Antara
Tentang
PENUGASAN SEBAGAI PPIH ARAB SAUDI BIDANG KESEHATAN
DALAM RANGKA PEMBINAAN, PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN
KESEHATAN JEMAAH HAJI INDONESIA TAHUN 1440H/2019M
Pada hari ini senin tanggal dua bulan juli tahun dua ribu sembilan belas, kami yang
bertanda tangan di bawah ini:
Dalam hal ini bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja Pusat
Kesehatan Haji Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI yang selanjutnya
disebut PIHAK KESATU.
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri yang selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA.
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Perjanjian kontrak kerja ini dimaksudkan sebagai upaya dalam meningkatkan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan bagi Jemaah Haji Indonesia di
Arab Saudi;
2. Perjanjian kontrak kerja ini bertujuan agar pembinaan, pelayanan dan perlindungan
Kesehatan Jemaah Haji Indonesia terselenggara dengan efektif dan efisien.
PASAL 3
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. PIHAK KESATU memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA sebagai pelaksana
pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jemaah haji Indonesia di
Arab Saudi;
2. PIHAK KEDUA wajib melaksanakan tugas pembinaan, pelayanan dan perlidungan
kesehatan terhadap jemaah haji Indonesia di Arab Saudi;
3. PIHAK KEDUA akan mengikatkan diri pada PIHAK KESATU yang dalam
pekerjaan sehari-harinya secara administrasi dan teknis bertanggung jawab kepada
PIHAK KESATU melalui Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi;
4. PIHAK KEDUA bersedia dimobilisasi/ditempatkan dimana saja dan bersedia
diperpanjang waktu penugasannya sesuai dengan kebutuhan saat operasional dan
pasca operasional;
5. Tugas PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada angka 1, adalah:
a. Melaksanakan tugas yang terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia;
b. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan
jemaah haji dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di Arab
Saudi sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab dan
profesionalisme;
c. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan pihak terkait dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya;
d. Menyampaikan laporan kegiatan yang dilaksanakan kepada pimpinan;
e. Melaksanakan etika (budaya kerja) sebagai petugas kesehatan haji dengan prinsip
SHAR’I (Sigap, Handal, Amanah, Responsible dan Inisiatif).
6. Tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 angka 1 sampai 5
dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
PASAL 4
SUMBER BIAYA DAN MEKANISME PEMBAYARAN
1. Pembayaran PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA menggunakan sumber dana
APBN Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker Pusat Kesehatan Haji
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Tahun Anggaran 2019;
2. PIHAK KESATU wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA atas
penugasannya dengan besaran sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
PASAL 5
PENGAWASAN TUGAS
1. Pengawasan pelaksanaan tugas PIHAK KEDUA, dilakukan oleh Pejabat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2. Pengawasan pelaksanaan tugas PIHAK KEDUA dilakukan bertujuan untuk
memperlancar penyelenggaraan kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan kepada jemaah haji.
PASAL 6
JANGKA WAKTU TUGAS
1. Jangka waktu pelaksanaan tugas PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan, yaitu :
a. Tim Managerial dan beberapa petugas yang telah ditentukan selama 80 hari sejak
tanggal keberangkatan ke Arab Saudi;
b. Pelaksana PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah
dan Bandar Udara serta beberapa petugas Daker Makkah selama 75 hari sejak
tanggal keberangkatan ke Arab Saudi;
c. Pelaksana PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan Daker Makkah selama 65 hari
sejak tanggal keberangkatan ke Arab Saudi.
2. Penugasan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan yang ditetapkan oleh Surat
Keputusan Kepala Pusat Kesehatan Haji.
PASAL 7
SAN KS I
1. PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kontrak kerja ini,
apabila:
a. Tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai PPIH sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 dengan baik dan profesional;
b. Tidak melaksanakan tugas sebagai PPIH sesuai penugasan dan jadwal yang telah
ditetapkan;
c. Memahrami dan/atau dimahrami, serta lebih mementingkan urusan pribadi,
keluarga, dan/atau golongan;
d. Mengajukan permohonan pulang awal, dengan dalih dan alasan apapun sebelum
tugas selesai;
e. Melakukan pembatalan kontrak kerja secara sepihak;
PASAL 8
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut “Force Majeure”)
adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kemampuan, kesalahan atau kekuasaan
PARA PIHAK dan yang menyebabkan PIHAK yang mengalaminya tidak dapat
melaksanakan atau terpaksa menunda pelaksanaan kewajibannya dalam kesepakatan
bersama ini;
2. Force Majeure sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini meliputi bencana alam,
banjir, wabah, perang (yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan), pemberontakan,
huru-hara, pemogokan umum, kebakaran dan kebijakan pemerintah yang
berpengaruh secara langsung terhadap pelaksanaan kesepakatan bersama ini;
3. Dalam hal terjadi peristiwa Force Majeure, maka PIHAK yang terhalang untuk
melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh PIHAK lainnya;
4. PIHAK yang terkena Force Majeure wajib memberitahukan adanya peristiwa Force
Majeure tersebut kepada PIHAK yang lain secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari
kalender sejak terjadinya peristiwa Force Majeure yang dikuatkan oleh surat
keterangan dari Pejabat berwenang yang menerangkan adanya peristiwa Force
Majeure tersebut. PIHAK yang terkena Force Majeure wajib mengupayakan dengan
sebaik-baiknya untuk tetap melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam
kesepakatan bersama ini segera setelah peristiwa Force Majeure berakhir;
5. Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi atau
diduga oleh PIHAK yang mengalami Force Majeure akan melebihi jangka waktu 30
(tiga puluh) hari kalender, maka PARA PIHAK sepakat untuk meninjau kembali
jangka waktu kesepakatan bersama ini;
6. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu PIHAK sebagai akibat
terjadinya peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggung jawab PIHAK yang
lain.
PASAL 9
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul
sehubungan dengan pelaksanaan kesepakatan bersama ini akan diselesaikan terlebih
dahulu secara musyawarah dan mufakat oleh PARA PIHAK;
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pasal ini tidak berhasil mencapai mufakat, maka PARA PIHAK sepakat untuk
menyerahkan penyelesaian perselisihan tersebut melalui pengadilan;
PASAL 10
ADDENDUM
Apabila dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja ini PARA PIHAK merasa perlu
melakukan perubahan, maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan atas kesepakatan
PARA PIHAK yang dituangkan dalam bentuk addendum yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari perjanjian kontrak kerja ini.
PASAL 11
PENUTUP
Perjanjian kontrak kerja ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK tanpa
tekanan/paksaan dari pihak manapun juga pada hari dan tanggal sebagaimana disebutkan
pada awal naskah perjanjian kontrak kerja ini, dengan bermaterai cukup dan sah. Apabila
terdapat kekeliruan didalamnya akan ditinjau/diperbaiki atas persetujuan PARA PIHAK.
Materai 6000