Referat Cerebral Toxoplasmosis
Referat Cerebral Toxoplasmosis
PENDAHULUAN
pada otak ( lesi massa intrakranial ) yang bisa berakibat pada kematian si penderita.
GONDII yang bila menyerang otak menyebabkan reaktiftas infesi otak yang bersifat
oportunistik. Serebral Toxoplasma sering menyebabkan kondisi yang sangat buruk pada
penderita HIV AIDS dimana banyak kejadian infeksi Serebral Toxoplasma yang berakhir
dengan kematian si penderita. Serebral Toxoplasmosis sering dijumpai pada pasien yang
mengkonsumsi daging yang belum matang yang mengandung kista jaringan atau makanan
dan minuman lain yang terkontaminasi oleh ookista yang terkandung dalam feses binatang
asimptomatik. Tetapi dapat menimbulkan peningkatan gejala yang signifikan dan tidak jarang
menyebabkan kematian. 1
mamalia. Ini definitif host kucing dan spesies Felidae lainnya. Ekskresi oosit dalam isi feses
yang diikuti oleh manusia konsumsi mentah yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi
pada manusia. Pada individu imunokompeten, itu terutama menyebabkan infeksi subklinis
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terjadi pada pasien AIDS sebagai akibat reaktifitasi infeksi otak laten yang disebabkan oleh
radiologisnyatidak spesifik ; dugaan diagnosis dapat didasarkan pada respon terhadap empiris
2.2 Etiologi
mula mula ditemukan oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908 berasal dari hati dan
subsferis dan berukuran 10- 12 µm. Takizoit berbentuk bulan sabit berukuran 2x6 µm, slah
satu ujungnya meruncing dan ujung yang lain membulat, mempunyai organela apical
bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi
sporozoit) (Hiswani, 2005). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang
2
runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan
mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain
seperti mitokondria dan badan golgi (Sasmita, 2006). Bentuk ini terdapat di dalam tubuh
hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagai hospes
definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa
bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam
tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris.
Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel
otot. 2
dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan
sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu.
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, berkembang biak secara
2.3 Patogenesis
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari
tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ danjaringan serta
memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakandiri ini paling nyata
terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di manaparasit mempunyai afinitas paling
besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga
3
rnerupakan fase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan saraf, yang
Toksoplasmosis adalah penyebab paling umum dari lesi otak fokal pada pasien
dengan AIDS dan sering melokalisasi ganglia basal , meskipun daerah lain di otak dan
Trofozoid dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes (manusia) yaitu
semua sel yang berinti termasuk garnet, bahkan zygote sehingga terjadi kegagalan fertilisasi.
Kistadibentuk j ika sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan di berbagai alat dan jaringan,
mungkin untuk seumur hidup. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh, tergantung pada :
3. Jumlah parasit
Lesi susunan saraf pusat (S SP) dan mata biasanya lebih berat dan permanen, oleh
karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan untuk ber-regenerasi. Kelainan SSP berupa
4
Gambar 2.1 Proses penularan Toxoplasma
5
2.4 Patofisiologis Cerebral Toxoplasma4,5
↓
↓
Tachyzoit (usus)
Respon antitoxoplasmik
↓
Imune respon
Immunocompromized
Reaktivasi
Tachyzoit
ekspresi CD154
IL-12
6
Setelah infeksi oral , bentuk takizoit atau invasif parasit menyebarkan seluruh tubuh .
Takizoit menginfeksi setiap sel berinti , di mana mereka berkembang biak dan menyebabkan
kerusakan sel dan produksi Bintil-bintil dikelilingi oleh peradangan . Permulaan imunitas seluler
terhadap T gondii disertai dengan transformasi parasit dalam kista jaringan mengakibatkan
Imunitas seluler dimediasi oleh sel T , makrofag , dan aktivitas sitokin tipe 1 ( interleukin
[ IL ] -12 dan interferon [ IFN ] - gamma ) diperlukan untuk menjaga ketenangan infeksi gondii
T kronis . ( 9 ) IL - 12 yang diproduksi oleh antigen - presenting sel seperti sel-sel dendritik dan
terhadap patogen intraseluler . IFN - gamma merangsang aktivitas gondii anti - T , tidak hanya
dari makrofag , tetapi juga sel-sel nonphagocytic . Produksi IL - 12 dan IFN - gamma dirangsang
oleh CD154 ( juga dikenal sebagai CD40 ligan ) pada model manusia infeksi T gondii . ( 10 )
CD154 ( diekspresikan terutama pada diaktifkan sel T CD4 ) bertindak dengan memicu sel
dendritik dan makrofag untuk mensekresi IL - 12 , yang pada gilirannya meningkatkan produksi
IFN - gamma oleh sel T . ( 10 ) TNF - alpha adalah sitokin lain penting untuk pengendalian
toxoplasmosis kemungkinan beberapa . Ini termasuk deplesi sel T CD4 , gangguan produksi IL -
2 , IL - 12 , dan IFN - gamma , . Dan aktivitas T- limfosit sitotoksik gangguan ( 12 ) Sel dari
pasien yang terinfeksi HIV menunjukkan penurunan dalam produksi in vitro IL - 12 dan IFN -
gamma , dan penurunan ekspresi CD154 dalam menanggapi T gondii . ( 13-15 ) kekurangan ini
mungkin memainkan peran dalam pengembangan toksoplasmosis terkait dengan infeksi HIV.
