Anda di halaman 1dari 4

Cara Menghitung BEP/Titik Impas

Usaha Bisnis
Menghitung Break Event Point (BEP) atau Titik Impas di Ms Excel - Setiap pengusaha
atau pemilik modal sebelum menanamkan uang atau modal pada sebuah usaha pasti akan
menghitung untung rugi usaha yang akan digeluti terlebih dahulu. Lebih jauh lagi,
hitungan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk balik modal alias titik impas
mutlak perlu dilakukan. Secara sederhana, Break Even Point (BEP) atau Titik impas adalah
sebuah istilah ekonomi yang menunjukkan kapan total Keuntungan sebuah usaha setara
atau sama dengan modal yang telah dikeluarkan.

Kenapa BEP/titik impas menjadi penting? Karena titik ini bisa menunjukkan mulai kapan
usaha anda memberikan keuntungan yang sesungguhnya. Sebagai contoh, misalnya anda
membuka gerai frenchise makanan/minuman dengan modal awal Rp 25 juta. Keuntungan
bersih yang didapat (keuntungan setelah dikurangi semua biaya produksi) selama 3 tahun
adalah 30 juta. Berarti BEP usaha tersebut kurang dari 3 tahun dan layak dipertimbangkan
untuk dilakukan. Bagaimana bila BEP usaha tersebut 10 tahun?
Untuk memperjelas bagaimana BEP bisa dihitung silahkan anda perhatikan gambar
dibawah ini.

Grafik BEP (Break Event Point)

Untuk setiap usaha bisnis yang akan dibuat biasanya memiliki Fix Cost (garis orange), bisa
berupa modal awal untuk sewa lahan, pembelian alat produksi, dan biaya-biaya lainnya.
Pokoknya segala biaya yang diperlukan untuk membuat usaha berjalan atau dapat
dimulai. Semua biaya tersebut dikelompokkan dalam biaya tetap (Fix Cost).

Selanjutnya untuk setiap unit barang yang akan diproduksi membutuhkan variabel cost
yang bisa berubah-ubah. Biaya bahan baku, ongkos kerja, dan biaya-biaya lain selama
produksi dimasukkan dalam kelompok variable cost dan dihitung per satuan item barang
yang diproduksi. Jumlah kedua biaya tersebut (Fix cost dan variable cost) disebut total
biaya (garis biru).

Kemudian barang yang diproduksi tersebut dijual dan semua hasil penjualan barang
dimasukkan dalam Total Pendapatan (Total Revenue, garis hijau). Keadaan dimana total
hasil penjualan (Total Revenue) sama dengan total biaya (Total Cost) inilah yang
disebut Break Even Point (BEP). Pada saat garis Total Revenue di atas garis Total Cost
maka laba mulai diperoleh. Semakin besar selisih Total Revenue dan Total Cost ini
semakin besar laba bersih atau keuntungan investasi yang akan didapat (ditunjukkan oleh
area arsiran Hijau).

Untuk menghitung perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk BEP, kita mulai saja bagaimana
cara menghitung BEP baik berdasarkan jumlah unit dan berdasarkan nilai.
Dengan asumsi Pendapatan Total (TR) adalah sama dengan Biaya total (TC) maka
perhitungan BEP berdasarkan unit dapat diturunkan melalui turunan rumus berikut :

Rumus menghitung BEP berdasarkan Unit

Dimana :

 TR adalah Pendapatan total (Total Revenue)


 P adalah Harga Per Unit (jual)
 X adalah Jumlah Unit
 TC adalah Biaya total (Total Cost)
 TFC adalah Biaya tetap total (Total Fix Cost)
 V adalah Biaya variabel per unit (produksi)

Untuk lebih jelasnya kita gunakan saja contoh kasus bagaimana menggunakan rumus BEP
diatas. Misalkan kita ingin menghitung BEP usaha frenchise ayam goreng Huahahahey.
Modal awal yang diperlukan hingga usaha siap berjalan adalah Rp 21 juta. Ongkos
produksi untuk setiap 1 item(potong) ayam goreng adalah Rp 5.000,- (termasuk untuk
minyak goreng, tepung, bumbu, ongkos kerja, dan lain sebagainya) Sedangkan harga
harga jual Rp 8.000,- per potong ayam. Maka perhitungan BEP usaha tersebut dilakukan
sebagai berikut:

BEPunit : X = TFC / ( P – V)
= Rp 21.000.000 / ( Rp 8.000 – Rp 5.000) = 7.000 unit(potong)

Lantas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk BEP? Yah tergantung frekuensi
penjualannya. Kalau anda berpikir bahwa secara rata-rata terjual 20 potong ayam per
hari maka waktu yang dibutuhkan adalah 7.000/20 = 350 hari. Kalau bisa laku 35 potong
perhari maka 7.000/35 = 200 hari, dan seterusnya.

Jadi berapa omzet yang harus diperoleh untuk BEP? Jawabannya adalah jumlah unit
barang dikali harga jual :

BEPRupiah = 7.000 x Rp 8.000 = Rp 56.000.000 .

Bila anda ingin menghitung jumlah omzet saat BEP TANPA menghitung jumlah unit
dahulu, maka gunakan saja rumus berikut :
Rumus menghitung BEP berdasarkan Nilai (harga)

Dimana :

 FC adalah Biaya Tetap


 P adalah Harga jual per unit
 VC adalah Biaya Variabel per unit
Jadi bila kita gunakan data pada contoh di atas maka :

BEPNilai = 21.000.000 / ( 1 – [5000 / 8000] )


= 21.000.000 / (1 – 0,625) = Rp 56.000.000

Yang paling penting dalam perhitungan BEP adalah bagaimana mengelompokkan biaya
yang termasuk fix cost dan variabel cost. Untuk dapat memahami biaya mana yang
termasuk fix cost atau variabel cost maka hal terpenting yang perlu dilakukan anda
adalah berlatih dengan contoh kasus perhitungan BEP yang lebih kompleks. Kita akan coba
kembangkan contoh kasus sebelumnya.
Kita kelompokkan dulu biaya yang masuk dalam masing-masing kelompok:

FIX COST

 Peralatan Masak
 Gerobak/Etalase
 Meja Kursi
 Peralatan makan/minum
 Spanduk

VARIABLE COST

 Daging ayam Per Potong


 Bumbu (per potong ayam)
 Plastik/kertas pembungkus
 Minyak Goreng (harian)
 Karyawan (1 orang) per bulan
 Sewa tempat per bulan
 Listrik+Air per bulan

Lihat komponen variabel cost di atas. Terlihat perbedaan waktu pada variabel-variabel
tersebut. Ada yang per potong, harian dan bulanan. Untuk mempermudah mendapatkan
nilai variabel cost per potong ayam kita buat dahulu ke dalam satuan bulan setelah itu
baru di konversi ke dalam satuan potong ayam. Misalkan target penjualan per hari adalah
20 potong ayam, maka target 1 bulan adalah 600 potong ayam. Demikian juga untuk
minyak goreng, kita konversi dulu dalam bulanan. Setelah itu kita akan mendapatkan nilai
variable cost setiap potong ayam dengan cara menjumlahkan semua komponen biaya
variable cost lalu di bagi dengan total potong ayam dalam per bulan.
Selanjutnya Dengan harga jual Rp 8.000 pe potong ayam kita akan dapat menghitung BEP
unit dan nilai omzet seperti terlihat pada gambar hasil perhitungan BEP menggunakan
microsoft excel berikut.

Anda mungkin juga menyukai