Anda di halaman 1dari 12

Mengamati Perilaku Tumbukan Foton dan Elektron

Pada Efek Compton dengan Simulasi Interaktif


Muh.Hidayat Nurwahid1), Jumriana2), Firman Ahmad3), Bunga Dara Amin4)

Fisika Kuantum,
Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Makassar
a)
dayhidayatnwa@gmail.com, b) jumriana165@gmail.comc) firmanahmad@gmail.com

Abstrak
Percobaan yang akan dilakukan adalah percobaan efek Compton. Pada percobaan ini terdiri dari 2
kegiatan. Kegiatan pertama bertujuan untuk mengetahui prinsip efek compton, menganalisis hubungan
antara panjang gelombang foton yang datang dengan sudut elektron setelah tumbukan, dan menganalisis
hubungan antara panjang gelombang foton yang datang dengan panjang gelombang foton setelah
tumbukan.Kegiatan kedua bertujuan untuk menentukan pergeseran panjang gelombang foton setelah
tumbukan, menentukan energi kinetik(gains recpol) elektron setelah tumbukan.Percobaan ini berbasis virtual
interaktif menggunakan simulasi yang dikembangkan dan diadaptasi dari www.kcvs.ca. hasil penyelidikan
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk menjawab rumusan pertanyaan berkaitan dengan objek yang
diamati. Melalui hasil penyelidikan dapat disimpulkan bahwa: 1) foton dapat bertumbukan dengan elektron,
akibat tumbukan ini foton dan elektro terhambur dengan sudut tertentu. 2) panjang gelombang hamburan
foton tidak dipengaruhi oleh sudut hamburan elektron dan 3) ketika tumbukan foton melepas dan diterima
oleh electron untuk bergerak sehingga panjang gelombang foton sesaat sebelumt umbukan lebih kecil
disbanding sesaat setelah tumbukan.

Kata-Kata Kunci:Efek Compton, Elektron, Foton, Panjang Gelombang.

