MZI
Fakultas Informatika
Telkom University
FIF Tel-U
November 2015
Slide ini disusun berdasarkan materi yang terdapat pada sumber-sumber berikut:
1 Aplikasi Matriks dan Ruang Vektor, Edisi 1 2014, oleh Adiwijaya.
2 Elementary Linear Algebra, 10th Edition, 2010, oleh H. Anton dan C. Rorres.
3 Slide kuliah Aljabar Linier di Telkom University oleh Jondri.
4 Slide kuliah Aljabar Linier di Fasilkom UI oleh Kasiyah M. Junus dan Siti
Aminah.
5 Slide kuliah Aljabar Linier di Fasilkom UI oleh L. Y. Stefanus.
Beberapa gambar dapat diambil dari sumber-sumber di atas. Slide ini ditujukan
untuk keperluan akademis di lingkungan FIF Telkom University. Jika Anda
memiliki saran/ pendapat/ pertanyaan terkait materi dalam slide ini, silakan kirim
email ke <pleasedontspam>@telkomuniversity.ac.id.
4 Proses Gram-Schmidt
5 Dekomposisi (Faktorisasi) QR
Bahasan
4 Proses Gram-Schmidt
5 Dekomposisi (Faktorisasi) QR
De…nisi
Misalkan V adalah sebuah RHKD. Himpunan vektor S dikatakan himpunan
ortogonal apabila setiap sepasang vektor berbeda di S saling ortogonal, yaitu
Latihan
Periksa apakah himpunan-himpunan berikut merupakan himpunan ortogonal, jika
ya, periksa juga apakah himpunan-himpunan berikut merupakan himpunan
ortonormal.
1 S = f(0; 0) ; (1; 1) ; (1; 1)g di R2 dengan HKD Euclid standar
n o
2 S= p1 ; p1 ; p1 ; p1 di R2 dengan HKD Euclid standar
2 2 2 2
n o
3 S = (1; 0; 0) ; 0; p12 ; p12 ; 0; p12 ; p12 di R2 dengan HKD Euclid
standar
1 0 0 1 0 0 0 0
4 S= ; ; ; di M22 dengan HKD
0 0 0 0 1 0 0 1
Frobenius
Solusi:
Solusi:
1 S merupakan himpunan ortogonal karena (0; 0) (1; 1) = 0,
(0; 0) (1; 1) = 0, dan (1; 1) (1; 1) = 0.
Solusi:
1 S merupakan himpunan ortogonal karena (0; 0) (1; 1) = 0,
(0; 0) (1; 1) = 0, dan (1; 1) (1; 1) = 0. Namun S bukan himpunan
ortogonal karena k(0; 0)k = 0 6= 1.
Solusi:
1 S merupakan himpunan ortogonal karena (0; 0) (1; 1) = 0,
(0; 0) (1; 1) = 0, dan (1; 1) (1; 1) = 0. Namun S bukan himpunan
ortogonal karena k(0; 0)k = 0 6= 1.
2 S merupakan himpunan ortogonal karena p1 ; p1 p1 ; p1 =0
2 2 2 2
serta p1 ; p1 = 1 dan p1 ; p1 = 1.
2 2 2 2
Solusi:
1 S merupakan himpunan ortogonal karena (0; 0) (1; 1) = 0,
(0; 0) (1; 1) = 0, dan (1; 1) (1; 1) = 0. Namun S bukan himpunan
ortogonal karena k(0; 0)k = 0 6= 1.
2 S merupakan himpunan ortogonal karena p1 ; p1 p1 ; p1 =0
2 2 2 2
serta p1 ; p1 = 1 dan p1 ; p1 = 1.
2 2 2 2
Solusi:
1 S merupakan himpunan ortogonal karena (0; 0) (1; 1) = 0,
(0; 0) (1; 1) = 0, dan (1; 1) (1; 1) = 0. Namun S bukan himpunan
ortogonal karena k(0; 0)k = 0 6= 1.
2 S merupakan himpunan ortogonal karena p1 ; p1 p1 ; p1 =0
2 2 2 2
serta p1 ; p1 = 1 dan p1 ; p1 = 1.
2 2 2 2
Permasalahan
Misalkan V adalah sebuah RHKD dan S V adalah sebuah himpunan ortogonal,
apakah kita selalu dapat mengkonstruksi himpunan S 0 dari S yang bersifat
ortonormal?
Latihan
Permasalahan
Misalkan V adalah sebuah RHKD dan S V adalah sebuah himpunan ortogonal,
apakah kita selalu dapat mengkonstruksi himpunan S 0 dari S yang bersifat
ortonormal?
Latihan
Pandang R3 yang dilengkapi dengan HKD Euclid standar. Periksa apakah
S = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g dengan ~u1 = (0; 1; 0), ~u2 = (1; 0; 1), dan ~u3 = (1; 0; 1)
merupakan himpunan ortogonal? Jika ya, apakah S himpunan ortonormal? Jika
tidak, dapatkah kita mengkonstruksi suatu himpunan ortonormal dari S?
Permasalahan
Misalkan V adalah sebuah RHKD dan S V adalah sebuah himpunan ortogonal,
apakah kita selalu dapat mengkonstruksi himpunan S 0 dari S yang bersifat
ortonormal?
Latihan
Pandang R3 yang dilengkapi dengan HKD Euclid standar. Periksa apakah
S = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g dengan ~u1 = (0; 1; 0), ~u2 = (1; 0; 1), dan ~u3 = (1; 0; 1)
merupakan himpunan ortogonal? Jika ya, apakah S himpunan ortonormal? Jika
tidak, dapatkah kita mengkonstruksi suatu himpunan ortonormal dari S?
Selanjutnya periksa apakah T = f~v1 ; ~v2 ; ~v3 g dengan ~v1 = (0; 0; 0), ~v2 = (0; 2; 0),
dan ~v3 = (0; 0; 2) merupakan himpunan ortogonal? Jika ya, apakah T himpunan
ortonormal? Jika tidak, dapatkah kita mengkonstruksi suatu himpunan ortonormal
dari T ?
