Anda di halaman 1dari 4

POKO-POKOK AJARAN TENTANG SHAFF SHALAT BERJAMAAH

H. Syamsuddin

1. Imam mengatur dan menertibkan shaff.


Hadis tentang meluruskan dan merapatkan shaff cukup banyak jumlahnya
dengan redaksi yang beragam, namun maksud dan tujuan sama, yaitu perintah
agar shaff diluruskan dan dirapatkan. Dalam lafadz al-Bukhari sebagaimana
tersebut di bawah ini.

‫صهفوفعهكنم فعسإنن‬ ‫س‬ ‫س بسن ماَلس ك‬


‫صنلىَّ اللنهه ععلعنيه عوعسلنعم عقاَعل عسووا ه‬
‫ب ع‬‫ك ععنن النس ب‬ ‫ععنن أعنع س ن ع‬
‫صعلسة‬‫ف سمنن إسعقاَعمسة ال ن‬‫صهفو س‬‫تعنسسويعةع ال و‬
Dari Anas Ibn Malik dari Nabi saw, beliau bersabda: Luruskanlah shaff-shaff
kalian, karena sesungguhnya lurusnya shaff bagian dari tegaknya shalat.

Yang dimaksudkan dengan meluruskan shaff (taswiyat ash-shufuf) adalah


mensejajarkan pundak-pundak dan menutup celah-celah (lihat hadits nomor 11,
riwayat Abu Dawud dari Abdillah Ibn Umar). Menurut kesaksian an-Nu'man Ibn
Basyir, praktik taswiyat ash-shufuf adalah menempelkan pundak dengan pundak,
lutut dengan lutut, dan tapak kaki dengan tapak kaki (lihat hadits nomor 10
riwayat Abu dawud dari an-Nu'man Ibn Basyir.

2. Yang paling berhak menempati posisi dibelakang imam

‫صنلىَّ اللنهه ععلعنيسه عوعسلنعم لسيعلسسن سمنهكنم هأوهلو‬ ‫س‬ ‫ك‬


‫ععنن ابن عمنسهعود عقاَعل عقاَعل عرهسوهل اللنه ع‬
‫ت انلعنسعواسق‬‫انلعحعلسم والنونهىَّ هثن النسذين ينهلونعنهم هثن النسذين ينهلونعنهم وإسنياَهكم وهيعشاَ س‬
‫ع ع ه ن ع ن ع عن‬ ‫ع ع هن‬ ‫ن ع ع‬
Dari Ibn Mas'ud ia berkata, bahwa Nabi saw bersabda: Supaya mengiringi aku
dari kalangan orang-orang yang dewasa(ulu al-ahlam) dan lebih mempunyai
pengertian (ulu an-nuha), kemudian yang mengiringinya, dan kemudian yang
mengiringinya dan hindarilah oleh kalian (ribut seperti) keributan pasar (HR.
Abu dawud dari Ibn Mas'ud, lihat hadis nomor 17 dan 19).

Berdasarkan hadis di atas yang paling berhak menempati posisi di belakang


imam adalah kelompok ulu al-ahlam dan ulu an-nuha. Dalam 'Aun al-Ma'bud
syarah Sunan Abi Dawud, dijelaskan ulu al-ahlam sebagai orang yang dewasa,
matang pikirannya, dan mampu mengendalikan emosinya. Sementara ulu an-
Nuha sebagai orang yang banyak pengetahuan tentang seluk beluk shalat. Intinya
mereka adalah orang-orang yang sewaktu-waktu siap menggantikan imam
seandainya terjadi sesuatu hal pada imam yang berdampak pada keharusan untuk
diganti. Dalam hal ini imam berhak untuk menyuruh makmum pindah tempat
sesuai maksud imam (lihat HR Abu Dawud dan Muslim dari Jabir Ibn Abdillah,
hadits nomor 25 dan 26). Orang yang merasa dirinya ulul al-ahlam dan ulu an-
nuha berhak menempati posisi dibelakang imam walaupun datang lebih akhir
dari yang lainnya (lihat HR an-Nasa'i dari Qais Ibn Ubad, hadis nomor 18).

‫ف النهمعقندسم فععجبععذسن عرهجلل سمنن‬ ‫س بسن عهعباَكد عقاَعل بعننينعناَ أععناَ سف النعمنسسجسد سف ال ن‬
‫ص ب‬ ‫ععنن قعنني س‬
‫ف فعسإعذا ههعو‬ ‫س‬ ‫س‬ ‫س‬
‫صعر ع‬ ‫صعلست فعنلعنماَ ان ع‬
‫ت ع‬ ‫عخنلفيِ عجنبعذة فعننعنحاَسن عوعقاَعم عمعقاَميِ فعنعواللنه عماَ عععقنل ه‬
‫صنلىَّ اللنهه ععلعنيسه‬
‫ب ع‬
‫س‬
‫ب فعنعقاَعل عياَ فعنعت عل يعهسنؤعك اللنهه إسنن عهعذا ععنهلد منن النس ب‬ ‫ب بنن عكنع ك‬
‫أهعو ه‬
‫س‬
‫عوعسلنعم إسعنلينعناَ أعنن نعليعهه‬
Dari qais Ibn Ubad, ia berkata: tatkala aku berada di dalam masjid pada
shaff yang terdepan tiba-tiba ada orang yang menarikku dari arah belakang
dengan terikan yang cukup keras, menyingkirkan aku dan ia menempati posisiku,
sehingga demi Allah, aku tidak berkonsentrasi pada shalatku. Setelah selesai
shalat ternyata orang tadi adalah Ubayy ibn Ka'ab, katanya, hai nak muda
semoga Allah tidak menjelekkan dirimu. Sesungguhnya (sikap saya) ini adalah
perjanjian dari nabi saw kepada kami, agar kami mengirinnginya (tepat di
belakangnya).

