Anda di halaman 1dari 20

MINYAK IKAN 62

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak ikan yang berasal dari ikan laut merupakan salah satu sumber yang
kaya akan asam lemak omega-3. Secara komersial minyak ikan yang diproduksi
tersedia dalam bentuk kapsul. Ekstraksi minyak ikan adalah satu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan ada 5
macam yaitu rendering basah, rendering kering, hidrolisis, silase asam dan
ekstrakse pelarut (Ketaren, 1983 dalam Astawan, 1998).
Minyak ikan di Indonesia pada saat ini belum sepenuhnya merupakan
industry yang mandiri. Karena minyak ikan pada umumnya diperoleh dari hasil
samping pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Selain itu, bahan mentah
sangat beragam jenis, mutu, dan ukurannya. Minyak ikan yang diperoleh dari
industry pengalengan pada umunya diperoleh dari bahan mentah yang bermutu
tinggi (Permata et al., 2003).
Minyak ikan samping dari proses penepungan mempunyai kualitas lebih
rendah dibandingkan dengan minyak hasil samping oroses pengalengan
terutama warna lebih gelap dan bilangan peroksida lebih tinggi dan jumlah asam
lemak kasar juga lebih tinggi karena itu perlu dilakukan pemurnian (Ahmad,
2001).
Minyak ikan telah lama digunakan dan dikenal diseluruh dunia, Skotlandia.
Ekstraksi minyak ikan digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakang
dan perkembangan syaraf pusat. Di Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda
minyak hati ikan kod digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakan
berbagai penyakit tersebut pada disembuhkan karena minyak ikan mengandung
AUFA khususnya lemak omega-3 (Deflille dan Barlon, 1997 dalam Astawan,
1998).
Minyak ikan lemuru merupakan minyak limbah pengolahan ikan lemuru
yang diperoleh dari daerah Muncar (Jawa Timur) yang mempunyai kandungan
minyak sebanyak 4,5-11,8 % (Hanafiah dan Murdina, 1982). Ikan lemuru
sebanyak 100 kg akan diperoleh minyak ikan lemuru sebanyak 20 kg (Kompiang
et al., 1981). Limbah dari minyak ikan lemuru masih mengandung minyak ikan
tidak jenuh ganda omega tiga yang sangat tinggi sehingga perlu dimanfaatkan
sebagai euplementasi ransum ayam broiler. Minyak ikan lemuru dapat
dimanfaatkan dalam ransum ayam broiler untuk memenuhi kebutuhan energy
MINYAK IKAN 63

yang tinggi yang tidak mengarah pada pembentukan kadar lemak dan kolesterol
(Rusmana et al., 2011).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum Teknik Limbah Ikan Materi Minyak Ikan adalah agar
praktikan mengetahui proses pembuatan minyak ikan dalam bahan pangan
khususnya produk perikanan.
Tujuan dari praktikum Teknik Limbah Ikan materi Minyak Ikan adalah agar
praltikan dapat melakukan pembuatan minyak ikan dan menerapkan pada
produk perikanan serta dapat melakukan uji proksimat pada minyak ikan.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktikum Teknil Limbah Ikan materi Minyak Ikan dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 29 Maret 2012 pukul 08.00 WIB dan preparasi dilakukan pada hari
Kamis tanggal 29 Maret 2012 pukul 08.00 WIB. Praktikum ini bertempat di
Laboratorium Biokimia, Nutrisi dan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang.
MINYAK IKAN 64