MZI (FIF Tel-U) Proses Gram-Schmidt dan Dekomposisi QR November 2015 8 / 52
Himpunan Ortogonal dan Himpunan Ortonormal
Solusi:
Solusi: Perhatikan bahwa pada S kita memiliki ~u1 ~u2 = 0, ~u1 ~u3 = 0, dan
~u2 ~u3 = 0. Jadi S himpunan ortogonal.
p Akan tetapi S bukan himpunan
ortonormal karena k~u2 k = k~u3 k = 2.
Solusi: Perhatikan bahwa pada S kita memiliki ~u1 ~u2 = 0, ~u1 ~u3 = 0, dan
~u2 ~u3 = 0. Jadi S himpunan ortogonal.
p Akan tetapi S bukan himpunan
ortonormal karena k~u2 k = k~u3 k = 2. Kita dapat mengkonstruksi himpunan
ortonormal S 0 dari S dengan cara membagi setiap vektor pada S dengan normnya
masing-masing sehingga diperoleh himpunan ortonormal
S0 =
Solusi: Perhatikan bahwa pada S kita memiliki ~u1 ~u2 = 0, ~u1 ~u3 = 0, dan
~u2 ~u3 = 0. Jadi S himpunan ortogonal.
p Akan tetapi S bukan himpunan
ortonormal karena k~u2 k = k~u3 k = 2. Kita dapat mengkonstruksi himpunan
ortonormal S 0 dari S dengan cara membagi setiap vektor pada S dengan normnya
masing-masing
n sehingga diperoleh himpunano ortonormal
S = (0; 1; 0) ; p12 ; 0 p12 ; p12 ; 0; p12 .
0
Solusi: Perhatikan bahwa pada S kita memiliki ~u1 ~u2 = 0, ~u1 ~u3 = 0, dan
~u2 ~u3 = 0. Jadi S himpunan ortogonal.
p Akan tetapi S bukan himpunan
ortonormal karena k~u2 k = k~u3 k = 2. Kita dapat mengkonstruksi himpunan
ortonormal S 0 dari S dengan cara membagi setiap vektor pada S dengan normnya
masing-masing
n sehingga diperoleh himpunano ortonormal
S = (0; 1; 0) ; p12 ; 0 p12 ; p12 ; 0; p12 .
0
Selanjutnya perhatikan bahwa pada T kita memiliki ~v1 ~v2 = 0, ~v1 ~v3 = 0, dan
~v2 ~v3 = 0. Jadi T himpunan ortogonal. Akan tetapi T bukan himpunan
ortonormal karena k~v1 k = 0.
Solusi: Perhatikan bahwa pada S kita memiliki ~u1 ~u2 = 0, ~u1 ~u3 = 0, dan
~u2 ~u3 = 0. Jadi S himpunan ortogonal.
p Akan tetapi S bukan himpunan
ortonormal karena k~u2 k = k~u3 k = 2. Kita dapat mengkonstruksi himpunan
ortonormal S 0 dari S dengan cara membagi setiap vektor pada S dengan normnya
masing-masing
n sehingga diperoleh himpunano ortonormal
S = (0; 1; 0) ; p12 ; 0 p12 ; p12 ; 0; p12 .
0
Selanjutnya perhatikan bahwa pada T kita memiliki ~v1 ~v2 = 0, ~v1 ~v3 = 0, dan
~v2 ~v3 = 0. Jadi T himpunan ortogonal. Akan tetapi T bukan himpunan
ortonormal karena k~v1 k = 0. Kita dapat mengkonstruksi himpunan ortonormal T 0
dari T dengan cara membuang vektor nol ~v1 dan membagi setiap vektor pada T
yang tak nol dengan normnya masing-masing sehingga diperoleh himpunan
ortonormal T 0 =
Solusi: Perhatikan bahwa pada S kita memiliki ~u1 ~u2 = 0, ~u1 ~u3 = 0, dan
~u2 ~u3 = 0. Jadi S himpunan ortogonal.
p Akan tetapi S bukan himpunan
ortonormal karena k~u2 k = k~u3 k = 2. Kita dapat mengkonstruksi himpunan
ortonormal S 0 dari S dengan cara membagi setiap vektor pada S dengan normnya
masing-masing
n sehingga diperoleh himpunano ortonormal
S = (0; 1; 0) ; p12 ; 0 p12 ; p12 ; 0; p12 .
0
Selanjutnya perhatikan bahwa pada T kita memiliki ~v1 ~v2 = 0, ~v1 ~v3 = 0, dan
~v2 ~v3 = 0. Jadi T himpunan ortogonal. Akan tetapi T bukan himpunan
ortonormal karena k~v1 k = 0. Kita dapat mengkonstruksi himpunan ortonormal T 0
dari T dengan cara membuang vektor nol ~v1 dan membagi setiap vektor pada T
yang tak nol dengan normnya masing-masing sehingga diperoleh himpunan
ortonormal T 0 = f(0; 1; 0) ; (0; 0; 1)g.
Bahasan
4 Proses Gram-Schmidt
5 Dekomposisi (Faktorisasi) QR
Bukti
Pandang kombinasi linier
1~
v1 + 2~
v2 + + k~
vk = ~0. (1)
Bukti
Pandang kombinasi linier
1~
v1 + 2~
v2 + + k~
vk = ~0. (1)
Bukti
Pandang kombinasi linier
1~
v1 + 2~
v2 + + k~
vk = ~0. (1)
h 1~
v1 ; ~vj i +h 2~
v2 ; ~vj i + +h j~
vj ; ~vj i + +h k~
vk ; ~vj i = 0
Bukti
Pandang kombinasi linier
1~
v1 + 2~
v2 + + k~
vk = ~0. (1)
h 1~
v1 ; ~vj i +h 2~
v2 ; ~vj i + +h j~
vj ; ~vj i + +h k~
vk ; ~vj i = 0
1 h~v1 ; ~v1 i + 2 h~v2 ; ~v2 i + + j h~vj ; ~vj i + + k h~vk ; ~vk i = 0 (2)
MZI (FIF Tel-U) Proses Gram-Schmidt dan Dekomposisi QR November 2015 11 / 52
Basis Ortogonal dan Basis Ortonormal
= 0, jika i 6= j
h~vi ; ~vj i , 8i; j dengan 1 i; j k.