PENDAHULUAN

Fisika adalah ilmu alam yang didasarkan pada eksperimen, pengukuran, dan analisis matematis
dengan tujuan menemukan hukum-hukum fisika secara kuantitatif dan kualitatif untuk segala sesuatu
mulai dari dunia nano, mikrokosmos hingga planet-planet, tata surya, dan galaksi yang menempati
makrokosmos [1]. Sebagai ilmu sains yang dipelajari secara ilmiah, terdapat dua jenis konsep ilmiah
dalam fisika, yaitu konsep faktual dan konsep teoritis. Konsep faktual adalah konsep yang ada di
lingkungan sekitarnya dan mudah untuk diamati. Beberapa contoh konsep faktual seperti keadaan
materi baik padat, cair, dan gas. Konsep teoritis berasal dari imajinasi para ilmuwan, yang hanya
dapat dijelaskan secara teoritis, sehingga disebut konsep teoritis atau dalam makalah ini disebut
konsep abstrak. Beberapa contoh konsep abstrak adalah atom, elektron, arus listrik, dan sejenisnya.
Tidak ada contoh nyata yang ditemukan di lingkungan, dan juga tidak dapat diungkapkan dari
persepsi suatu objek, peristiwa, atau situasi. Berarti. Untuk menjelaskan konsep faktual mungkin tidak
sulit bagi siapapun, karena ada banyak contoh di lingkungan, tetapi untuk menjelaskan konsep abstrak
(teoritis) cukup sulit, karena tidak ada contoh nyata dalam lingkungan sekitar. Memahami konsep
fisika abstrak membutuhkan proses berpikir tingkat tinggi melalui penggunaan teknologi.
Saatini, sains dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat, pembelajaran sains, yang
memiliki kerangka kerja konseptual yang luas telah diajarkan menggunakan berbagai metode, teknik,
dan model yang berbeda. Salah satu yang paling efektif adalah metode eksperimen yang memberikan
pembelajaran permanen dan juga memberikan kesempatan bagipelajaruntuk bekerja secara individu
atau dalam kelompok. Dengan penggunaan laboratorium yang efektif, pengetahuan teoritis diubah
menjadi pengetahuan praktis, pengalaman yang diperlukan diperoleh, keterampilan manipulatif
ditingkatkan untuk bekerja bersama, berbagi informasi dan ide, mengajukan pertanyaan pencarian,
menentukan masalah dan mencari solusi dengan rekan kerja. beroperasi dengan orang-orang di sekitar
mereka [2]. Untuk alasan ini, kita dapat mengklaim bahwa perlunya pembelajaran sains yang efektif
untuk menggunakan aplikasi laboratorium [3].
Namun berbagai kendala, penggunaan laboratorium di berbagai institusi tidak bisa dilakukan. Hal
itu antara lain kurangnya ketersediaan[4,5], pandangan negatif dan sikap sebagian orangterhadap
aplikasi laboratorium [6,7], kurangnya bahan ajar yang efektif dan memadai [8], tidak cukup
memperhatikan keamanan dalam kondisi laboratorium [9], ruang laboratorium yang penuh sesak [10],
kurangnya sarana atau peralatan laboratorium yang dimiliki institusi [11], resiko dalam melakukan
praktikum pada beberapa materi dan kurangnya petunjuk kata uinstruksi dalam menggunakan
laboratorium [12,13].
Untuk mengatasi masalah-masalah yang menyebabkan tidak adanya kegiatan pengamatan
dilaboratorium metode pengamatan alternatif yang sesuai telah dikembangkan. Sebagai contoh,
penggunaan simulasi komputer yang menarik perhatian perlu diaplikasikan dengan model
penyelidikan seperti inkuiri. Selain itu, dengan bantuan simulasi yang mudah digunakan, pelajar dapat
mengamati peristiwa alam yang tidak dapat dilihat secara langsung karena mereka mungkin terlalu
besar atau terlalu kecil, terlalu lambat atau terlalu kompleks [14,15]. Selain itu, eksperimen yang sulit
dikendalikan, terlalu mahal dan berbahaya serta terlalu sulit atau tidak mungkin untuk dihilangkan di
lingkungan laboratorium, dapat dilakukan melalui simulasi dalam lingkungan virtual [14,16]. Dengan
komputer atau perlatan lainnya dapat menghasilkan lingkungan virtual di mana beberapa aplikasi
simulasi yang sesuai dengan lingkungan nyata dapat direalisasikan; data yang sulit diperoleh dalam
kondisi laboratorium dapat lebih mudah dicapai, data eksperimen dapat diproses dengan cepat dan
andal, banyak data dapat dikumpulkan dalam waktu singkat dan eksperimen dapat diulang sebanyak
yang diperlukan [14,16,17] .
Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengamat iperilaku foton dan elektron pada percobaan
Efek Compton serta menganalisis hubungan beberapa besaran berkaitan dengan fenomena tersebut.
KAJIAN PUSTAKA

Efek Compton

Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya saja foton tidak mempunyai
massa diam. jika hal ini benar kita harus bisa menganalisis tumbukan antara foton dengan elektron,
misalnya, dengan cara yang sama seperti tumbukan bola bilyard dianalisis dengan mekanika
pendahuluan.

Jika seberkas sinar-X ditembakkan kesebuah electron bebas yang diam, sinar-X akan mengalami
perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Sinar-X
digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron.
Gambar dibawah ini menunjukan bagaimana tumbukan serupa itu digambarkan, dengan foton itu
digambarkan, dengan foton sinar-x menumbuk elektron (yang mula-mula dalam keadaan diam
terhadap sistem koordinat laboratorium) dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula
sedangkan elektronnya menerima impulse dan mulai bergerak. dalam tumbukan ini foton dapat
dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi
kinetik K yang diterima oleh elektron, walaupun sebenarnya kita mengamati dua foton yang
berbeda. jika foton semula mempunyai frekuensi v, maka foton hambur mempunyai frekuensi yang
lebih rendah v’, sehingga:
Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron

Gambar 1Efek Compton.


Elektron bebas yang diam menyerap sebagian energy foton sehingga bergerak kearah membentuk
sudut terhadap arah foton mula-mula. Foton yang menumbuk electron terhambur dengan sudut θ
terhadap arah semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar. Perubahan panjang
gelombang foton setelah terhambur dinyatakan sebagai berikut: (1)


𝜆𝑓 − 𝜆𝑖 = 𝛥𝜆 = (1 − cos 𝜃)
𝑚𝑜 𝑐
m adalah massa diam elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.

Karna objek pengamatan adalah elektron dan proton yang keduanya tidak bisa dilihat, maka untuk
mempelajari perilaku kedua objek dapat menggunakan simulasi komputer.