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Sampel


Menurut Girsang (2008), taksonomi ikan tongkol dapat digolongkan
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perchomorphii
Subordo : Scombrina
Famili : Scombiridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Auxis thazard
Menurut Puspitasari (2009), ikan tongkol (Auxis thazard) merupakan salah
satu jenis ikan yang sering diolah menjadi ikan pindang. Ikan pindang
mempunyai kadar protein yang sangat tinggi yaitu sekitar 20 %. Disamping itu,
protein yang terkandung dalam ikan mempunyai mutu yang baik, sebab sedikit
mengandung kolesterol (suatu zat yang bisa menyebabkan penyakit tekanan
darah tinggi) dan sedik lemak. Selain itu, terdapat berbagai unsure mineral dan
vitamin A. Unsur lainnya adalah asam lemak omega-3, yang sangat bermanfaat
untuk menangkal berbagai penyakit degenerative.
Ciri-ciri morfologi ikan tongkol (Auxis thazard) yaitu badan memanjang
seperti komet atau torpedo dan termasuk ikan tuna kecil (kate) tapi memiliki
insang berjumlah 29 sampai 34, tidak bersisik kecuali pada korselet dan garis
lurus. Pada bagian ekor diapit dua sirip kecil dan memiliki sirip punggung
berjumlah dua (Ikasari, 2008).

2.2 Pengertian Minyak Ikan


Menurut Handayani (2010), minyak ikan adalah minyak yang berasal dari
jaringan ikan yang berminyak. Minyak ikan diajurkan diet kesehatan karena
mengandung asam lemak omega-3, EPA (Eikosa Pentaenoat, DHA (Dokosa
Heksaenoat) yang dapat mengurangi peradangan tubuh. Tidak semua ikan
menghasilkan asam lemak omega-3 akan tetapi hanya ikan yang mengkonsumsi
mikroalga saja yang dapat menghasilkan asal lemak tersebut misalnya saja ikan
herring dan ikan sarden atau ikan-ikan predator yang memangsa ikan yang
mengandung asam lemak omega-3 seperti ikan air tawar, ikan air danau, ikan
MINYAK IKAN 65

laut yang gepeng, ikan tuna dan ikan salmon dimungkinkan mengandung asam
lemak omega-3 yang lebih tinggi.
Menurut Ahmadi (2012), minyak ikan samping dari hasil penepungan
mempunyai kualitas lebih rendah dibandingkan dengan minyak hasil samping
proses pengalengan, terutama warna dan bilangan peroksida. Minyak hasil
penepungan mempunyai warna lebih gelap dan bilangan peroksida lebih tinggi,
dan jumlah asam lemak bebas juga tinggi karena itu dilakukan pemurnian.
Menurut Rosita dan Widasari (2009), minyak merupakan trigliserida yang
tersusun atas 3 unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25oC) dan
lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga mudah mengalami
oksidasi. Minyak dapat bersumbe dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak
jagung, minyak kelapa dan minyak bunga matahari. Minyak dapt juga bersumber
dari hewan, misalnya minyak kan sarden, minyak ika paus dan lain-lain.

2.3 Kualitas Minyak Ikan


Lemak atau minyak ikan memiliki keistimewaan khusus ditinjau dari
komposisi asam lemaknya. Lemak ikan banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh jamak Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) yang meliputi asam linoleat,
linolenat, EPA dan DHA yang merupakan asam lemak esensial yang dibutuhkan
tubuh untuk mempertahankan kesehatan yang optimal (Salamah et al., 2004).
Selama beberapa decade terakhir, minat pola makan pada n-3 PUFA
meningkat karena kemampuannya untuk menurunkan serum triasilglisrol dan
kolesterol dan konversinya ke eicosanoid yang dikenal dapat menurunkan
trombiosis. Selain itu, asam lemak memegang peranan penting dalam
pencegahan dan mungkin pengobatan jantung koroner, hipertensi, arthritis dan
gangguan inflamansi ataupun lainnya dan DHA penting untuk perkembangan
otak (Daputi Managenstek, 2012).
Minyak ikan hasil samping dari proses penepungan, mempunyai kualitas
lebih rendah dibandingkan dengan minyak hasil samping proses pengalengan,
terutama warna dan bilangan peroksida. Minyak hasil penepungan mempunyai
warna lebih gelap dan bilangan peroksida lebih tinggi dan jumlah asam lemak
bebas juga tinggi karena itu perlu dilakukan pemurnian (Ahmadi, 2012).
Minyak ikan telah lama digunakan sebagai suplemen makanan maupun
obat dan dikenal luas diseluruh dunia karena merupakan sumber asam lemak
tidak jenuh omega-3 terutama Eicosapentaenolic acid (EPA) dan
MINYAK IKAN 66

