LAPORAN PRAKTIKUM
KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN
Oleh
Ferdi Febriansyah
1613022012
NPM : 1613022012
Reny Widyanti
NPM. 1513022018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
Siti Sa’diyah
NPM. 1513022048
iii
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
iv
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
Reny Widyanti
NPM. 1513022018
v
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
Siti Sa’diyah
NPM. 1513022048
vi
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
vii
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
viii
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
ix
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1613022012
Siti Sa’diyah
NPM. 1513022048
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat
menyelesaikan laporan praktikum “Kelistrikan dan Kemagnetan” dengan baik.
Penyususn mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Laporan ini
merupakan sebuah tugas dalam mata kuliah Kelistrikan dan Kemagnetan, yang
disusun oleh penyusun untuk menunjang proses belajar.
Penyusun menyadari laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca yang
sifatnya membagun untuk di jadikan bahan masukan agar penulisan selanjutnya
menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusn dan
pembaca. Penyusun juga meminta maaf apabila ada kesalahan penulisan maupun
ketepatan kata.
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Hukum Ohm
Tabel 3.1 Hasil pecobaan menggunakan resistor ....................................................8
Tabel 3.2 Hasil percobaan menggunakan kawat nikrom.........................................8
Tabel 3.3 Hasil percobaan menggunakan kawat konstannta ...................................9
Hukum Kirchhoff
Tabel 3.1 Hasil pecobaan hukum Kirchhoff..........................................................42
Gaya Lorentz
Tabel 3.1 Hasil pecobaan gaya Lorentz ................................................................67
Induksi Elektromagnetik
Tabel 3.1 Hasil pecobaan induksi elektromagnetik ...............................................79
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Hukum Ohm
Gambar 2.1 Rangkaian listrik .................................................................................4
Gambar 2.2 Kurva Linier Hambatan Ohmik dan non-Ohmik ................................6
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan hukum Ohm ...................................................11
Gambar 4.2 Rangkaian pecobaan menggunakan kawat pengahantar...................13
Gambar 4.3 Grafik hubungan V terhadap R pada kawat Nikrom ........................14
Gambar 4.4 Grafik hubungan V terhadap R pada kawat Konstanta ....................15
Hukum Kirchhoff
Gambar 2.1 Arus yang mengalir pada suatu rangkaian ........................................38
Gambar 2.2 Rangkaian listrik ...............................................................................39
Gambar 2.3 Rangkaian listrik ..............................................................................40
Gambar 2.4 Ilustrasi kaidah persimpangan Kirchhoff..........................................41
Gambar 2.5 Ilustrasi kaidah loop Kirchhoff .........................................................41
Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Hukum Kirchhoff ..........................................44
Gaya Lorentz
Gambar 2.1 Kaidah tangan kanan.........................................................................65
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan gaya Lorentz ..................................................68
xiv
Induksi Elektromagnetik
Gambar 2.1 Induksi elektromagnetik ...................................................................78
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan induksi elektromagnetik ................................80
Rangkaian RL dan RC
Gambar 2.1 Rangkaian RL ...................................................................................99
Gambar 2.2 Rangkaian RC .................................................................................100
Gambar 2.3 Rangkaian RL ................................................................................100
Gambar 2.4 Diagram Fasor ................................................................................101
Gambar 2.5 Grafik Beda Fase pada RL seri .......................................................101
Gambar 4.1 Rangkaian RL .................................................................................102
Gambar 4.2 Rangkaian RC .................................................................................103
xv
1
HUKUM OHM
2
BAB I
PENDAHULUAN
Arus listrik yang digunakan sehari-hari berasal dari PLN. Arus listrik digunakan
dalam penggunaan alat elektronik rumah tangga, seperti penggunaan AC, TV,
DVD dan lain sebagainya. Pengguanaan arus listrik tersebut sangatlah
berhubungan dengan salah satu ilmu fisika yaitu hukum Ohm. Hukum ini
membahas mengenai arus listrik, tegangan listrik, dan hambatan. Pada dasarnya
sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu dialiri
elektron bebas secara terus menerus. Aliran inilah yang disebut dengan arus.
Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada di antara titik rangkaian
listrik tersebut.
Arus listrik sangatlah penting bagi kehidupan, tanpa listrik kehidupan manusia
dapat terhambat. Dengan demikian, penerapan hukum Ohm dalam kehidupan
manusia sangatlah penting. Oleh karena itu, dilakukan percobaan mengenai
hukum Ohm untuk membuktikan berlakunya hukum tersebut untuk suatu
penghantar dan membuktikannya dalam rangkaian listrik.
3
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Praktikan
Setelah melakukan percobaan ini, praktikan diharapkan dapat menguasai
materi hukum Ohm dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep maupun penerapan hukum Ohm, dapat dijadikan
penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, juga sebagai referensi.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Hukum Ohm, yaitu Hukum dasar yang menyatakan hubungan antara Arus Listrik
(I), Tegangan (V) dan Hambatan (R). Hukum Ohm dalam bahasa Inggris disebut
dengan “Ohm’s Law”.
Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan oleh seorang fisikawan Jerman yang
bernama Georg Simon Ohm (1789-1854) pada tahun 1825. George Simon Ohm
mempublikasikan Hukum Ohm tersebut pada Paper yang berjudul “The Galvanic
Circuit Investigated Mathematically” pada tahun 1827.
Hukum Ohm memiliki lambang "Ω", ada tiga hal yang berkaitan dengan hukum
ohm yaitu hambatan listrik, tegangan listrik dan kuat arus listrik. Hambatan Listrik
(R) adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik
dengan arus listrik yang melewatinya, Tegangan Listrik (V) adalah perbedaan
potensi listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik dan terakhir Kuat Arus
Listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam suatu penghantar
setiap satu satuan waktu.
Hukum Ohm menyatakan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila
nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial
yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk
semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan
sejarah.
Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam Rangkaian
Elektronika untuk memperkecilkan Arus listrik, Memperkecil Tegangan dan juga
dapat memperoleh Nilai Hambatan (Resistansi) yang kita inginkan.
(Zola, 2016)
George Simon Ohm (1789-1854) merumuskan hubungan antara kuat arus listrik (I),
hambatan (R) dan beda potensial (V) yang kemudian dikenal dengan hukum Ohm
sebagai berikut:
𝑉
𝐼= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉=𝐼𝑅
𝑅
kemudian disketsa dalam grafik, hasilnya nampak bahwa kurva berupa garis lurus,
dengan gradien menunjukkan nilai dari R. Sifat material yang menunjukkan kurva
6
V-I berbentuk garis lurus seperti gambar disebut materal ohmik. Selain material
Ohmik ada juga material non ohmik di mana hambatan R bergantuk juga pada arus
listrik I dan jika diplot dalam grafik V terhadap I tidak lagi linier
Banyak fisikawan yang akan mengatakan bahwa hukum Ohm bukan merupakan
hukum, tetapi lebih berupa definisi hambatan. Jika kita ingin menyebut sesuatu
sebagai hukum Ohm, hal tersebut akan berupa pernyataan bahwa arus yang melalui
konduktor logam sebanding dengan tegangan yang diberikan, / « V. Sehingga, R
konstan, tidak bergantung pada V, untuk konduktor logam. Tetapi hubungan ini
tidak berlaku umum untuk bahan dan alat lain seperti dioda, tabung hampa udara,
transistor, dan sebagainya. Dengan demikian "hukum Ohm" bukan merupakan
hukum dasar, tetapi lebih berupa deskripsi mengenai kelas bahan (konduktor
logam) tertentu . Kebiasaan menyebut hukum Ohm demikian melekat sehingga kita
tidak akan mempermasalahkan penggunaannya, selama kita tetap ingat batasannya.
Bahan atau alat yang tidak mengikuti hukum Ohm dikatakan nonohmik.
(Giancoli, 2001:68)
Salah satu hukum Fisika yang mungkin paling dikenal oleh para Mahasiswa adalah
hukum Ohm. Hukum ini ditemukan pada tahun 1827 oleh George Ohm, seorang
Fisikawan Jerman yang hidup pada tahun 1787 – 1854[9], yang menghubungkan
antara beda potensial listrik, kuat arus listrik dan hambatan listrik. Hukum Ohm
berbunyi :“Untuk suatu konduktor logam pada temperature konstan, perbandingan
antara perbedaan potensial antara dua titik dari konduktor dengan arus listrik
adalah konstan.”
7
Konstanta ini disebut hambatan listrik. Secara matematik, hukum Ohm dapat
ditulis:
𝐻𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘/𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘
𝑉
𝑅=
𝐼
(Wahyudi, 2015)
8
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Kegiatan 1
Adapun tabel hasil yang dihasilkan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil percobaan hukum Ohm menggunakan resistor
Tegangan
No. V I R
(Volt)
1. 3 2V 4.10-2 A 50 Ω
Kegiatan 2
Adapun tabel hasil yang dihasilkan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.2 hasil percobaan hukum Ohm menggunakan Kawat Nikrhom
No. Posisi Panjang Kawat Tegangan Arus
(Volt) (Ampere)
1. 1-2 L 0,99 0,93
Kegiatan 1
Besar nilai hambatan (R) dapat dicari menggunakan persamaan 𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑉
sehingga 𝑅 = . Adapun perhitungan untuk menemukan besar hambatan
𝐼
𝑉 𝑉
2. 𝑅 = 4. 𝑅 =
𝐼 𝐼
4,2 9,8
= =
8,9.10−2 19,8.10−2
= 47,2 Ω = 49,5 Ω
Kegiatan 2
Besar nilai hambatan (R) dapat dicari menggunakan persamaan 𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑉 𝐿
sehingga 𝑅 = atau menggunakan persamaan 𝑅 = 𝐴.
𝐼
𝑉 𝑉
2. 𝑅 = 2. 𝑅 =
𝐼 𝐼
2,2 1,8
= =
0,93 2,1
= 2,37 Ω = 0,86 Ω
𝑉 𝑉
3. 𝑅 = 3. 𝑅 =
𝐼 𝐼
3,8 2,5
= =
0,93 2,1
= 4,09 Ω
= 1,19 Ω
11
BAB IV
ANALISIS
Percobaan ini dilakukan menggunakan beberapa alat dan bahan diantaranya yaitu,
papan rangkaian, steker penjepit, catu daya, hambatan, amperemeter, voltmeter,
kabel penghubung, jembatan penghubung, kawat konstanta, dan kawat nikrom.
Terdapat 2 kegiatan pada percobaan ini, kegiatan pertama bertujuan untuk
membuktikan berlakunya hukum Ohm untuk suatu penghantar dan kegiatan kedua
bertujuan untuk membuktikan hukum Ohm dalam rangkaian listrik.
banyak 4 kali dengan mengubah tegangan pada catu daya menjadi 6 V, 9 V, dan
12 V. Setelah percobaan dilakukan, diperoleh hasil data percobaan dengan tegangan
yang berbeda-beda.
Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil data hambatan dari setiap
resistor yang berbeda-beda. Masing-masing hambatan diperoleh dari persamaan
hukum Ohm dimana hambatan (R) berbanding lurus dengan tegangan (V) dan
berbanding terbalik dengan kuat arus (I). Dari data percobaan, pada pengukuran
untuk resistor 50 Ω, tegangan 2 V, dan 6 V diperoleh bahwa hambatan (R)
berbanding lurus dengan beda potensial (V). Hal ini sesuai dengan persamaan
𝑉
hukum Ohm yaitu 𝑅 = 𝐼 . Hal ini juga terjadi pada pengukuran untuk hambatan 100
Ketidaksesuaian antara nilai resistor yang digunakan dengan hasil perhitungan dari
data percobaan, disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam membaca hasil
pengukuran arus maupun tegangan pada basic meter. Selain itu, praktikkan juga
perlu melakukan pengecekan atau pemeriksaan terhadap alat dan bahan yang akan
digunakan ketika praktikum. Sehingga, dapat meminimalisir kesalahan dalam
pengambilan data.
13
Percobaan kegiatan kedua dilakukan dengan cara menyiapkan dan menyusun alat
dan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan gambar 4.2. Percobaan pertama
menggunakan kawat Nikrom. Amperemeter dipasang secara seri, sedangkan
voltmeter dipasang secara paralel. Arus mengalir dari kutub positif sumber
tegangan (catu daya DC) ke kutub negatif sumber tegangan(catu daya DC).
Arus yang mengalir pada rangkaian tersebut yaitu dari kutub postif sumber
tegangan (catu daya DC) menuju kawat penghantar (kawat Nikrom), kemudian arus
menuju kutub positif voltmeter, selanjutnya mengalir ke kawat penghantar (kawat
konstanta), lalu arus tersebut mengalir ke kutub negatif voltmeter, kemudian ke
kutub positif amperemeter dan menuju ke kutub negatif amperemeter. Selanjutnya
arus mengalir ke sumber tegangan(catu daya DC).
nikrom), maka hambatan(R) yang diperoleh akan semakin besar. Hal ini dapat
dilihat dari data pengamatan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3. Hasil percobaan tersebut
sesuai dengan teori, karena hambatan(R) sebanding dengan panjang kawat(l) dapat
dituliskan persamaan, yaitu 𝑅~𝑙. Semakin besar panjang kawat(l), maka
hambatan(R) yang diperoleh akan semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Pada percobaan ini, kendala yang dialami oleh praktikan yaitu kurang layaknya dan
keterbatasan alat ukur yang digunakan. Alat ukur yang digunakan sudah tidak
bekerja secara maksimal karena faktor usia alat yang sudah lama, sehingga terjadi
kesulitan pada pengambilan data di alat ukur amperemeter dan voltmeter. Selain
itu, kurang tegak lurusnya mata praktikan dalam membaca skala pada alat ukur,
sehingga mengakibatkan pembacaan skala tidak tepat atau tidak akurat dan
terganggunya konsentrasi praktikan karena kondisi ruangan yang tidak kondusif.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Hukum Ohm adalah sebagai berikut:
1. berlakunya hukum Ohm dalam suatu penghantar pada percobaan ini
dibuktikan dengan besar arus (I) yang sebanding dengan besar tegangan
(V), tetapi nilai hambatan pada penghantar tidak konstan, dan
2. hukum Ohm dalam rangkaian listrik pada percobaan ini dibuktikan dengan
seiring dengan penambahan beda potensial pada catu daya, terjadi
penambahan arus (I) dan penambahan tegangan (V) pada basic meter, tetapi
nilai hambatan pada rangkaian tidak konstan.
5.2 Saran
Pada percobaan hukum ohm ini, seharusnya praktikan harus sudah memahami
materinya, sehinggan percobaan tidak terhambat karena kurangnya pemahan
materi. Kemudian, alat dan bahan yang akan digunakan seharusnya layak, siap
pakai, dan berjumlah cukup agar percobaan dabat berjalan dengan baik dan
lancar, sehingga hasil percobaan yang didapat juga akan baik.
18
BAB I
PENDAHULUAN
Contoh kegunaan listrik yang sangat familiar adalah sebagai sumber tenaga
untuk lampu. Pada penggunaan lampu tentu saja menggunakan rangkaian listrik
yang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalakannya. Rangkaian listrik yang
biasa digunakan yakni rangkaian seri dan paralel. Namun, tentu saja harus
mengetahui terlebih dahulu bagaimana penyusunan rangkaian-rangkaian
tersebut. Pada perumahan biasanya menggunakan rangkaian listrik paralel
untuk lampu yang digunakan, sehingga satu buah lampu memiliki satu saklar.
Namun, pada kantor, sekolah, atau universitas biasanya menggunakan
rangkaian listrik seri untuk memudahkan dalam menghidupkan lampunya,
sehingga praktis dalam penggunaannya.
4. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep, ciri-ciri, perbedaan, dan penerapan rangkaian seri dan
paralel. Selain itu, juga dapat dijadikan penunjang pembelajaran, penuntun
percobaan, maupun sebagai referensi.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
Ketika dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung seperti pada Gambar
2.1, dikatakan mereka dihubungkan secara seri. Resistor-resistor tersebut dapat
berupa bola lampu, elemen pemanas, atau alat penghambat lainnya. Muatan yang
melalui Rx pada Gambar 2.1 (a) juga akan melewati R2 dan kemudian R3. Dengan
demikian arus I yang sama melewati setiap resistor. (Jika tidak, hal ini berarti bahwa
muatan terakumulasi pada beberapa titik pada rangkaian, yang tidak terjadi dalam
keadaan stabil). Kita tentukan V menyatakan tegangan pada ketiga resistor. Kita
anggap semua resistor yang lain pada rangkaian dapat diabaikan, dan sehingga V
sama dengan tegangan baterai. Kita tentukan V1, V2, dan V3 merupakan beda
potensial berturut- turut melalui resistor R1, R2, dan R3, berturut-turut, seperti pada
Gambar 2.1 (a). Dengan hukum Ohm, 𝑉1 = 𝐼 𝑅1 , 𝑉2 = 𝐼 𝑅2 , dan 𝑉3 = 𝐼 𝑅3 .
Karena resistor- resistor tersebut dihubungkan ujung ke ujung, kekekalan energi
menyatakan bahwa tegangan total V sama dengan jumlah semua tegangan dari
masing- masing resistor:
Gambar 2.1 (a) Hambatan yang dihubungkan secara seri: Rek = R, + R2 + Ry (b)
Hambatan bisa berupa bola lampu, atau jenis hambatan lainnya, (c) hambatan
ekivalen tunggal Rtk yang menarik arus yang besarnya sama.
(Giancoli,2001)
22
Misalkan sekarang di bagian rangkaian kita jumpai kombinasi dua resistor seperti
pada Gambar 2.2
(Sutarno, 2013)
Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke catu
daya lewat satu rangkaian. Rangkaian listrik seri adalah suatu rangkaian listrik, di
mana input suatu komponen berasal dari output komponen lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan rangkaian listrik seri dapat menghemat biaya.
Selain memiliki kelebihan, rangkaian listrik seri juga memiliki suatu kelemahan,
yaitu jika salah satu komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tidak
akan berfungsi sebagaimana mestinya. Misal tiga buah bola lampu dirangkai seri,
maka input dari lampu satu akan datang dari output lampu yang lain. Jika salah satu
lampu dicabut atau rusak, maka lampu yan lain akan ikut padam.
Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian. Contoh yang
baik dari beberapa beban rangkaian dihubung seri adalah lampu pohon Natal. (
kurang lebih 20 lampu dalam rangkaian seri ).
Dua buah elemen berada dalam susunan seri jika mereka hanya memiliki sebuah
titik utama yang tidak terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu jaringan.
Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri.
Dalam rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada masing-masing elemen
yang tersusun seri.
(Tian, 2013)
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara berdampingan disebut hambatan
paralel. Hambatan yang disusun paralel akan membentuk rangkaian listrik
bercabang dan memiliki lebih dari satu jalur arus listrik. Susunan hambatan paralel
dapat diganti dengan sebuah hambatan yang disebut hambatan pengganti paralel
(RP).Rangkaian hambatan paralel berfungsi untuk membagi arus listrik.
Tiga buah lampu masing masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun paralel
dihubungkan dengan baterai yang tegangannya V menyebabkan arus listrik yang
mengalir I. Besar kuat arus I1, I2, dan I3 yang mengalir pada masingmasing lampu
yang hambatannya masing-masing R1, R2, dan R3 sesuai Hukum Ohm
dirumuskan:
𝑉 𝑉𝑝𝑞
𝐼1 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐼1 =
𝑅1 𝑅1
𝑉 𝑉𝑝𝑞
𝐼2 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐼2 =
𝑅2 𝑅2
𝑉 𝑉𝑝𝑞
𝐼3 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐼2 =
𝑅3 𝑅2
Ujung-ujung hambatan R1, R2, R3 dan baterai masing masing bertemu pada satu
titik percabangan. Besar beda potensial (tegangan) seluruhnya sama, sehingga
berlaku:
𝑉 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3
Kuat arus sebesar I dibagikan ke tiga hambatan masing-masing I1, I2, dan I3. Sesuai
Hukum I Kirchoff pada rangkaian paralel berlaku:
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
𝑉 𝑉 𝑉 𝑉
= + +
𝑅𝑝 𝑅1 𝑅2 𝑅3
Jika kedua ruas dibagi dengan V, diperoleh rumus hambatan pengganti paralel:
1 1 1 1
= + +
𝑅𝑝 𝑅1 𝑅2 𝑅3
(Jaya, 2013)
Rangkaian listrik DC yaitu suatu rangkaian listrik dengan sumber tegangan searah
(DC) dimana tegangan (V) dan arus (I) yang mengalir pada rangkaian tetap,
25
dihubungkan dengan beban yaitu hambatan (R) yang dirangkai seri, paralel atau
majemuk antara seri sama paralel.
Pada susunan seri berlaku :
Hambatan pengganti rangkaian secara seri adalah :
𝑅𝑠 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
BAB III
ANALISIS DATA
Adapun tabel hasil yang dihasilkan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu:
V1 V2 I1 I2 R1 R2
0,8 V 1,5 V 0,012 A 0,012 A 66,66 Ω 125 Ω
V1 V2 I1 I2 R1 R2
2V 2V 0,03 A 0,019 A 66,66 Ω 105,26 Ω
Rangkaian Seri
Dari percobaan dengan resistor 470 𝛺 dan 100 𝛺 dengan tegangan sebesar 9
volt didapatkan:
1. Tegangan total(Vtotal) pada rangkaian seri secara pengamatan:
27
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉1 + 𝑉2
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,8 +1,5
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 2,3 𝑣𝑜𝑙𝑡
3. Hambatan total (Rtotal) pada rangakaian seri secara perhitungan dan data
pengamatan yaitu sebagai berikut:
Secara perhitungan
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅2
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 66,66 + 125
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 191,667 𝛺
Dari percobaan
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
2,3
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
0,012
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 191,667 𝛺
28
Rangkaian Paralel
Dari percobaan dengan resistor 470 𝛺 dan 100 𝛺 dengan tegangan sebesar 9
volt didapatkan:
1. Tegangan total(Vtotal) pada rangkaian paralel secara perhitungan
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉1 = 𝑉2
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐼𝑡𝑜𝑡 𝑥 𝑅𝑡𝑜𝑡
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,05 𝑥 40,81 = 2,04 𝑣𝑜𝑙𝑡
Kuat arus total(Itotal) yang diperoleh dari perhitungan sama seperti yang
didapatkan pada percobaan yaitu sebesar 0,05 A.