6= 0, jika i = j
= 0, jika i 6= j
h~vi ; ~vj i , 8i; j dengan 1 i; j k.
6= 0, jika i = j
j h~vj ; ~vj i = 0 , j =0
= 0, jika i 6= j
h~vi ; ~vj i , 8i; j dengan 1 i; j k.
6= 0, jika i = j
j h~vj ; ~vj i = 0 , j =0
Contoh
n o
Pada R3 yang dilengkapi HKD Euclid standar, B = ^{; |^; k^ adalah basis
ortonormal. Lebih jauh pada Rn yang dilengkapi HKD Euclid standar,
B = f~e1 ; ~e2 ; : : : ; ~en g adalah basis ortonormal.
Latihan
4 3 3 4
Periksa apakah B = (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 merupakan basis ortonormal
untuk R3 .
MZI (FIF Tel-U) Proses Gram-Schmidt dan Dekomposisi QR November 2015 13 / 52
Basis Ortogonal dan Basis Ortonormal
4 3 3 4
Solusi: Perhatikan bahwa 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 bebas linier pada bidang xz.
Selanjutnya karena (0; 1; 0) tidak berada di bidang xz, kita dapat menyimpulkan
bahwa B bebas linier. Karena jBj = 3 = dim R3 , maka B adalah basis bagi R3 .
4 3 3 4
Solusi: Perhatikan bahwa 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 bebas linier pada bidang xz.
Selanjutnya karena (0; 1; 0) tidak berada di bidang xz, kita dapat menyimpulkan
bahwa B bebas linier. Karena jBj = 3 = dim R3 , maka B adalah basis bagi R3 .
Selanjutnya tinjau bahwa
4 3
(0; 1; 0) ; 0; = 0
5 5
3 4
(0; 1; 0) ; 0; = 0
5 5
4 3 3 4
; 0; ; 0; = 0
5 5 5 5
4 3 3 4
Solusi: Perhatikan bahwa 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 bebas linier pada bidang xz.
Selanjutnya karena (0; 1; 0) tidak berada di bidang xz, kita dapat menyimpulkan
bahwa B bebas linier. Karena jBj = 3 = dim R3 , maka B adalah basis bagi R3 .
Selanjutnya tinjau bahwa
4 3
(0; 1; 0) ; 0; = 0
5 5
3 4
(0; 1; 0) ; 0; = 0
5 5
4 3 3 4
; 0; ; 0; = 0
5 5 5 5
4 3 3 4
k(0; 1; 0)k = 1, ; 0; = 1, dan ; 0; = 1,
5 5 5 5
Permasalahan
Himpunan B = f(0; 1; 0) ; (1; 0; 1) ; (1; 0; 1)g merupakan basis ortogonal bagi
R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
Bukti
Misalkan (~u)B = ( 1; 2; : : : ; n ), ini berarti
~u =
Bukti
Misalkan (~u)B = ( 1; 2; : : : ; n ), ini berarti
~u = 1~
v1 + 2~
v2 + + n~
vn
Bukti
Misalkan (~u)B = ( 1; 2; : : : ; n ), ini berarti
~u = 1~
v1 + 2~
v2 + + n~
vn
h~vj ; ~ui =
= 0, jika i 6= j
h~vi ; ~vj i
6= 0, jika i = j
= 0, jika i 6= j
h~vi ; ~vj i
6= 0, jika i = j
Dengan demikian
jika ~u = 1~
v1 + 2~
v2 + + n~
vn maka
Dengan demikian
jika ~u = 1~
v1 + 2~v2 + + n~vn maka
h~v1 ; ~ui h~v2 ; ~ui h~vn ; ~ui
~u = 2 ~
v1 + 2 ~
v2 + + vn .
2 ~
k~v1 k k~v2 k k~vn k
Latihan
Diberikan himpunan B = f(0; 1; 0) ; (1; 0; 1) ; (1; 0; 1)g yang merupakan basis
bagi R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
Latihan
Diberikan himpunan B = f(0; 1; 0) ; (1; 0; 1) ; (1; 0; 1)g yang merupakan basis
bagi R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
a =
Latihan
Diberikan himpunan B = f(0; 1; 0) ; (1; 0; 1) ; (1; 0; 1)g yang merupakan basis
bagi R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
(1; 2; 3) (0; 1; 0)
a = 2 =2
k(0; 1; 0)k
b =
Latihan
Diberikan himpunan B = f(0; 1; 0) ; (1; 0; 1) ; (1; 0; 1)g yang merupakan basis
bagi R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
(1; 2; 3) (0; 1; 0)
a = 2 =2
k(0; 1; 0)k
(1; 2; 3) (1; 0; 1)
b = 2 =2
k(1; 0; 1)k
c =
Latihan
Diberikan himpunan B = f(0; 1; 0) ; (1; 0; 1) ; (1; 0; 1)g yang merupakan basis
bagi R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
(1; 2; 3) (0; 1; 0)
a = 2 =2
k(0; 1; 0)k
(1; 2; 3) (1; 0; 1)
b = 2 =2
k(1; 0; 1)k
(1; 2; 3) (1; 0; 1)
c = 2 = 1.
k(1; 0; 1)k
Latihan
Diberikan himpunan B = f(0; 1; 0) ; (1; 0; 1) ; (1; 0; 1)g yang merupakan basis
bagi R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
(1; 2; 3) (0; 1; 0)
a = 2 =2
k(0; 1; 0)k
(1; 2; 3) (1; 0; 1)
b = 2 =2
k(1; 0; 1)k
(1; 2; 3) (1; 0; 1)
c = 2 = 1.
k(1; 0; 1)k
Permasalahan
4 3 3 4
Himpunan B = (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 merupakan basis ortonormal bagi
R3 . Tentukan (1; 2; 3)B .