Docosahexaepoic acid (DHA). Minyak ikan mempunyai peranan yang sangat


penting untuk mencegah dan menyembuhkan beberapa penyakit pada manusia
seperti penyakit jantung koroner, ateros lerosis, tekanan darah tinggi, arthritis
dan diabetes (Weaver dan Nolah, 1998 dalam Solang, 2011).
Minyak ikan yang berasal dari ikan laut merupakan salah satu sumber yang
kaya akan asam lemak omega-3. Secara komersial minyak ikan yang diproduksi
tersedia dalam bentuk kapsul. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan asa cara
yaitu rendering basah, rendering kering, hidrolisis, silase asam, dan ekstraksi
dengan pelarut (Ketaren, 1986 dalam Astawan, 1998).

2.4 Proses Pembuatan Minyak Ikan


Pada pengolahan tepung ikan, minyak ikan diperoleh dengan cara
memisahkan bagian minyak dari cairan hasil pengepresan, sedangkan pada
proses pengalengan minyak ikan didapat dengan memisahkan dari cairan yang
dikeluarkan selama tahap pengukusan pendahuluan (Permana dan Padwono,
2003).
Metode rendering basah dengan pengukusan menurut Astawan (1998),
adalah sebagai berikut :

Ikan

Pencucian

Pengukusan (suhu 105oC, 30 menit)

Pengepresan

Caian (minyak dari air) Padatan

Corong pemisah Lapisan Bawah (sisa hasil presan dan air)

Lapisan atas (minyak) Sentrifuse (10.000rpm, 10 menit

Pemurnian minyak Minyak ikan kasar


MINYAK IKAN 67

Menurut Moeljanto (1992), bahan mentah untuk membuat mnyak ikan


adalah hati ikan cucut/hiu, pari atau kadang-kadang hati ikan tuna (tongkol yang
berukuran besar). Cara pengolahannya sendiri ialah :
 Hati dikeluaran dari perut ikan cucut, dibuang empedunya, dicuci kemudian
dipotong kecil-kecil.
 Sementara itu air didalam langseng dipanaskan, lalu potongan hati
diletakan didalam sarangan dan dikukus dalam waktu tertentu sampai
minyaknya keluar.
 Setelah agak dingin dimampatkan sehingga semua cairan yang
mengandung minyak terpisah.
 Kemudian minyak dipisahkan dari air, dengan alat sentrifugal atau corong
pisah minyak yang diperoleh harus dimurnikan lebih dahulu.

2.5 Penyebab Kerusakan Minyak Ikan


Kerusakan minyak ikan selama proses penggorengan akan mempengaruhi
mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Pada lemak dan minyak
dikenal ada dua tipe kerusakan yang utama, yaitu ketengikan dan hidrolisis.
Ketengikan terjadi bila komponen cita rasa dan bau masih mengucap terbentuk
sebagai akibat kerusakan oksidan dari lemak dan minyak yang tak jenuh
(Hermanto et al., 2010).
Kerusakan pada lemak atau minyak dapat terjadi karena proses oksidasi
oleh oksigen dari udara terhadap asam lemak tidak jenuh, dalam lemak atau
minyak yang terjadi selama proses pengolahan atau penyimpanan asam lemak
tidak jenuh semakin relative erhadap oksigen dengan bertambah jumlah ikatan
rangkap pada rantai molekul. Oksidasi spontan asam lemak tidak jenuh
didasarkan pada serangan oksigen terhadap ikatan rangkap sehingga terbentuk
peroksida (Panagan, 2011).
Proses kerusakan minyak ikan terbagi dalam dua cara utama, seperti
minyak hewani dan nabati, yaitu terdekomposisi secara oksidatif dan terhidrolisis.
Tingkat asam lemak tak jenuh gandanya yang tinggi, termasuk EPA dan DHA,
menyebabkan minyak sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif dan tingkat
oksidasi minyak ikan secara signifikan berbeda dengan minyak ikan lain. Minyak
ikan juga memiliki konsentrasi fosfolipid yang tinggi dan asam lemak tak jenuh
sehingga lebih sensitive dan pada minyak lainnya (Waty el al., 2011).
MINYAK IKAN 68

