
3. Pembebanan
4. Metode Analisis
5. Hasil Analisis
Deformasi Pelat
Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup tidak berfaktor sebesar 1,8357 mm.
Gaya-Gaya Dalam
6. Hasil Desain
7. Gambar Penulangan
Y
40/60
Φ12-200
Φ12 - 175
H =3
X
40/60
L =6
Gambar 12. Penulangan Panel Pelat 3x6 m
LAMPIRAN B 40
8. Kesimpulan
¾ Jika hasil ini dibandingkan dengan luas tulangan pelat terpasang secara
merata pada bagian middle strip adalah 565,2 mm2/meter (>562,96
mm2/meter) dan column strip yaitu seluas 645,9 mm2/meter (>590,85
mm2/meter), maka jumlah tulangan terpasang telah lebih dari cukup
sehingga dapat dikatakan bahwa struktur memenuhi persyaratan.
¾ Defleksi maksimum pada tengah pelat akibat kombinasi beban mati dan
hidup berfaktor sebesar 1,8357 mm. Lendutan ini lebih kecil dari lendutan
yang diizinkan yaitu sebesar L/240=6000/240 = 25 mm.
LAMPIRAN B 1
1. Deskripsi
Analisis dan desain tangga kantor ini, dilakukan dengan menggunakan bantuan software SAP 2000.
Karena gedung kantor ini menggunakan 2 tipe tangga, yaitu:
a. Stairs spanning horizontally (Tipe 1)
b. Stairs spanning longitudinally (Tipe2)
Maka dalam SAP akan dibuat 2 tipe pemodelan. Model Tipe 1 dibuat dalam bentuk 2 dimensi dengan 2
pemodelan yang mewakili tangga penghubung lantai 1 dan 2 (TG-1) serta mewakili tangga penghubung
lantai 2 dan 3 (TG2), sedangkan model tipe 2 dibuat dalam bentuk 3 dimensi (TG-3) dengan cukup 1
pemodelan karena lantai 1 sampai lantai 8 menggunakan tangga yang tipikal. Jadi jumlah pemodelan
yang dilakukan 3 model.
Pada pemodelan Tangga Tipe 1, direncanakan menggunakan pelat dimana bagian bordes tengah terikat
pada balok tepi. Sedangkan pada pemodelan Tangga Tipe 2 bordes dianggap tidak terikat pada balok
tepi. Denah, potongan dan pemodelan tangga tipe 1 serta tipe 2 dapat dilihat pada Gambar 1. sampai
dengan Gambar 7 di bawah ini.
3. Pembebanan
3.1 Rincian Pembebanan
Pelat tangga direncanakan menahan beban mati berupa berat sendiri dan beban mati tambahan serta
menahan beban hidup.
Beban ini dijadikan beban merata dalam pemodelan tangga tipe 1 = 61 x 1,425 = 86,925 kg/m
c. Beban mati tambahan pada pelat tangga yaitu sebesar 61,29 kg/m2 dengan rincian sebagai berikut:
• Berat spesi : 0,02 x 2100 = 42 kg/m2
• Berat penutup lantai keramik : = 19 kg/m2
• Berat riser dan tread : 0,5 x 0,175 x 0,3 x 11 = 0,29 kg/m2
Total = 61,29 kg/m2
Beban ini dijadikan beban merata dalam pemodelan tangga tipe 1 = 61,29 x 1,425 = 87,34 kg/m
Berikut adalah rincian beban mati untuk model Tangga Tipe 2:
a. Berat sendiri, dalam pemodelan pada SAP 2000 secara otomatis terhitung