Hadis ini sepintas tidak sejalan dengan hadis lain juga diriwayatkan oleh an-
Nasa'i dari Abd ar-Rahman Ibn Syibli, yang melarang seseorang menetapkan
dirinya dalam titik tertentu di masjid. Namun hadis yang dimaksud sifatnya
umum di titik mana saja yang ada di masjid tanpa memperhatikan tata cara
pengaturan shaff, sementara jadis diatas bersifat khusus karena untuk orang
khusus.

‫س‬ ‫ك‬ ‫س س س‬
‫ععنن عجنععفسر بنسن ععنبد اللنه أعنن عتيعم بنعن عنمهمود أعنخبعنعرهه أعنن ععنبعد النرنحعسن بنعن شنبكل أعنخبعنعرهه‬
‫ب عوافنس عتاسش‬ ‫ث ععن نعننقرسة النغهرا س‬ ‫ك‬ ‫أعنن عرهسوعل اللنسه ع ن ن س ن‬
‫صلىَّ اللهه ععلعنيه عوعسلعم نعنعهىَّ ععنن ثععل ن ع ع‬
‫النسبهسع عوأعنن ينهعوطبعن النرهجهل النعمعقاَعم سلل ن‬
‫صعلسة عكعماَ ينهعوطبهن النبععسهي‬
(dalam hal shalat) Nabi saw melarang tiga gerakan, gerakan gagak mematuk
makanan, binatang buas(anjing dan srigala) bersimpuh, dan menempati tempat
tertentu seperti perilaku onta.

3. Posisi makmum terhadap imam


Posisi makmum terhadap imam dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Menurut hadis riwayat Muslim dari Abi Hurairah, sebaik-baik
shaff laki-laki adalah yang paling depan, dan seburuk-buruk shaff mereka
adalah yang paling belakang. Sebaliknya sebaik-baik shaff perempuan
adalah yang paling belakang dan seburuk shaff mereka adalah yang paling
depan. Imam an-Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim menjelaskan
alasannya, yaitu karena shaff terdepan laki-laki paling dekat dengan imam,
sedangkan shaff paling belakang perempuan karena paling jauh dari shaff
laki-laki (hadis nomor 14)
‫عن أعسب هرينرعة عقاَعل عقاَعل رسوهل اللنسه صنلىَّ اللنه علعيسه وسلنم خينر صهفو س‬
‫ف‬ ‫ه ع ن ع ع ع عنه ه‬ ‫ع‬ ‫عه‬ ‫ع ن ه عنع‬
َ‫ف النبعساَسء آسخهرعهاَ عوعشورعها‬
‫البرجاَسل أعنوهلاَ وعشورهاَ آسخرهاَ وخينر صهفو س‬
‫ع ع ع هع ع عن ه ه‬ ‫ع‬
Cara menyusun shaff laki-laki telah tegas dalam hadis Nabi, yaitu dimulai
dari garis shaff paling depan dan dilanjutkan pada garis shaff berikutnya
(lihat hadis nomor 15). Cara ini sejalan dengan posisi shaff laki-laki
sebagaimana hadis di atas. Yang masih menjadi persoalan adalah cara
menyusun shaff perempuan, mengingat shaff terjelek mereka adalah yang
paling depan dan shaff terbaik mereka adalah yang paling belakang. Apakah
disusun dari garis shaff yang paling belakang kemudian dilanjutkan dengan
garis shaff yang di depannya? Ataukah sama dengan cara menyusun shaff
laki-laki.
Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim, secara tersirat mendukung
dimulainya shaff perempuan dari garis yang paling belakang kemudian
dilanjutkan pada garis yang didepannya, dengan alasan yang paling jauh
dari laki-laki jauh dari fitnah, dan yang paling dekat dengan laki-laki dekat
dengan fitnah.
Menurut Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, semua tata cara
shalat harus memiliki landasan dalil. Jika tidak ada dalil yag dikhususkan
untuk perempuan, maka tata caranya dikembalikan kepada keumuman tata
cara laki-laki (HPT, halaman 82). Dalam shalat jama'ah perempuan harus
memiliki wilayah tersendiri yang aman dari fitnah, dan diwilayah tersebut
berlaku aturan shaff sebagaimana umumnya. Dengan demikian semua yang
ada dalam wilayah tersebut berada dalam sebaik-baik shaff, demikian pula
semua laki-laki juga berada dalam sebaik-baik shaff.
An-Nawawi memperingatkan, jangan memahami dikhotomi sebaik baik
shaff dan seburuk-buruk shaff dengan pemahaman antara baik dan buruk
atau antara haq dan batil, maksud sebaik-baik shaff adalah paling panyak
pahalanya, dan seburuk-buruk shaff, adalah yang lebih sedikit pahalanya.

b. Dalam hal makmum lebih dari seorang, maka mereka berdiri sempurna
dibelakang imam (tidak ada istilah setengah shaff dll), menempatkan imam
pada posisi tengah (hadis nomor 16), dan dalam pembentukan shaff dimulai
dari sisi sebelah kanan (hadis nomor 46 dan 47). Imam shalat memiliki
kewenangan seperti komandan, berhak memerintah makmum. Kesimpulan
ini didasarkan pada hadis nomor 21-26.
c. Makmum laki-laki tidak boleh berdiri sendirian di belakang imam (hadis
nomor 33-35).
d. Makmum perempuan berapapun jumlahnya, baik seorang atau lebih
berada di belakang shaff laki-laki. (hadis nomor 23,24,29, dan 30).
Sementara shaff anak-anak di belakang orang dewasa (hadis nomor 35)

Anda mungkin juga menyukai