Simulasi Fisika

Definisi simulasi yang digunakan dalam pendidikan sains telah berevolusi sepanjang sejarah dan di
sisi lain tetap sama. Lunetta dan Hofstein [18] hanya menyatakan bahwa "simulasi adalah proses
berinteraksi dengan model yang mewakili realitas". de Jong dan van Joolingen [19] adalah yang
pertama menyatakan secara eksplisit bahwa simulasi berjalan di komputer ketika mereka
mendefinisikan simulasi komputer sebagai "program yang berisi model sistem (alami atau buatan;
misalnya, peralatan) atau proses".Sementara akhirnya de Jong dan Lazonder [20]menggunakan
definisi "program komputer yang meniru perilaku sistem nyata di mana siswa dapat
bereksperimendengan mengubah nilai variabel input dan mengamati efek pada satu atau lebih variabel
output".
Pada prinsipnya, pembelajaran Inkuiri efek Compton yang dirancang ini merupakan gambaran
peristiwa tumbukan antara foton yang berasal dari x-ray tube dengan electron bebas pada permukaan
logamemas. Adapun skema percobaan efek Compton sebagai berikut:
Gambar 2.Skema percobaan yang dirancang secara virtual[21]
Foton terpancar dari x-ray tube kemudian bertumbukan dengan electron bebas pada permukaan
logamemas. Akibat tumbukan tersebut, electron akan terpental dengan berbagai perubahan sudut
begitupun dengan foton akan mengalami perubahan besaran. Perubahan besaran setelah tumbukan
tersebut teramati dari detektor yang melingkupi rangkaian efek Compton. Berbagai fasilitas dapat
digunakan dalam percobaan vitual ini, seperti keadaan foton dan electron sebelum dan setelah
tumbukan, perubahan sudut datang dan panjang gelombang foton untuk mengetahui hubungan antara
panjang gelombang foton yang datang dengan sudut electron setelah tumbukan dan hubungan antara
panjang gelombang foton yang datang dengan panjang gelombang foton setelah tumbukan.

METODE PENELITIAN

Studi ini termasuk penelitian eksperimen dengan metode inkuiri (penyelidikan) menggunakan
simulasi komputer yang dikembangkan dan diadaptasidariwww.kcvs.ca. objek pengamatan adalah
foton dan electron sesaat sebelum dan setelah tumbukan. Hipotesis yang digunakan merupakan
jawaban dari beberpa pertanyaan.. Adapaun hipotesis dalam studi inia dalah: campuranya itu Teori
Dasar untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan kesesuaian penggunaan simulasi interaktif
melalui model inkuiri terbimbing dari berbagai referensi. Metode kedua yaitu survey untuk mengkaji
fenomena penggunaan teknologi dikalangan peserta didik dengan cara peserta didik diminta mengisi
angket tentang penggunaan teknologi (1) Foton akan menumbuk electron bebas yang diam kemudian
keduanya bergerak; (2)Terjadi energi, frekusensi dan perubahan panjang gelombang foton; (3)
Foton bergerak dengan kecepatan dan energy kinetic tertentu; (4) Pengaruh sangat kecil sehingga
tidak ada pengaruh signifikan antara panjang gelombang foton sesaat sebelum tumbukan terhadap
sudut electron sesaat setelah tumbukan; (5) Panjang gelombang foton sesaat sebelum tumbukan
sebanding dengan panjang gelombang sesaat sebelum tumbukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah selesai melakukan tahapan orientasi dan konseptualisasi selanjutnya dilakukan


penyelidikan menggunakan simulasi yang telah dikembangkan. Tahapan penyelidikan berisi proses
pengumpulan data dan analisis.
Kegiatan 1
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data hubungan antara panjang gelombang foton awal
dengan sudut electron setelah tumbukan
Tabel 2.Hubunganantara Panjang Gelombang Foton Awal dengan Sudut Elektron Setelah
Tumbukan
Panjang
GelombangFoton
SudutFot SudutElektro
No. SebelumTumbukan, λ
on, θ (0) n, φ (0)
(m)
1 pm = 10-12 m
10 80.3
20 81.3
1 15 30 82.3
40 83
50 83.2
10 70.8
20 73.9
2 30 30 74.1
40 74.6
50 74.9
10 63.3
20 65.3
3 45 30 65.8
40 66.2
50 67