Secara perhitungan
1 1 1
= +
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅1 𝑅2
1 1 1
= +
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 66,66 105,26
29
1 105,26 + 66,66
=
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 7016,63
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 40,81𝛺
Dari pengamatan
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
2
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
0,05
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 40𝛺
BAB IV
ANALISIS
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu kita harus menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa alat dan bahan, diantaranya yaitu 1 buah papan rangkaian, 1 buah
amperemeter, 1 buah voltmeter, 2 buah resistor, 6 buah kabel penghubung, 1 buah
catu daya, dan beberapa jempatan penghubung. Setelah alat dan bahan disiapkan,
kemudian merangkai alat. Percobaan seri dan paralel dibagi menjadi dua rangkaian
seperti pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.
Pada gambar 4.1 merupakan rangkaian seri, dimana amperemeter disusun secara
seri ,voltmeter disusun secara paralel, dan resistor dipasang atau disusun secara seri.
31
Gambar 4.2 merupakan rangkaian paralel, dimana amperemeter disusun secara seri,
voltmeter disusun secara paralel, dan resistor dipasang atau disusun secara paralel.
Setelah alat dan bahan disusun sesuai rangkaian kemudian mengatur tegangan
sumber (potensiometer) sebesar 9 volt, lalu memindahkan kabel penghubung kutub
positif dan negatif amperemeter dan voltmeter pada resistor pertama. Kemudian,
menghidupkan catu daya dan mengamati arus dan tegangan yang terbaca pada skala
amperemeter dan voltmeter, lalu mencatat hasil ukur ke dalam tabel. Mengulangi
langkah-langkah tersebut dengan memindahkan kabel penghubung ke resistor
kedua dan resistor total.
Setelah percobaan dilakukan, diperoleh dua tabel hasil pengamatan yakni hasil
pengamatan rangkaian seri dan rangkaian paralel. Pada tabel 3.1 merupakan data
hasil percobaan rangkaian seri. Pada tebel tersebut diperoleh nilai tegangan(V),
kuat arus(I), hambatan(R), dan nyala lampu. Pada percobaan pertama menggunakan
resistor 470 𝛺, diperoleh nilai tegangan(V) sebesar 0,8 V, kuat arus(I) sebesar 0,012
A, hambatan(R) sebesar 66,66 𝛺, dan lampu tidak menyala. Lalu, pada percobaan
kedua menggunakan resistor 100 𝛺 diperoleh nilai tegangan(V) sebesar 1,5 V, kuat
arus(I) sebesar 0,012 A, hambatan(R) sebesar 125 𝛺, dan lampu menyala redup.
32
Kemudian, pada tabel 3.2 merupakan data percobaan rangkaian paralel. Sama
seperti tabel 3.1, pada tabel tersebut diperoleh nilai tegangan(V), kuat arus(I),
hambatan(R), dan nyala lampu. Pada percobaan pertama menggunakan resistor 470
𝛺, diperoleh nilai tegangan(V) sebesar 2 V, kuat arus(I) sebesar 0,03 A,
hambatan(R) sebesar 66,66 𝛺, dan lampu menyala terang. Pada percobaan kedua
menggunakan resistor 100 𝛺, diperoleh nilai tegangan(V) sebesar 2 V, kuat arus(I)
sebesar 0,019 A, hambatan(R) sebesar 105,26 𝛺 dan lampu menyala terang.
Berdasarkan hasil percobaan rangkaian seri (dapat dilihat pada tabel 3.1), besarnya
kuat arus pada tiap-tiap hambatan yaitu sama besar, untuk resistor 470 𝛺 didapatkan
kuat arus sebesar 0,012 A dan pada resistor 100 𝛺 didapatkan kuat arus sebesar
0,012 A. Hasil tersebut sesuai dengan teori yaitu kuat arus yang mengalir pada tiap-
tiap ujung hambatan sama besar atau secara matematis, yaitu 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 .
Sedangkan, besar tegangan pada rangkaian seri untuk resistor 470 𝛺 didapatkan
sebesar 0,8 V dan dengan resistor 100 𝛺 didapatkan sebesar 1,5 V, sehingga jumlah
tegangan (𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ) sebesar 2,3 V. Hasil data tersebut juga sesuai dengan teori yaitu,
potensial total sama dengan jumlah potensial masing-masing hambatan atau secara
matematis, yaitu 𝑉1 + 𝑉2 = 𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 .
Pada percobaan ini juga diperoleh data berupa nyala lampu pada masing-masing
rangkaian. Lampu pada rangkaian seri tidak menyala dan redup. Sedangkan, lampu
pada rangkaian paralel yaitu terang. Hal ini sesuai dengan teori, yaitu nyala lampu
pada rangkaian listrik seri lebih redup, hal ini dikarenakan tegangan total pada
rangkaian seri terbagi pada setiap hambatan atau jumlah tegangan pada tiap
hambatan sama dengan tegangan total. Kemudian, nyala lampu pada rangkaian
paralel yaitu terang. Hal ini juga sesuai dengan teori. Tegangan total pada rangkaian
paralel memiliki nilai yang sama dengan tegangan tiap hambatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. ciri-ciri rangkaian seri yaitu hambatan disusun secara berurutan, kuat arus
yang mengalir pada tiap-tiap hambatan sama besar (𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = 𝐼𝑡𝑜𝑡 ),
besar tegangan total sama dengan jumlah tegangan masing-masing
hambatan (𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3),
2. ciri-ciri rangkaian paralel yaitu hambatan disusun secara sejajar, kuat arus
total yang mengalir sama dengan jumlah kuat arus yang mengalir pada tiap-
tiap hambatan (𝐼𝑡𝑜𝑡 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 ), tegangan pada tiap-tiap hambatan sama
dengan dengan beda potensial sumber (𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = 𝑉𝑡𝑜𝑡 ), dan
3. perbedaan rangkaian seri dan paralel yaitu pada rangkaian seri jika salah
satu hambatan atau lampu rusak atau padam maka hambatan atau lampu
lainnya akan ikut terpengaruhi sedangkan pada rangkaian paralel jika salah
satu hambatan atau lampu rusak atau padam maka hambatan atau lampu
lainnya tidak ikut terpengaruh.
5.2 Saran
Pada percobaan ini, seharusnya alat dan bahan yang akan digunakan dalam
kondisi baik dan berfungsi dengan baik agar percobaan dapat berjalan dengan
lancar. Kemudian, praktikan harus menguasai materi agar pada saat percobaan
tidak terhambat akibat kurang paham terhadap materi percobaan tersebut.
35
HUKUM KIRCHHOFF
36
BAB I
PENDAHULUAN
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep dan penerapan hukum kirchhoff. Selain itu, juga dapat
dijadikan penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, maupun sebagai
referensi.
38
BAB II
LANDASAN TEORI
Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada 2, setelah yang diatas dijelaskan tentang
hukum beliau yang ke 1. Hukum Kirchoff 2 dipakai untuk menentukan kuat arus
yang mengalir pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup.
39
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi
listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik
bisa digunakan atau diserap.
(Andriansyah, 2016)
Hukum Kirchhoff arus menyatakan bahwa: “Jumlah aljabar dari arus-arus yang
memasuki setiap node adalah nol” atau dapat dituliskan:
𝑁
∑ 𝑉𝑛 = 0
𝑛=1
∑ 𝑉𝑛 = 0
𝑛=1
∑V = 0
Persamaan di atas adalah untuk loop tertutup. Pada persamaan tersebut besar sigma
(Σ) menyatakan jumlah total dan Ѵ adalah tegangan. Loop tertutup adalah suatu
jalur dimulai dari suatu titik, berjalan mengelilingi satu putaran suatu rangkaian,
dan kembali lagi ke titik asalnya tanpa melewati jalur yang sama.
(Fitriandi, 2016)
Hukum Kirchoff I:
Hukum pertama Kirchoff didasari oleh hukum konservasi energi yang menyatakan
bahwa dalam suatu rangkaian tertutup, tegangan yang diperoleh dan tegangan yang
berkurang haruslah sama besar.
1 kOhm
Pada rangkaian di atas, karena loop (kurva melingkar) searah dengan arus, ketika
loop melewati E maka terjadi pertambahan potensial, namun saat melewati R yang
terjadi penurunan potensial karena adanya hambatan sehingga berlaku :
𝐸−𝐼𝑅 =0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸=𝐼𝑅
Sesuai dengan hukum Ohm.
(Ishaq, 2007:83)
Meskipun berguna untuk dapat mengurangi resistor ketika mereka terjadi dalam
rangkaian seri, namun pada umumnya rangkaian tidak tersusun secara eksklusif,
bisa saja dalam suatu rangkaian terdiri dari kombinasi seri dan paraleL Untuk kasus
satu set hubungan daya penuh (powerful) yang disebut hukum Kirchhoff
memungkinkan seseorang untuk menganalisis rangkaian sembarang. Ada dua
hukum kirchhoff:
41
Hukum kirchhoff kedua atau kaidah loop: Kurang lebih, setiap loop tertutup dalam
suaturangkaian, jumlah beda potensial di semua elemen adalah nol. Hukum ini
adalah pernyataan kekekalan energi, dalam setiap muatan yang dimulai dan
berakhir pada titik yang sama dengan kecepatan yang sama harus mendapatkan
energi sebanyak energi yang telah hilang. Dengan kata lain, jika sumber tegangan
dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat komponen, maka hasilnya adalah
nol. Sebagai contoh, ditunjukkan pada Gambar 2.4.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Adapun data yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan yaitu sebagai
berikut:
I1 0,018 0,018
I3 0,003 0,003
I1 0,042 0,042
I3 0,009 0,009
Dan
Sehingga:
Imasuk total = Ikeluar total
0,018 A ≠ 0,019 A
dan
I1 (keluar) = Ikeluar total
Ikeluar total = I2 (keluar) + I3 (keluar)
Ikeluar total = 0,035 + 0,009
Ikeluar total ≠ 0,042 A
Sehingga:
Imasuk total = Ikeluar total
0,042 A = 0,042 A
5
BAB IV
ANALISIS
ukur arus pada R1 yaitu dengan memindahkan posisi amperemeter ke posisi arus
yang keluar untuk membaca arus yang terukur pada Ikeluar. Setelah itu mengukur
arus pada rangkaian bercabang yaitu pada hambatan kedua dan ketiga. Pertama,
mengukur Imasuk pada hambatan kedua dengan cara memindahkan amperemeter
pada posisi arus masuk pada hambatan kedua lalu mengamati arus yang terbaca
pada amperemeter dan mencatat hasilnya ke dalam tabel. Kemudian untuk
mengukur Ikeluar pada hambatan kedua yaitu dengan cara yang sama, namun terlebih
dahulu memindahkan posisi amperemeter pada posisi arus yang keluar, lalu
mengamati arus yang terbaca pada amperemeter, dan mencatat hasilnya pada tabel.
