Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2010, Hal. 61 - 73 Vol. 17, No.

1 61
ISSN: 1412-3126

MODEL PENGEMBANGAN KEPUASAN KERJA DENGAN KEPUASAN KELUARGA

Widodo
email: widodos3@yahoo.com

Universitas Islam Sultan Agung

Abstract

This study tested job satisfaction has a reciprocal relationship with family satisfaction. It
shows that work and family life are two things that can not be separated within an
organization.The population in this study is one of the units government institution in the city of
Semarang, as many as 123 people. Therefore, using the census because its population is limited.
The analysis using t test and bivariate with software SPSS. The results of this study are expected
to develop human resource management and decision-making inputs, especially to increase job
and family satisfaction.

Keywords: job satisfaction, family satisfaction, job stressor, work involvement

Pendahuluan suatu organisasi tidak akan mencapai hasil


Di tengah-tengah lingkungan yang terus seperti yang diharapkan. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kepuasan kerja berperan
berubah dan kondisi yang mengalami gejolak,
persaingan antar organisasi menjadi tidak dalam mencapai tujuan organisasi.
terelakkan. Dalam situasi yang demikian itu Kepuasan kerja merupakan komponen
organisasi terus ditantang untuk mengkaji ulang yang integral dalam iklim organisasi dan
kondisi sumber daya atau input yang merupakan elemen yang penting dalam
dimilikinya untuk menyusun langkah manajemen sumber daya manusia. Rendahnya
pengembangan. Betapapun derasnya arus kepuasan kerja diyakini merupakan salah satu
perubahan, perhatian dan kewaspadaan gejala dari rusaknya kondisi suatu organisasi
organisasi untuk menyusun strategi-strategi agar (Zhang, H., Zhaou, H.F. dan Chen, H.; 2010)
menjadi unggul dalam bersaing dan terjamin Sedangkan menurut Luthan (1995) kepuasan
kelangsungannya mutlak diperlukan. Hal kerja merupakan hasil persepsi para karyawan
tersebut amat diperlukan agar organisasi tidak tentang seberapa jauh pekerjaan seseorang
menjadi terpuruk dari persaingan yang dapat memberikan segala sesuatu yang dipandang
menjurus pada kondisi kebangkrutan. penting melalui hasil kerjanya. Konsep kepuasan
Menurut Chih, J.T., Liu, C.H. dan Lee, kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap atau
reaksi emosional seorang individu terhadap
H.W. (2008) suatu organisasi yang mampu
bertahan dalam suatu lingkungan persaingan, pekerjaannya, Luthan (1995). Dengan kata lain
kepuasan pekerjaan adalah keadaan emosional
pada umumnya memiliki sejumlah sumber yang
dijadikan andalan untuk bersaing dengan seseorang dalam arti pengalaman kerjanya.
Kepuasan kerja dapat mengacu pada sikap
organisasi lainnya. Salah satu sumber tersebut
adalah sumber daya manusia. Kemudian seorang individu atau kelompok (Davis &
Newstrom, 1994). Sikap seorang atau kelompok
menurut Knouse. S.B (2009) organisasi akan
yang mempunyai sikap positif terhadap
berjalan lancar bila semua jasa yang
disumbangkan para sumber daya manusia pekerjaannya, menunjukkan bahwa tingkat
kepuasan pekerjaan yang tinggi. Sebaliknya
kepada organisasi mendapat perhatian dan
imbalan yang seimbang sehingga karyawan seseorang atau kelompok yang mempunyai sikap
negatif terhadap pekerjaannya, menunjukkan
merasa puas. Betapapun sempurnanya rencana,
organisasi dan pengawasan, bila karyawan tidak orang tersebut tidak puas dengan pekerjaannya
(Todd Creasy. Michael Stull. Bernardino, 2009).
dapat menjalankan tugasnya dengan niat maka
62 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Menurut Davis dan Newstorn (1989) dalam


Hasil penelitian Frone, Russel & Cooper (Amir, 1999) kepuasan kerja adalah akumulasi
(1994) mengungkapkan bahwa multi dimensi emosi yang bersifat positif maupun negatif yang
yang mempengaruhi kepuasan kerja (job dilakukan karyawan dalam memandang
satisfaction) adalah tekanan pekerjaan, pekerjaan mereka atau dengan kata lain
keterlibatan pekerjaan dan konflik keluarga kepuasan kerja adalah perasaan relatif senang
dengan pekerjaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa atau tidak senang dari individu terhadap
kepuasan kerja (job satisfaction) mempunyai pekerjaannya.
hubungan timbal balik (reciprocal) dengan
kepuasan keluarga (family satisfaction). Hal Sedangkan Luthan (1995) mendefinisikan
tersebut menunjukkan bahwa kehidupan kerja kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan
dan kehidupan keluarga dua hal yang tidak karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka
dapat dipisahkan dalam suatu organisasi. dapat memberikan manfaat bagi organisasi. Hal
Berdasarkan uraian tersebut pada artikel ini ini berarti bahwa apa yang diperoleh dalam
menelaah bagaimana keterkaitan faktor – faktor bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap
kepuasaan pekerjaan serta bagaimana penting. Karena kepuasan adalah masalah
hubungannya dengan kepuasan keluarga. persepsi, maka kepuasan kerja yang ditunjukkan
oleh seseorang berbeda dengan orang lain,
Telaah Pustaka dan karena yang dianggap penting oleh masing-
Pengembangan Hipotesis masing orang adalah berbeda.