Data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh data hubungan antara panjang gelombang
foton sesaat sebelum dan sesaat setelah tumbukan dengan electron sebagai berikut:
Tabel 3.Hubungan antara panjang gelombang foton sesaat sebelum dan sesaat setelah tumbukan

Panjang Panjang
GelombangFoton GelombangFoton
SudutFoto
SebelumTumbukan, λ Setelah Tumbukan, λ
n, θ (0)
(m) (m)
-12
1 pm = 10 m 1 pm = 10-12m
10 10.0826982
15 20 20.0826982
30 30.0826982
40 40.0826982
50 50.0826982
10 10.3251563
20 20.3251563
30 30 30.3251563
40 40.3251563
50 50.3251563
10 10.710451842
20 20.710451842
45 30 30.710451842
40 40.710451842
50 50.710451842

Berikut adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara panjang gelombang foton sesaat
sebelum dan sesaat setelah tumbukan dengan elektron.

Hubungan Antara Panjang Gelombang Awal dan Akhir Foton


Panjang gelombang Akhir Foton (pm)

60.0000000

50.0000000 y = x + 0.0827
R² = 1
40.0000000

30.0000000

20.0000000

10.0000000

0.0000000
0 10 20 30 40 50 60
Panjang gelombang Awal Foton (pm)

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Panjang Gelombang Awal dan Akhir Foton pada
sudut 15º
Hubungan Antara Panjang Gelombang Awal dan Akhir
Foton

Panjang gelombang Akhir Foton (pm) 60.0000000


50.0000000
y = x + 0.3252
40.0000000 R² = 1
30.0000000
20.0000000
10.0000000
0.0000000
0 10 20 30 40 50 60
Panjang gelombang Awal Foton (pm)

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Antara Panjang Gelombang Awal dan Akhir Foton pada sudut 30º

Hubungan Antara Panjang Gelombang Awal dan Akhir Foton

60.000000000
gelombang Akhir Foton (pm)

50.000000000 y = x + 0.7105
R² = 1
40.000000000

30.000000000

20.000000000

10.000000000

0.000000000
0 10 20 30 40 50 60
Panjang gelombang Awal Foton (pm)

Gambar 3.3Grafik Hubungan Antara Panjang Gelombang Awal dan Akhir Foton pada sudut 45º

Dari data pengamatan pada tabel 1 dapat kita lihat bahwa perubahan sudut yang dialami oleh
electron seiring dengan perubahan panjang gelombang foton sebelum tumbukan sangat kecil yaitu
hanya sekitar 0,4 untuk perubahan panjang foton 2 kali sebelumnya. Jika dilihat dari tabel secara
keseluruhan, nilai sudut electron ketika mengalami tumbukan relative konstan. Hal ini terjadi untuk 3
sudut foton yang berbeda-beda.
Data pengamatan kemudian dianalisis untuk mengetahui bagaimana perubahan panjang gelombang
foton setelah tumbukan, dari hasil analsis diperoleh bahwa panjang gelombang foton sesaa tsetelah
tumbukan bertambah sering dengan pertambahan nilai panjang gelombang foton sesaat sebelum
tumbukan. Hal ini menunjukkan kedua besaran tersebut sebanding. Hal ini ada keterkaitan antara
panjang gelombang dengan frekuensi. Sedangkan frekuensi berhubungan dengan energy foton.
Berdasarkan berbagai referensi, energy foton sesaat setelah tumbukan akan berkurang, hal ini
disebabkan karna energy sebagian eneginya diterima oleh elektron. Energi tersebut kemudian
digunakan oleh electron untuk bergerak. Karna energy foton berkurang maka frekuensinya juga
berkurang. Frekuensi berbanding terbalik dengan panjang gelombang, sehingga akibat dari tumbukan,
panjang gelombang foton bertambah.
Kegiatan 2
Tabel 4. Hubungan antara Sudut Datang foton dengan pergeseran Panjang Gelombang Foton
No Panjang Gelombang Foton Awal, λ (m) Sudut Datang Foton Pergeseran
1 pm = 10-12m (0) Panjang
Gelombang Foton,
Δλ (10-12m)
1 1,5 45,9 0,738019641681
116,2 3,498534705231
163,8 4,757632775922
2 115,9 3,487117939474
50,5 157,4 4,667631196659
9,1 0,030546690411