2.6 Uji Proksimat Minyak Ikan


Uji kualitas kimia pangan, pengujian dilakukan dengan analisa proksimat,
parameter yang diuji meliputi kandungan protein serat, lemak dan abu.
Kandungan protein dianalisa dengan metode Kjedal, analisa air dilakukan
dengan cara pengeringan dan menggunakan oven pada suhu 105oC, analisa abu
dengan metode gravimetric dengan menggunakan famonol dengan
menggunakan suhu 60oC (Sunarti, 2003).
Berdasarkan uji proksimat baby fifh nilem, perlakuan penambahan coating
berpengaruh signifikan (P < 0,05) terhadap nilai kadar abu, kadar protein, pH
yang dihasilkan. Sedangkan perlakuan variasi bentuk poduk tidak berpengaruh
secara signifikfikan terhadap kadar air, kadar abu, protein, dan lemak yang
dihasilkan. Tidak ada interaksi antara penambahan coating bentuk produk baby
fish (Ikasari, 2008).
Uji proksimat bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan tiap
perlakuan. Hasil uji proksimat tersebut kemudian dikonversi berdasarkan bahan
kering (BK) terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menyetarakan BK % (Arief et
al., 2008).
Faktor penentu minyak atau lemak adalah angka asam, angka asam lemak
bebas, angka peroksida, angka TBA dan kadar air. Angka asam dinyatakan
sebagai jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak
bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak. Angka peroksida
digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak. Penentu kadar air
minyak dapat delakukan dengan cara thermogravimetri atau cara
thermovolumetri (Sudarmadji et al., 2000).

2.7 Manfaat Minyak Ikan


Minyak ikan digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan
perkembangan syaraf pusat. Minyak hati ikan juga digunakan untuk
menyembuhkan penyakit paru-paru, reumatik dan penyakit tulang lainnya.
Berbagai penyakit tersebut dapat disembuhkan karena minyak ikan mengandung
PUFA khususnya lemak omega-3 (Astawan, 1998).
Minyak ikan telah lama digunakan sebagai suplemen makanan maupun
obat dan dikenal luas diseluruh dunia karena merupakan sumber asam lemak
tidak jenuh omega-3 terutama Eicosapentaenolic acid (EPA) dan
Docosahexaepoic acid (DHA). Minyak ikan mempunyai peranan yang sangat
MINYAK IKAN 69

penting untuk mencegah dan menyembuhkan beberapa penyakit pada manusia


seperti penyakit jantung koroner, ateros lerosis, tekanan darah tinggi, arthritis
dan diabetes (Weaver dan Nolah, 1998 dalam Solang, 2011).
Minyak ikan lemuru (MIL) mengandung asam lemak omega-3 EPA (Eicosa
Pentanoic Acid) dan DHA (Docosa Hexanoic Acid) yang bermanfaat bagi
kesehatan terutama dalam pencegahan penyakit degeratif. Minyak ikan ini terlalu
tinggi titik lelehnya untuk digunakan sebagai lemak untuk margarine (Hastuti dan
Tyas, 2003).
Minyak ikan (body oil), dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah lemak ikan
yang terdapat didalam daging ikan atau yang disimpan didalam rongga perut
ikan. Ekstraksi dilakukan dengan pengkusan ikan utuh melalui pemanasan atau
proses silase (silage). Setelah minyak ikan dipisahkan dari air dan dimurnikan,
satu kelompok omega-3 dipisahkan dari kelompok asam lemak lain. Kelompok
asam lemak omega-3 ini diketahui mempunyai khasiat, menurunkan kadar
kolesterol didalam darah dan menycegah proses penyempitan pembuluh darah
manusia. Dengan demikian, omega-3 mempunyai kemampuan mencegah
timbulnya serangan penyakit jantung (Moeljanto, 1992).
MINYAK IKAN 70