Bukti
Basis ortonormal merupakan basis ortogonal yang setiap vektor basisnya memiliki
norm 1.
4 3 3 4
Dengan demikian untuk B = (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 , kita dapat
menghitung (1; 2; 3)B = (a; b; c) dengan cara berikut
a =
4 3 3 4
Dengan demikian untuk B = (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 , kita dapat
menghitung (1; 2; 3)B = (a; b; c) dengan cara berikut
a = (1; 2; 3) (0; 1; 0) = 2
b =
4 3 3 4
Dengan demikian untuk B = (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 , kita dapat
menghitung (1; 2; 3)B = (a; b; c) dengan cara berikut
a = (1; 2; 3) (0; 1; 0) = 2
4 3
b = (1; 2; 3) ; 0; =1
5 5
c =
4 3 3 4
Dengan demikian untuk B = (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 , kita dapat
menghitung (1; 2; 3)B = (a; b; c) dengan cara berikut
a = (1; 2; 3) (0; 1; 0) = 2
4 3
b = (1; 2; 3) ; 0; =1
5 5
3 4
c = (1; 2; 3) ; 0; =3
5 5
4 3 3 4
Dengan demikian untuk B = (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 ; 5 ; 0; 5 , kita dapat
menghitung (1; 2; 3)B = (a; b; c) dengan cara berikut
a = (1; 2; 3) (0; 1; 0) = 2
4 3
b = (1; 2; 3) ; 0; =1
5 5
3 4
c = (1; 2; 3) ; 0; =3
5 5
Teorema
Misalkan V adalah sebuah RHKD berdimensi n dan B = f~q1 ; ~q2 ; : : : ; ~qn g adalah
basis ortonormal bagi V . Misalkan ~u; ~v 2 V dengan
(~u)B = (u1 ; u2 ; : : : ; un )
(~v )B = (v1 ; v2 ; : : : ; vn ) ,
maka
p
1 k~uk = u21 + u22 + + u2n
q
2 2 2
2 d (~u; ~v ) = (u1 v1 ) + (u2 v2 ) + + (un vn )
3 h~u; ~v i = u1 v1 + u2 v2 + + un vn .
Bahasan
4 Proses Gram-Schmidt
5 Dekomposisi (Faktorisasi) QR
Ingat kembali pada R2 maupun R3 , jika ~u1 adalah proyeksi ortogonal dari ~u pada
~b kita memiliki
~u1 =
Ingat kembali pada R2 maupun R3 , jika ~u1 adalah proyeksi ortogonal dari ~u pada
~b kita memiliki
~u ~b ~
~u1 = 2 b.
~b
Pada ruang Euclid R2 atau R3 , jika W adalah sebuah garis atau bidang yang
melalui titik asal, maka setiap vektor ~u pada ruang vektor tersebut dapat ditulis
dalam bentuk
~u = w ~ 2,
~1 + w
dengan w ~ 2 2 W ?.
~ 1 2 W dan w
Pada ruang Euclid R2 atau R3 , jika W adalah sebuah garis atau bidang yang
melalui titik asal, maka setiap vektor ~u pada ruang vektor tersebut dapat ditulis
dalam bentuk
~u = w ~ 2,
~1 + w
dengan w ~ 2 2 W ?.
~ 1 2 W dan w
Teorema Proyeksi
Teorema
Jika W adalah sebuah subruang berdimensi hingga dari sebuah RHKD V , maka
setiap vektor ~u 2 V dapat ditulis secara tunggal dalam bentuk
~u = w ~ 0,
~ +w
dengan w ~ 0 2 W ?.
~ 2 W dan w
Teorema di atas mengatakan bahwa setiap vektor ~u 2 V dapat dinyatakan dalam
bentuk
~u = projW ~u + projW ? ~u
secara tunggal.
Teorema Proyeksi
Teorema
Jika W adalah sebuah subruang berdimensi hingga dari sebuah RHKD V , maka
setiap vektor ~u 2 V dapat ditulis secara tunggal dalam bentuk
~u = w ~ 0,
~ +w
dengan w ~ 0 2 W ?.
~ 2 W dan w
Teorema di atas mengatakan bahwa setiap vektor ~u 2 V dapat dinyatakan dalam
bentuk
~u = projW ~u + projW ? ~u
secara tunggal.
Dengan mengadaptasi teorema yang telah dijelaskan untuk basis ortogonal dan
basis ortonormal untuk suatu RHKD, kita mempunyai teorema berikut.
Teorema
Misalkan W adalah subruang berdimensi k dari suatu RHKD V dan ~u 2 W , maka
1 Jika B = f~
p1 ; p~2 ; : : : ; p~k g adalah basis ortogonal bagi W , maka
projW ~u = h~u; ~q1 i ~q1 + h~u; ~q2 i ~q2 + + h~u; ~qk i ~qk .
Bukti
Latihan.
Latihan
Pandang R3 yang dilengkapi dengan HKD Euclid standar. Jika
4 3
W = span (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 , carilah proyeksi ortogonal dari ~u = (1; 1; 1)
pada W .
Solusi:
Latihan
Pandang R3 yang dilengkapi dengan HKD Euclid standar. Jika
4 3
W = span (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 , carilah proyeksi ortogonal dari ~u = (1; 1; 1)
pada W .
Solusi: Perhatikan bahwa W adalah basis ortonormal karena
4 3 4 3
(0; 1; 0) 5 ; 0; 5 = 0 dan k(0; 1; 0)k = 5 ; 0; 5 = 1. Jadi
projW ~u =
Latihan
Pandang R3 yang dilengkapi dengan HKD Euclid standar. Jika
4 3
W = span (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 , carilah proyeksi ortogonal dari ~u = (1; 1; 1)
pada W .