Kepuasan Kerja Sementara itu, Luthan (1993; 192)


Diskusi mengenai kepuasan kerja menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan
merupakan suatu hal yang cukup menarik didefinisikan sebagai “is the way an employee
sehingga tidak mengherankan masalah ini feels about his or her job”. Definisi ini mirip
banyak dibahas dalam berbagai penelitian, dengan definisi yang diberikan Gibson, dkk
artikel jurnal maupun buku-buku teks. Sebagai (2000: 112) yaitu “Kepuasan kerja adalah sikap
konsekuensinya, definisi atau pendapat tentang yang dimiliki pekerja mengenai pekerjaannya”.
kepuasan kerja ini cukup banyak, namun pada
dasarnya hampir semuanya mempunyai Beberapa konsep kepuasan kerja yang
kesamaan. Dari berbagai pendapat tersebut dikemukakan di atas pada hakekatnya adalah
kemudian dapat ditarik benang merah yaitu pada kepuasan kerja ditinjau sebagai hasil interaksi
hakekatnya kepuasan kerja adalah hal yang manusia dengan lingkungan kerjanya. Perasaan
bersifat individual. seseorang terhadap pekerjaan tentu sekaligus
merupakan cerminan sikapnya terhadap
Setiap individu akan memiliki tingkat pekerjaan tersebut. Sikap itu berasal dari
kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan persepsi mereka terhadap pekerjaannya. Hal ini
sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal nampak dalam sikap positif karyawan terhadap
ini disebabkan karena adanya perbedaan cara pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
pandang setiap orang (individu). Kepuasan kerja lingkungan kerjanya.
merupakan keadaan emosional yang
menyenangkan dengan mana karyawan Seperti telah dikemukakan di muka,
memandang pekerjaan mereka. Semakin banyak kepuasan kerja merupakan persepsi karyawan
aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan terhadap hasil pekerjaannya Luthan (1993; 199).
keinginan individu tersebut maka akan semakin Dengan demikian, seseorang yang mempunyai
tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya sikap positif terhadap pekerjaannya akan
(Handoko, 1996). mengindikasikan mempunyai tingkat kepuasan
kerja yang tinggi, sedangkan seseorang yang
Vol. 17 No. 1, Maret 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 63

mempunyai sikap negatif akan mengindikasikan orang lain atau sejumlah orang bandingan.
mempunyai tingkat kepuasan kerja yang rendah. Jika merasa rasio input seorang pekerja
tersebut adalah sama atau sebanding, maka
Teori Kepuasan Kerja
suatu keadaan adil dianggap ada oleh para
Menurut Luthan (1993; 189), pendekatan- karyawan. Jika para karyawan merasa
pendekatan yang lazim digunakan dalam perbandingan tersebut tidak sama maka
menjelaskan konsep atau teori kepuasan kerja keadaan adil dianggap tidak sama.
ada 3 (tiga) macam, yaitu sebagai berikut:
c. Pendekatan Dua Faktor (Two Factor Theory)
a. Pendekatan Selisih (Discrepancy Theory)
Pada prinsipnya teori ini memandang
Pendekatan ini pertama kali dipelopori kepuasan kerja dengan ketidakpuasan kerja
oleh Porter yang mengukur kepuasan kerja merupakan suatu hal yang berbeda
seseorang dengan menghitung selisih antara (Herzberg, dalam Yudhasari, 1999) artinya
apa seharusnya diterima dengan kenyataan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
yang dirasakan (“difference between how of merupakan suatu variabel yang kontinu.
something there should be and how much Sikap seseorang terhadap pekerjaannya
there is now”) (dalam Yudhasari, 1999). dipengaruhi oleh 2 (dua) kelompok situasi
Menurut Wanous dan Lower (dalam Wekley yaitu kelompok satisfiers (motivasi) dan
dan Yukl, 1997), sikap karyawan terhadap kelompok dissatisfiers (hygiene factor).
pekerjaannya tergantung bagaimana selisih
(discrepancy) itu dirasakan. Karyawan akan
terpuaskan jika tidak terjadi selisih antara Dimensi Kepuasan Kerja
kondisi-kondisi yang diinginkan dengan
Menurut Luthan (1995), ada tiga dimensi
kondisi-kondisi aktual.
kepuasan kerja yaitu:
Locke menerangkan bahwa kepuasan
1. Kepuasan kerja adalah suatu emosi yang
kerja karyawan tergantung pada selisih merupakan respon terhadap situasi kerja.
antara apa yang didapatkan (expectation,
Hal ini tidak dapat dilihat tetapi hanya
needs, atau value) dengan perasaan atau dapat dirasakan dan akan tercermin
persepsi yang telah dicapai melalui
dalam sikap karyawan.
pekerjaannya (Locke dalam Luthan, 1995).
Dengan demikian orang akan merasakan 2. Kepuasan kerja dinyatakan dengan hasil
puas bila tidak ada perbedaan antara sesuatu yang sesuai atau bahkan melebihi yang
yang diharapkan dengan persepsi atas diharapkan. Misalnya seseorang bekerja
kenyataan yang didapatkan. Karena batas sebaik yang mampu dilakukannya dan
minimum yang diinginkan telah tercapai. berharap mendapatkan reward yang
sepadan.
b. Pendekatan keadilan (Equity Theory)
3. Kepuasan kerja biasanya dinyatakan
Prinsip dasar dalam pendekatan ini dalam sikap, misalnya semakin loyal
adalah merinci kondisi-kondisi yang
pada perusahaan, bekerja dengan baik,
mendasari seorang pekerja akan menganggap berdedikasi tinggi pada perusahaan, tertib
adil dan masuk akal insentif keuntungan
dan mematuhi peraturan serta sikap-sikap
dalam pekerjaannya. Jadi dalam pendekatan lain yang bersifat positif.
ini seseorang akan merasa puas dan tidak
puas, tergantung apakah ia merasakan Faktor-faktor Pendorong Kepuasan Kerja
adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu Menurut Robbins (1998), ada 5 faktor
situasi. yang mendorong terciptanya kepuasan kerja.
Menurut pendekatan ini seseorang Kelima faktor tersebut adalah :
menilai adil dengan membandingkan hasil
rasio inputnya dengan hasil rasio input dari
64 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi

a. Pekerjaan yang menantang d. Rekan kerja


Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga
Karyawan cenderung lebih menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka mengisi kebutuhan akan interaksi sosial.
Oleh karena itu, memilih rekan sekerja yang
kesempatan untuk menggunakan
ketrampilan, kemampuan mereka dan ramah dan mendukung akan menciptakan
kepuasan kerja. Perilaku atasan juga
menawarkan beragam tugas, kebebasan dan
umpan balik mengenai betapa baik mereka merupakan determinan utama dari kepuasan.
bekerja. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang e. Kesesuaian pekerjaan
Kecocokan yang tinggi antara kepribadian
kurang menantang akan menciptakan
kebosanan, tetapi jika terlalu menantang juga dan pekerja akan membuat seseorang
akan mengakibatkan frustasi dan perasaan individu lebih terpuaskan. Logikanya adalah
orang-orang yang tipe kepribadiannya,
gagal pada kondisi tantangan yang sedang,
kebanyakan karyawan akan mengalami kongruen (sama dan sebangun) dengan
pekerjaan yang mereka pilih akan
kesenangan dan kepuasan.
menemukan bahwa bakat dan kemampuan
mereka adalah tepat untuk memenuhi
b. Imbalan
Para karyawan menginginkan sistem tuntutan pekerjaan mereka sehingga besar
kemungkinan untuk sukses dalam pekerjaan.
upah dan kebijakan promosi yang adil dan
sesuai dengan harapan mereka. Tentu saja,
Di samping dimensi kepuasan kerja yang
tidak semua orang mengejar uang. Ada pula
dikemukakan di atas, Smith, Kendall dan Hulin
sebagian orang bersedia menerima upah yang
lebih rendah untuk bekerja pada lokasi yang (Gibson, Ivancevich dan Donnely, 2000) juga
mengutarakan 5 (lima) karakter penting yang
diinginkan atau mempunyai keleluasaan
yang lebih besar dalam bekerja, sehingga hal mempengaruhi kerja. Adapun karakter tersebut
adalah:
penting yang menghubungkan upah dan
kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang
1. Pekerja, sampai sejauhmana tugas kerja
dibayarkan, melainkan adanya keadilan.
Begitu pula halnya promosi memberikan dianggap menarik dan memberikan
kesempatan untuk belajar dan menerima
kesempatan untuk pertumbuhan pribadi,
tanggung jawab yang lebih besar dan tanggung jawab.
meningkatkan status sosial. Oleh karena itu 2. Upah/gaji yaitu suatu jumlah yang diterima
dan keadaan yang dirasakan dari upah.gaji.
individu-individu yang mempersiapkan
bahwa keputusan promosi dibuat secara adil 3. Kesempatan promosi yaitu keadaan
kesempatan untuk maju.
kemungkinan besar akan mengalami
kepuasan dari pekerjaan mereka. 4. Penyelia yaitu kemampuan penyelia untuk
membantu dan mendukung pekerja atau
c. Kondisi kerja bawahannya.
5. Rekan sekerja yaitu sampai sejauhmana
Kondisi lingkungan kerja sangat
penting bagi karyawan untuk kenyamanan rekan sekerja bersahabat, kompeten dan
saling mendukung.
pribadi maupun untuk memudahkan
pengerjaan tugas. Beberapa studi
menunjukkan bahwa karyawan lebih Sementara As’ad (1991) mengemukakan
juga beberapa faktor yang mempengaruhi
menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak
berbahaya atau merepotkan. Disamping itu, kepuasan kerja, yaitu :
1. Faktor psikologik yaitu faktor yang
kebanyakan karyawan lebih menyukai
bekerja dekat dengan rumah, serta fasilitas berhubungan dengan kejiwaan karyawan
meliputi minat, ketentraman dalam kerja,
yang bersih dan relatif modern dan dengan
alat-alat yang memadai. bakat dan ketrampilan.
Vol. 17 No. 1, Maret 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 65