3. METODELOGI

3.1 Alat dan Fungsi


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Teknik Limbah Ikan materi
Minyak Ikan sebagai berikut :
 Chooper : untuk menggiling sampel (ikan tongkol)
 Pisau : untuk menyiangi dan memotong sampel
 Panci : untuk mengukus bubur mentah ikan
 Nampan : sebagai wadah alat dan bahan
 Lemari es : tempat penyimpanan bubur ikan mentah pada
suhu rendah
 Kompor : sebagai sumber pemanas
 Timbangan digital : untuk menin=mbang sampel dengan metelitian
0,01 gram
 Oven : untuk mengeringkan sampel sampai kadar air 8 %
 Beaker glass 250 ml : untuk wadah minyak ikan sementara
 Baskom : untuk tempat sampel
 Stopwatch : untuk menghitung waktu
 Sentrifuse : untuk memisahkan molekul besar dan molekul
kecil (cairan dan padatan)
 Talenan : sebagai alas saat penyiangan
 Loyang : sebagai alas saat pengeringan
 Saringan : untuk menyaring sampel
 Kamera : sebagai alat dokumentasi pada tiap tahap
perlakuan
 Cuvet : sebagai wadah saat proses sentrifuse
 Botol vial : tempat meletakan hasil dari minyak ikan
 Pipet tetes : untuk mengambil minyak setelah disentrifuse
 Sendok : untuk mengambil sampel yang telah dihaluskan
MINYAK IKAN 71

3.2 Bahan dan Fungsi


Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Teknik Limbah Ikan materi
Minyak Ikan sebagai berikut :
 Ikan tongkol segar : sebagai sampel dalam pembuatan minyak ikan
 Plastik : tempat ikan tongkol setelah dihaluskan
 Tali : untuk mengikat plastic
 Kertas lebel : menandai agar sempel tidak tertukar
 Tissue : membersihkan dan mengeringkan alat setelah
dicuci
 Air : untuk mencuci alat yang telah digunakan
 Kain blancu : untuk menyaring sampel
MINYAK IKAN 72

3.3 Skema Kerja

Ikan basah 500 gram

Dibuang isi perut (jeroan) dicuci

Digiling dengan penggiling ulir

Bubur mentah ikan

Dikukus dengan uap panas selama 1


jam

Bubur matang ikan

Dikeringkan dengan alat pengering sampai


kadar air sekitar 8%

Cake kering ikan

Di peras dengan alat


pres

Minyak

Disentrifuge selama 15 menit dengan


kecepatan 5000 rpm

Analisa proksimat
MINYAK IKAN 73

4. PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Berdasarkan pengamatan pada praktikum Teknik Limbah Ikan materi
Minyak Ikan didapatkan hasil analisa minyak ikan sebagai berikut :

Parameter Total
Bilangan Penyabunan 57,012 mg KOH/g Lemak
Angka Iod 84,328 g I2/g Lemak
Bilangan Peroksida 1,069 mg/kg

