5065model Pengembangan Kepuasan Kerja Dan Keluarga PDF
5065model Pengembangan Kepuasan Kerja Dan Keluarga PDF
1 61
ISSN: 1412-3126
Widodo
email: widodos3@yahoo.com
Abstract
This study tested job satisfaction has a reciprocal relationship with family satisfaction. It
shows that work and family life are two things that can not be separated within an
organization.The population in this study is one of the units government institution in the city of
Semarang, as many as 123 people. Therefore, using the census because its population is limited.
The analysis using t test and bivariate with software SPSS. The results of this study are expected
to develop human resource management and decision-making inputs, especially to increase job
and family satisfaction.
mempunyai sikap negatif akan mengindikasikan orang lain atau sejumlah orang bandingan.
mempunyai tingkat kepuasan kerja yang rendah. Jika merasa rasio input seorang pekerja
tersebut adalah sama atau sebanding, maka
Teori Kepuasan Kerja
suatu keadaan adil dianggap ada oleh para
Menurut Luthan (1993; 189), pendekatan- karyawan. Jika para karyawan merasa
pendekatan yang lazim digunakan dalam perbandingan tersebut tidak sama maka
menjelaskan konsep atau teori kepuasan kerja keadaan adil dianggap tidak sama.
ada 3 (tiga) macam, yaitu sebagai berikut:
c. Pendekatan Dua Faktor (Two Factor Theory)
a. Pendekatan Selisih (Discrepancy Theory)
Pada prinsipnya teori ini memandang
Pendekatan ini pertama kali dipelopori kepuasan kerja dengan ketidakpuasan kerja
oleh Porter yang mengukur kepuasan kerja merupakan suatu hal yang berbeda
seseorang dengan menghitung selisih antara (Herzberg, dalam Yudhasari, 1999) artinya
apa seharusnya diterima dengan kenyataan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
yang dirasakan (“difference between how of merupakan suatu variabel yang kontinu.
something there should be and how much Sikap seseorang terhadap pekerjaannya
there is now”) (dalam Yudhasari, 1999). dipengaruhi oleh 2 (dua) kelompok situasi
Menurut Wanous dan Lower (dalam Wekley yaitu kelompok satisfiers (motivasi) dan
dan Yukl, 1997), sikap karyawan terhadap kelompok dissatisfiers (hygiene factor).
pekerjaannya tergantung bagaimana selisih
(discrepancy) itu dirasakan. Karyawan akan
terpuaskan jika tidak terjadi selisih antara Dimensi Kepuasan Kerja
kondisi-kondisi yang diinginkan dengan
Menurut Luthan (1995), ada tiga dimensi
kondisi-kondisi aktual.
kepuasan kerja yaitu:
Locke menerangkan bahwa kepuasan
1. Kepuasan kerja adalah suatu emosi yang
kerja karyawan tergantung pada selisih merupakan respon terhadap situasi kerja.
antara apa yang didapatkan (expectation,
Hal ini tidak dapat dilihat tetapi hanya
needs, atau value) dengan perasaan atau dapat dirasakan dan akan tercermin
persepsi yang telah dicapai melalui
dalam sikap karyawan.
pekerjaannya (Locke dalam Luthan, 1995).
Dengan demikian orang akan merasakan 2. Kepuasan kerja dinyatakan dengan hasil
puas bila tidak ada perbedaan antara sesuatu yang sesuai atau bahkan melebihi yang
yang diharapkan dengan persepsi atas diharapkan. Misalnya seseorang bekerja
kenyataan yang didapatkan. Karena batas sebaik yang mampu dilakukannya dan
minimum yang diinginkan telah tercapai. berharap mendapatkan reward yang
sepadan.
b. Pendekatan keadilan (Equity Theory)
3. Kepuasan kerja biasanya dinyatakan
Prinsip dasar dalam pendekatan ini dalam sikap, misalnya semakin loyal
adalah merinci kondisi-kondisi yang
pada perusahaan, bekerja dengan baik,
mendasari seorang pekerja akan menganggap berdedikasi tinggi pada perusahaan, tertib
adil dan masuk akal insentif keuntungan
dan mematuhi peraturan serta sikap-sikap
dalam pekerjaannya. Jadi dalam pendekatan lain yang bersifat positif.
ini seseorang akan merasa puas dan tidak
puas, tergantung apakah ia merasakan Faktor-faktor Pendorong Kepuasan Kerja
adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu Menurut Robbins (1998), ada 5 faktor
situasi. yang mendorong terciptanya kepuasan kerja.