Solusi: Perhatikan bahwa W adalah basis ortonormal karena
4 3 4 3
(0; 1; 0) 5 ; 0; 5 = 0 dan k(0; 1; 0)k = 5 ; 0; 5 = 1. Jadi
4 3 4 3
projW ~u = [(0; 1; 0) (1; 1; 1)] (0; 1; 0) + ; 0; (1; 1; 1) ; 0;
5 5 5 5
Latihan
Pandang R3 yang dilengkapi dengan HKD Euclid standar. Jika
4 3
W = span (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 , carilah proyeksi ortogonal dari ~u = (1; 1; 1)
pada W .
Solusi: Perhatikan bahwa W adalah basis ortonormal karena
4 3 4 3
(0; 1; 0) 5 ; 0; 5 = 0 dan k(0; 1; 0)k = 5 ; 0; 5 = 1. Jadi
4 3 4 3
projW ~u = [(0; 1; 0) (1; 1; 1)] (0; 1; 0) + ; 0; (1; 1; 1) ; 0;
5 5 5 5
1 4 3
= (0; 1; 0) ; 0;
5 5 5
Latihan
Pandang R3 yang dilengkapi dengan HKD Euclid standar. Jika
4 3
W = span (0; 1; 0) ; 5 ; 0; 5 , carilah proyeksi ortogonal dari ~u = (1; 1; 1)
pada W .
Solusi: Perhatikan bahwa W adalah basis ortonormal karena
4 3 4 3
(0; 1; 0) 5 ; 0; 5 = 0 dan k(0; 1; 0)k = 5 ; 0; 5 = 1. Jadi
4 3 4 3
projW ~u = [(0; 1; 0) (1; 1; 1)] (0; 1; 0) + ; 0; (1; 1; 1) ; 0;
5 5 5 5
1 4 3
= (0; 1; 0) ; 0;
5 5 5
4 3 4 3
= (0; 1; 0) + ; 0; = ; 1;
25 25 25 25
Bahasan
4 Proses Gram-Schmidt
5 Dekomposisi (Faktorisasi) QR
Permasalahan
Misalkan V adalah sebuah RHKD berdimensi n. Apakah V pasti memiliki basis
ortogonal? Bagaimana dengan basis ortonormal?
Permasalahan
Permasalahan
Misalkan V adalah sebuah RHKD berdimensi n. Apakah V pasti memiliki basis
ortogonal? Bagaimana dengan basis ortonormal?
Permasalahan
Diberikan suatu RHKD V berdimensi n dan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah basis
bagi V . Apakah kita dapat mengkonstruksi suatu basis B 0 yang ortogonal dan
basis B 00 yang ortonormal dari B?
Proses Gram-Schmidt
Proses Gram-Schmidt
Misalkan V adalah sebuah RHKD berdimensi n dan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah
sebuah basis bagi V . Proses Gram-Schmidt (atau algoritma Gram-Schmidt)
adalah suatu prosedur mengkonstruksi basis ortogonal B 0 dari B. Dengan
demikian proses Gram-Schmidt adalah sebuah algoritma dengan input dan output
berikut:
Input:
Proses Gram-Schmidt
Misalkan V adalah sebuah RHKD berdimensi n dan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah
sebuah basis bagi V . Proses Gram-Schmidt (atau algoritma Gram-Schmidt)
adalah suatu prosedur mengkonstruksi basis ortogonal B 0 dari B. Dengan
demikian proses Gram-Schmidt adalah sebuah algoritma dengan input dan output
berikut:
Input: sembarang basis B pada sebuah RHKD V .
Output:
Proses Gram-Schmidt
Misalkan V adalah sebuah RHKD berdimensi n dan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah
sebuah basis bagi V . Proses Gram-Schmidt (atau algoritma Gram-Schmidt)
adalah suatu prosedur mengkonstruksi basis ortogonal B 0 dari B. Dengan
demikian proses Gram-Schmidt adalah sebuah algoritma dengan input dan output
berikut:
Input: sembarang basis B pada sebuah RHKD V .
Output: suatu basis ortogonal B 0 yang dikonstruksi menggunakan
vektor-vektor pada B.
Proses Gram-Schmidt
Misalkan V adalah sebuah RHKD berdimensi n dan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah
sebuah basis bagi V . Proses Gram-Schmidt (atau algoritma Gram-Schmidt)
adalah suatu prosedur mengkonstruksi basis ortogonal B 0 dari B. Dengan
demikian proses Gram-Schmidt adalah sebuah algoritma dengan input dan output
berikut:
Input: sembarang basis B pada sebuah RHKD V .
Output: suatu basis ortogonal B 0 yang dikonstruksi menggunakan
vektor-vektor pada B.
Jika kita menginkan basis B 00 yang ortonormal dari B 0 , kita dapat melakukannya
dengan membagi setiap vektor pada B 0 dengan normnya masing-masing.
Misalkan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah suatu basis bagi RHKD V yang berdimensi
n. Pertama kita akan mengkonstruksi basis ortogonal B 0 = f~ p1 ; p~2 ; : : : ; p~n g dari
B.
Langkah 1:
Misalkan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah suatu basis bagi RHKD V yang berdimensi
n. Pertama kita akan mengkonstruksi basis ortogonal B 0 = f~ p1 ; p~2 ; : : : ; p~n g dari
B.
Langkah 1: pilih p~1 = ~v1 .
Langkah 2:
Misalkan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah suatu basis bagi RHKD V yang berdimensi
n. Pertama kita akan mengkonstruksi basis ortogonal B 0 = f~ p1 ; p~2 ; : : : ; p~n g dari
B.
Langkah 1: pilih p~1 = ~v1 .
Langkah 2: kita akan mengkonstruksi p~2 agar p~2 ?~ p1 . Tinjau ilustrasi berikut
Misalkan B = f~v1 ; ~v2 ; : : : ; ~vn g adalah suatu basis bagi RHKD V yang berdimensi
n. Pertama kita akan mengkonstruksi basis ortogonal B 0 = f~ p1 ; p~2 ; : : : ; p~n g dari
B.
Langkah 1: pilih p~1 = ~v1 .