Tabel 5. Hubungan antara panjang gelombang foton sebelum dengan pergeseran Panjang Gelombang
Foton setelah tumbukan
No Panjang Gelombang Foton Awal, λ (m) Sudut Datang Foton Panjang
-12 0)
1 pm = 10 m ( Gelombang
FotonAkhir, λ (m)
1 pm = 10-12m
1 1,5 45,9 2,238019641681
116,2 4,998534705231
163,8 6,257632775922
2 115,9 53,987117939476
50,5 157,4 55,167631196659
9,1 50,5305466904

Tabel 6. Hubungan antara Energi Kinetik Elektron dengan Panjang Gelombang Foton Setelah
Tumbukan
No Panjang Gelombang Foton Awal, λ (m) Energi Kinetik Pergeseran
1 pm = 10-12m Elektron Panjang
Gelombang Foton ,
Δλ (10-12m)
1 1,5 0,443674677 0,738019641681
0,934243446 3,498534705231
1,01426798 4,757632775922
2 1,295136401 3,487117939474
50,5 1,295924376 4,667631196659
1,292617461 0,030546690411

Dari data pengamatan pada tabel4dapatkitalihatbahwahubungan antara sudut datang foton


dengan pergeseran panjang gelombang foton sebanding dengan 1 - Cos sudut datang. Kemudian, pada
Tabel 5 dapat kita lihat bahwa hubungan antara sudut datang foton dengan pergeseran panjang
gelombang foton sebelum dan setelah tumbukan adalah sebanding ketika sudut datang diperbesar
pada panjang gelombang sebelum tumbukan maka semakin panjang gelombang setelah tumbukan
juga akan semakin besar. Pada Tabel 6 menunjukkan hubungan antara energi kinetik elektron
sebanding dengan panjang gelombang foton setelah tumbukan.

KESIMPULAN

Dari hasil seluruh rangkaian tahapan inkuiri dapat disimpulkan bahwa1) foton dapat
bertumbukan dengan elektron, akibat tumbukan ini foton dan electron terhambur dengan
suduttertentu. 2) panjang gelombang hamburan foton tidak dipengaruhi oleh sudut hamburan elektron
dan 3) ketika tumbukan foton melepas dan diterima oleh electron untuk bergerak sehingga panjang
gelombang foton sesaat sebelum tumbukan lebih kecil disbanding sesaat setelah tumbukan. Kemudian
pada kegiatan kedua, 1) hubungan antara sudut datang foton dengan pergeseran panjang gelombang
foton sebanding dengan 1 - Cos sudut datang, 2)hubungan antara sudut datang foton dengan
pergeseran panjang gelombang foton sebelum dan setelah tumbukan adalah sebanding. 3)hubungan
antara energi kinetik elektron sebanding dengan panjang gelombang foton setelah tumbukan.

