Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SEMINAR BIOLOGI

POTENSI STRATEGI PBLRQA DALAM MEMBERDAYAKAN


KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN
BIOLOGI

HARDIANTO
1614042004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FEBRUARI 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan yang

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh

karena itu program pendidikan hendaknya senantiasa ditinjau dan diperbaiki

(Sanjaya, 2008).

Sejak munculnya gerakan global yang menyerukan model pembelajaran

baru untuk abad ke21, telah berkembang pendapat bahwa pendidikan formal harus

diubah. Perubahan ini penting untuk memunculkan bentuk-bentuk pembelajaran

baru yang dibutuhkan dalam mengatasi tantangan global yang kompleks.

Identifikasi kompetensi siswa yang perlu dikembangkan merupakan hal yang

sangat penting untuk menghadapi abad ke-21. Pembelajaran konvensional yang

menekankan pada hafalan atau penerapan prosedur sederhana tidak akan

mengembangkan keterampilan berpikir kritis atau kemandirian siswa. Setiap

individu harus terlibat dalam pembelajaran berbasis inkuiri yang bermakna,

memiliki nilai kebenaran dan relevansi, untuk mengembangkan keterampilan


berpikir tingkat tinggi yang mereka perlukan (Barron and Darling-Hammond,

2008).

Di antara ragam kompetensi dan keterampilan yang diharapkan

berkembang pada siswa sehingga perlu diajarkan pada siswa di abad ke-21 di

antaranya adalah personalisasi, kolaborasi, komunikasi, pembelajaran informal,

produktivitas dan content creation. Elemen tersebut juga merupakan kunci dari

visi keseluruhan pembelajaran abad ke-21. Dunia kerja juga sangat empati dan

rasa belas kasih), serta keterampilan belajar (mengelola, memerlukan

keterampilan personal (memiliki inisiatif, keuletan, tanggung jawab, berani

mengambil resiko, dan kreatif), keterampilan sosial (bekerja dalam tim, memiliki

jejaring, memiliki mengorganisir, keterampilan metakognitif, dan tidak mudah

patah semangat atau merubah persepsi/sudut pandang dalam menghadapi

kegagalan) (Zubaidah, 2017).

Dalam pembelajaran saat ini pun guru sebagian besar masih menggunakan

strategi pembelajaran yang konvensional masih sangat banyak digunakan oleh

guru-guru di indonesia, menurut Isjoni (2008) permasalahan pada pembelajaran

konvensional dapat diatasi dengan penerapan pembelajaran inovatif. Pembelajaran

inovatif merupakan pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa melalui

pelibatan aktif siswa yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu

dirancang suatu kegiatan belajar yang menarik bagi siswa. Dengan adanya

pembelajarn yang inovatif diharapkan dapat meningkatkan keterampilan

metakognitif siswa.
Berbagai jenjang pendidikan masih didominasi pada penekanan aspek

kognitif menurut Danial (2010) Pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan,

umumnya masih diwarnai pada penekanan aspek kemampuan kognitif. Pola

pembelajaran masih didominasi paradigma teaching (teacher-centered), non-

konstruktivistik, bukan paradigma learning (students-centered) sehingga

pembelajaran menjadi menjadi kurang efektif dan tidak terkonstruksi dengan baik.

Pembelajaran yang dapat memberdayakan potensi peserta didik seperti

pemberdayaan berpikir belum dilaksanakan secara maksimal sehingga proses

pembelajaran menjadi kurang aktif

Peserta didik lebih cenderung pasif di kelas dalam menerima pelajaran,

lebih banyak diam, mendengar, mencatat, menghafal, bahkan peserta didik dapat

merasa bosan dan akhirnya tidak bersungguh-sungguh mengikuti proses

pembelajaran. Penerapan pola pembelajaran tersebut menyebabkan peserta didik

mengikuti pelajaran bukan karena berminat, tetapi karena terpaksa. Kondisi

seperti ini dapat berdampak kepada kemandirian peserta didik dalam belajar

kurang terlatih dan tidak berkembang. Proses pembelajaran berlangsung secara

kaku sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan dan penguasaan

konsep, sikap, moral, dan pemberdayaan berpikir.

Masih banyaknya guru yang hanya menilai siswa dari hasil belajar kognitif

saja tanpa berupaya memberdayakan keterampilan metakognitif siswa,

mengakibatkan siswa cenderung memiliki kemampuan kognitif yang rendah

karena belum berlatih menjadi pebelajar yang mandiri (self regulated). Menurut

Corebima (2009a) pemberdayaan keterampilan metakognitif perlu dilakukan agar


peserta didik menjadi pebelajar yang mandiri. Keterampilan metakognitif

diberdayakan melalui strategi pembelajaran yang tepat, hal ini sesuai dengan

tuntutan kurikum 2013 yang diamana diharapkan siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

Metakognitif adalah kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup

bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui,

yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan, pemantauan dan evaluasi.