2. Faktor sosial yaitu faktor yang berkembang seperti ini yang dimanfaatkan oleh para
dengan interaksi sosial baik antara sesama pengatur serikat. Sebaliknya karyawan
karyawan maupun dengan atasan. dengan kepuasan kerja tinggi tidak tertarik
3. Faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan serikat pekerja.
dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan
kondisi fisik karyawan, seperti jenis Banyak manajemen membuat program-
pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu program dengan tujuan untuk menciptakan
istirahat, perlengkapan kerja, keadaan kesimbangan antara kehidupan kerja dengan
ruangan, suhu, penerangan dan sebagainya. kelhidupan keluarga . Misalnya bantuan
kesehatan keluarga, asuransi kesehatan keluarga,
Konsekuensi dari Kepuasan dan perencanaan gaji pensiun dan sebagainya ,
Ketidakpuasan Kerja dengan melakukan program tersebut manajemen
dapat menghemat biaya, karena dengan puasnya
Menurut Kreitner (1992; 189), ada karyawan dalam pekerjaan dapat mengurangi
beberapa konsekuensi dari kepuasan kerja tingkat absensi, tingkat turnover dan dapat
adalah: meningkat produktivitas (Luthans, 1995). Di
1. Absensi. terdapat hubungan yang negatif samping faktor tersebut di atas karyawan yang
antara kepuasan kerja dan tingkat absensi menghidupi keluarganya dengan cukup akan
yaitu jika kepuasan kerja tinggi maka tingkat merasa puas dalam pekerjaannya. Karyawan
absensi akan rendah begitu pula sebaliknya. tersebut merasa teraktualisasi, karena
Absensi merusak kelancaran kerja, memperoleh pekerjaan melalui gaji sebagai
mengakibatkan penundaan, keharusan sumber nafkah keluarga. Menurut Frone, Rusell
mengerjakan pegawai cadangan untuk & Cooper (1994) bahwa kepuasan pekerjaan
mengganti para pekerja yang tidak masuk. dipengaruhi oleh tekanan pekerjaan,
2. Turnover. Sama halnya dengan tingkat keterlibatan pekerjaan, konflik keluarga-
absensi, tingkat perputaran karyawan atau pekerjaan.. Oleh karena itu hipotesis yang
turnover mempunyai hubungan yang negatif diajukan dalam penelitian ini adalah:
dengan kepuasan kerja. Dengan kata lain jika
kepuasan kerja meningkat maka tingkat H1: Semakin tinggi tekanan pekerjaan,
turnover akan menurun. Sehingga disarankan semakin tinggi kepuasan kerja
agar perusahaan selalu memperhatikan karyawan
kepuasan kerja karyawan.
3. Komitmen Orgnisasional. Penelitian H2: Semakin tinggi keterlibatan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pekerjaan, Semakin tinggi kepuasan
positif antara kepuasan kerja dan komitmen kerja
organisasional. Apabila kepuasan kerja
tinggi, maka komitmen organisasional juga H3: Semakin tinggi konflik pekerjaan
tinggi. dengan keluarga, Semakin tinggi
4. Kinerja Karyawan. Kreitner berpendapat kepuasan kerja
bahwa apabila kepuasan tinggi, maka
karyawan akan bekerja sebaik mungkin Kepuasan Kerja dan Kepuasan Keluarga
sehingga menghasilkan kinerja yang baik. Kepuasan pekerjaan (job satisfaction)
5. Pro-union-voting. Berasal dari beberapa merupakan hasil persepsi para karyawan tentang
penelitian menunjukkan bahwa terdapat seberapa jauh pekerjaan sesorang memberikan
beberapa hubungan yang negatif antara segala sesuatu yang dipandang penting melalui
kepuasan kerja dan keberadaan serikat kerja. hasil kerjanya (Luthans, 1995). Sedangkan
Artinya apabila kepuasan kerja rendah maka kepuasan keluarga merupakan keadaan
kemungkinan bergabungnya karyawan emosional individu terhadap kehidupan
dengan serikat pekerja akan tinggi. Hal keluarganya. Dengan kata lain kepuasan
66 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi

keluarga merupakan keadaan emosional yang keluarga nya (pekerjaan suami dan atau
menyenangkan (positif) yang berasal dari pekerjaan istri). Sebaliknya dengan adanya
penilaian peran seseorang sebagai orang tua, kepuasan keluarga yang membanggakan atas
sebagai suami atau sebagai istri. Seorang yang dirinya, maka karyawan tersebut merasa senang
mempunyai sikap positif terhadap keluarganya, dan bangga pada pekerjaanya. Perasaan-
berarti mempunyai kepuasan keluarga yang perasaan tersebut di atas merupakan cerminan
tinggi, sebaliknya seseorang yang mempunyai hubungan antara kepuasan pekerjaan dengan
sikap negatif terhadap keluarganya, berarti kepuasan keluarga. Sebagai dampaknya,
mempunyai tingkat kepuasan keluarga yang karyawan dapat berkonsentrasi lebih baik
rendah, Frone Russell (1992). dipekerjaanya, lebih semangat dalam bekerja dan
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas.
Menurut Fronne Rusell & Cooper (1992),
Howard (1992) kepuasan pekerjaan dipengaruhi Penelitian Fronne Rusell & Cooper
oleh faktor kepuasan keluarga. Kemudian (1992), Howard (1992) kepuasan pekerjaan
penelitian Frone Rusell & Copper (1994) dipengaruhi oleh faktor kepuasan keluarga.
mendukung kepuasan pekerjaan dan kepuasan Kemudian penelitian Frone Rusell & Copper
keluarga saling terkait dan saling mempengaruhi (1994) mendukung kepuasan pekerjaan dan
satu sama lain. Hasil penelitian Frone, Rusell & kepuasan keluarga saling terkait dan saling
Cooper (1994) mengungkapkan bahwa faktor- mempengaruhi satu sama lain. Hasil penelitian
faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerjaan Frone, Rusell & Cooper (1994) mengungkapkan
adalah tekanan pekerjaan, keterlibatan pekerjaan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
dan konflik keluarga-pekerjaan. kepuasan pekerjaan adalah tekanan pekerjaan,
keterlibatan pekerjaan dan konflik keluarga-
Pengaruh timbal balik antara kepuasan pekerjaan. Pengaruh timbal balik antara
pekerjaan dengan kepuasan keluarga, terlihat kepuasan pekerjaan dengan kepuasan keluarga,
pada bagaimana keluarga tersebut dibangun. terlihat pada bagaimana keluarga tersebut
Manajemen dapat membangun kepuasan dibangun. Manajemen dapat membangun
keluarga (bagaimereka yang bekerja sebagai kepuasan keluarga (bagaimereka yang bekerja
karyawan) dengan memberikan perhatian pada sebagai karyawan) dengan memberikan
keluarga karyawan agar dapat tercipta perhatian pada keluarga karyawan agar dapat
keseimbanagan antara kehidupan dalam tercipta keseimbanagan antara kehidupan dalam
pekerjaan –keluarga dan selanjutnya dapat pekerjaan –keluarga dan selanjutnya dapat
menimbulkan kepuasan keluarganya. Dengan menimbulkan kepuasan keluarganya. Dengan
demikian konsentrasi karyawan tidak banyak demikian konsentrasi karyawan tidak banyak
untuk menyelesaikan masalah keluarga, untuk menyelesaikan masalah keluarga,
melainan untuk kepentingan pekerjaan. Dengan melainan untuk kepentingan pekerjaan. Dengan
terciptanya kepuasa keluarga karena adanya terciptanya kepuasa keluarga karena adanya
perhatian dari manajemen (pimpinan), karyawan perhatian dari manajemen (pimpinan), karyawan
merasa mendapatkan perhatian khusus. Merasa merasa mendapatkan perhatian khusus. Merasa
diperlakukan adil oleh manajemen, karyawan diperlakukan adil oleh manajemen, karyawan
akan merasa senang dan puas dalam akan merasa senang dan puas dalam
pekerjaanya. pekerjaanya. Oleh karena itu hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Di samping itu, karyawan yang dapat
menciptakan kepuasan pada keluarganya H4: Terdapat korelasi antara kepuasan
sehingga mampu meredam kemungkinan kerja dengan kepuasan keluarga
terjadinya konflik dalam keluarganya. Dengan
terciptanya kepuasan tersebut, keluarga merasa
senang , bahagia dan bangga pada pekerjaan
Vol. 17 No. 1, Maret 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 67