b. Beban mati tambahan pada bordes yaitu sebesar 61 kg/m2 dengan rincian sebagai berikut:
• Berat spesi : 0,02 x 2100 = 42 kg/m2
• Berat penutup lantai keramik : = 19 kg/m2
Total = 61 kg/m2
LAMPIRAN B 5
c. Beban mati tambahan pada pelat tangga (flight)a (h = 1,36 m) yaitu sebesar 61,194 kg/m2 dengan
rincian sebagai berikut:
• Berat spesi : 0,02 x 2100 = 42 kg/m2
• Berat penutup lantai keramik : = 19 kg/m2
• Berat riser dan tread : 0,5 x 0,17 x 0,286 x 8 = 0,194 kg/m2
Total = 61,194 kg/m2
d. Beban mati tambahan pada pelat tangga (flight) b (h = 1,28 m) yaitu sebesar 61,18 kg/m2 dengan
rincian sebagai berikut:
• Berat spesi : 0,02 x 2100 = 42 kg/m2
• Berat penutup lantai keramik : = 19 kg/m2
• Berat riser dan tread : 0,5 x 0,16 x 0,286 x 8 = 0,18 kg/m2
Total = 61,18 kg/m2
Beban hidup yang dipakai pada ketiga model adalah 300 kg/m2
SDL LL
Gbr 8. Aplikasi beban mati tambahan (SDL) dan beban hidup (LL) pada TG-1 (kgf/m)
LAMPIRAN B 6
SDL LL
Gbr 9. Aplikasi beban mati tambahan (SDL) dan beban hidup (LL) pada TG-2 (kgf/m)
61,194 Kg/m2
SDL LL
Gbr 10. Aplikasi beban mati tambahan (SDL) dan beban hidup (LL) pada TG-3 (kgf/m2)
a. Joint Displacement
Berdasarkan analisis didapat joint displacement maksimum tangga tipe 1 adalah 3,97 mm sedangkan
pada tangga tipe 2 joint displacement maksimum sebesar 15,38 mm. Joint displacement pada kedua tipe
tangga dapat dilihat pada Gambar 11 sampai dengan Gambar 13.
b. Reaksi Perletakan
11047,44 kg
11047,44 kg
Berdasarkan analisis, reaksi perletakan searah sumbu z yang didapat pada tangga tipe 1 model TG-1
adalah 965,63 kg, 326,17 kg dan 13048,79 kg pada joint 5, 3 dan 1 berurutan. Pada tangga tipe 1 model
TG-2 reaksi perletakan searah sumbu z adalah 5340,83 kg, 5727,06 kg dan 5379,79 kg pada joint 1, 4
LAMPIRAN B 10
dan 6 berururan. Sedangkan pada tangga tipe 2 reaksi perletakannya adalah 11047,44 kg pada
perletakan bawah dan 11047,44 kg pada perletakan atas.
c. Momen-Momen
(a) (b)
Gbr 17. Momen M33 pada tangga Tipe 1. (a) TG-1 (b) TG-2 (Kombinasi U1-Nmm)
Pada tangga Tipe 1, momen maksimum pada model TG-1 yang terjadi adalah -17581518,0 Nmm dan
9561859,27 Nmm. Sedangkan pada model TG-2 momen maksimum yang terjadi adalah -58603700,0
Nmm dan 10151437,61 Nmm.
Pada tangga tipe 2 momen maksimum yang paling menentukan adalah M22 pada elemen 9 dengan besar
momen = -56867,29 Nmm.
LAMPIRAN B 11
Gbr 18. Momen M11 pada tangga Tipe 2 TG-3 (Kombinasi U1-Nmm/m)
LAMPIRAN B 12
Gbr 19. Momen M22 pada tangga Tipe 2 TG-2 (Kombinasi U1-Nmm/m)
5. Desain
5.1 Tangga Tipe 1
Desain pelat tangga dan pelat bordes dianggap sama.