REFERENSI

1. What is physics?.Diaksespada tanggal 15 November 2018 darilaman :


https://www.ntnu.edu/physics/what
2. Sarı, M. (2011). The importance of laboratory courses in science and technology teaching in
primary education and the ideas of simple tools and instruments to evaluate teacher candidates on
science experiments. 2nd International Conference on New Trends in Education and Their
Implications. Antalya.
3. Ayas, A, (2006). Using laboratory in science teaching. Retrieved from:
http://w2.anadolu.edu.tr/aos/kitap/IOLTP/2283/unite07.pdf.
4. Backus, L. (2005). A year without procedures. The Science Teacher, 72 (7), 54-58.
5. Hackling, M.,Goodrum, D. & Rennie, L. (2001). The state of science in Australian secondary
schools. Australian Sciences Teachers’ Journal, 47 (4), 12-17.
6. Brown, P. L., Abell, S. K., Demir, A., & Schmidt, F. J. (2006). College science teachers’ views of
classroom inquiry. Science Education, 90, 784-802
7. Costenson, K., & Lawson, A. E. (1986). Why isn’t inquiry used in more classrooms? American
Biology Teacher, 48, 150-158.
8. Lawson, A.E.(1995). Science Teaching and the Development of Thinking. California: Wadsworth
Press.
9. Deters, K. M. (2005). Student opinions regarding inquiry-based chemistry experiments. Hong
Kong: Government Logistics Department
10. Cheung, H.Y. (2008). Teacher efficacy: A comparative study of Hong Kong and Shanghai
primary in-service teachers. The Australian Educational Researcher, 35 (1), 103-123.
11. Swandi A, Hidayah SN, Irsan LJ. Pengembangan Media PembelajaranLaboratorium Virtual
untukMengatasiMiskonsepsi Pada MateriFisika Inti di SMAN 1 Binamu, Jeneponto (Halaman 20
sd 24). JurnalFisika Indonesia. 2015 Feb 13;18(52)
12. Domin, D.S. (1999). A review of laboratory instruction styles. Journal of Chemical Education,
76(4), 543-547.
13. Hofstein, A., &Lunetta, N. V. (1982). The role of the laboratory in science teaching: Neglected
aspect of research. Review of Educational Research, 52 (2), 201-217Lawson, A. E. (2000).
Managing the inquiry classroom: problems & solutions. The American Biology Teacher, 62 (9),
641-648.
14. Singer, S. R., Hilton, M. L., &Schweingruber, H. A. (2006). America’s lab report: Investigations
in high school science. Washington, DC: National Academies Press
15. Bajzek, D., Burnette, J., & Brown, W. (2005). Building cognitively ınformed simulators utilizing
multiple, linked representations which explain core concepts in modern biology. In Proceedings
of World Conference on Educational Multimedia, Hypermedia and Telecommunications 2005
(pp. 3773-3778). Norfolk, VA: AACE.
16. Bozkurt, E., &Sarıkoç, A. (2008). Can the virtual laboratory replace the traditional laboratory in
physics education? SelçukUnıversıty Journal of Ahmet KeleşoğluEducatıon Faculty, 25, 89-
17. Feyzioğlu, B., Akçay, H., &Pekmez, E.Ş. (2007). Comparison of the effects of computer assisted
cooperative and individualistic learning in chemistry on students’ achievements and attitudes.
Strasbourg: AREF
18. Hofstein, A., &Lunetta V.N. (2003). The laboratory in science education: Foundations for the
twenty-first century. Science Education, 88 (1), 28-54.
19. de Jong, T., &Njoo, M. (1992). Learning and instruction with computer simulations: learning
processes involved. In E. de Corte, M. C. Linn, H. Mandl, & L. Verschaffel (Eds.), Computer-
based learning environments and problem solving (pp. 411–427). Berlin, Germany: Springer
Berlin Heidelberg.
20. de Jong, T., &Lazonder, A. W. (2014). The guided discovery learning principle in multimedia
learning. In R. E.Mayer (Ed.), The Cambridge handbook of multimedia learning (2nd ed., pp.
371–390). New York: Cambridge University Press.
21. Compton Scattering. Diakses pada tanggal 10 September 2018 darilaman:
http://www.kcvs.ca/site/projects/physics_files/compton-scattering/compton-scattering.swf
22. Pedaste,M.,Mäeots,M., Siiman, L., de Jong, T., Van Riesen, S., Kamp, E., et al. (2015). Phases of
inquiry-based learning: definitions and the inquiry cycle. Educational Research Review, 14, 47–
61.
23. Bybee, R. (2000). Teaching science as inquiry. In J. Minstrell, & E. H. Van Zee (Eds.), Inquiring
into inquiry learning and teaching in science (pp. 20–46). Washington: Washington, DC: AAAS
24. Gyllenpalm, J., Wickman, P., & Holmgren, S. (2010). Secondary science teachers’ selective
traditions and examples of inquiry-oriented approaches. Nordic Studies in Science Education,
6(1), 44–6
25. Mayer, R. E. (2004). Should there be a three-strikes rule against pure discovery learning?
American Psychologist,59(1), 14–19.
26. Van de Pol, J., Volman, M., &Beishuizen, J. (2012). Promoting teacher scaffolding in small-
group work: a contingency perspective. Teaching and Teacher Education, 28(2), 193–205
27. Zacharia, Z., Manoli, C., Xenofontos, N., de Jong, T., Pedaste, M., van Riesen, S. A., et al.
(2015). Identifying potential types of guidance for supporting student inquiry when using virtual
and remote labs in science: a literature review. Educational Technology Research and
Development, 63(2), 257–302
28. Lazonder, A.W., &Harmsen, R. (2016). Meta-analysis of inquiry-based learning: effects of
guidance. Review of Educational Research, 86(3), 681–718.

Anda mungkin juga menyukai