Berdasarkan telaah pustaka tersebut di atas, 3. Konflik pekerjaan–keluarga (Work–


maka model teoritis dalam penelitian ini dapat Family Conflict) yakni terjadinya
digambarkan sebagai berikut: benturan antara tanggung jawab
pekerjaan di tempat kerja dengan
Gambar 1 tanggung jawab pekerjaan di rumah.
Model Empirik Penelitian 4. Kepuasan Pekerjaan (Job
Satisfaction)
Tekanan Kepuasan pekerjaan merupakan
Pekerjaan kekuatan reaksi emosional terhadap
pengalaman kerja sehari-hari.
Keterlibatan Kepuasan Kepuasan
5. Kepuasan keluarga (Family
Pekerjaan Pekerjaan Keluarga Satisfaction) merupakan keadaan
emosional yang menyenangkan
(positif) yang berasal dari penilaian
Konflik
peran seseorang sebagai orang tua,
Pekerjaan
sebagai suami atau istri.

Kemudian variabel dan indikator pada penelitian


Metode Penelitian ini, nampak pada tabel 1.

Responden Tabel 1
Variabel dan Indikator Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
salah satu unit instansi Pemerintah di kota
Semarang, sebanyak 123 orang. Oleh karena itu No Variabel Indikator
1 Tekanan - Beban Pekerjaan
menggunakan metode sensus karena jumlah Pekerjaan
populasinya tidak terlalu besar (terbatas) . - Peran
- Otonomi Pekerjaan
Variabel dan Indikator - Kerja lembur
2 Keterlibatan - Pemihakan Psikologis job
Pekerjaan - Tingkat partisipasi
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
- Pengambilan Keputusan
kepuasan kerja, mencakup: tekanan pekerjaan,
- Bagian kecil dari
keterlibatan pekerjaan dan konflik pekerjaan– pekerjaan
keluarga. Kemudian kepuasan keluarga 3 Konflik - Benturan job dan keluarga
mencakup: tekanan keluarga, keterlibatan pekerjaan- - Keseimbangan
keluarga dan konflik pekerjaan–keluarga. Keluarga
- Tingkat Konflik
Adapun definisi operasional masing- - Toleransi waktu
masing variabel adalah sebagai berikut: 4 Kepuasan - Jenis pekerjaan
1. Tekanan pekerjaan (Job Stressor) Pekerjaanan - Otonomi
merupakan beban pekerjaan yang - Tuntutan pekerjaan
terlalu berat, tidak adanya peran - Gaji yang diterima
yang jelas dalam pekerja dan - Insentif yang diterima
kurangnya tingkat otonomi. - Penghargaan
2. Keterlibatan pekerjaan (Job 5 Kepuasan - Rileks
Involment) menunjukkan keluraga - Bahagia
sejauhmana seseorang memihak - Senang
secara psikologis kepada - Kedaiaman
pekerjaannya. - Beruntung
- Nyaman
68 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Pengujian Hipotesis maka kuesioner valid atau sahih.


Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis Program SPSS 10.00 Tabel 2 (Corrected
1, 2 dan 3 digunakan uji t, yaitu untuk menguji Item-Total Correlation) r hitung variabel
keberartian koefisien regresi parsial, dengan tekanan pekerjaan, keterlibatan
rumusan hipotesis sebagai berikut: pekerjaan, konflik pekerjaan, kepuasan
kerja dan kepuasan keluarga > r tabel
H0 : b1 = b2 = b3 = 0 Product Moment (0, 216). Maka
Ha : b1  b2  b3  0 kuesioner dalam penelitian ini adalah
valid/sah
Pengujian ini dilakukan melalui uji t
Tabel 2
dengan membandingkan t hitung (observasi)
Uji Validitas Data
dengan t tabel ≤ 0.05 . Apabila hasil pengujian
menunjukkan: r r
N Variabel Indikator hitung tabel Keterangan
1. t hitung > t tabel, maka H0 o
1 Tekanan Tek1 0.6100 0,218 Valid
ditolak Pekerjaan Tek2 0.7121 Valid
Artinya: (1) variabel bebas dapat Tek3 0.6611 Valid
menerangkan variabel tidak bebas dan (2) Tek4 0.5324 Valid
ada pengaruh diantara dua variabel yang 2 Keterlibat Ket1 0.5458 0,218 Valid
diuji. an Ket2 0.7163 Valid
Pekerjaan Ket3 0.6279 Valid
Ket4 0.6716 Valid
2. t hitung < t tabel, maka H0
diterima 3 Konflik Konpek1 0.6614 0,218 Valid
Artinya: (1) variabel bebas tidak dapat Pekerjaan Konpek2 0.7817 Valid
-Keluarga Konpek3 0.7691 Valid
menerangkan variabel tidak bebasnya, Konpek4 0.5364 Valid
dan (2) tidak ada pengaruh diantara dua
variabel yang diuji. 4 Kepuasan Kepjob1 0.6144 0,218 Valid
Pekerjaan Kepjob2 0.6603 Valid
Kepjob3 0.6301 Valid
Pengujian hipotesis ke empat Kepjob4 0.6526 Valid
menggunakan teknik korelasi Pearson. Kepjob5 0.6581 Valid
Kepjob6 0.5160 Valid
Teknik korelasi Pearson ini juga
menganalisis seberapa besar hubungan 5 Kepuasan Kepkel1 0.6463 0,218 Valid
antara variabel yang diteliti. Atau Keluarga Kepkel2 0.6003 Valid
Kepkel3 0.6575 Valid
mengukur keeratan hubungan di antara Kepkel4 0.7214 Valid
hasil–hasil pengamatan dan populasi yang Kepkel5 0.5696 Valid
mempunyai dua varian (Bivariate). Untuk Kepkel6 0.4478 Valid
menghitung korelasi Pearson dilakukan
dengan bantuan program SPSS 10.0 for
Windows.
Uji Reliabilitas
Pembahasan
Uji reliabilitas pada pengujian ini
menggunakan Cronbach Alpha, jika
Uji Validitas dan Reliabilitas
Cronbach Alpha > 0,6 maka kuesioner
Uji Validitas dikatakan konsisten atau reliabel, (Imam
Uji validitas pada penelitian ini Ghozali, 2002, 153). Berdasarkan
menggunakan korelasi Product Moment, perhitungan dengan Program SPSS 10.00
jika hasil perhitungan r hitung > r tabel, (lampiran 3) masing-masing variabel
mempunyai nilai > 0.6 alpha sebagaimana
Vol. 17 No. 1, Maret 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 69