4.2 Analisa Prosedur


Pada praktikum Teknik Limbah Ikan materi Minyak Ikan, langkah pertama
yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan antara
lain chooper, pisau, panic, nampan, lemari es, kompor, timbangan digital, oven,
beaker glass 250 ml, baskom, stopwatch, sentrifuse, talenan, Loyang, saringan,
kamera, cuvet, botol vial, pipet tetes dan sendok. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan antara lain ikan tongkol segar, plastic, tali , kertas label, tissue, air dan
kain blancu.
Langkah selanjutnya, ikan tongkol segar disiangi dengan membuang
seluruh isi perut lalu dicuci dengan air bersih. Kemudian dihaluskan
menggunakan chooper sampai halus hingga didapatkan bubur mentah
kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital sebanyak 500 gram.
Selanjutnya bubur ikan dimasukan ke dalam plastic dan diikan dengan tali agar
plastic tidak terbuka lalu dimasukan kedalam kulkas agar tetap segar. Kemudian
bubur ikan dikukus di dalam panci dengan uap panas selama 1 jam. Tujuan
dikukus adalah agar bubur ikan mentah menjadi matang. Setelah dikuku, bubur
ikan diletakan pada Loyang kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC
selama 45 menit hingga kadar air mencapai sekitar 8 %. Ini bertujuan agar kadar
air berkurang sehingga nantinya akan mempermudah dan mempercepat dalam
memisahkan minyak dengan air. Hasil dari proses pengovenan tadi disebut
dengan cake kering ikan. Kemudian cake kering ikan dipres denga alat pres agar
air beserta minyak dapat dipisahkan dengan cake.
MINYAK IKAN 74

Menurut Hasbullah (2009), bubur ikan atau ikan kecil dikukus dengan uap
panas selama 1 jam sehingga bubur atau ikan kecil menjadi matang sempurna.
Hasil pengukusan disebut dengan bubur matang ikan. Bubur matang ikan
dikeringkan dengan alat pengering (oven) sampai kadar air sekitar 8 %. Hasil
pengeringan disebut cake kering ikan. Cake kering ikan mempunyai kadar lemak
tinggi (diatas 30 %).
Hasil minyak dari pengepresan kemudian dimasuka ke dalam cuvet kurang
lebih 1 ml. Kemudian disentrifuse selama 30 menit dengan kecepatan 5000 rpm
agar minyak ikan dapat terpisah dengan air dan endapan. Minyak yang telah
terpisah dimasukan ke dalam botol vial dan selanjutnya dilakukan uji proksimat
dari minyak ikan yang didapat.
Menurut Estiasih (2009), adanya minyak hasil pengepresan dingin (cold
pressing) didefinisikan oleh Index Allimentarius Commision sebagai
lemak/minyak hewani yang diperoleh tanpa mengubah lemak/minyak melalui
pengolahan mekanis sata atau panas saja. Minyak ini dapat dimurnikan melalui
pencucian dengan air, pengendapan, penyaringan dan sentrifuse saja dan tidak
boleh dimurnikan secara kimiawi.

4.3 Analisa Hasil


Berdasarkan uji proksimat didapatkan kualitas dari minyak ikan dengan
menggunakan parameter pengamatan bilangan penyabunan 57,012 mg KOH/g
lemak, angka iod 84,328 g I2/g lemak dan bilangan peroksida 1,069 mg/kg.

4.3.1 Angka Iodium


Angka iodum yang didapat dari hasil uji proksimat terhadap minyak ikan
yang didapatkan pada praktikum ini sebesar 84,328 g I2/g lemak. Menurut Setha
(1997), rendahnya bilangan iodium konsentrat pada rasio minyak atau urea 1 : 1
dan 2 : 1 disebabkan karena hanya sedikit asam lemak jenuh atau tidak jenuh
yang memiliki ikatan rangkap relative sdikit dapat diikat urea untuk membentuk
kompleks urea asam lemak. Dengan demikian jumlah asam lemak tersebut tetap
banyak di dalam filtrate.

4.3.2 Angka Penyabunan


Angka penyabunan yang didapat dari hasil uji proksimat terhadap minyak
ikan yang didapatkan pada praktikum ini sebesar 57,012 mg KOH/g lemak. Anga
MINYAK IKAN 75

penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan


lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek
berarti mempunyai berat molekul reltif kecil akan mempunyai angka penyabunan
yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai
angka penyabunan relative kecil (Sudarmadji et al., 2000).

