Anda di halaman 1dari 3

BAB 19 TINJAUAN ATAS PSAP YANG TERKAIT DENGAN LAPORAN

REALISASI ANGGARAN, LAPORAN ATAS ARUS KAS, & CATATAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Pendahuluan
Pada tanggal 13 Juni 2005 pemerintah menetapkan PP No 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang merupakan pelaksanaan dari pasal 32
ayat 2 UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Berdasarkan PP No 24
Tahun 2005 di bagian PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
menyatakan bahwa komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan
adalah sebagai berikut :

 Laporan Realisasi Anggaran


 Neraca
 Laporan Arus Kas
 Catatan Atas Laporan Keuangan

5 tahun kemudian tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2010 KSAP menerbitkan SAP
Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP No 71 Tahun 2010 sehingga PP No 24
Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku lagi. Namun demikian , SAP Berbasis Akrual
dikembangkan & mengacu dari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual & bagi entitas
pemerintah yang telah menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual akan melihat
kesinambungannya. Berdasarkan SAP Berbasis Akrual , komponen laporan
keuangan pemerintah terdiri atas sbb :

 Laporan Realisasi Anggaran


 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
 Neraca
 Laporan Operasional
 Laporan Arus Kas
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Catatan Atas Laporan Keuangan

Tujuan menerapkan akuntansi & menyusun laporan keuangan organisasi


pemerintahan meliputi berikut ini :

 Memberikan informasi keuangan untuk menentukan & memprediksi aliran


kas, saldo neraca, & kebutuhan sumber daya keuangan jangka pendek unit
pemerintahan
 Memberikan informasi keuangan untuk menentukan & memprediksi kondisi
ekonomi suatu unit pemerintahan & perubahan yang terjadi di dalamnya
 Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya
dengan undang - undang, kontrak yang telah disepakati, & ketentuan lain
yang disyaratkan
 Memberikan informasi untuk perencanaan & penganggaran, serta untuk
memprediksi pengaruh akuisisi & alokasi sumber daya terhadap pencapaian
tujuan operasional
 Memberikan informasi guna mengevaluasi kinerja manajerial &
organisasional untuk :
a. menentukan biaya program, fungsi, & aktivitas sehingga memudahkan
analisa & melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan,
periode sebelumnya, & kinerja unit pemerintah lain.
b. mengevaluasi tingkat ekonomi & efisiensi operasi , program , aktivitas , &
fungsi tertentu di unit pemerintah
c. mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, & fungsi serta efektivitas
terhadap pencapaian tujuan & target
d. mengevaluasi tingkat pemerataan & keadilan

Tinjauan Atas PSAP Nomor 02 : Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas


Basis Akuntansi
Anggaran pemerintah disusun dengan basis kas. Akuntansi pemerintah pada
dasarnya merupakan akuntansi anggaran, maka basis akuntansi yang digunakan
seharusnya sama dengan basis anggaran. Pada saat ini pemerintah Indonesia
masih menggunakan basis kas untuk anggaran maupun akuntansi realisasi
anggarannya. Apabila ada pemerintah daerah yang menerapkan basis akrual
penuh dalam sistem akuntansinya, termasuk untuk pendapatan & belanja maka
dalam penyusunan LRA, laporan yang dihasilkan dari basis akrual tersebut harus
dikonversi ke LRA berbasis kas. Konversi dari LRA berbasis akrual ke LRA
berbasis kas wajib disajikan & diungkapkan dalam CaLK sebagaimana diatur dalam
PSAP No 04 tentang CaLK. Ketentuan ini tetap tidak berubah meskipun PP No 24
Tahun 2005 telah digantikan dengan PP No 71 Tahun 2010.

Akuntansi Anggaran

Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban & pengendalian


manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer, & pembiayaan. Akuntansi anggaran mencatat & menyajikan akun atau
perkiraan operasi dalam format yang sama & sejajar dengan anggaran. Teknik ini
dapat membandingkan secara sistematis & kontinu mengenai jumlah anggaran
dengan realisasinya. Tujuan utama teknik ini adalah menekankan peran anggaran
dalam siklus perencanaan, pengendalian, & akuntabilitas.

Akuntansi Pendapatan LRA

Pada umumnya pendapatan adalah penambahan ekuitas dana lancar pemerintah


karena penerimaan yang berasal dari berbagai sumber (Asrori,2010). Sementara
Ritonga (2010) mengartikan pendapatan dalam konteks keuangan daerah sebagai
semua penerimaan pada bendahara umum daerah atau bendahara penerimaan
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemda & tidak perlu dibayar kembali oleh pemda.
Kini definisi tersebut berubah karena pendapatan (LRA) tidak lagi menambah
ekuitas dana lancar melainkan menambah saldo anggaran lebih. Pendapatan diakui
pada saat kas diterima pada Rekening Kas Umum Negara / Daerah. Pembukuan
pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan asas bruto yaitu membukukan
penerimaan bruto, & tidak diperbolehkan mencatat jumlah netonya. Asas bruto
dapat dikecualikan apabila besaran pengurang terhadap pendapatan LRA bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud & tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai. Kini tidak perlu lagi jurnal pendamping
(korolari) untuk mengakui pendapatan berupa aset tetap, karena transaksi tersebut
diakui melalui pendapatan - LO yang berbasis akrual.
BAB 29 AKUNTANSI DESA : STUDI PADA DESA SUMBER
AGUNG TAHUN ANGGARAN 2008-2013

Latar Belakang

 Penyelenggaraan otonomi daerah membawa perubahan pada sistem


pelaksanaan pemerintah daerah. Wilayah Indonesia yang begitu luas dengan
sumber daya yang berbeda akan membawa pengaruh yang besar pada
keberhasilan otonomi daerah.

 Salah satu dampak positif daerah adalah terjadinya perubahan sistem


pemerintahan dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik

 Desentralisasi dalam otonomi daerah berarti ada pelimpahan wewenang dari


pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menangani beberapa
sektor seperti ekonomi & pembangunan daerah.

 Kemampuan sumber daya manusia untuk mengimplementasikan otonomi


akan menjadi sumber kekuatan bagi desa dalam mengurus & mengatur
entitas tersebut.

 Desa Sumberagung merupakan entitas sektor publik dalam tatanan


pemerintahan nasional yang resmi.

 Kewenangan untuk mengatur pemerintahan tertuang dalam

1. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang


Desa

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Desa

3. Peraturan Bupati Sleman Nomor 82 Tahun 2009 tentang Anggaran


Pendapatan & Belanja Desa

 Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut diharapkan desa memiliki


kepastian hukum & kepastian nilai sehingga desa mampu mengelola
keuangannya secara tepat & mandiri.

Anda mungkin juga menyukai