Langkah 2: kita akan mengkonstruksi p~2 agar p~2 ?~ p1 . Tinjau ilustrasi berikut
Misalkan W1 = span f~
p1 g, kita dapat mende…nisikan p~2 =
Misalkan W1 = span f~
p1 g, kita dapat mende…nisikan p~2 = ~v2 projW1 ~v2 ,
sehingga diperoleh
p~2 =
Misalkan W1 = span f~
p1 g, kita dapat mende…nisikan p~2 = ~v2 projW1 ~v2 ,
sehingga diperoleh
h~v2 ; p~1 i
p~2 = ~v2 2 p ~1 .
k~p1 k
Langkah 3:
Misalkan W1 = span f~
p1 g, kita dapat mende…nisikan p~2 = ~v2 projW1 ~v2 ,
sehingga diperoleh
h~v2 ; p~1 i
p~2 = ~v2 2 p ~1 .
k~p1 k
Langkah 3: kita akan mengkonstruksi p~3 agar p~3 ?~
p2 dan p~3 ?~
p1 . Tinjau ilustrasi
berikut
Misalkan W1 = span f~
p1 g, kita dapat mende…nisikan p~2 = ~v2 projW1 ~v2 ,
sehingga diperoleh
h~v2 ; p~1 i
p~2 = ~v2 2 p ~1 .
k~p1 k
Langkah 3: kita akan mengkonstruksi p~3 agar p~3 ?~
p2 dan p~3 ?~
p1 . Tinjau ilustrasi
berikut
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 =
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
p~3 =
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
h~v3 ; p~1 i h~v3 ; p~2 i
p~3 = ~v3 2 p ~1 2 p ~2 .
k~p1 k k~p2 k
Langkah 4:
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
h~v3 ; p~1 i h~v3 ; p~2 i
p~3 = ~v3 2 p ~1 2 p ~2 .
k~p1 k k~p2 k
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
h~v3 ; p~1 i h~v3 ; p~2 i
p~3 = ~v3 2 p ~1 2 p ~2 .
k~p1 k k~p2 k
p~4 =
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
h~v3 ; p~1 i h~v3 ; p~2 i
p~3 = ~v3 2 p ~1 2 p ~2 .
k~p1 k k~p2 k
..
.
Langkah ke-i:
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
h~v3 ; p~1 i h~v3 ; p~2 i
p~3 = ~v3 2 p ~1 2 p ~2 .
k~p1 k k~p2 k
..
.
Langkah ke-i: kita dapat mengkonstruksi p~i agar p~i ?~ pj untuk setiap
1 j i 1. Misalkan Wi 1 = span f~ p1 ; p~2 ; : : : p~i 1 g, kita dapat mende…nisikan
p~i =
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
h~v3 ; p~1 i h~v3 ; p~2 i
p~3 = ~v3 2 p ~1 2 p ~2 .
k~p1 k k~p2 k
..
.
Langkah ke-i: kita dapat mengkonstruksi p~i agar p~i ?~ pj untuk setiap
1 j i 1. Misalkan Wi 1 = span f~ p1 ; p~2 ; : : : p~i 1 g, kita dapat mende…nisikan
p~i = ~vi projWi 1 ~vi , sehingga diperoleh
p~i =
Misalkan W2 = span f~
p1 ; p~2 g, kita dapat mende…nisikan p~3 = ~v3 projW2 ~v3 ,
sehingga diperoleh
h~v3 ; p~1 i h~v3 ; p~2 i
p~3 = ~v3 2 p ~1 2 p ~2 .
k~p1 k k~p2 k
..
.
Langkah ke-i: kita dapat mengkonstruksi p~i agar p~i ?~ pj untuk setiap
1 j i 1. Misalkan Wi 1 = span f~ p1 ; p~2 ; : : : p~i 1 g, kita dapat mende…nisikan
p~i = ~vi projWi 1 ~vi , sehingga diperoleh
..
.
Langkah ke-n:
..
.
Langkah ke-n: kita dapat mengkonstruksi p~n agar p~n ?~ pj untuk setiap
1 j n 1. Misalkan Wn 1 = span f~ p1 ; p~2 ; : : : ; p~n 1 g, kita dapat
mende…nisikan p~n =
..
.
Langkah ke-n: kita dapat mengkonstruksi p~n agar p~n ?~ pj untuk setiap
1 j n 1. Misalkan Wn 1 = span f~ p1 ; p~2 ; : : : ; p~n 1 g, kita dapat
mende…nisikan p~n = ~vn projWn 1 ~vn , sehingga diperoleh
p~n =
..
.
Langkah ke-n: kita dapat mengkonstruksi p~n agar p~n ?~ pj untuk setiap
1 j n 1. Misalkan Wn 1 = span f~ p1 ; p~2 ; : : : ; p~n 1 g, kita dapat
mende…nisikan p~n = ~vn projWn 1 ~vn , sehingga diperoleh
p~i
~qi = , untuk setiap 1 i n.
k~
pi k
Latihan
Diberikan basis B = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g bagi R3 dengan ~u1 = (1; 1; 1), ~u2 = (0; 1; 1),
dan ~u3 = (0; 0; 1). Terapkan proses Gram-Schmidt pada B untuk memperoleh
suatu basis B 0 yang ortogonal dan basis B 00 yang ortonormal dengan HKD Euclid
standar.
Solusi: dengan proses Gram-Schmidt
Latihan
Diberikan basis B = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g bagi R3 dengan ~u1 = (1; 1; 1), ~u2 = (0; 1; 1),
dan ~u3 = (0; 0; 1). Terapkan proses Gram-Schmidt pada B untuk memperoleh
suatu basis B 0 yang ortogonal dan basis B 00 yang ortonormal dengan HKD Euclid
standar.
Solusi: dengan proses Gram-Schmidt
Langkah 1: p~1 = ~u1 = (1; 1; 1).
Latihan
Diberikan basis B = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g bagi R3 dengan ~u1 = (1; 1; 1), ~u2 = (0; 1; 1),
dan ~u3 = (0; 0; 1). Terapkan proses Gram-Schmidt pada B untuk memperoleh
suatu basis B 0 yang ortogonal dan basis B 00 yang ortonormal dengan HKD Euclid
standar.