7
2.5 Manifestasi Klinis 1,7
pasien
tanda-tanda serebelar : gangguan bicara, korea, nausea& vomiting juga dapat muncul.
Gejala termasuk demam, sakit kepala berat yang tidak respon terhadap pengobatan,
lemah pada satu sisi tubuh, kejang, kelesuan, kebingungan yang meningkat, masalah penglihatan,
pusing, masalah berbicara dan berjalan, muntah dan perubahan kepribadian. Tidak semua pasien
Nyeri kepala dan rasa bingung dapat menunjukkan adanya perkembangan ensefalitis
fokal dan terbentuknya abses sebagai akibat dari terjadinya infeksi toksoplasma. Keadaan ini
hampir selalu merupakan suatu kekambuhan akibat hilangnya kekebalan pada penderita-
penderita yang semasa mudanya telah berhubungan dengan parasit ini. Gejala-gejala fokalnya
cepat sekali berkembang dan penderita mungkin akan mengalami kejang dan penurunan
kesadaran.
8
2.6 Pemeriksaan
muncul akibat masuknya Toxoplasma gondii ke dalam tubuh penderita. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi IgM Toxoplasma, IgG Toxoplasma dan IgG avidity Toxoplasma.
Berikut adalah contoh hasil dan interpretasi hasil pemeriksaan serologi Toxoplasma :
Laporan hasil IgG Toxoplasma dalam IU/mL dan positif atau negatif.
Sampel dengan hasil nilai kurang dari 6.4 IU/mL dinyatakan negatif
Laporan hasil IgM Toxoplasma dalam indeks dan positif atau negatif.
Sampel dengan hasil nilai indeks kurang dari 0.9 dinyatakan negatif
Sampel dengan hasil nilai indeks lebih dari 1.0 dinyatakan positif
Sampel dengan hasil avidity index ≤ 50% menunjukkan aviditas yang rendah, makna
Sampel dengan hasil avidity index 50%-60% menunjukkan aviditas borderline, makna
9
Sampel dengan hasil avidity index ≥ 60% menunjukkan aviditas yang kuat, makna
jaringan seperti tulang, otak, atau pembuluh darah. Dan dilakukan karena bisa memberikan
informasi dengan cepat dan biaya relatif sesuai dengan keluhan / penyakit.
Dengan CT-scan tampak lesi tunggal atau multiple ring- enchancing lesion yang
dikelilingi edema otak denga predileksi pada ganglia basal dan cortico- medullary junction.
Lesi dapat juga terjadi pada cerebelum dan thalamus. Lesi pada ganglia basal dapat
Dalam praktek klinik, MRI digunakan untuk membedakan berbagai jaringan patologis
(misalnya tumor, pembengkakan) dari jaringan tubuh yang normal. Perbedaan dapat dilihat
Pemeriksaan MRI dapat dilakukan pada berbagai organ dan sistem tubuh. Sebuah
jaringan tubuh yang rusak akan menimbulkan pembengkakan (edema). Adanya pembengkakan
ini akan memberikan warna kontras yang berbeda dengan jairngan normal. MRI dapat digunakan
untuk berbagai kelainan di bidang saraf, anggota gerak tubuh, tumor, dan penyakit jantung.
10
Di bidang saraf: dapat digunaan untuk membantu mendiagnosa : stroke, tumor otak,
kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi
Pada Toxoplasma Serebral MRI mampu pula membedakan dengan sangat jelas apakah
terdapat suatu lesi pembengkakan akibat tumor atau infeksi di otak dengan sangat jelas. MRI
memberikan gambatan yang sangat jelas pada keadaan ini yang terkadang juga menunjukkan
Gambar 2.2
11
12
2.6.5 Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Reaction (PCR) untuk Toxoplasmosis gondii dapat juga positif pada cairan bronkoalveolar dan
cairan vitreus atau aquos humor dari penderita toksoplasmosis yang terinfeksi HIV. Adanya PCR
yang positif pada jaringan otak tidak berarti terdapat infeksi aktif karena tissue cyst dapat
13
2.7 Penatalaksanaan 1,3,4,5
Bagi penderita Toxoplasmosis Cerebral dalam kasus dengan gambaran lesi yang khas,
terapi dengan pyrimethamin 50-100 mg / hari dan sulfadiazin 4 g / hari harus dimulai segera.