Setelah pengukuran hambatan yang kedua selesai, selanjutnya mengukur Imasuk pada
hambatan yang ketiga dengan tegangan yang sama, yaitu dengan memindahkan
posisi amperemeter terlebih dahulu pada posisi hambatan ketiga pada arus yang
masuk, lalu membaca arus yang terukur pada amperemeter dan mencatat hasilnya
pada tabel. Setelah itu, mengukur arus yang keluar pada hambatan ketiga dengan
cara meimindahkan posisi amperemeter keposisi arus keluar, selanjutnya membaca
nilai arus yang terukur pada amperemeter dan mencatat hasilnya pada tabel.
Langkah selanjutnya yaitu mengukur Imasuk total dan Ikeluar total pada rangkaian sebelum
percabangan, kemudian membaca arus yang terukur pada amperemeter dan
mencatatnya ke dalam tabel. Untuk mengukur Itotal dapat dilakukan dengan cara
yang sama namun terlebih dahulu memindahkan posisi amperemeter pada posisi
kiri dari praktikan sebelum percabangan rangkaian paralel, selanjutnya membaca
arus yang terukur pada amperemeter. Setelah mengukur arus dengan tegangan 6 V
kemudian mengubah tegangan menjadi 9V dan melakukan langkah-langkah yang
sama seperti pada saat menggunakan tegangan 6V.
Setelah percobaan selesai dilakukan, diperoleh data hasil percobaan berupa kuat
arus (I) dan hambatan (R) pada tegangan sumber 6V dan 9V. Hasil percobaan
pertama yaitu dengan menggunakan tegangan catu daya sebesar 6V. Pada saat R 1
yang dirangkai secara seri, nilai I1masuk sama besar dengan I1keluar yaitu sebesar 0,018
A. Kemudian, pada saat R2 dirangkai secara paralel, menghasilkan I2masuk dan I2keluar
yang bernilai sama besar pula yaitu sebesar 0,015 A. Selanjutnya, pada saat R3 yang
7
dirangkai secara paralel, menghasilkan I3masuk dan I3keluar yang bernilai sama besar
pula yaitu sebesar 0,003 A. Jadi, berdasarkan data hasil percobaan dapat dilihat
bahwa nilai Imasuk sama besar dengan nilai Ikeluar. Berdasarkan data hasil percobaan
juga didapatkan nilai Imasuk total sebesar 0,018 A dan Ikeluar total sebesar 0,019 A,
meskipun sedikit berbeda, hasil percobaan ini dapat dikatakan telah sesuai dengan
Hukum Kirchhoff, yang menyatakan Imasuk sama dengan Ikeluar. Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan pada saat dilakukan praktikum, kabel penghubung yang
digunakan tidak dalam keadaan baik.
Dalam melakukan percobaan ini, terdapat sedikit kendala yang dialami praktikan,
diantaranya kabel penghubung yang dalam kondisi kurang baik yang membuat
skala pengukuran berubah-ubah dan kurang kondusifnya ruang praktikum yang
membuat terganggunya konsentrasi praktikan.
8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. besar kuat arus total yang menuju titik cabang pada rangkaian sama dengan
besar kuat arus total yang meninggalkan titik cabang tersebut, dan
2. besar kuat arus pada R1, R2, dan R3 saat menggunakan tegangan sumber catu
daya sebesar 6V secara berturut-turut sebesar 0,018 A, 0,015 A, dan 0,003
A, dan pada saat menggunakan tegangan sumber catu daya 9V besar kuat
arus pada R1, R2, dan R3 secara berturut-turut sebesar 0,042 A, 0,035 A,
0,009 A.
5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini, seharusnya semua alat dan bahan yang
digunakan dalam kondisi prima. Selain itu, praktikan harus menguasai materi
hukum Kirchhoff agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan juga
praktikan harus aktif dalam praktikum agar semua kegiatan dapat dimengerti.
9
MEDAN MAGNET DI
SEKITAR ARUS
10
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu magnet dapat menarik benda lain, seperti besi dan baja. Seperti halnya listrik,
magnet juga dapat menimbulkan suatu medan yang disebut medan magnetic, yaitu
suatu ruang disekitar magnet yang masih terpengaruh gaya magnetik. Medan
magnet dapat ditimbulkan oleh suatu penghantar yang dialiri arus listrik. Misalnya,
suatu kawat lurus yang dialiri arus listrik maka akan menimbulkan medan
magnetik. Medan magnetik itulah yang dapat menyebabkan adanya gaya magnet.
Gaya oleh magnet pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik dapat dilakukan
dengan menggunakan metode mengalirkan arus dari setiap titik ujung kawat pada
penghantar lurus, dengan mengamati arah gaya (arak simpangan kawat) sehingga
diperoleh beberapa arah medan magnet.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan ini dengan tujuan untuk menentukan arah
medan magnet dan menentukan arah gaya lorent oleh dua kawat yang dialiri arus
listrik.
11
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep dan penerapan medan magnet di sekitar arus. Selain itu,
juga dapat dijadikan penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, maupun
sebagai referensi.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
Arus adalah kumpulan partikel bermuatan yang bergerak. Oleh sebab itu, gaya
resultan yang dihasilkan oleh medan kawat adalah penjumlahan vektor dan masing-
masing gaya yang dihasilkan oleh medan kawat adalah penjumlahan vektor dari
masing-masing gaya yang dihasilkan arus. Gaya yang dihasilkan pada partikel
bermuatan yang membentuk arus gaya yang dihasilkan pada partikel yang
diteruskan ke kawat ketika partikel bertumbukan dengan atom yang membentuk
kawat. Pada umumnya, medan magnetik muncul di sekitar magnet. Bendabenda
yang memiliki sifat kemagnetan akan terpengaruh oleh medan magnetik itu.
Sesuatu yang mengejutkan, bila di sekitar benda yang bukan termasuk magnetik
terdapat medan magnetik. Peristiwa keanehan itu pertama kali ditemukan oleh
Oersted.Hans Christian Oersted pada tahun 1820 menemukan bahwa arus listrik
dalam sebuah kawat penghantar dapat menghasilkan efek magnetik. Efek magnetik
yang ditimbulkan oleh arus tersebut dapat membelokkan arah jarum kompas.
telah diselidiki lebih jauh oleh Jean Baptiste Biot dan Felix Savart. Dari hasil
percobaannya, mereka merumuskan:
µ0 𝑖
B=
2𝜋𝑎
dimana:
μ0= permeabilitas ruang hampa udara = 4π x 10-7 Wb/A.m
B = kerapatan flux dalam satuan Wb/m2
a = jarak titik ke kawat dalam satuan m
Di sekitar kawat yang berarus listrik terdapat medan magnet yang dapat
mempengaruhi medan magnet lain. Magnet jarum kompas dapat menyimpang dari
posisi normalnya jika dipengaruhi oleh medan magnet
(Giancoli, 2001:175)
Secara konvensional kuat arus dapat diukur dengan menghubungkan alat secara seri
pada rangkaian. Cara ini memiliki kelemahan karena mengganggu aliran arus yang
akan diukur. Dengan menggunakan sensor magnetik, arus dapat diukur tanpa harus
mengganggu aliran arus, karena yang diukur hanya kuat medan magnet yang
dihasilkan oteh arus yang akan diukur. Dalam tulisan ini akan ditunjukkan
penggunaan sensor magnetik fiuxgate untuk mengukur kuat arus. Dari hasil
penelitian terlihat bahwa sensor magnetik fiuxgate yang digunakan dapat mengukur
kuat arus dalam daerah pengukuran yang cukup lebar dan dengan ketelitian < 2 %.
(Sari, 2007)
Ilmuwan Denmark bernama Hans Christian Oersted pada 1820 telah mengamati
hubungan antara kelistrikan dan kemagnetan ketika melakukan percobaan yang
menunjukkan bahwa jarum kompas dibelokkan oleh arus listrik. Kemudian hasil ini
ditindaklanjuti oleh Jean Baptiste Biot, Felix Savart, dan Andre Marie Ampere.
Oleh karena itu pada bagian ini kita akan menerapkan hukum Biot-Savart dan
hukum ampere untuk menentukan kuat medan magnetic atau induksi magnetic di
sekitar arus listrik. Biot dan Savart adalah orang pertama yang menyelidiki besar
induksi magnetic yang ditimbulkan oleh penghantar berarus. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kontribusi induksi magnetik dB pada suatu
titik P berjarak r dan bersudut α terhadap elemen penghantar dl yang dialiri arus I
Metode lain untuk menghitung induksi magnetik yang dihasilkan oleh arus listrik
adalah dengan menggunakan hukum ampere.
Hukum ampere ini akan sangat berguna apabila diterapkan untuk menghitung
induksi magnetic pada penghantar yang memiliki tingkat simetri tinggi dan induksi
magnetiknya homogeny, misalnya pada penghantar lurus yang panjang dan pada
teroida. Secara umum perhitungan induksi magnetic akan dilakukan dengan
menggunakan hukum Biot-Savart, dan sebagai perbandingan juga akan digunakan
hukum ampere. Besar induksi magnetik yang ditimbulkan oleh penghantar lurus
berarus dapat diperoleh dari hukum Biot-Savart maupun hukum ampere, sedangkan
arah induksi magnetic ditentukan berasarkan kaidah tangan kanan.
Magnet dan listrik merupakan dua besaran yang sangat berhubungan dan berkaitan.
Hukum oerstedz diatas merupakan pembahasan yang membahas bahwa listrik dapat
berubah menjadi magnet sedangkan magnet dapat berubah menjadi listrik.
(Aljabbar, 2008)
16
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 3.2. Hubungan antara arah arus dengan arah simpangan jarum kompas
Arah arus Arah simpangan
No. Tegangan (V)
Positif Negatif Kiri Kanan
1. 6V A B
2. 6V B A
Tabel 3.3. Hubungan antara jarak kawat terhadap kuat medan magnet
No. Tegangan (V) Jarak kawat Besar Simpangan
1. 6V L 16ᵒ
2. 6V 2L 9ᵒ
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Sebelum melakukan percobaan ini, terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, yaitu 1 buah catu daya, 1 buah papan rangkaian, 2 buah kabel
penghubung, 2 buah steker poros, 1 buah kompas, dan kawat nikelin secukupnya.
Setelah semua alat dan bahan disiapkan, selanjutnya merangkai alat dan bahan
diatas papan rangkaian dengan meletakkan kompas pada bagian bawah kawat, yang
sudah dililitkan dengan dua steker poros dan ditancapkan ke papan rangkaian,
kemudian menyalakan catu daya dengan tegangan 3 V kemudian membaca arus
(dalam hal ini tegangan dianggap sama dengan arus) pada voltmeter yang masuk
pada kawat, melihat arah penyimpangan pada kompas, besar sudut simpangannya,
dan mencatatnya ke dalam tabel. Selanjutnya, menukar atau membalik polaritas
tegangan sumber dan membaca arus pada voltmeter yang masuk pada kawat,,
melihat arah penyimpangan pada kompas, besar sudut simpangannya, dan
mencatatnya ke dalam tabel.