Berdasarkan desain yang dijalankan menggunakan SAP 2000 didapat luasan desain TG-1 dan TG-1,
seperti tabel di bawah ini:
LAMPIRAN B 13
Berdasarkan tabel di atas disimpulkan bahwa Luasan tulangan desain = As desain = 1648.184 mm2
Check
ρmin = 1,4 / fy
ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 400 = 3,5e-3
As min = ρmin x b x d = 3,5e-3 x 1000 x 122 = 427 mm2
Dicoba ∅ 10 – 250
Fy = 400 Mpa
F’c = 25 Mpa
m = fy / (0.85f’c)
m = 400 / (0.85*25) = 18.824
h = 150 mm
Dicoba pakai ∅ = 16
Selimut beton = 20 cm
½ D = 8 mm
D = 150-20-8 = 122 mm
B = 1000 mm
Check
ρmin = 1,4 / fy
ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 400 = 3,5e-3
As min = ρmin x b x d = 3,5e-3 x 1000 x 122 = 427 mm2
Maka dipakai As min = ρmin * b * d = 3,5 e-3 * 1000 * 122 = 427 mm2
Dicoba pakai = ∅ 12 – 150
As = ¼ x π x d2 x 1000/s Î As = ¼ x π x 122 x 1000/150 = 753.6 mm2.....OK
Dicoba ∅ 10 – 250
D 10 - 250
D 12 - 150
D 10 - 250
D 12 - 150
D 12 - 150 D 10 - 250
1. Data Tanah
Pengujian NSPT pada kedalaman 23 m didapat N=50
2. Data tiang Pancang
a) Ukuran Pile : Φ50 cm
b) Jenis Pile : Spun Pile
c) Produksi :
d) Concrete Cross Section: 1159 cm2
e) Allowable Axial Load : 185,3 Ton
f) Mutu tiang pancang : K600 kg/cm2 = f’c =50 MPa
3. Data Poor
• Tebal poor : 1,2 m
• Mutu beton poor : f’c =30 MPa
• Tulangan Poor : D36 – 100 mm
4. Perhitungan Daya Dukung Pondasi
a) Cek kekuatan tiang pancang terhadap kekuatan tanah.
Konfigurasi tiang pancang dan letak kolom 80 x 80 cm2
0,50 m
Y
1,25 m
My
Hx Mx
X
1,25 m
Hy
0,5 m
0,5 m 0,5 m
2,5 m
1m
1,2 m
Hx = 45,67 Ton
Hy = 44,71 Ton
40.N.A b N As
Pu = +
2,5 5
N As
Untuk diabaikan agar diperoleh keadaan paling kritis.
5
1 1
Ab = .π .d 2 = .3,14.0,5 2 = 0,196m 2
4 4
40(50)(0,196)
Jadi...Pu = = 156,8Ton
2,5
Berat sendiri tiang pancang = Ahollow xγ beton xPanjangTiang
= 1159 x10 −4 x 2400 x 23 = 6397,68 Kg = 6,39Ton
Karena ada 6 tiang pancang, maka berat yang ditahan oleh 1 tiang adalah
35,28/9 = 3,92 Ton
Pmaz =
∑V + M y . X + M x .Y
n ∑ X 2 ∑Y 2
∑X 2
= 2 x3 x1,25 2 = 9,375m
∑Y = 3 x 2 x(1,25) = 9,375m
2 2
Vu ≤ ϕVc
1 1
ϕVc = 0,6 x f ' c .b.d = 0,6 x . 30 .(3500) x(1130)
6 6
= 2166242,715 N = 220,8 Ton
Vu = Gaya reaksi tiang = 132 < ϕ .Vc ......(ok)
Tebal poor memenuhi sehingga tidak diperlukan tulangan geser pada poor.
d. Cek terhadap momen yang bekerja pada poor akibat reaksi tiang
pancang
P=132Ton
X
L’ =1,35 m
Mr
poor d : 1130 mm
Dc=1,2 m
Lengan = 0,85 m
Mu = Mr = 325 Tm
Dipakai D 36 – 100 mm
LAMPIRAN C 4
a
C=0,85f’c.b.a
h=1200 mm
T=As.fy
b=1000 mm
PERHITUNGAN SLOOF
623,83 T
POOR POOR
Sloof menahan gaya tarik dan tekan (aksial) sebesar 20% dari beban vertical
dari 2 buah kolom yang terbesar yang berdekatan, maka
Beban lentur berasal dari timbunan tanah diabaikan karena hanya setinggi 1
m. Sementara beban yang berasal dari tembok diatas sloof setinggi 4 meter
akan dianalisis terpisah dengan menggunakan SAP2000. Pada penulangan
sloof diambil 5D25 (total penulangan atas dan bawah=10 buah)
Jika sloof mengalami tarik, maka kekuatan beton hanya 10% dari kekuatan
tekannya, atau dalam hal ini diabaikan. Gaya aksial hanya ditahan oleh
tulangan tarik saja.