Solusi: dengan proses Gram-Schmidt
Langkah 1: p~1 = ~u1 = (1; 1; 1).
Langkah 2: W1 = span f~ p1 g,
p~2 =
Latihan
Diberikan basis B = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g bagi R3 dengan ~u1 = (1; 1; 1), ~u2 = (0; 1; 1),
dan ~u3 = (0; 0; 1). Terapkan proses Gram-Schmidt pada B untuk memperoleh
suatu basis B 0 yang ortogonal dan basis B 00 yang ortonormal dengan HKD Euclid
standar.
Solusi: dengan proses Gram-Schmidt
Langkah 1: p~1 = ~u1 = (1; 1; 1).
Langkah 2: W1 = span f~ p1 g,
Latihan
Diberikan basis B = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g bagi R3 dengan ~u1 = (1; 1; 1), ~u2 = (0; 1; 1),
dan ~u3 = (0; 0; 1). Terapkan proses Gram-Schmidt pada B untuk memperoleh
suatu basis B 0 yang ortogonal dan basis B 00 yang ortonormal dengan HKD Euclid
standar.
Solusi: dengan proses Gram-Schmidt
Langkah 1: p~1 = ~u1 = (1; 1; 1).
Langkah 2: W1 = span f~ p1 g,
~u2 p~1
p~2 = ~u2 projW1 ~u2 = ~u2 2 p~1
k~
p1 k
Latihan
Diberikan basis B = f~u1 ; ~u2 ; ~u3 g bagi R3 dengan ~u1 = (1; 1; 1), ~u2 = (0; 1; 1),
dan ~u3 = (0; 0; 1). Terapkan proses Gram-Schmidt pada B untuk memperoleh
suatu basis B 0 yang ortogonal dan basis B 00 yang ortonormal dengan HKD Euclid
standar.
Solusi: dengan proses Gram-Schmidt
Langkah 1: p~1 = ~u1 = (1; 1; 1).
Langkah 2: W1 = span f~ p1 g,
~u2 p~1
p~2 = ~u2 projW1 ~u2 = ~u2 2 p
~1
k~
p1 k
(0; 1; 1) (1; 1; 1)
= (0; 1; 1) 2 (1; 1; 1)
k(1; 1; 1)k
2 1 1
= ; ;
3 3 3
Langkah 3: W2 = span f~
p1 ; p~2 g,
p~3 =
Langkah 3: W2 = span f~
p1 ; p~2 g,
Langkah 3: W2 = span f~
p1 ; p~2 g,
Langkah 3: W2 = span f~
p1 ; p~2 g,
Langkah 3: W2 = span f~
p1 ; p~2 g,
Langkah 3: W2 = span f~
p1 ; p~2 g,
Langkah 3: W2 = span f~
p1 ; p~2 g,
Bahasan
4 Proses Gram-Schmidt
5 Dekomposisi (Faktorisasi) QR
1 2
=
3 4
1 2 1 0 1 2
=
3 4 3 1 0 2
Pada kuliah ini kita akan mengkaji suatu bentuk faktorisasi untuk matriks yang
vektor-vektor kolomnya bebas linier.
Dekomposisi (Faktoriasi) QR
Permasalahan
Misalkan A adalah sebuah matriks berukuran m n yang vektor-vektor kolomnya
bebas linier dan Q adalah matriks yang ukurannya sama dengan A dan
vektor-vektor kolomnya adalah vektor ortonormal yang diperoleh dari penerapan
proses Gram-Schmidt terhadap vektor-vektor kolom pada A. Apakah terdapat
keterkaitan secara aljabar antara matriks A dan Q?
Contoh
1 0
Misalkan A = dan Q adalah matriks 2 2 yang vektor-vektor kolomnya
1 1
adalah vektor ortonormal yang diperoleh dengan menerapkan"proses
p p #
2 2
Gram-Schmidt pada vektor-vektor kolom dari A, yaitu Q = p2 p2 .
2 2
2 2
Apakah terdapat keterkaitan antara A dan Q?
1
=
1
0
=
1
" p # " p #
2 2
1 0 p2 p2
Misalkan ~v1 = , ~v2 = , p~1 = , p~2 = , kita memiliki
1 1 2 2
2 2
[~v1 ] =
" p # " p #
2 2
1 0 p2 p2
Misalkan ~v1 = , ~v2 = , p~1 = , p~2 = , kita memiliki
1 1 2 2
2 2
p
2
[~v1 ] = p~1 p~2
0
[~v2 ] =
" p # " p #
2 2
1 0 p2 p2
Misalkan ~v1 = , ~v2 = , p~1 = , p~2 = , kita memiliki
1 1 2 2
2 2
p
2
[~v1 ] = p~1 p~2
0
" p #
2
[~v2 ] = p~1 p~2 p2 , sehingga
2
2
~v1 ~v2 =
" p # " p #
2 2
1 0 p2 p2
Misalkan ~v1 = , ~v2 = , p~1 = , p~2 = , kita memiliki
1 1 2 2
2 2
p
2
[~v1 ] = p~1 p~2
0
" p #
2
[~v2 ] = p~1 p~2 p2 , sehingga
2
2
" p p #
2
2 p2
~v1 ~v2 = p~1 p~2 2
0 2
1 0
=
1 1
" p # " p #
2 2
1 0 p2 p2
Misalkan ~v1 = , ~v2 = , p~1 = , p~2 = , kita memiliki
1 1 2 2
2 2
p
2
[~v1 ] = p~1 p~2
0
" p #
2
[~v2 ] = p~1 p~2 p2 , sehingga
2
2
" p p #
2 p22
~v1 ~v2 = p~1 p~2 2
0 2
" p p #" p p #
2 2 2
1 0 p2 p2
2 p2
=
1 1 2 2
0 2
2 2 2
Perhatikan bahwa
1 0
=
1 1
Perhatikan bahwa
2 " p # " p # 3
2 2
" # 6 1 p2
0 p2
p p 7
1 0 2 2 6 1 2 1 2 7
= p2 p2 6 " 2p # " 2p # 7
1 1 2 2 6 2 2 7
2 2 4 1 p2
0 p2 5
1 2 1 2
2 2
Perhatikan bahwa
2 " p # " p # 3
2 2
" # 6 1 p2
0 p2
p p 7
1 0 2 2 6 1 2 1 2 7
= p2 p2 6 " 2p # " 2p # 7
1 1 2 2 6 2 2 7
2 2 4 1 p2
0 p2 5
1 2 1 2
2 2
2 " p # " p # 3
2 2
" # 6 1 p2
0 p2
p p 7
2 2 6 1 2 1 2 7
= p2 p2 6 2 " 2p # 7
2 2 6 2 7
2 2 4 0 p2 5
0
1 2
2
Teorema
Misalkan
A= c1 c2 cn
adalah sebuah matriks berukuran m n yang vektor-vektor kolomnya bebas linier
dan
Q = q1 q2 qn
adalah matriks yang ukurannya sama dengan A dan vektor-vektor kolomnya
adalah vektor ortonormal yang diperoleh dari penerapan proses Gram-Schmidt
terhadap vektor-vektor kolom pada A.