4.3.3 Angka Peroksida


Angka peroksida yang didapat dari hasil uji proksimat terhadap minyak ikan
yang didapatkan pada praktikum ini sebesar 1,069 mg/kg. Menurut Sudarmadji
(2009), kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa
oksida dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Kemudian menurut
Wijana (2005), dalam Tarigan (2007), standar mutu minyak goreng di Indonesia
yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 347-1995 seoerti berikut :
bilangan peroksida maksimal 2 mg/kg dan asam lemak bebas maksimal 43 %.
MINYAK IKAN 76

5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Teknik Limbah Ikan materi Minyak Ikan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
 Minyak ikan adalah minyak yang berasal dari jaringan ikan yang berminyak.
 Minyak ikan banyak mengandung asam lemak dari kom[leks n-3 PUFA dan
LO-3 yang merupakan asam lemak paling penting untuk kesehatan.
 Minyak ikan di Indonesia saat ini belum sepenuhnya industry yang mandiri
karena minyak ikan pada umumnya diperoleh dari hasil samping pengolahan
ikan kaleng atau tepung ikan.
 Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan tongkol (Auxis
thazard).
 Minyak ikan hasil penepungan kualitasnya lebih rendah daripada hasil
pengalengan.
 Ekstraksi minyak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang mengandung minyak atau lemak.
 Minyak ikan juga bermanfaat untuk perkembangan tulang belakan atau
perkembangan syaraf pusat.
 Berdasarkan uji proksimat didapatkan kualitas dari minyak ikan dengan
menggunakan parameter pengamatan bilangan penyabunan 57,012 mg
KOH/g lemak, angka iod 84,328 g I2/g lemak dan bilangan peroksida 1,069
mg/kg.

5.2 Saran
Pada praktikum ini diharapkan para praktikan lebih hati-hati, teliti dan
bekerja secara procedural agar hasil yang didapatkan maksimal. Selain itu
kerjasama kelompok juga harus ditingkatkan agar semua praktikan dapat
memahami maksud dan tujuan dari praktikum ini.
MINYAK IKAN 77

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2001. Pemurnian Minya Ikan hasil Samping Penepungan Ikan Lemuru
(Sardinella longsceps) Menggunakan Zeolit Alami Terdeteksi Pada
Industri Perikanan. Prodi Industri Pertanian. Universitas Tungga
Dewi. Malang.

Ahmadi, 2012. Pemurnian Minya Ikan hasil Samping Penepungan Ikan Lemuru
(Sardinella longsceps) Menggunakan Zeolit Alami Keaktivasi
Perikanan. Prodi Industri Pertanian. Universitas Tungga Dewi.
Malang.

Arief, Joyo M; Rahadi. 2008. Poses Emulsifikasi Minyak Pada Ikan Kod. Jurnal
Teknologi Hasil Perikanan. Undip : Semarang.

Astawan, Made. 1998. Teknik Ekstrak dan Pemanfaatan Minyak Ikan Untuk
Kesehatan. Buletin Teknologi dan Industri Pangan vol IX no 1.

Deputi Managistek. 2012. Warta Pasar Ikan Wader. Direktorat Pemasaran Dalam
Negeri. Direktorat Jendral Pengolahan vol 83.

Estiasih, Teti. 2009. Minyak Ikan Teknologi dan Penerapannya Untuk Pangan
dan Kesehatan. Graha Ilmu : Jakarta.

Girsang. 2008. Seleksi dan Potensi Budidaya Jenis-Jenis Ikan Tongkol dari
Genus Euthynnus. Vol 3 no 1.

Google Images. 2012. Klasifikasi Ikan Tongkol (Auxis thazard).


http://googleimages.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012 pukul
10.00 WIB.

Handayani. 2010. Analisis Proksimat Tepung Hasil Proses Ekstraksi Minyak dari
Puree Ikan. Jurnal Ikhtioligi Indonesia volume 3 nomor 2.