Dalam kasus alergi sulfa, pasien dapat memakai klindamisin 600 mg q.id sebagai terapi
alternatif.
Jika pada neuroimaging menunjukkan lesi toxoplasma dengan dirtandai dengan efek
massa dan edema perifocal. Dalam kasus ini, dalam 7 hari pertama deksametason 4 mg qid harus
diberikan sebagai terapi tambahan. Jika dalam perkembangan lebih lanjut terjadi edema, maka
perlu tambahan terapi osmodiuretik. Pada sekitar 80% pasien, perbaikan radiologis dapat dilihat
pada sekitar 1 minggu yang mana hal ini akan mendukung diagnosis. Jika lesi menetap atau
makin progresif, diagnosis harus dipertimbangkan kembali dan terapi harus dievaluasi
1. Pirimetamin 200 mg loading dose dilanjutkan 50-75 mg setiap 6 jam diberikan bersama
2. Alternatif :
14
· Dapson 100 mg peroral setiap 6 jam
· Atovaquon 1500 mg peroral tiap 12 jam diberikan bersama makan atau suplemen nutrisi
- Atovaquon + sulfadiazine
- Atovaquon saja bila intoleransiterhadap pirimetamin dan sulfadiazine. Pemberian steroid jika
ada edema
1. Pirimetamin 25-50 mg peroral tiap 6 jam +asam folinat 10-25 mg/oral tiap 6 jam +sulfadiazine
2. Aternatif :
- Atovaquone 750 mg tiap 6-12 jam ± 25 mg tiap 6 jam + asam folinat 10 mg tiap 6 jam (peroral)
3. Terapi supresif dapat dipertimbangkan untuk dihentikan jika : terapi diberikan sedikitnya
selama 6 minggu :
- CD4 + dipertahankan > 200 sel/mm3 selama ≥ 6 bulan pada terapi anti retroviral
15
Profilaksis Primer
1. Profilaksis primer terhadap ensefalis toksoplasmik diberikan pada pasien yang seropositif
- Atovaquon 1500 mg tiap 6 jam ± pirietamin 25 mg tiap 6 jam + asam folinat 10 mg tiap 6 jam
(peroral)
2. Profilaksis prier dihentikan jika pasien respons terhadap terapi antiretroviral dengan
peningkatan hitung CD4= > 200 sel/mm3 selama sedikitnya 3 bulan. Profilaksis diberikan
16
BAB III
KESIMPULAN
toksoplasma, maka dapat menghindari risiko terpajan infeksi dengan tidak memakan
daging atau ikan mentah, dan ambil kewaspadaan lebih lanjut jika membersihkan
kandang kucing.
Dengan diagnosis dan pengobatan dini, tokso dapat diobati secara efektif.
Sebaiknya orang yang terinfeksi terus memakai obat antitokso untuk mencegah
penyakitnya kambuh.
infeksi disebabkan oleh virus, bakteri,protozoa dan jamur dan juga mudah terkena
immune restoring agents, diharapkan dapat memperbaiki fungsi sel limfosit, dan
AIDS ditujukan terhadap: virus HIV (obat ART),infeksi opportunistik, kanker sekunder,
17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/52601306/cerebral-toxoplasmosis.
2. http://kucingkita.com/penyakit-kucing/siklus-hidup-toxoplasma-gondi siklus hidup
toxoplasma diunduh tanggal (21-06-2015).
3. Weiner, Howard l. Dkk. Buku saku Neurologi: AIDS dan system saraf, jakarta: EGC.2001.
4. Hartono.suwono,wita j. (1995), buku saku neurologi.jakarta: EGC.
5. Montoya JG, Toxoplasmosis, In: Goldman L, Schafer Al, eds.Cecil Medicine. 24th
ed.Pholadelphia,PA: Saunders Elseveir; 2011:chap 357.
6. http://www.turnerwhite.com/toxoplasmosis.pdf
7. http://www.hivbook.com/tag/symptoms-of-cerebral-toxoplasmosis/. Cerebral
Toxoplasmosis
8. http://www.radiopedia.org/articles/cerebral-toxoplasmosis-2
18