Maka
A = QR,
dengan R adalah matriks persegi segitiga atas berukuran n n yang invertibel
dan berbentuk 2 3
c1 q1 c2 q1 cn q1
6 0 c2 q 2 cn q2 7
6 7
6 .. . . . . .. 7
4 . . . . 5
0 0 cn q n
Bukti
Tinjau bahwa fq1 ; q2 ; : : : ; qn g adalah basis ortonormal untuk col (A), sehingga
kita memiliki
c1 = 11 q1 + 12 q2 + + 1n qn
c2 = 21 q1 + 22 q2 + + 2n qn
..
.
cn = n1 q1 + n2 q2 + + nn qn
ij = ci qj untuk setiap 1 i; j n,
sehingga didapat
c1 c2 cn =
ij = ci qj untuk setiap 1 i; j n,
sehingga didapat
c1 c2 cn = q1 q2 qn (4)
2 3
c1 q 1 c2 q 1 cn q 1
6 c1 q 2 c2 q 2 cn q 2 7
6 7
6 .. .. .. .. 7.
4 . . . . 5
c1 qn c2 qn cn q n
Pada hasil dari proses Gram-Schmidt kita mempunyai fakta: untuk setiap j 2,
vektor qj ortogonal terhadap c1 ; c2 ; : : : ; cj 1 . Akibatnya
c1 c2 cn =
Pada hasil dari proses Gram-Schmidt kita mempunyai fakta: untuk setiap j 2,
vektor qj ortogonal terhadap c1 ; c2 ; : : : ; cj 1 . Akibatnya
c1 c2 cn = q1 q2 qn
2 3
c1 q1 c2 q 1 cn q1
6 0 c2 q 2 cn q2 7
6 7
6 .. .. .. .. 7.
4 . . . . 5
0 0 cn q n
Latihan
Tentukan dekomposisi QR dari matriks A bila
2 3
1 0 0
A = 4 1 1 0 5.
1 1 1
Solusi:
Latihan
Tentukan dekomposisi QR dari matriks A bila
2 3
1 0 0
A = 4 1 1 0 5.
1 1 1
2 3 2 3
1 0
Solusi: Vektor-vektor kolom dari A adalah c1 = 4 1 5, c2 = 4 1 5, dan
1 1
2 3
0
c3 = 4 0 5. Dengan hasil proses Gram-Schmidt yang telah diperoleh pada
1
latihan sebelumnya, diperoleh
q1 =
Latihan
Tentukan dekomposisi QR dari matriks A bila
2 3
1 0 0
A = 4 1 1 0 5.
1 1 1
2 3 2 3
1 0
Solusi: Vektor-vektor kolom dari A adalah c1 = 4 1 5, c2 = 4 1 5, dan
1 1
2 3
0
c3 = 4 0 5. Dengan hasil proses Gram-Schmidt yang telah diperoleh pada
1
latihan sebelumnya, diperoleh
2 1 3
p
3
6 p1 7
q1 = 4 3 5 , q2 =
p1
3
Latihan
Tentukan dekomposisi QR dari matriks A bila
2 3
1 0 0
A = 4 1 1 0 5.
1 1 1
2 3 2 3
1 0
Solusi: Vektor-vektor kolom dari A adalah c1 = 4 1 5, c2 = 4 1 5, dan
1 1
2 3
0
c3 = 4 0 5. Dengan hasil proses Gram-Schmidt yang telah diperoleh pada
1
latihan sebelumnya, diperoleh
2 1 3 2 2
3
p p
3 6
6 p1 7 6 p1 7
q1 = 4 3 5 , q2 = 4 6 5 , dan q3 =
p1 p1
3 6
Latihan
Tentukan dekomposisi QR dari matriks A bila
2 3
1 0 0
A = 4 1 1 0 5.
1 1 1
2 3 2 3
1 0
Solusi: Vektor-vektor kolom dari A adalah c1 = 4 1 5, c2 = 4 1 5, dan
1 1
2 3
0
c3 = 4 0 5. Dengan hasil proses Gram-Schmidt yang telah diperoleh pada
1
latihan sebelumnya, diperoleh
2 1 3 2 3 2 3
p p2 0
3 6
6 7 6 7 1
q1 = 4 p13 5 , q2 = 4 p16 5 , dan q3 = 4 p2 5 .
p1 p1 p1
3 6 2
R=
Perhatikan bahwa
Perhatikan bahwa
A = QR
2 3 2 1 32 3
p p2 0 p3 p2 p1
1 0 0 3 6 3 3 3
4 1 1 6 p1 p1 p1 76 0 p2 p1 7
0 5 = 4 3 6 2 54 6 2 5
1 1 1 p1 p1 p1 0 0 p1
3 6 2 2