Hasbullah

Hastuti, Sri; Lachmuddin Sya’rani; Tri Winarni Agustini. 2000. Kajian Subtitusi
Tepung Ikan Kembung, Rebon, Rajungan dalam Berbagai
Konsentrasi Terhadap Mutu Fisika dan Kimiawi dan Organoleptik
pada Mie Instan.
MINYAK IKAN 78

Hemanto, S; Ahira M; Prita W. 2010. Analisis Tingkat Kerusakan Lemak Nabati


dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan.

Ikasari, Diah dan Th. Dwi Suryaningrum. 2008. Pengaruh Penambahan Coating
dan Bentuk Produk Terhadap Mutu Baby Fish Nilem (Osthecalus
hasselti). Seminar Nasional Tahunan V. Hasil Penelitian Perikanan
dan Kelautan. 26 Juli 2008.

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar


Swadaya : Jakarta.

Panagan, A T Hanity; Jujur V G. 2011. Analisis Kuantisasi dan Kuantitatif Asam


Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak Ikan Patin (Pangasius
pangasius) dengan Metode Kruna.

Permana; Setyo; Bambang Pramono; Suhermiyati. 2003. Efek Konsentrasi


Kromium (Cr3+) dan Salinitas Berbeda Terhadap Efisiensi
Pemanfaatan Pakan Untuk Pertumbuhan Ikan Nila. Universitas
Diponegoro : Semarang.

Puapitasari. 2009. Diversivikasi Pembuatan Tauco dengan Penggantian Fungsi


Kedelai menggunakan Campuran Jagung dan Tepung Ikan.
Universitas Diponegoro : Semarang

Rosita dan Widasari. 2009. Optimasi Pengeringan Biji Karet (Havea brasillensis)
pada Ekstraksi Minyak Biji Karet untuk Menyamakan Kulit. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian. Vol 19 (2) 5 : 107-114.

Rusmana, Deny; Dulatif Mata Wiharjo dan Lalah Latifah S. 2011. Pengaruh
Ransum Mengandung Minyak Ikan Lemuru. IPB : Bogor.

Salamah; Joko Santoso; Ella. 2004. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Patin
Pangasius sp Sebagai Sumber Kalsium dan Fosfor dalam
Pembuatan Biskuit. Ichtyos Januari 2008. Vol 8 no 1 : 9-14.

Setha, B. 2007. Isolasi Asam Lemak Omega-3 dari Limbah Minyak Hasil
Penepungan Ikan Lemuru (Sardinella longsceps) Terhadap
Pengaruh Rasio Urea Minyak dan Lemak. Jurnal llmu Pengetahuan
dan Teknologi vol 2. Universitas Pattimura.

Sudarmadji, Slamet; Bambang Haryono; Suhardi. 2000. Analisa Bahan Makanan


dan Pertanian. Liberty : Yogyakarta.
MINYAK IKAN 79

Suharti, J; A Banowati; W Hermana; K E Wiryawan. 2003. Komposisi dan


Kandungan Kolesterol Kulkus Ayam Broiler Diare yang Diberi Tepung
Daun Salam (Syzgii polyantrim) dalam Ransum. FAPET IPB : Bogor.

Tarigan, Novriani; Ida Nurhayati; Riris Oppusungu. 2007. Pengaruh Pemberian


Penyuluhan Terhadap Angka Peroksida, Angka Lemak Bebas dan
Suhu Penggorengan Minyak Goreng pada Pedagang Makanan
Jajanan di Lubuk Pukam. Jurnal Ilmiah PANNMED vl 2 no 1.

Watty, H R Nurahman dan Saraswati. 2011 Inovasi Muda Teknologi


Penyimpanan Minyak Ikan Skala Industri.
MINYAK IKAN 80

LAMPIRAN

Sampel ikan tongkol membersihkan kotoran ikan

Di masukkan baskom Pencucian sampel

Ikan dipotong kecil-kecil


Ditimbang sebanyak 500 gram

Dihalusakan ikan Dikukus bubur ikan mentah


MINYAK IKAN 81

Disentrifuse minyak ikan Dikeringkan dengan oven

Anda mungkin juga menyukai