18
Setelah pecobaan selesai, didapatlah data seperti pada tabel 3.1, tabel 3.2, dan tabel
3.3. Pada tabel 3.1 yakni hubungan tegangan dengan besar simpangan kompas
yakni semakin besar tegangan maka semakin besar pula simpangan yang dihasilkan
oleh jarum kompas. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari percobaan yang
telah dilakukan. Pada percobaan pertama dengan tegangan sebesar 3 V
menghasilkan simpangan kompas sebesar 8o, lalu dengan tegangan 6 V simpangan
yang dihasilkan pun semakin besar yakni 18O, selanjutnya dengan tegangan sebesar
9V menghasilkan simpangan yang lebih besar pula yakni sebesar 38o. Dari hasil
percobaan ini terlihat bahwa semakin besar kuat arus listrik (dalam hal ini kuat arus
listrik dianggap sama dengan tegangan sumber) yang mengalir pada kawat, maka
simpangannya akan semakin membesar yang membuat sudut simpangannya
semakin besar pula. Oleh karena itu, perubahan sudut simpangan kompas yang
diakibatkan oleh besarnya arus yang mengalir pada kawat erat kaitannya dengan
hubungan besar medan magnet yang dikenai jarum kompas, secara matematis:
B~I
Pada tabel 3.2 yakni tabel hubungan antara arah arus dengan arah simpangan jarum
kompas. Data hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk polaritas A yang positif
dan B negative. Dalam percobaan tegangan sumber yang digunakan adalah 6 V.
Pada percobaan pertama, arus mengalir dari polaritas positif ke negatif (A-B)
menghasilkan simpangan jarum kompas ke kanan. Sedangkan, pada percobaan
kedua dengan membalik polaritasnya menjadi dari negatif ke positif yakni arus
mengalir dari polaritas negatif ke positif (B-A) menghasilkan simpangan jarum
kompas ke arah kiri. Maka dengan polaritasnya dibalik akan menyebabkan arah
simpangan jarum kompas berlawanan. Data hasil percobaan memperlihatkan
bahwa ketika polaritas sumber tegangan di balik, maka arah menyimpangannya
juga berbeda. Dari data percobaan terlihat bahwa percobaan sesuai dengan teori
yang ada.
Pada tabel 3.3 yakni tabel hubungan antara jarak kawat terhadap kuat medan
magnet. Data hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin dekat kompas dengan
kawat lurus berarus maka besar simpangan jarum kompas akibat medan magnet
yang dihasilkan kawat lurus berarus akan semakin besar, begitu pula sebaliknya,
semakin jauh jarak kompas terhadap kawat lurus berarus maka simpangan yang
dihasilkan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan bahwa ketika kawat
berjarak L dari kompas menghasilkan simpanagn pada jarum kompas sebesar 16º
sedangkan ketika kawat berjarak 2L dari kompas menghasilkan simpangan sebesar
9º. Hal ini disebabkan karena pengaruh gaya listrik dengan gaya tarik pada kompas.
Sebuah kompas yang didekatkan pada bagian bawah kawat lurus yang dialiri arus
listrik akan menyebabkan jarum kompas menyimpang ke kiri ataupun ke kanan
dengan sudut simpangan tertentu. Maka percobaan kali ini sesuai dengan teori yang
ada.
Berdasarkan hasil pada percobaan mengenai hubungan jarak kawat dengan besar
simpangan yang didapatkan, hasil percobaan menunjukkan bahwa jarak kawat
berbanding terbalik dengan besar simpangan, hal ini terlihat pada simpangan yang
ditunjukkan oleh jarum kompas berkurang ketika jarak kawat dengan kompas
20
ditambah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Biot-Savart yang
secara matematis dinyatakan dalam persamaan :
𝜇 𝐼
0
B = 2𝜋𝑎 B~1/a
Dimana a menyatakan jarak kawat, yang dalam percobaan ini a yang digunakan
yakni L dan 2L, sehingga percobaan ini sudah sesuai dengan teori.
Adapun kendala-kendala yang dialami pada saat percobaa ini dilakukan yakni,
kurang tegak lurusnya pembacaan skala pada kompas oleh praktikan sehingga hasil
yang didapat kurang tepat dan kompas yang digunakan pada percobaan dalam
kondisi tidak baik sehingga menghambat waktu pada saat percobaan dilakukan
karena harus berulang kali mengganti kompas.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini yaitu arah medan
magnet di sekitar arus dipengaruhi oleh arah arus yang mengalir tersebut, jika
arus mengalir dari positif ke negatif maka menghasilkan simpangan jarum
kompas kearah kanan, sebaliknya jika arus mengalir dari negatif ke positif
maka menghasilkan simpangan simpangan jarum kompas kearah kiri.
Kemudian, besar medan magnet dipengaruhi oleh kuat arus yang mengalir dan
jarak kawat terhadap kompas.
5.2 Saran
Pada percobaan ini seharusnya alat dan bahan yang akan digunakan dalam
kondisi baik dan layak digunakan, sehingga tidak menghambat praktikan
dalam melakukan percobaan ini.
22
GAYA LORENTZ
23
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kajian gaya Lorentz, tentu saja terdapat konsep-konsep yang penting
mengenai gaya magnetik. Misalnya, konsep mengenai arah arus listrik, arah
medan magnetik, dan arah gaya magnetik. Selain itu, terdapat beberapa contoh
penerapan gaya Lorentz dalam kehidupan sehari-hari antara lain kipas angin,
galvanometer, motor listrik dan lain sebagainya.
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep dan penerapan gaya lorentz. Selain itu, juga dapat
dijadikan penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, maupun sebagai
referensi.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
Gaya Lorentz merupakan gaya yang timbul pada suatu arus listrik yang berada pada
suatu medan magnet.” Jika suatu arus berada diantara suatu kutub utara magnet dan
tapak tangan kiri sedangkan arus listrik seakan-akan berjalan dari pergelangan ke
jari-jari tangan, maka arah gaya Lorentz ini mengarah ke ibu jari tangan kiri”. Arah
gaya Lorentz dapat juga ditentukan dengan tiga jari tangan kiri, yaitu ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah yang dibentangkan saling tegak lurus satu sama lain.
(Fuhaid, 2011)
Jika diasosiasikan dengan perkalian vektor kros dengan teliti, akan di dapatkan
bahwa gaya yang di terima suatu muatan terhadap yang bergerak dengan kecepatan
V di dalam dearah pengaruh medan magnetik B, maka muatan akan mengalami
gaya magnet, secara matematis:
𝐹𝑚𝑎𝑔 = 𝑞 (𝑉 𝑥 𝐵)
(Wayan, 2011:77)
Gaya lorentz adalah gaya yang di alami kawat berarus listrik di dalam medan
magnet. Sehingga dapat di simpulkan bahwa gaya lorentz dapat timbul dengan
syarat sebagai berikut :
a. adanya kawat penghantar yang di aliri arus, dan
b. penghantar berada di dalam medan magnet.
b. bila polaritas sumbu di ubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah yang
berlawanan dengan gerak sebelumnya.
Arah gaya lorentz dapat di tentukan dengan kaidah tangan kanan. Jari-jari tangan
kanan di atur sedemikian rupa, sehingga ibu jari tegak lurus terhadap telunjuk dan
tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan magnet (B) di wakili oleh
telunjuk dan arah arus (I) di wakili ibu jari, maka arah gaya lorentz (f) di tunjukkan
oleh jari tengah.
Selain itu, alatlat ukur listrik pengeras suara juga bekerja berdasarkan prinsip gaya
lorentz. Komponen dasar pengeras suara terdiri dari tiga bagian yaitu sebuah krucut
yertas yang bersambungan dengan sebuah kumparan suara (silinder yang dikitari
oleh kawat tembaga) dan sebuah magnet hermanen berbentuk silinder (kutub utara
di tengah dan dikelilingi kutub selatan).
(Manan, 2013)
Satuan Internasional (SI) untuk medan magnet(B) adalah Tesla(T). Nama lain dari
tesla adalah weber per meter persegi (𝑤𝑏/𝑚2 ). Besar gaya berbanding lurus dengan
arus(I) pada kawat dengan panjang kawat(l) pada medan magnet dianggap seragam
dengan medan magnet(B). Gaya juga bergantung dengan pada sudut θ antara arah
arus dan medan magnet. Ketika arus tegak lurus terhadap garis-garis medan, gaya
paling kuat. Ketika kawat paralel dengan garis-garis medan magnet, tidak gaya
sama sekali. Pada sudut-sudut yang lain, gaya sebanding dengan sin θ, sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝐹 = 𝐼 𝑙 𝐵 sin 𝜃
(Giancoli, 2001)
28
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan antara lain inti besi, magnet U,
papan rangkaian, jembatan penghubung, kabel penghubung, jepit steker, kawat
konstanta, catu daya, dan basic meter. Setelah itu, merangkai alat dan bahan seperti
gambar 4.1.
Setelah percobaan selesai, didapatlah data hasil percobaan berupa nilai tegangan
sumber, polaritas A dan B yang diubah-ubah, nilai kuat arus (I), nilai tegangan (V),
dan arah simpangan kawat. Pada percobaan pertama dengan tegangan sumber 3 V,
saat polaritas A pada positif dan polaritas B pada negatif diperoleh nilai tegangan
sebesar 0,9 volt, arus sebesar 0,02 A, dan arah simpangan kawatnya ke bawah
dengan simpangan yang kecil. Lalu, saat polaritas diubah (A pada negatif dan B
pada positif), diperoleh nilai tegangan sebesar 0,8 volt, arus sebesar 0,03 A, dan
arah simpangannya ke atas dengan simpangan kecil. Selanjutnya, pada percobaan
kedua dengan tegangan sumber sebesar 6 V, saat polaritas A pada positif dan
polaritas B pada negatif, diperoleh nilai tegangan sebesar 2 V, arus sebesar 0,06 A,
dan arah simpangannya ke bawah dengan simpangan lebih besar dari percobaan
sebelumnya. Lalu, saat polaritas diubah (A pada negatif dan B pada positif),
diperoleh nilai tegangan sebesar 2 volt, arus sebesar 0,07 A, dan arah simpangannya
ke atas dengan simpangan yang lebih besar pula.
Berdasarkan data hasil percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
tegangan sumber maka akan semakin besar pula tegangan dan kuat arus yang
dihasilkan serta simpangan kawatnya pun semakin besar pula. Lalu, polaritas
berpengaruh terhadap arah simpangan kawat konstanta, saat polaritas A pada positif
dan polaritas B pada negatif, kawat akan menyimpang ke bawah. Sebaliknya, saat
polaritas A pada negatif dan polaritas B pada positif, kawat akan menyimpang ke
atas. Dalam hal tersebut berlaku kaidah tangan kanan, dimana saat arah arus masuk
berbeda, maka medan magnet dan arah gaya lorentz juga berbeda. Analisis yang di
dapatkan sesuai dengan teori yang ada mengenai gaya lorentz pada kawat berarus.
Aplikasi gaya lorentz dalam kehidupan sehari - hari yaitu motor listrik, kipas angin,
galvanometer, pengeras suara, mesin cuci, dan alat ukur listrik. Pada motor listrik
saat saklar on maka akan mengalir arus dari sumber tegangan menuju cincin
komutator selanjutnya melalui sikat karbon arus mengalir ke kumparan (loop).
Sehingga di dalam loop akan ada aliran elektron yang berada di dalam medan
31
magnet. Elektron yang terdapat pada loop akan mendapat gaya lorentz yang
besarnya sama tetapi dengan arah yang berlawanan pada masing-masing sisi loop.
Sehingga keseimbangan loop terganggu dan loop akan berputar secara terus
menerus.
Selanjutnya, pada kipas angin. Bagian dalam kipas angin terdiri dari beberapa
komponen, yaitu sepasang magnet U pada bagian yang diam dan kumparan besi
yang bergerak dalam motor listrik. Saat listrik mengalir pada lilitan kawat dalam
kumparan besi yang menjadikan besi menolak antara sepasang magnet dan
kumparan besi membuat gaya berputar. Pada saat saklar terbuka arus akan mengalir
pada kumparan stator motor dan menimbulkan gaya gerak listrik stator motor
berputar.
Dalam melakukan percobaan ini, terdapat beberapa kendala yang dialami praktikan,
diantaranya kabel penghubung yang kurang berfungsi dengan baik membuat
kegiatan praktikum terhambat, kurangnya kejelian praktikan dalam mengamati arah
simpangan kawat sehingga harus mengulang percobaan, kurang tegak lurusnya
pandangan ketika membaca hasil ukur tegangan dan arus, dan praktikan sulit
menentukan arah mengalirnya arus ketika polaritas diubah-ubah, sehingga waktu
yang dibutuhkan menjadi lebih lama.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini yaitu sebagi berikut:
1. menentukan gaya magnetik oleh arus listrik yaitu menggunakan persamaan
𝐹 = 𝐵. 𝐼. 𝑙. 𝑠𝑖𝑛𝜃, dimana 𝐹 merupakan gaya lorentz (N), 𝐵 adalah induksi
magnetik (wb/m2), 𝐼 adalah besarnya arus (A), 𝑙 adalah panjang kawat (m),
dan 𝑠𝑖𝑛𝜃 adalah sudut yang dibentuk oleh 𝐵 dan 𝐼,
2. menentukan arah gaya Lorentz menggunakan kaidah tangan kanan, yaitu
apabila tangan kanan dalam keadaan terbuka (jari-jari dan ibu jari
diluruskan), arah empat jari yang dirapat menyatakan arah induksi magnet
(B) dan arah ibu jari menyatakan arah arus listrik (I), arah gaya magnetiknya
(F) dinyatakan dengan arah keluar telapak tangan, dan
3. menentukan arah medan magnetik oleh kumparan berarus listrik yaitu
menggunakan kaidah tangan kanan, arah ibu jari tangan kanan menunjukkan
arah arus listrik (I). Jari-jari tangan yg melingkari penghantar tersebut
menunjukkan arah medan magnet (B).
5.2 Saran
Pada percobaan ini seharusnya alat dan bahan yang akan digunakan dalam
kondisi baik dan layak digunakan, sehingga tidak menghambat praktikan
dalam melakukan percobaan ini. Kemudian, praktikan seharusnya memahami
materi percobaan agar praktikum dapat berjalan tepat waktu dan lebih teliti
dalam pembacaan hasil ukur agar hasil yang didapat akurat.
33
INDUKSI
ELEKTROMAGNETIK
34
BAB I
PENDAHULUAN
Pada induksi elektromagnetik dikenal istilah ggl induksi. Ggl induksi yakni gaya
gerak listrik yang timbul di ujung-ujung penghantar karena perubahan medan
magnetik. Ggl induksi dapat menghasilkan arus listik yang sering disebut arus
induksi. Arus induksi ini timbul akibat adanya perubahan sejumlah medan magnetik
yang memotong gelung kawat. Contoh alat yang menggunakan prinsip elektro
magnetik adalah transformator, dimana transformator merupakan alat untuk
menurunkan dan menaikan tegangan. Dengan mempelajari induksi
elektromagnetik, pengetahuan mengenai kelistrikan akan bertambah dan
memungkinkan penerapannya dalam kehidupan.
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep dan penerapan ggl induksi dan transformator. Selain itu,
juga dapat dijadikan penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, maupun
sebagai referensi.
36
BAB II
LANDASAN TEORI
(Rudi, 2013)
37
Tampak dari persamaan, besar ggl yang dihasilkan bergantung pada cepat
perubahan fluks berlangsung , bukan bergantung pada berapa nilai fluks saat
itu. Walaupun fluksnya pada suatu kumparan sangat besar, namun jika tidak
terjadi perubahan (nilai fluks tetap) maka tidak ada ggl induksi yang dihasilakn.
(Abdullah.2017: 416-418)
4
Di dalam kumparan timbul suatu beda potensial (atau gaya gerak listrikε, GGL).
Timbulnya GGL dengan cara ini disebut induksi elektromagnetik.Batang magnet
memiliki medan magnet di sekitarnya. Medan magnet divisualkan dalam bentuk
garis-garis medan. Sebuah batang magnet mempunyai bentuk garis-garis medan
magnet. Sekumpulan garis-garis medan disebut fluks magnet. Bentuk garis-garis
medan magnet pada sebuah batang magnet. GGL yang diinduksi oleh fluks magnet
yang berubah dapat dianggap terdistribusi di seluruh rangkaiannya.
(Dara, 2012)
Berdasarkan hukum Faraday dalam bukunya Tipler ( 2008 : 234 ) dikatakan bahwa
jika sebuah magnet digerakkan disekitar kumparan maka pada kumparan tersebut
akan timbul GGL induksi magnetik. Besarnya GGL induksi (𝜀) ini bergantung dari
besarnya perubahan fluks magnetik yang mempengaruhi kumparan sesuai dengan
persamaan berikut :
𝑑∅
𝜀=−
𝑑𝑡
dari persamaan di atas terlihat bahwa semakin besar perubahan fluks magnetik,
maka GGL induksi yang dihasilkan juga akan semakin besar.
(Warjanto, 2015)
5
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Cepat 6.10-3 V
Cepat 2,2.10-2 V
7
BAB IV
PEMBAHASAN
Kegiatan 1
Percobaan Induksi Elektromagnetik bertujuan untuk menentukan besar dan arah
arus ggl induksi dan menentukan besarnya arus dan tegangan pada kumparan step
up dan step down. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan
ini yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, diantaranya satu buah
papan rangkaian, kebel penghubung, satu buah basic meter, tiga buah kumparan,
dan magnet batang. Lalu, merangkai alat dan bahan seperti gambar di bawah ini.
ke dalam tabel. Kemudian, melakukan percobaan kedua dan ketiga dengan langkah-
langkah yang sama dengan percobaan pertama dengan mengganti kumparan 500
lilitan dan 1000 lilitan.
Namun, pada percobaan yang telah dilakukan, terdapat sedikit kesalahan dimana
seharusnya pada kumparan 250 lilitan dengan kecepatan gerakan magnet batang
perlahan dan dengan kecepatan gerakan magnet batang yang cepat dihasilkan nilai
tegangan yang sama, seharusnya pada kecepatan gerakan magnet yang yang cepat
menghasilkan tegangan yang besar. Semakin cepat gerakkan magnet pada rongga
kumparan, maka tegangan yang dihasilkan semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Dalam percobaan ini, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh praktikan yakni
kurang konstannya gerakan magnet batang yang digerakkan oleh praktikan yang
9
menyebabkan hasil ukur tegangan yang tidak stabil. Lalu, kurang telitinya praktikan
dalam membaca hasil ukur pada basic meter yang menyebabkan kurang tepatnya
hasil pengukuran. Kemudian, kabel penghubung yang digunakan tidak stabil,
sehingga perlu diubah-ubah ketika akan melakukan percobaan.
Prinsip kerja dari transformator adalah ketika salah satu kumparan pada
transformator diberi arus bolak-balik (AC), maka jumlah garis gaya magnet (fluks
magnet) berubah-ubah. Akibatnya, pada sisi primer terjadi induksi sedangkan pada
sisi sekunder menerima garis gaya magnet (fluks) dari sisi primer yang jumlahnya
berubah-ubah pula, maka sisi sekunder juga timbul induksi akibatnya antara dua
ujung terdapat beda tegangan, dengan demikian terjadilah perubahan taraf tegangan
listrik baik dari tegangan rendah ke tegangan tinggi begitupun sebaliknya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan induksi elektromagnetik
adalah sebagai berikut:
1. besar GGL induksi bergantung pada kecepatan perubahan fluks
berlangsung dan banyaknya jumlah lilitan pada kumparan. Semakin
banyak lilitan pada kumparan maka semakin besar pula GGL induksinya,
begitu pula sebaliknya. Sedangkan, arah arus induksi dalam suatu
kumparan sedemikian rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan arus
tersebut melawan perubahan fluks penyebabnya, dan
2. prinsip kerja dari transformator adalah ketika salah satu kumparan pada
transformator diberi arus bolak-balik (AC), maka jumlah garis gaya magnet
(fluks magnet) berubah-ubah. Akibatnya, pada sisi primer terjadi induksi
sedangkan pada sisi sekunder menerima garis gaya magnet (fluks) dari sisi
primer yang jumlahnya berubah-ubah pula, maka sisi sekunder juga timbul
induksi akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan, dengan
demikian terjadilah perubahan taraf tegangan listrik baik dari tegangan
rendah ke tegangan tinggi begitupun sebaliknya.
5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini, seharusnya praktikan memahami materi dan
lebih teliti dalam membaca hasil pengukuran. Selanjutnya, alat dan bahan yang
digunkan juga harus dalam kondisi prima agar kegiatan praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
11
RESPONSI
12
PENGISIAN DAN
PENGOSONGAN KAPASITOR
13
BAB I
PENDAHULUAN
Kapasitor merupakan alat yang dapat menyimpan daya listrik dengan berbagai
macam kapasitas, sehingga penggunaan kapasitor dapat membantu
permasalahan masyarakat mengenai daya listrik yang mungkin dibutuhkan.
Kapasitor hanya dapat menyimpan daya listrik bukan menciptakan daya listrik,
sehingga kapasitor juga dapat kosong dan perlu di isi dengan daya listrik dari
PLN atau dari baterai.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Praktikan
Setelah melakukan percobaan ini, praktikan diharapkan dapat menguasai
materi pengisian dan pengosongan kapasitor dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep maupun penerapan pengisian dan pengosongan kapasitor,
dapat dijadikan penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, juga sebagai
referensi.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
Kapasitor pertama “diciptakkan” di Belanda, tepatnya kota Leyden pada abad ke-
18 oleh para eksperimentalis fisika. Karenanya, alat ini dinamakan Leyden Jar.
Leyden Jar adalah wadah yang dibuat untuk menyimpan muatan listrik, yang pada
prinsipnya berupa wadah seperti botol namun berlapis logam/konduktor yang diisi
bahan isolator (dielektrik) misalnya air dan padanya dimasukkan sebuah batang
logam yang bersifat konduktor, sehingga diperoleh lapisan konduktor-dielektrik-
konduktor. Prinsip inilah yang dipakai untuk membuat kapasitor modern.
tus. Kapasitor mampu menyimpan energi dalam jangka waktu yang panjang asalkan
tidak ada kebocoran pada kapasitor. Jika kapasitor dengan kapasitansi dihubungkan
dengan suatu sumber tegangan maka setelah beberapa waktu, didalam kapasitor
akan muncul muatan sebanyak hasil kali kapasitansi dan tegangan sumber. Setelah
muatan ini tercapai, dikatakan kapasitor sudah terisi penuh.
(Wahyuni, 2017)
Sebagaimana resistor dapat dirangkai seri atau parallel, demikian juga halnya
dengan kapasitor. Pertama hubungan paralel, jika baterai tegangan V dihubungkan
ke titik a dan b, tegangan ini ada pada setiap kapasitor. Masing-masingnya
mendapatkan muatan yang dinyatakan dengan 𝑄1 = 𝐶1 𝑉, 𝑄2 = 𝐶2 𝑉, dan 𝑄3 =
𝐶3 𝑉. Muatan total Q yang harus meninggalkan baterai adalah:
𝑄 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 = 𝐶1 𝑉 + 𝐶2 𝑉 + 𝐶3 𝑉
Suatu kapasitor ekivalen tunggal yang akan berisi muatan Q yang sama pada
tegangan V yang sama akan memiliki kapasitansi 𝐶𝑒𝑘 yang dinyatakan dengan:
𝐶𝑒𝑘 𝑉 = 𝐶1 𝑉 + 𝐶2 𝑉 + 𝐶3 𝑉
atau
𝐶𝑒𝑘 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3
Efek total dari menghubungkan kapasitor secara paralel adalah untuk menaikkan
kapasitansi. Hal ini akan masuk akal karena pada intinya penambahan luas pelat-
pelat di mana muatan dapat tertumpuk.
Jika kapasitor dihubungkan seri, muatan +𝑄 mengalir dari baterai ke salah satu
pelat 𝐶1 , dan – 𝑄 mengalir dari satu pelat 𝐶3 . Daerah A dan B di antara kapasitor
asalnya netral, sehingga muatan totalnya harus tetap nol. +𝑄 di pelat kiri 𝐶1
menarik muatan-muatan – 𝑄 pada pelat yang berlawanan. Karena daerah a harus
memiliki muatan total nol, maka +𝑄 ada di pelat kiri 𝐶2 . Pertimbangan yang sama
berlaku untuk kapasitor yang lain, sehingga diketahui bahwa muatan pada setiap
kapasitor adalah sama, yaitu Q. Suatu kapasitor tunggal yang bisa menggantikan
tiga ini secara seri tanpa mempengaruhi rangkaian (yaitu, Q dan V sama) harus
memiliki kapasitansi 𝐶𝑒𝑘 yang dinyatakan dengan
𝑄𝑒𝑘 = 𝐶𝑉
17
Sekarang tegangan total V pada ketiga kapasitor seri harus sama dengan jumlah
tegangan masing-masing:
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
Didapatkan juga 𝑄1 = 𝐶1 𝑉1, 𝑄2 = 𝐶2 𝑉2 , dan 𝑄3 = 𝐶3 𝑉3, subsitusikan pada
𝑉1 , 𝑉2 , 𝑑𝑎𝑛 𝑉3 ke persamaan terakhir di atas dan didapat
𝑄 𝑄 𝑄 𝑄
= + +
𝐶𝑒𝑘 𝐶1 𝐶2 𝐶3
Perhatikan bahwa bentuk persamaan-persamaan untuk kapasitor seri dan paralel
merupakan kebalikan dari persamaan-persamaan seri dan paralel untuk hambatan.
Berarti, rumus untuk kapasitor seri menyerupai rumus untuk resistor paralel, atau
sebaliknya.
(Giancolli, 2001: 109-110)
Semua sirkuit listrik atau elektronik atau sistem mengalami beberapa bentuk "time-
delay" antara input dan output, ketika sinyal atau tegangan, baik terus menerus,
(DC) atau bolak-balik (AC) yang pertama diterapkan untuk itu. Penundaan ini
umumnya dikenal sebagai keterlambatan atau Waktu Konstan sirkuit dan itu adalah
waktu respon dari sirkuit ketika tegangan atau sinyal langkah pertama
diterapkan.Resultan waktu yang konstan dari setiap Sirkuit Elektronik atau sistem
terutama akan tergantung pada komponen reaktif baik kapasitif atau induktif
terhubung dan merupakan pengukuran waktu respon dengan unit, Tau - τ.
Muatan pada pelat kapasitor diberikan sebagai: Q = CV. Pengisian ini (storage) dan
pemakaian (pelepasan) dari energi kapasitor tidak pernah instan tetapi
membutuhkan sejumlah waktu untuk terjadi dengan waktu yang dibutuhkan untuk
kapasitor untuk biaya atau dibuang ke dalam persentase tertentu dari nilai pasokan
maksimum yang dikenal sebagai Konstan Waktu nya (τ).
18
Jika resistor dihubungkan secara seri dengan kapasitor membentuk rangkaian RC,
kapasitor akan mengisi secara bertahap melalui resistor sampai tegangan kapasitor
mencapai dari tegangan suplai. Waktu disebut respon, diperlukan untuk ini terjadi
setara dengan sekitar 5 konstanta waktu atau 5T.
(Putra, 2015)
Energi kapasitor dengan nilai tegangan kapasitor 𝑉, ketika diberi beban tertentu
akan diperoleh persamaan sebagai berikut .
1
𝑊 = 𝐶𝑉 2
2
Melalui resistansi internal, arus pengisian akan menghasilkan panas sebesar P loss
dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut
𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑅𝐼 𝐼 2
(Susilo, 2014)
19
BAB III
ANALISIS
Pada pengisisan kapasitor, alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain sebuah
kapasitor yang kosong, sumber tegangan (catu daya atau baterai), resistor, dan
kapasitor. Kemudian, merangkai alat dan bahan yang dibutuhkan seperti gambar
rangkaian di bawah ini.
saklar
Sum
ber
R
tegan
gan
Proses pengisian kapasaitor dimulai ketika saklar ditutup dan catu daya dihidupkan
atau menghubungkan dengan baterai. Kemudian, arus akan mengalir dari sumber
tegangan menuju kapasitor dan melewati lampu yang ada pada resistor. Lampu
akan menyala akibat adanya arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada
rangkaian. Pada saat itu juga kapasitor akan melakukan pengisian, dan pada
beberapa saat akan penuh sehingga tegangan yang ada pada kapasitor akan sama
dengan tegangan pada catudaya. Pada saat ini pula (𝑉𝐶 = 𝑉𝑆 ), lampu akan padam
dan kapasitor telah terisi penuh. Hal ini terjadi karena pada pengisian kapasitor
20
semakin lama waktu maka tegangannya (V) akan semakin besar dan arusnya (I)
akan semakin kecil.
Pada pengosongan kapasitor ini, sumber tegangan tidak lagi berasal dari catudaya
melainkan berasal dari kapasitor, sehingga catudaya tidak lagi digunakan pada
pengosongan kapasitor. Ketika saklar ditutup, maka arus dan tegangan pada
kapasitor akan mengalir pada rangkaian yang mengakibatkan lampu pada resistor
akan menyala. Seiring berjalannya waktu, tegangan dan arus pada kapasitor akan
habis akibat terserap oleh resistor, sehingga lampu akan mati karena tegangan dan
arus pada kapasitor sudah habis (𝑉 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝐼 = 0) dan kapasitor kembali kosong.
Hal ini terjadi karena pada pengosongan kapasitor, semakin lama waktu maka
tegangannya (V) akan semakin kecil dan arusnya (I) akan semakin kecil pula.
21
BAB IV
KESIMPULAN
RANGKAIAN RL DAN RC
23
BAB I
PENDAHULUAN
Rangkaian RL adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari resistor atau hambatan
dan induktor, yang terhubung secara langsung terhadap simber arus atau sumber
tegangan. Rangkaian RC (Resistor-Kapasitor) adalah suatu rangkaian listrik
yang memiliki kombinasi komponen resistor dan kapasitor dimana komponen
tersebut biasanya dipasang secara seri atau sejajar. Pada rangkaian seri RL dan
RC terdapat hambatan pada masing-masing komponennya. Hambatan tersebut
dinamakan dengan impedansi (Z). Impedansi adalah kombinasi yang dirangkai
secara vektor dari XL dan XC yang besarannya dapat diukur dengan satuan Z.
Untuk itu diperlukan cara untuk mendapatkan besar impedansi dari rangkaian
tersebut.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Praktikan
Setelah melakukan percobaan ini, praktikan diharapkan dapat menguasai
materi rangkaian seri RL dan RC serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep maupun penerapan rangkaian seri RL dan RC, dapat
dijadikan penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, juga sebagai
referensi.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
Resistor adalah komponen pasif yang digunakan untuk membatasi arus listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian. Satuan resistor adalah ohm (Ω) dan kemampuan
resistor dalam membatasi atau menghambat arus dinamakan dengan resistansi.
Resistor bekerja dengan dialiri arus listrik yang akan menyebabkan terjadinya
disipasi daya berupa panas. Semakin besar ukuran resistor menunjukkan semakin
besar kemampuan daya disipasinya.
Rangkaian RL adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari resistor atau hambatan
dan induktor, yang terhubung secara langsung terhadap simber arus atau sumber
tegangan. Bila kontak saklar ditutup maka arus didalam hambatan mulai naik.
Seandainya inductor tersebut tidak ada , maka arus akan naiak dengan cepat.
Akantetapi, karena adanya inductor, maka sebuah tegangan yang muncul didalam
rangkaian tersebut, dari hkum Lenz, maka tegangan gerak elektrik ini menentang
kenaikan arus, yang berarti polaritas tegangan gerak elktik baterai.Jika terminal –
terminal osciloskop dihubungkan melalui hambatan, maka bentuk gelombang yang
dipertunjukkan akan membentuk gelombang dari arus di dalam rangkaian tersebut
26
Pada rangkaian RL seri dapat diketahui bahwa VS mendahului I, pada resistor (R)
VS mendahului VR, dan pada inductor (L) VS mendahului VL. Posisi VS terhadap
VR dan VL adalah diantara keduanya (lihat Gambar 2).
𝑉𝐿 𝑉𝑆
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 Z = ඥ𝑅 2 + 𝑋𝐿2 I=
𝑉𝑅 𝑍
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔
𝑋𝐿 VS = ඥ𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2
𝑅
27
Pada rangkaian RC Seri dapat diketahui bahwa arus mendahului VS, pada resistor
(R) VR mendahului VS, dan pada kapasitor (C) VC tertinggal oleh VS. Posisi VS
terhadap VR dan VC adalah sama seperti pada rangkaian RL seri yaitu diantara
keduanya.
𝑉𝐶 𝑉𝑆
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 Z = ඥ𝑅 2 + 𝑋𝐶2 I=
𝑉𝑅 𝑍
𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔
𝑋𝐶 VS = ඥ𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
𝑅
Pada rangkaian arus bolak-balik terdapat R dan L yang dipasang secara seri. Dapat
diketahui bahwa tegangan induktif (V) mendahului arus sebesar 90°. Adapun
tegangan hambatan (V/() sefase dengan arusnya. Dengan demikian, tegangan
induktif V mendahului VR dengan beda sudut fase 90°.
Diagram fasor untuk rangkaian RL dapat di lihat pada gambar dibawah ini:
Jika dibuat grafik tegangan total dan arus dalam sebuah grafik, akan didapatkan
grafik seperti pada gambar. Beda fase antara tegangan total (V' ) terhadap arus i
adalah ip dengan 0 < <p < 90° (tegangan mendahului arus).
(Kamajaya, 2008:213-214)
29
BAB III
ANALISIS
V= ඥ𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿 2
Dengan
VR = I R, dan VL = I XL
Maka, hambatan dalam rangkaian AC yang disebut impedansi, dilambangkan Z dan
ditulis:
Z= ඥ𝑅 2 + 𝑋𝐿 2
30
V= √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐶 2
dimana
VR = I R
VC = I XC
Sesuai dengan hukum Ohm (V = I.R) bahwa nilai Z merupakan suatu jenis
hambatan dalam rangkaian AC yang disebut impedansi, yang dapat dirumuskan :
Z= √𝑅 2 + 𝑋𝑐 2
1
Dengan XL dapat dicari dengan XC= ω C
31
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari responsi mengenai rangkaian seri RL dan RC
yaitu impedanse pada rangkaian seri RL dapat ditentukan menggunakan persamaan
menggunakan persamaan Z= √𝑅 2 + 𝑋𝑐 2.
32
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Praktikan
Setelah melakukan percobaan ini, praktikan diharapkan dapat menguasai
materi rangkaian seri RLC dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca awam dapat mengerti
mengenai konsep maupun penerapan rangkaian seri RLC, dapat dijadikan
penunjang pembelajaran, penuntun percobaan, juga sebagai referensi.
35
BAB II
LANDASAN TEORI
Karena rangkaian ini seri, maka arus sama setiap saat disetiap komponen rangkaian.
Misalkan saja nilai arus tersebut, 𝑖(𝑡) = 𝐼𝑚 cos 𝜔𝑡. Maka yang perlu ditentukan
adalah amplitudo arus Im dan beda fase antara tegangan sumber vs dan arus. Jika
beda fase antara tegangan sumber vs dan arus, maka tegangan sumber dinyatakan
sebagai berikut:
𝑣𝑠 = 𝑣𝑚 cos(𝜔𝑡 + 𝜑)
36
Untuk rangkaian seperti inipun didefinisikan besaran yang analog dengan hambatan
yaitu yang disebut impedansi rangkaian:
𝑣𝑚
𝑍=
𝐼𝑚
Hubungan Z dan R, XL dan c dapau pula digambarkan dengan diagram fasor yang
disederhanakan yaitu dengan membagi amplitudo tegangan dengan besaran yang
sama yaitu Im menjadi R, XL dan Xc sehingga diperoleh:
𝑍 2 = 𝑅 2 + (𝑋𝐿 + 𝑋𝐶 )2
𝑋𝐿 + 𝑋𝐶 𝑋
𝑡𝑔 𝜑 = =
𝑅 𝑅
Suatu rangkaian seri RLC dikatakan beresonansi bila arus mempunyai nilai
puncaknya. Arus dalam rangkaian seri RLC mencapai nilai puncaknya bila
frekuensi tegangan yang digunakan sesuai dengan frekuensi alamiah osilator, yang
hanya bergantung pada L dan C. Selain itu, pada frekuensi ini arus sefase dengan
tegangan yang digunakan. Besarnya nilai puncak bergantung pada R.
(Maharta, 2002: 92-98)
Tenaga gerak listrik pada untai RLC berfungsi sebagai pemaksa untuk tetap
mengalirnya arus listrik. Amplitudo arus listrik itu bergantung pada besar frekuensi
tgl. Amplitudo arus listrik terbesar dicapai pada kondisi resonansi, yaitu kondisi
ketika frekuensi tgl senilai dengan frekuensi alamiah untai RLC. Persitiwa ini mirip
dengan getaran selaras teredam terpaksa. Keberadaab tgl bertegangan 𝜀
menyebabkan adanya arus listrik tunak. Melalui pemanfaatan persamaan tgl,
sehingga persamaan arus tunaknya menjadi:
𝐼 = 𝐼𝑚 sin(𝜔𝑡 − ∅)
Nilai tetapan fase dan amplitudo arus listrik dapat ditentukan melalui syarat batas
atau syarat awalnya, sesuai dengan KVL sehingga persamaannya menjadi:
Persamaan tersebut bisa diuraikan lagi menjadi 2 persamaan, yaitu suku cos 𝜔𝑡 dan
sin 𝜔𝑡. Pada suku cos 𝜔𝑡 diperoleh persamaan:
𝑋𝐶 − 𝑋𝐿
𝑡𝑔 ∅ =
𝑅
Pada sin 𝜔𝑡 diperoleh kaitan amplitudo arus listrik dengan amplitudo tgl menjadi:
𝜀𝑚
𝐼𝑚 =
𝑍
Lambang 𝑍 = ඥ𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2 disebut impedansi, yang juga bersatuan ohm.
(Murdaka, 2010: 141-142)
Dari persamaan tegangan efektif kita dapat menurunkan besaran baru yang
dinamakan Impedansi atau hambatan total rangkaian. Karena arus dalam rangkaian
seri sama persamaan diatas dapat diubah dalam bentuk:
𝑍 = ඥ𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
Z menunjukkan impedansi yang bersatuan Ohm. Jenis rangkaian seri ini dapat
dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai reaktansi induktif dan kapasitif. Ketiga
jenis tersebut adalah rangkaian bersifat Induktif jika nilai reaktansi induktif lebih
besar dari kapasitif. Saat keadaan ini tegangan pada saat yang sama mendahului
arus listrik. Rangkaian bersifat kapasitif jika nilai reaktansi induktif lebih kecil dari
kapasitif. Saat keadaan ini tegangan pada saat yang sama tertinggal arus listrik.
Bersifat resistif jika nilai reaktansi induktif sama dengan kapasitif. Saat keadaan ini
arus dan tegangan dalam keadaan sefase pada waktu yang sama.
38
Dari gambar 2.2 maka beda fase antara arus dan tegangan dapat dituliskan sebagai
sebagai berikut ini.
𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶
tan 𝜑 = =
𝑉𝑅 𝑅
Pada saat terjadi resonansi sudut fase antara tegangan dan arus adala nol derajat.
Pada keadaan ini impedansi menjadi minimum dan arus dalam rangkaian menjadi
maksimum atau mempunyai nilai yang besar dibandingkan dengan keadaan lain.
(Adi, 2013)
Suatu rangkaian arus bolak-balik terdiri dari hambatan (R), induktor (L), kapasitor
(C) yang dihubungkan seri. Rangkaian diatas di sebut dengan rangkaian RLC.
Dalam gambar tersebut terdapat persamaan impedansi. Impedansi Z merupakan
hambatan total dari suatu rangkaian, ditulis dalam persamaan berikut:
𝑍 = ඥ𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
39
(Maulinda, 2016)
40
BAB III
ANALISIS
Besarnya tegangan jepit pada rangkaian seri RLC dapat dicari dengan
menjumlahkan fasor dari VR, VL, dan VC menjadi :
V= √𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2
dengan:
V = tegangan total/jepit susunan RLC (V)
VR = tegangan pada hambatan (V)
VL = tegangan pada induktor (volt)
VC = tegangan pada kapasitor (volt)
41
Karena disusun secara seri, besarnya arus yang melewati rangkaian RLC adalah
sama, sehingga besarnya tegangan pada masing masing komponen R, L, dan C
dapat dinyatakan : VR = I R , VL = I XL dan VC = I XC
𝑉
Berdasarkan hukum Ohm bahwa 𝑅 = 𝐼 , akan tetapi dalam rangkaian arus AC
𝑉
besaran 𝑍 = yang disebut dengan impedansi rangkaian RLC yang disusun seri
𝐼
dinyatakan :
Z = ඥ𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
dimana :
Z = impedansi rangkaian seri RLC (Ω)
R = hambatan (Ω)
XL = reaktansi induktif (Ω)
XC = reaktansi kapasitif (Ω)
Adapun kesimpulan yang didapat dari responsi mengenai rangkaian seri RLC yaitu
impedanse pada rangkaian seri RLC dapat ditentukan menggunakan persamaan Z
= ඥ𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2.
DAFTAR PUSTAKA
Aljabbar. 2008. Medan Magnet di Sekitar Kawat Berarus. Diakses dari https://alja
bbar.wordpress.com/2008/04/06/medan-magnet-disekitar-kawat-berarus/
Pada 13 November 2017 Pukul 09.40 WIB.
Andriansyah, Rofi. 2016. Pengertian Hukum Kirchhoff 1 dan 2. Diakses dari http://
rofi27.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-hukum-kirchoff-1-2.html Pada
09 November 2017 Pukul 08.41 WIB.
Dara, Kharisma Ayu. 2014. Praktikum Induksi Elektromagnetik. Diakses dari http:
//ayudarakharisma.blogspot.co.id/2012/11/praktikum-induksielektromag-
netik.html Pada 28 november 2017 pukul 23.30 WIB
Fauzan, Rizqi Ahmad, dkk .2016 .Jurnal Elektronika Dasar. Diunduh dari:
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/44188561/lapres_E8.
pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=15147
12032&Signature=1Q91qkgkP62uXnBju0dcA9GUGps%3D&responseco
ntentdisposition=inline%3B%20filename%3DLaporanResmiE8Rangkaian
-Segitiga Daya.pdf. pada 15 Desember 2017, pukul 19.00 WIB
Fuhaid, Naif, Muhammad Agus Sahbana, dan Andhy Arianto. 2011. Pengaruh
Medan Elektromagnet terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang
pada Motor Bensin. Jurnal Proton Vol 3 No 1. Pada tanggal 28 Desember 2017
pukul 20.00 WIB.
Jaya, yand. 2013. Rangkaian Seri dan Paralel. Diakses dari http://yandjaya29.co.id
/2013/06/rangkaian-seri-dan-paralel.html Pada 02 November 2017 Pukul
08.15 WIB.
Novitasari, Desy. 2015. Medan Magnet Induksi dan Gaya Lorentz. Diakses dari ht
tp://desynovitasarimyjurnal.blogspot.co.id/2015/05/medan-magnet-induksi
-dan-gaya-lorentz.html Pada 13 November 2017 Pukul 09.50 WIB.
Putra, Basuki Dwi. 2015. Pengisian Muatan Kapasitor . Diakses dari http://basuki
dwiputra.blogspot.co.id/2015/08/pengisian-muatan-kapasitor.html Pada 16
November 2017 Pukul 08.43 WIB.
Sari. 2007. Sensor Magnetik Fluxgate dan Aplikasinya untuk Mengukur Kuat Arus
http://jurnal.batan.go.id/index.php/jstni/issue/view/491/Pada 13 Novmeber
2017 Pukul 09.50 WIB.
Wahyuni, Sri Andi. 2017. Pengisian dan Pengosongan Kapasitor. Diakses dari
http://andisriw.blogspot.co.id/2017/01/v-behaviorurldefaultvmlo9.html Pa-
da 16 November 2017 pukul 20.00 WIB.
Wijaya, William Aditiya. 2016. Laporan Praktikum RL dan RC. Diakses dari:
https://williamadityawijaya.wordpress.com/2016/02/05/laporanpraktikum-
rl-dan-rc/ Pada 15 Desember 2017 pukul 19.30 WIB