Menurut pendekatan ini seseorang Kelima faktor tersebut adalah :
menilai adil dengan membandingkan hasil
rasio inputnya dengan hasil rasio input dari
64 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi
2. Faktor sosial yaitu faktor yang berkembang seperti ini yang dimanfaatkan oleh para
dengan interaksi sosial baik antara sesama pengatur serikat. Sebaliknya karyawan
karyawan maupun dengan atasan. dengan kepuasan kerja tinggi tidak tertarik
3. Faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan serikat pekerja.
dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan
kondisi fisik karyawan, seperti jenis Banyak manajemen membuat program-
pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu program dengan tujuan untuk menciptakan
istirahat, perlengkapan kerja, keadaan kesimbangan antara kehidupan kerja dengan
ruangan, suhu, penerangan dan sebagainya. kelhidupan keluarga . Misalnya bantuan
kesehatan keluarga, asuransi kesehatan keluarga,
Konsekuensi dari Kepuasan dan perencanaan gaji pensiun dan sebagainya ,
Ketidakpuasan Kerja dengan melakukan program tersebut manajemen
dapat menghemat biaya, karena dengan puasnya
Menurut Kreitner (1992; 189), ada karyawan dalam pekerjaan dapat mengurangi
beberapa konsekuensi dari kepuasan kerja tingkat absensi, tingkat turnover dan dapat
adalah: meningkat produktivitas (Luthans, 1995). Di
1. Absensi. terdapat hubungan yang negatif samping faktor tersebut di atas karyawan yang
antara kepuasan kerja dan tingkat absensi menghidupi keluarganya dengan cukup akan
yaitu jika kepuasan kerja tinggi maka tingkat merasa puas dalam pekerjaannya. Karyawan
absensi akan rendah begitu pula sebaliknya. tersebut merasa teraktualisasi, karena
Absensi merusak kelancaran kerja, memperoleh pekerjaan melalui gaji sebagai
mengakibatkan penundaan, keharusan sumber nafkah keluarga. Menurut Frone, Rusell
mengerjakan pegawai cadangan untuk & Cooper (1994) bahwa kepuasan pekerjaan
mengganti para pekerja yang tidak masuk. dipengaruhi oleh tekanan pekerjaan,
2. Turnover. Sama halnya dengan tingkat keterlibatan pekerjaan, konflik keluarga-
absensi, tingkat perputaran karyawan atau pekerjaan.. Oleh karena itu hipotesis yang
turnover mempunyai hubungan yang negatif diajukan dalam penelitian ini adalah:
dengan kepuasan kerja. Dengan kata lain jika
kepuasan kerja meningkat maka tingkat H1: Semakin tinggi tekanan pekerjaan,
turnover akan menurun. Sehingga disarankan semakin tinggi kepuasan kerja
agar perusahaan selalu memperhatikan karyawan
kepuasan kerja karyawan.
3. Komitmen Orgnisasional. Penelitian H2: Semakin tinggi keterlibatan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pekerjaan, Semakin tinggi kepuasan
positif antara kepuasan kerja dan komitmen kerja
organisasional. Apabila kepuasan kerja
tinggi, maka komitmen organisasional juga H3: Semakin tinggi konflik pekerjaan
tinggi. dengan keluarga, Semakin tinggi
4. Kinerja Karyawan. Kreitner berpendapat kepuasan kerja
bahwa apabila kepuasan tinggi, maka
karyawan akan bekerja sebaik mungkin Kepuasan Kerja dan Kepuasan Keluarga
sehingga menghasilkan kinerja yang baik. Kepuasan pekerjaan (job satisfaction)
5. Pro-union-voting. Berasal dari beberapa merupakan hasil persepsi para karyawan tentang
penelitian menunjukkan bahwa terdapat seberapa jauh pekerjaan sesorang memberikan
beberapa hubungan yang negatif antara segala sesuatu yang dipandang penting melalui
kepuasan kerja dan keberadaan serikat kerja. hasil kerjanya (Luthans, 1995). Sedangkan
Artinya apabila kepuasan kerja rendah maka kepuasan keluarga merupakan keadaan
kemungkinan bergabungnya karyawan emosional individu terhadap kehidupan
dengan serikat pekerja akan tinggi. Hal keluarganya. Dengan kata lain kepuasan
66 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi
keluarga merupakan keadaan emosional yang keluarga nya (pekerjaan suami dan atau
menyenangkan (positif) yang berasal dari pekerjaan istri). Sebaliknya dengan adanya
penilaian peran seseorang sebagai orang tua, kepuasan keluarga yang membanggakan atas
sebagai suami atau sebagai istri. Seorang yang dirinya, maka karyawan tersebut merasa senang
mempunyai sikap positif terhadap keluarganya, dan bangga pada pekerjaanya. Perasaan-
berarti mempunyai kepuasan keluarga yang perasaan tersebut di atas merupakan cerminan
tinggi, sebaliknya seseorang yang mempunyai hubungan antara kepuasan pekerjaan dengan
sikap negatif terhadap keluarganya, berarti kepuasan keluarga. Sebagai dampaknya,
mempunyai tingkat kepuasan keluarga yang karyawan dapat berkonsentrasi lebih baik
rendah, Frone Russell (1992). dipekerjaanya, lebih semangat dalam bekerja dan
akhirnya dapat meningkatkan produktifitas.
Menurut Fronne Rusell & Cooper (1992),
Howard (1992) kepuasan pekerjaan dipengaruhi Penelitian Fronne Rusell & Cooper
oleh faktor kepuasan keluarga. Kemudian (1992), Howard (1992) kepuasan pekerjaan
penelitian Frone Rusell & Copper (1994) dipengaruhi oleh faktor kepuasan keluarga.
mendukung kepuasan pekerjaan dan kepuasan Kemudian penelitian Frone Rusell & Copper
keluarga saling terkait dan saling mempengaruhi (1994) mendukung kepuasan pekerjaan dan
satu sama lain. Hasil penelitian Frone, Rusell & kepuasan keluarga saling terkait dan saling
Cooper (1994) mengungkapkan bahwa faktor- mempengaruhi satu sama lain. Hasil penelitian
faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerjaan Frone, Rusell & Cooper (1994) mengungkapkan
adalah tekanan pekerjaan, keterlibatan pekerjaan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
dan konflik keluarga-pekerjaan. kepuasan pekerjaan adalah tekanan pekerjaan,
keterlibatan pekerjaan dan konflik keluarga-
Pengaruh timbal balik antara kepuasan pekerjaan. Pengaruh timbal balik antara
pekerjaan dengan kepuasan keluarga, terlihat kepuasan pekerjaan dengan kepuasan keluarga,
pada bagaimana keluarga tersebut dibangun. terlihat pada bagaimana keluarga tersebut
Manajemen dapat membangun kepuasan dibangun. Manajemen dapat membangun
keluarga (bagaimereka yang bekerja sebagai kepuasan keluarga (bagaimereka yang bekerja
karyawan) dengan memberikan perhatian pada sebagai karyawan) dengan memberikan
keluarga karyawan agar dapat tercipta perhatian pada keluarga karyawan agar dapat
keseimbanagan antara kehidupan dalam tercipta keseimbanagan antara kehidupan dalam
pekerjaan –keluarga dan selanjutnya dapat pekerjaan –keluarga dan selanjutnya dapat
menimbulkan kepuasan keluarganya. Dengan menimbulkan kepuasan keluarganya. Dengan
demikian konsentrasi karyawan tidak banyak demikian konsentrasi karyawan tidak banyak
untuk menyelesaikan masalah keluarga, untuk menyelesaikan masalah keluarga,
melainan untuk kepentingan pekerjaan. Dengan melainan untuk kepentingan pekerjaan. Dengan
terciptanya kepuasa keluarga karena adanya terciptanya kepuasa keluarga karena adanya
perhatian dari manajemen (pimpinan), karyawan perhatian dari manajemen (pimpinan), karyawan
merasa mendapatkan perhatian khusus. Merasa merasa mendapatkan perhatian khusus. Merasa
diperlakukan adil oleh manajemen, karyawan diperlakukan adil oleh manajemen, karyawan
akan merasa senang dan puas dalam akan merasa senang dan puas dalam
pekerjaanya. pekerjaanya. Oleh karena itu hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Di samping itu, karyawan yang dapat
menciptakan kepuasan pada keluarganya H4: Terdapat korelasi antara kepuasan
sehingga mampu meredam kemungkinan kerja dengan kepuasan keluarga
terjadinya konflik dalam keluarganya. Dengan
terciptanya kepuasan tersebut, keluarga merasa
senang , bahagia dan bangga pada pekerjaan
Vol. 17 No. 1, Maret 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 67
Responden Tabel 1
Variabel dan Indikator Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
salah satu unit instansi Pemerintah di kota
Semarang, sebanyak 123 orang. Oleh karena itu No Variabel Indikator
1 Tekanan - Beban Pekerjaan
menggunakan metode sensus karena jumlah Pekerjaan
populasinya tidak terlalu besar (terbatas) . - Peran
- Otonomi Pekerjaan
Variabel dan Indikator - Kerja lembur
2 Keterlibatan - Pemihakan Psikologis job
Pekerjaan - Tingkat partisipasi
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
- Pengambilan Keputusan
kepuasan kerja, mencakup: tekanan pekerjaan,
- Bagian kecil dari
keterlibatan pekerjaan dan konflik pekerjaan– pekerjaan
keluarga. Kemudian kepuasan keluarga 3 Konflik - Benturan job dan keluarga
mencakup: tekanan keluarga, keterlibatan pekerjaan- - Keseimbangan
keluarga dan konflik pekerjaan–keluarga. Keluarga
- Tingkat Konflik
Adapun definisi operasional masing- - Toleransi waktu
masing variabel adalah sebagai berikut: 4 Kepuasan - Jenis pekerjaan
1. Tekanan pekerjaan (Job Stressor) Pekerjaanan - Otonomi
merupakan beban pekerjaan yang - Tuntutan pekerjaan
terlalu berat, tidak adanya peran - Gaji yang diterima
yang jelas dalam pekerja dan - Insentif yang diterima
kurangnya tingkat otonomi. - Penghargaan
2. Keterlibatan pekerjaan (Job 5 Kepuasan - Rileks
Involment) menunjukkan keluraga - Bahagia
sejauhmana seseorang memihak - Senang
secara psikologis kepada - Kedaiaman
pekerjaannya. - Beruntung
- Nyaman
68 Widodo Jurnal Bisnis dan Ekonomi
nampak pada Tabel 3 Maka kuesioner dalam dan VIF di bawah 10, maka dapat
penelitian ini adalah konsisten atau reliabel. disimpulkan bahwa asumsi tidak ada
multikolineritas dalam penelitian ini
Tabel 3 terpenuhi.
Uji Reliabiltas Data
b. Heterokedastisitas
No Variabel Alpha Keterangan Heterokedastisitas artinya bebas
1 Tekanan 0.8094 Reliabel heterokedastisitas. Implikasi dari asumsi
Pekerjaan
2 Keterlibatan 0.8132 Reliabel
ini adalah bahwa variabel bebas tidak
Pekerjaan berubah dari satu sampel ke sampel lain,
3 Konflik 0.8451 Reliabel sebab variabel bebas akan diukur
Pekerjaan pengaruhnya terhadap variabel
Keluarga tergantung
4 Kepuasan 0.8424 Reliabel
Pekerjaan
Untuk menguji ada tidaknya
5 Kepuasan 0.8325 Reliabel heterokedastisitas, pada Gambar 2
Keluarga nampak bahwa grafik scaterplot titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun dibawah angka 0 pada
Uji Asumsi sumbu Y. Hal disimpulkan bahwa tidak
a. Multikolinearitas terjadi heterokedastisitas pada model
Uji asumsi multikolinearitas artinya regresi (Gozali, 2001).
antar variabel bebas tidak boleh ada c. Autokorelasi
korelasi. Untuk menguji adanya Otokorelasi, artinya asumsi ini
kolineraitas ganda digunakan Uji VIF dan menginginkan model yang digunakan
Tolerance. Jika hasil perhitungan nilai secara tepat menggambarkan rata-rata
Varian inflation factor (VIF) di bawah variabel tergantung dalam setiap
10 % dan tolerance variabel bebas di atas observasi. Dengan kata lain bila sampel
10 % (Imam Ghozali, 2001). diulang-ulang dengan nilai variabel bebas
Berdasarkan hasil perhitungan nampak yang tetap, kesalahan dalam tiap
pada Tabel 4: observasi akan mempunyai rata-rata
sama dengan nol. Non otokorelasi = 0
Tabel 4 artinya bahwa gangguan di satu observasi
Uji Multikolineritas tidak berkorelasi dengan ganguan di
observasi yang lain. Dengan kata lain
Variabel Variabel Tolerence VIF variabel tidak bebas hanya diterangkan
Terikat Bebas oleh variabel bebas dan bukan oleh
variabel gangguan. Untuk menguji
Kepuasan - -
kerja (Y1) adanya otokorelasi dipergunakan Uji
Tekanan 82.3 % 1.215 Durbin Watson. Berdasarkan
Pekerjaan perhitungan Durbin watson (DW) sebesar
(X1) 1.820, sedangkan nilai DW tabel untuk 5
Keterlibatan 75.4% 1.327 % (dl = 1.54 dan du = 1.71)
Pekerjaan
(X2)
Dengan hasil perhitungan tersebut di
Konflik 80.2 % 1.246 atas, maka dalam model ini bebas tidak
Pekerjaan ada outokorelasi, sehingga asumsi klasik
(X3) terpenuhi.
Re
tersebut berarti mendukung teorinya Frone,
gr 2
es
sio
Rusell & Cooper (1994) yang mengungkapkan
1
n
St
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
0
ud
en kepuasan pekerjaan adalah tekanan pekerjaan,
tiz -1
ed
Re
keterlibatan pekerjaan dan konflik keluarga-
-2
sid
ual -3
pekerjaan.
-3 -2 -1 0 1 2 3
berarti mendukung teorinya Frone, Rusell & 2. Ada pengaruh keterlibatan pekerjaan
Cooper (1994) yang mengungkapkan bahwa terhadap kepuasan pekerjaan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan 3. Ada pengaruh konflik pekerjaan
pekerjaan adalah tekanan pekerjaan, keterlibatan terhadap Kepuasan pekerjaan
pekerjaan dan konflik keluarga-pekerjaan. 4. Ada hubungan kepuasan pekerjaan
dengan Kepuasan keluarga
Hubungan Kepuasan Pekerjaan dengan
Kepuasan keluarga Implikasi
Imam Ghozali 2001, Aplikasi Analisis Robbins. Stephen P. 2001, Prilaku Organisasi
Multivariate dengan Program SPSS. Badan Konsep, Kontroversi, Aplikasi. (Alih
Penerbit Universitas Diponegoro. Bahasa: Hadyana Pujaatmaka dan
Semarang Benyamin Molan; Editor. Agus
Widyantoro) Edisi 8. Jakarta: Prenhallindo.
Jaja Suteja, 2001, Hubungan Kemitraan antara
Strategi dan Fungsi Sumber Daya Sekaran, U., 2000, Research Methods For
Manusia, Usahan Indonesia, Maret No.03. Business: A Skill Building Approach, 3rd
edition, New York, John Wiley & Sons
Knouse. S.B. 2009, Targeted Recruiting for Inc.
Diversity: Strategy, Impression
Management, Realistic Expectations, and Singarimbun, M, 1989, Metode Penelitian
Diversity Climate. International Journal of Survey, LP3ES, Jakarta
Management Vol. 26 No. 3 December
Todd Creasy. Michael Stull. Bernardino, 2009,
Kreitner, Robert dan Kinicki Angelo, 2003, Understanding employeelevel dynamics
Prilaku Organisasi (Alih Bahasa: Erly within the merger and acquisition process
Suandy), Jakarta: Salemba Empat. Journal of General Management Vol. 35
No. 2 Winter
Lowler.Edward.E, 1991, Satisfaction and
Behavior Psychological Demension of Umar Husein. 2001, Riset Sumber Daya
Organizational Behavior, Micmilan Manusia Dalam Organisasi. Jakarta:
Publishing Company, A Devision of Gramedia Pustaka Utama.
Micmilan, Inc., 107-124.
Setiawan.Candra, 2003, Pengaruh Percaya Diri
Luthans, F. 1996, Organization Behavior, Edisi Terhadap Kepuasan Kerja manajer, Jurnal
7, Singapore: Mc. Graw Hill Book Co. Ekonomi perusahaan, 130-161.
Newstrom, John W. & Davis K., 1997, Zhang.H. Zhaou H.F. dan Chen .H.. 2010,
Organizational Behavior: Human Behavior Exploring the Interactive Effect of Time
at Work, 10th edition, New York, McGraw Control and Justice Perception on Job
Hill Companies Inc. Attitudes The Journal of Social
Psychology, 150 (2), 181–197