nampak pada Tabel 3 Maka kuesioner dalam dan VIF di bawah 10, maka dapat
penelitian ini adalah konsisten atau reliabel. disimpulkan bahwa asumsi tidak ada
multikolineritas dalam penelitian ini
Tabel 3 terpenuhi.
Uji Reliabiltas Data
b. Heterokedastisitas
No Variabel Alpha Keterangan Heterokedastisitas artinya bebas
1 Tekanan 0.8094 Reliabel heterokedastisitas. Implikasi dari asumsi
Pekerjaan
2 Keterlibatan 0.8132 Reliabel
ini adalah bahwa variabel bebas tidak
Pekerjaan berubah dari satu sampel ke sampel lain,
3 Konflik 0.8451 Reliabel sebab variabel bebas akan diukur
Pekerjaan pengaruhnya terhadap variabel
Keluarga tergantung
4 Kepuasan 0.8424 Reliabel
Pekerjaan
Untuk menguji ada tidaknya
5 Kepuasan 0.8325 Reliabel heterokedastisitas, pada Gambar 2
Keluarga nampak bahwa grafik scaterplot titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun dibawah angka 0 pada
Uji Asumsi sumbu Y. Hal disimpulkan bahwa tidak
a. Multikolinearitas terjadi heterokedastisitas pada model
Uji asumsi multikolinearitas artinya regresi (Gozali, 2001).
antar variabel bebas tidak boleh ada c. Autokorelasi
korelasi. Untuk menguji adanya Otokorelasi, artinya asumsi ini
kolineraitas ganda digunakan Uji VIF dan menginginkan model yang digunakan
Tolerance. Jika hasil perhitungan nilai secara tepat menggambarkan rata-rata
Varian inflation factor (VIF) di bawah variabel tergantung dalam setiap
10 % dan tolerance variabel bebas di atas observasi. Dengan kata lain bila sampel
10 % (Imam Ghozali, 2001). diulang-ulang dengan nilai variabel bebas
Berdasarkan hasil perhitungan nampak yang tetap, kesalahan dalam tiap
pada Tabel 4: observasi akan mempunyai rata-rata
sama dengan nol. Non otokorelasi = 0
Tabel 4 artinya bahwa gangguan di satu observasi
Uji Multikolineritas tidak berkorelasi dengan ganguan di
observasi yang lain. Dengan kata lain
Variabel Variabel Tolerence VIF variabel tidak bebas hanya diterangkan
Terikat Bebas oleh variabel bebas dan bukan oleh
variabel gangguan. Untuk menguji
Kepuasan - -
kerja (Y1) adanya otokorelasi dipergunakan Uji
Tekanan 82.3 % 1.215 Durbin Watson. Berdasarkan
Pekerjaan perhitungan Durbin watson (DW) sebesar
(X1) 1.820, sedangkan nilai DW tabel untuk 5
Keterlibatan 75.4% 1.327 % (dl = 1.54 dan du = 1.71)
Pekerjaan
(X2)
Dengan hasil perhitungan tersebut di
Konflik 80.2 % 1.246 atas, maka dalam model ini bebas tidak
Pekerjaan ada outokorelasi, sehingga asumsi klasik
(X3) terpenuhi.

Pada Tabel 4, hasil perhitungan


menunjukkan bahwa tolerance di atas 10 %
70 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Gambar 2 menunjukkan angka sebesar 0.013 < 0.05 %.


Scaterplot Berarti hipotesis yang diajukan, yakni adalah ada
pengaruh tekanan pekerjaan terhadap kepuasan
Scatterplot kerja karyawan diterima atau terbukti
Dependent Variable: kebenaranya. Dengan diterimanya hipotesis
3

Re
tersebut berarti mendukung teorinya Frone,
gr 2
es
sio
Rusell & Cooper (1994) yang mengungkapkan
1
n
St
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
0
ud
en kepuasan pekerjaan adalah tekanan pekerjaan,
tiz -1
ed
Re
keterlibatan pekerjaan dan konflik keluarga-
-2
sid
ual -3
pekerjaan.
-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value


Pengaruh Keterlibatan pekerjaan terhadap
kepuasan pekerjaan

Pengujian Hipotesis Hipotesis kedua yang diajukan dalam


penelitian adalah ada pengaruh keterlibatan
Berdasarkan perhitungan Regresi pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan
berganda dengan software Windows SPSS Pada Tabel 5 berdasarkan perhitungan
10.00, hasilnya nampak pada Tabel 5. dengan software SPSS 10.00, tingkat sign.
menunjukkan angka sebesar 0.000 < 0.05 %.
Berarti hipotesis yang diajukan, yakni adalah ada
Tabel 5 pengaruh keterlibatan pekerjaan terhadap
Rangkuman Perhitungan Regresi Berganda kepuasan kerja h. diterima atau terbukti
kebenaranya. Dengan diterimanya hipotesis
Variabel Variabel  t hitung Sig.
Terikat Bebas
tersebut berarti mendukung teorinya Frone,
Kepuasan Kerja (Y1) Rusell & Cooper (1994) yang mengungkapkan
Tekanan Pekerjaan - 0.203 - 2.537 0.013 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
(X1 ) kepuasan pekerjaan adalah tekanan pekerjaan,
Keterlibatan 0.547 6.514 0.000 keterlibatan pekerjaan dan konflik keluarga-
Pekerjaan (X2) pekerjaan.
Konflik Pekerjaan - 0.272 - 2.721 0.008
(X3) Pengaruh Konflik pekerjaan terhadap
kepuasan pekerjaan
Constant = 24.769
F = 37.933
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam
Sign = 0.000 penelitian adalah ada pengaruh konflik
Ajusted R2 = 60.0 % pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan
DW = 1.820

Pada Tabel 5 berdasarkan perhitungan


Pengaruh Tekanan pekerjaan terhadap dengan software SPSS 10.00, tingkat sign.
kepuasan pekerjaan menunjukkan angka sebesar 0.008 < 0.05 %.
Berarti hipotesis yang diajukan, yakni adalah ada
Hipotesis pertama yang diajukan dalam pengaruh konflik pekerjaan terhadap kepuasan
penelitian adalah ada pengaruh tekanan kerja diterima atau terbukti kebenaranya.
pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan Variabel ini mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap kepuasan kerja, hal tersebut
Pada Tabel 5 berdasarkan perhitungan ditunjukkan dengan besarnya koefisien sebesar
dengan software SPSS 10.00, tingkat sign. 0.699. Dengan diterimanya hipotesis tersebut
Vol. 17 No. 1, Maret 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 71

berarti mendukung teorinya Frone, Rusell & 2. Ada pengaruh keterlibatan pekerjaan
Cooper (1994) yang mengungkapkan bahwa terhadap kepuasan pekerjaan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan 3. Ada pengaruh konflik pekerjaan
pekerjaan adalah tekanan pekerjaan, keterlibatan terhadap Kepuasan pekerjaan
pekerjaan dan konflik keluarga-pekerjaan. 4. Ada hubungan kepuasan pekerjaan
dengan Kepuasan keluarga
Hubungan Kepuasan Pekerjaan dengan
Kepuasan keluarga Implikasi

Hipotesis lima yang diajukan dalam 1. Teoritis


penelitian adalah ada hubungan antara kepuasan Berdasarkan model teoritis yang
kerja dengan kepuasan keluarga karyawan diuji dalam penelitian ini mendukung
teorinya Frone, Rusell & Cooper (1994)
Pada Tabel 5 berdasarkan perhitungan yang mengungkapkan kepuasan
dengan software SPSS 10.00, tingkat sign. pekerjaan dan kepuasan keluarga saling
menunjukkan angka sebesar 0.000 < 0.05 %. terkait dan saling berhubungan satu
Berarti hipotesis yang diajukan, yakni adalah sama lain. Artinya kepuasan keluarga
ada hubungan anatara kepuasan kerja dengan dapat dilakukan dengan membantu
kepuasan keluarga, diterima atau terbukti karyawan menciptakan keseimbangan
kebenaranya. antara keluarga/kehidupan dengan
pekerjaan. Kesimbangan ini akan dapat
Adapun besarnya koefisen diterminasi meningkatkan kinerja karyawan. Strategi
61.7 %. Dan sisanya sebesar 38.3 % dipengaruhi yang digunakan dengan menciptakan
oleh variabel lain, misalnya: kondisi kerja. program flexitime, sehingga karyawan
Dengan diterimanya hipotesis tersebut berarti dapat mengatur waktunya sendiri untuk
mendukung teorinya Frone, Rusell & Cooper menyelesaikan pekerjaan dan
(1994) yang mengungkapkan kepuasan menyelesaikan kegiatan keluarga.
pekerjaan dan kepuasan keluarga saling terkait Dengan demikian dapat mengurangi
dan saling berhubungan satu sama lain. terjadinya konflik antara pekerjaan
dengan kegiatan keluarga. Program
Tabel 6 flexitime ini dapat memberi kesempatan
Uji Korelasi Bivariat pada karyawan terlibat dalam kegiatan
Correlations keluarganya, baik sebagai peran orang
tua atau sebagai peran suami istri.
KEPJOB KEPKEL
KEPJOB Pearson Correlation 1 .617** Dengan berkurangnya frekuensi konflik
Sig. (2-tailed) . .000 pekerjaan-keluarga dan makin
N 75 75 meningkatnya keterlibatan karyawan
KEPKEL Pearson Correlation .617** 1
dalam keluarga, maka kepuasan keluarga
Sig. (2-tailed) .000 .
N 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level 2. Manajerial
(2-tailed).
a. Berkaitan dengan pekerjaan,
Simpulan manajemen perlu memanfaatkan
feed back karyawan yang
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab mengungkapkan seberapa baik
sebelumnya, maka dapat disimpulkan peleksanaan tugas yang
sebagai berikut: dibebankan. Kemudian variasi
1. Ada pengaruh tekanan pekerjaan pekerjaan atau bentuk pekerjaan
terhadap kepuasan kepuasan pekerjaan perlu diperhatiakan hal tersebut
72 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi

untuk mengurangi kejenuhan Referensi


karyawan. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah kelengkapan Brown, Warren B. & Moberg, Dennis J., 1999,
dan kejelasan uraian pekerjaan, Organizational Theory and Management:
batas-batas tugas yang menjadi A Macro Approach, Canada, John Willey
tanggung jawab karyawan. Serta and Sons Inc
seberapa jauh tugas atau pekerjaan
yang dibebankan sesuai dengan Chih .J.T, . Liu.C.H dan Lee.H.W. 2008,
input-input yang dimiliki karyawan Relationship between Trainee Attitudes
seperti kecakapan dan bakat, and Dimensions of Training Satisfaction:
tingkat pendidikan dan senioritas. An Empirical Study with Training Institute
Employees. International Journal of
b. Manajemen dapat meningkatkan Management Vol. 25 No. 4 December
kepuasan kerja dengan membuat
Dessler, G., 1985, Managing Organizations in
kebijakan berupa:
An Era of Change, The Dryden Press
- Melibatkan karyawan dalam
pengambilan keputusan penting Frone, M. R. Rusell, M. & Cooper, M. L. 1998,
dalam pekerjaanya. Antecedents and Outcomes of Work-
- Memberikan beban pekerjaan Family Conflict: Testing a Model of The
yang cukup menantang dengan Work-Family Interface, Journal of Applied
memberikan insentif yang Psichology. Vol 77, 65-78
memadai berdasarkan kinerja.
______, 1994, Realtionship between Job and
Keterbatasan Penelitian dan Agenda Family Satisfaction: Causal or Noncausal
Penelitian Covariation ?, Journal of Management.
Vol.20, No.3, 565 -579
1. Penelitian ini hanya dibatasi pada
lingkungan organisasi dalam satu Gibson, James L. Ivancevich, John M, dan
manajemen, maka dari itu tidak dapat Donelly Jr. James H. 1996, Organisasi:
digeneralisir untuk organisasi yang lain di Perilaku, Struktur, Proses. Edisi
Indonesia, karena dengan berbagai tipe Kedelapan, (Alih Bahasa: Nunuk Adiarni),
kepemimpinan, kondisi internal dan Jakarta : Binarupa Aksara.
eksternal serta manajemen yang berbeda Gordon, Judith R. 1999, Organization Behavior:
tentunya kepuasan kerja serta kepuasan A Diagnostic Approach, 6th edition, New
kerja karyawan juga berbeda. Jersy, Printice Hall Inc.
2. Untuk penelitian berikutnya agar diteliti Handoko, T. Hani, 1988, Manajemen Personalia
variabel lainnya, seperti kinerja dan dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,
komitmen, sehingga peningkatan kepuasan Yogyakarta: BPFE.
kerja karyawan terdapat efektifitas dalam
organisasi. Selain itu perlu diteliti Iffaldano,MT and Muchinsky, PM., 1985, Job
hubungan kepuasan kerja dengan kinerja Satisfaction and Job Performance A.Meta
dan komitmen pada industri manufaktur, Analysis, Psychiological Bulletine, Vol. 97.
karena adanya perbedaan karakteristik 251-273.
dengan industri jasa.
Judge. TA. 1994, A. Confirmatory Invergation
of Demensionality of Pay Satisfaction
Questionaire, Jurnal of Applied
Psychology, 71(3):457-467.
Vol. 17 No. 1, Maret 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 73

Imam Ghozali 2001, Aplikasi Analisis Robbins. Stephen P. 2001, Prilaku Organisasi
Multivariate dengan Program SPSS. Badan Konsep, Kontroversi, Aplikasi. (Alih
Penerbit Universitas Diponegoro. Bahasa: Hadyana Pujaatmaka dan
Semarang Benyamin Molan; Editor. Agus
Widyantoro) Edisi 8. Jakarta: Prenhallindo.
Jaja Suteja, 2001, Hubungan Kemitraan antara
Strategi dan Fungsi Sumber Daya Sekaran, U., 2000, Research Methods For
Manusia, Usahan Indonesia, Maret No.03. Business: A Skill Building Approach, 3rd
edition, New York, John Wiley & Sons
Knouse. S.B. 2009, Targeted Recruiting for Inc.
Diversity: Strategy, Impression
Management, Realistic Expectations, and Singarimbun, M, 1989, Metode Penelitian
Diversity Climate. International Journal of Survey, LP3ES, Jakarta
Management Vol. 26 No. 3 December
Todd Creasy. Michael Stull. Bernardino, 2009,
Kreitner, Robert dan Kinicki Angelo, 2003, Understanding employeelevel dynamics
Prilaku Organisasi (Alih Bahasa: Erly within the merger and acquisition process
Suandy), Jakarta: Salemba Empat. Journal of General Management Vol. 35
No. 2 Winter
Lowler.Edward.E, 1991, Satisfaction and
Behavior Psychological Demension of Umar Husein. 2001, Riset Sumber Daya
Organizational Behavior, Micmilan Manusia Dalam Organisasi. Jakarta:
Publishing Company, A Devision of Gramedia Pustaka Utama.
Micmilan, Inc., 107-124.
Setiawan.Candra, 2003, Pengaruh Percaya Diri
Luthans, F. 1996, Organization Behavior, Edisi Terhadap Kepuasan Kerja manajer, Jurnal
7, Singapore: Mc. Graw Hill Book Co. Ekonomi perusahaan, 130-161.
Newstrom, John W. & Davis K., 1997, Zhang.H. Zhaou H.F. dan Chen .H.. 2010,
Organizational Behavior: Human Behavior Exploring the Interactive Effect of Time
at Work, 10th edition, New York, McGraw Control and Justice Perception on Job
Hill Companies Inc. Attitudes The Journal of Social
Psychology, 150 (2), 181–197

Anda mungkin juga menyukai