Aktivitas metakognitif terjadi saat siswa secara sadar menyesuaikan dan

mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan

memikirkan sesuatu tujuan.

Siswa dalam mengelola strategi pemikiran mereka berbeda-beda

dikarenakan adanya perbedaan kemampuan akademik, kemampuan akademik

menurut Woolfolk (2010) merupakan kemampuan yang dimiliki siswa dalam

menyelesaikan masalah atau tugas yang dihadapinya sesuai dengan pengetahuan

yang dimilikinya. Tidak meratanya persebaran siswa dengan kemampuan

akademik berbeda sehingga mengakibatkan adany sekolah yang berkemampuan

akademik rendah dan tinggi.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, sangat

diperlukannya strategi pembelajaran yang mampu memberdayakan keterampilan

metakognitif karena Salah satu aspek dimensi pengetahuan dan keterampilan

dalam pembelajaran biologi adalah aspek metakognitif. Menurut Livingston

(1997) menyatakan bahwa metakognisi merujuk kepada berpikir tingkat tinggi

yang melibatkan kontrol aktif pada proses kognitif, menurut Bahri dan Irma
(2017) apabila peserta didik diberdayakan keterampilan metakognitifnya maka

dengan sendirinya peserta didik dapat mengatur belajarnya sendiri dan dapat

meningkatkan hasil belajarnya sendiri. Oleh karena itu, diperoleh strategi

pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan metakognitif siswa

termasuk pada pembelajaran biologi.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan

metakognitif siswa yaitu strategi PBLRQA, strategi PBLRQA merupakan strategi

pembelajaran yang mengintegrasikan antara PBL (Problem Based Learning)

dengan RQA (Reading Question And Answering) sehingga memaksimalkan

potensi keduanya. Menurut Bahri dan Irma (2017) Strategi PBLRQA memberi

peluang bagi mahasiswa untuk mengalami self-directed learning yang mendorong

mahasiswa untuk disiplin dan memungkinkan mahasiswa untuk menemukan lebih

banyak fakta tentang suatu topik. Mahasiswa seperti dipaksa untuk membaca

topik tertentu yang merupakan tahapan RQA sehingga mendapatkan lebih besar

wawasan tentang isu-isu yang berbeda.

Selama PBLRQA, siswa terlatih belajar mandiri, menyaring informasi

yang tidak relevan sambil memfokuskan pada hal yang lebih penting, kerja tim,

pemecahan dan belajar menerapkan konsep masalah. Ini membantu mahasiswa

menyerap lebih banyak informasi dan membuatnya bertanggung jawab untuk

pembelajarannya. Sintaks PBLRQA memiliki tujuan yang sama yaitu

mengembangkan pembelajaran peserta didik yang self-directed sehingga

mahasiswa dapat bertanggung jawab dalam mengatur dan mengontrol

pembelajarannya sendiri, Selain itu, strategi ini membantu mahasiswa untuk


menjadi pebelajar mandiri dan self-regulated. Menurut Corebima (2009a) bahwa

self-regulated learner dapat diberdayakan atau dilatihkan melalui strategi atau

upaya tertentu. Oleh karena itu strategi PBLRQA berpeluang untuk

memberdayakan keterampilan metakognitif yang akhirnya meningkatkan

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran biologi. Sintaks pembelajaran

PBLRQA yang menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik diawali dengan

membaca bacaan, kemudian mahasiswa berpikir tentang permasalahan yang

ditemukan kemudian merancangnya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang

dibuat sesuai dengan topik pembelajaran biologi (Bahri dan Irma, 2017).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana potensi Strategi PBLRQA (Problem Based Learning-

Reading Question And Answer) dalam memberdayakan keterampilan metakognitif

siswa SMA pada pembelajaran biologi ?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu “untuk mengetahui potensi strategi

PBLRQA (Problem Based Learning-Reading Question And Answer) dalam

memberdayakanp keterampilan metakognitif siswa SMA berkemampuan

akademik berbeda pada pembelajaran biologi”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, memperkaya ilmu pengetahuan tentang pengajaran strategi

PBLRQA (Problem Based Learning-Reading Question And Answer) dipadu


jurnal belajar terhadap keterampilan metakognitif siswa pada pembelajaran

biologi.

2. Bagi tenaga pe ndidik, dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai