Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pena Sains Vol. 1, No.

2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311

KECENDERUNGAN PILIHAN JAJANAN PANGANANAK SD


TERHADAP JAJANAN BERFORMALIN
Yunin Hidayat1 dan Laila Khamsatul Muharrami2
1
Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang PO BOX 2 Bangkalan
Email: yunin_hidayati@yahoo.co.id
2
Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang PO BOX 2 Bangkalan
Email: khamsa_02@yahoo.co.id

Abstrak

Anak-anak Sekolah Dasar (SD) tentunya tidak bisa terlepas dari jajanan pangan. Beragamnya
pilihan jajanan pangan tidak diimbangi dengan pengetahuan bagi para pedagang jajanan agar
menjajakan jajanan pangan yang aman bagi pembeli khususnya bagi anak-anak. Hal tersebut
menjadi suatu kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua karena susahnya memantau jajanan
pangan yang aman bagi putra-putri mereka.jajanan pangan menurut WHO (1996) adalah makanan
jajanan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima
di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
kemudian tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Penggunaan formalin dalam proses
pembuatan jajanan saat ini marak digunakan. Penggunaan formalin tersebut digunakan dengan
tujuan agar jajanan bisa tahan lama. Namun demikian penggunaan formalin sangat berbahaya bagi
kesehatan karena dapat memicu kanker dan penyakit lainnya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa
ada kecenderungan bagi anak-anak SD untuk memilih jajanan pangan yang mengandung formalin.
Hal tersebut ditunjukkan dengan ditemukannya kandungan formalin hamper di semua jajanan
pangan yang dijual di sekolah dasar pada daerah-daerah pengambilan sample penelitian.

Kata Kunci: bahan tambahan pangan, formalin, pangan jajanan

Abstract

Elementary School Children certainly can not be separated from the snacks. The diversity snacks
selection is not matched with the knowledge for traders in order to selling snacks that is safe for
buyers, especially for children. It became a separate concern for parents as difficult to monitor
snack that are safe for their children. snack foods according to WHO (1996) is a snack as the food
and drinks prepared and/or sold by street vendors in the streets and public area other then be eaten
or consumed without further processing or preparation. The use of formaldehyde in the process of
making snack currently widespread use. The use of formalin is used in order snack can be durable.
However, the use of formalin is very dangerous to health as it can lead to cancer and other
diseases. In this research note that there is a tendency for primary school children to choose a
snack containing formalin. This is shown by the discovery of formaldehyde content almost in all the
snacks sold in elementary schools in areas of research sampling.

Keywords: food acditivies, formalin, snack

19
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311
kimia berbahaya pada makanan juga
Pendahuluan diteliti oleh Dewi Monita Sari (2003)
yaitu tentang studi keamanan
Anak-anak dan jajanan adalah dua mikrobiologi dan cemaran logam berat
hal yang tidak bisa dipisahkan. Anak-anak (Pb dan Cu) pada makanan jajanan di
pada umumnya akan membeli aneka jajan bursa kue subuh pasar Senen Jakarta
terutama saat mereka sedang istirahat di Pusat yang menunjukkan bahwa ada tiga
sekolah. Hal tersebut terutama terjadi sampel makanan yang mempunyai jumlah
karena jarangya orang tua memberi bekal total mikroba melebihi ambang batas dari
jajan atau makanan dari rumah dan lebih Standar New Hanshire Guideline, kadar
memilih memberikan uang saku pada Pb dari lima sampel juga ditemukan
anak dengan menyerahkan sepenuhnya melebihi ambang batas yang ditentukan
pada anak untuk memilih dan membeli oleh Depkes RI dan hasil analisa kadar Cu
makanan yang mereka sukai. Mereka juga menunjukkan bahwa pada tiga
tidak mempedulikan bahaya makanan sampel (pie, onde-onde dan kueku) juga
jajanan bagi kesehatan karena tidak jarang melebihi ambang batas yang ditentukan
ditemukan adanya bahan pengawet oleh Dirjen POM RI. Selain itu, Penelitian
makanan seperti formalin dan boraks penggunaan formalin pada tahu takwa
yang dapat mengancam jiwa mereka. kotamadya Kediri yang pernah dilakukan
Formalin adalah salah satu bahan oleh Ayudiah Aprilianti dkk (2007)
kimia yang akhir-akhir ini sering menunjukkan bahwa 62,50%
dimanfaatkan oleh penjual jajanan untuk mengandung formalin serta identifikasi
membuat jajanan yang mereka jual agar kandungan formalin juga pernah
bisa tahan lama dan lebih terlihat menarik dilakukan pada ikan asin di pasar
tampilannya. Dari hasil analisis sampel tradisional dan modern kota Semarang
jajanan Badan Pengawas Obat dan oleh Henny Putri S.T (2012) diperoleh
Makanan antaraFebruari 2001 hingga Mei hasil bahwa masih ada pedagang yang
2003, didapatkan bahwa dari 315 sampel, menggunakan formalin sebagai pengawet
155 (49%) mengandung rhodamin B, dari ikan asin.
1222 sampel, 129 (11%) mengandung Jajanan yang tahan lama sangat
boraks dan dari 242 sampel, 80 (33%) menguntungkan bagi penjual karena
mengandung formalin. Pangan yang apabila jajanan tidak habis laku terjual
mengandung rhodamin B diantaranya maka jajanan masih awet dan bisa dijual
kerupuk, makanan ringan, kembang gula, esok harinya. Selain itu rasa atau tekstur
sirup, biskuit, minuman ringan, cendol, jajanan yang menjadi lebih kenyal
dan manisan. Pangan yang mengandung membuat para pembeli terutama anak-
formalin adalah mie ayam,bakso, dan anak sekolah lebih menyukai sehingga
tahu, disamping itu ditemukan juga tertarik untuk membelinya. Para penjual
pangan yang menggunakan boraks yaitu jajanan pada dasarnya hanya memikirkan
bakso, siomay,lontong, dan lemper (Ira bagaimana caranya agar jajanan mereka
Rahmanita, 2011). laku dan mereka tidak mengalami
Penelitian lain juga menyebutkan kerugian. Para penjual tidak memikirkan
tentang adanya penyalahgunaan formalin bagaimana dampak bahan-bahan kimia
dan boraks dalam bakso oleh pedagang tersebut bagi para pembeli. Ironisnya para
masih ditemukan di kota Medan. Data penjual jajanan tersebut bahkan ada yang
Surveilan Keamanan Pangan Badan POM tidak mengetahui bahwa bahan kimia
RI tahun 2010 penyalahgunaan formalin yang mereka gunakan berbahaya bagi
sebesar 4,89%, dan boraks sebesar 8,80% kesehatan. Para penjual menggunakan
(Lambok Oktavia, 2012). Adanya bahan
20
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311
bahan-bahan kimia tersebut terutama makanan jajanan adalah makanan dan
formalin berdasarkan pengalaman dari minuman yang diolah oleh pengrajin
sesama penjual saja dan melihat bahwa makanan di tempat penjualan dan atau
hal tersebut menguntungkan. disajikan sebagai makanan siap santap
Adanya kandungan formalin, untuk dijual bagi umum selain yang
mikroba maupun bahan berbahaya lainnya disajikan jasa boga, rumah makan atau
yang terdapat pada makanan disebabkan restoran, dan hotel.
karena minimnya pengetahuan dari Jenis makanan jajanan menurut
pedagang maupun konsumen mengenai Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
bahan berbahaya yang dilarang dalam Mariana (2006) dapat digolongkan
penggunaannya dalam makanan. Hal menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: (1)
tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Makanan jajanan yang berbentuk
Henny Putri S.T (2012) yang mana para panganan, seperti kue kecil -kecil, pisang
pedagang tidak tahu akan bahaya yang goreng dan sebagainya; (2) Makanan
ditimbulkan dari pemakaian formalin. jajanan yang diporsikan (menu utama),
Selain itu berdaarkan penelitian Ghaida seperti pecal, mie bakso, nasi goreng dan
Yasmin dan Siti Madaniyah (2010) sebagainya; dan (3) Makanan jajanan
tentang perilaku penjaja pangan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim,
anak sekolah terkait kemanan pangan di es campur, jus buah dan sebagainya.
Jakarta dan Sukabumi diperoleh 74,1% Menurut Srikandi dalam Marlina
penjaja makanan yang masih mempunyai (2003), masalah makanan jajanan di
pengetahuan yang rendah akan praktik Indonesia umumnya terjadi karena
keamanan pangan. pengolahan dan penyajiannya yang tidak
Berdasarkan permasalahan semakin higienis. Biasanya diproduksi dan dijual
maraknya jajanan yang mengandung dalam kondisi yang kurang baik sehingga
bahan kimia, terutama formalin yang sering terkontaminasi oleh
dijual di lingkungan sekolah maka perlu mikroorganisme dan hal ini dapat
dilakukan penelitian untuk mengetahui menimbulkan berbagai penyakit.
apakah jajanan yang dijual tersebut sehat Makanan sehat selain mengandung zat
ataukah tidak. Penelitian dilakukan untuk gizi yang cukup dan seimbang juga harus
menguji apakah jajanan-jajanan tersebut aman, yaitu bebas dari bakteri, virus,
mengandung formalin atau borak. parasit, serta bebas dari pencemaran zat
Penelitian dilakukan dengan mengambil kimia. Makanan dikatakan aman apabila
sampel-sampel jajanan sekolah di kecil kemungkinan atau sama sekali tidak
beberapa sekolah yang ada di wilayah mungkin menjadi sumber penyakit atau
Bangkalan untuk selanjutnya diuji lab di yang dikenal sebagai penyakit yang
Laboratorium Dasar Universitas bersumber dari makanan (foodborne
Trunojoyo. disease). Oleh sebab itu, makanan harus
Makanan jajanan menurut FAO dipersiapkan, diolah, disimpan, diangkut
didefisinikan sebagai makanan dan dan disajikan dengan serba bersih dan
minuman yang dipersiapkan dan dijual telah dimasak dengan benar (Soekirman,
oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di 2000). (Charisa Oktavrilani, 2010).
tempat-tempat keramaian umum lain yang Penggunaan bahan tambahan
langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pangan sangat sulit dihindari, mengingat
pengolahan atau persiapan lebih lanjut bahan ini sangat bermanfaat dalam
(Judarwanto, 2008). Menurut Keputusan pengolahan makanan. Lagi pula, tidak
Menteri Kesehatan Republik Indonesia semua bahan tambahan pangan memiliki
No. 942/MENKES/SK/VII/2003, efek samping terhadap kesehatan. Namun

21
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311
masyarakat harus memiliki pengetahuan dan senyawanya, Asam Salisilat dan
mengenai bahan tambahan pangan garamnya, Dietilpirokarbonat, Dulsin,
sebelum menggunakannya. Untuk Kalium klorat, Kloramfenikol, Minyak
membuat makanan yang lezat, menarik nabati yang dibrominasi, Nitrofurazon,
dan tahan lama diperlukan penanganan dan Formalin (Formaldehida) (Dewi S,
serta penambahan bahan tambahan 2010)
pangan yang tepat. Memang penggunaan Formalin adalah larutan yang tidak
bahan tambahan pangan bukan berwarna dan baunya sangat menusuk.
merupakan suatu keharusan tetapi tak Didalam formalin mengandung sekitar 37
dapat dipungkiri bahwa bahan ini dapat persen formaldehid dalam air, biasanya
emberikan nilai tambah terhadap suatu ditambah methanol hingga 15 persen
produk makanan. Berdasarkan sumbernya sebagai pengawet. Formalin dikenal
bahan tambahan pangan digolongkan sebagai bahan pembunuh hama
menjadi 2 golongan, yakni bahan (desinfektan) dan banyak digunakan
tambahan alami dan buatan (Cahyo S dan dalam industri. Nama lain dari formalin
Diana H., 2006). adalah Formol,Methylene aldehyde,
Dalam Peraturan Mentri Paraforin, Morbicid, Oxomethane,
Kesehatan RI No..722/Menkes/Per/IX/88 Polyoxymethylene glycols, Methanal,
dijelaskan bahwa bahan tambahan pangan Formoform, Superlysoform,
yang biasanya tidak digunakan ebagai Formaldehyde, dan Formalith (Astawan,
makanan dan biasanya bukan merupakan Made dalam Charisa Oktavrilani, 2010).
ingredien khas pangan, mempunyai atau Berat Molekul Formalin adalah
tidak mempunyai nilai gizi yang dengan 30,03 dengan rumus Molekul HCOH.
sengaja ditambahkan dalam pangan untuk Karena kecilnya molekul ini memudahkan
maksud teknologi pada pembuatan, absorpsi dan di distribusinya ke dalam sel
pengolahan, penyiapan, perlakuan, tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya
pengepakan, penyimpanan atau sangat aktif ,dapat bereaksi dengan gugus
pengangkutan pangan untuk –NH2 dari protein yang ada pada tubuh
menghasilkan suatu komponen atau membentuk senyawa yang mengendap
mempengaruhi sifat khas pangan tersebut. (Harmita dalam Charisa Oktavrilani,
Penyimpangan atau pelanggaran 2010).
mengenai penggunaan bahan tambahan Penggunaan formalin antara lain
pangan yang sering dilakukan produsen sebagai pembunuh kuman sehingga
pangan, yaitu: (a) menggunakan bahan digunakan sebagai pembersih lantai,
tambahan pangan yang dilarang gudang, pakaian dan kapal, pembasmi
penggunaannya untuk pangan, (b) lalat dan serangga lainnya, bahan pembuat
menggunakan bahan tambahan pangan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca
melebihi dosis yang diizinkan. dan bahan peledak . Dalam dunia
Peraturan Menteri Kesehatan fotografi biasanya digunakan untuk
No.722/MENKES/PER/IX/88 tentang pengeras lapisan gelatin dan kertas, bahan
Bahan Tambahan Pangan: (a) jenis dan pembentuk pupuk berupa urea, bahan
jumlah maksimum berbagai macam bahan pembuatan produk parfum, bahan
tambahan pangan yang diizinkan pengawet produk kosmetik dan pengeras
digunakan di dalam makanan, serta jenis kuku, pencegah korosi untuk sumur
makanan yang dapat ditambahkan bahan minyak, bahan untuk isolasi busa, bahan
tambahan pangan tersebut. (b) jenis perekat untuk produk kayu lapis
bahan tambahan pangan yang dilarang (playwood), dalam konsentrasi yang
digunakan dalam pangan (Asam Borat sangat kecil ( < 1 % ) digunakan sebagai

22
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311
pengawet, pembersih rumah tangga, dan kueku) juga melebihi ambang batas
cairan pencuci piring, pelembut, perawat yang ditentukan oleh Dirjen POM RI.
sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet Penelitian penggunaan formalin pada tahu
(Astawan Made dalam Charisa takwa kotamadya Kediri yang pernah
Oktavrilani, 2010). dilakukan oleh Ayudiah Aprilianti dkk,
Formalin sangat berbahaya bila 2007 menunjukkan bahwa 62,50%
tertelan dan akibat yang ditimbulkan mengandung formalin. Identifikasi
dapat berupa bahaya kanker pada kandungan formalin juga pernah
manusia. Apabila tertelan maka mulut, dilakukan pada ikan asin di pasar
tenggorokan dan perut terasa terbakar, tradisional dan modern kota Semarang
sakit menelan, mual, muntah, dan diare, oleh Henny Putri S.T, 2012 diperoleh
kemungkinan terjadi pendarahan, sakit hasil bahwa masih ada pedagang yang
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi menggunakan formalin sebagai pengawet
(tekanan darah rendah), kejang, tidak ikan asin. Penelitian tentang kajian
sadar hingga koma. Selain itu juga dapat keamanan pangan (formalin, kadar garam
terjadi kerusakan hati, jantung, otak, dan mikroba) pada ikan sepat produksi
limpa, pancreas, sistem susunan saraf Indralaya oleh Rinto, dkk (2009)
pusat dan ginjal. Jika tertelan akan diperoleh bahwa tidak terdapat kandungan
menimbulkan iritasi pada saluran formalin pada ikan sepat asin sehingga
pernafasan, muntah-muntah dan kepala aman untuk dikonsumsi.
pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, Adanya kandungan formalin,
penurunan suhu badan dan rasa gatal di mikroba maupun bahan berbahaya lainnya
dada (Charisa Oktavrilani, 2010). yang terdapat pada makanan disebabkan
Penelitian tentang identifikasi karena minimnya pengetahuan dari
bahan berbahaya pada makanan telah pedagang maupun konsumen mengenai
banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan bahan berbahaya yang dilarang
penggunaan bahan berbahya tersebut penggunaannya dalam makanan. Hal ini
masih belum mendapat perhatian yang diperkuat dengan hasil penelitian Henny
besar dari masyarakat padahal bahaya Putri S.T (2012) yang mana para
dari penyalahgunaan bahan tersebut pedagang tidak tahu akan bahaya yang
dalam industri makanan dapat ditimbulkan dari pemakaian formalin.
membahayakan kesehatan. Selain itu berdaarkan penelitian Ghaida
Penelitian tentang studi keamanan Yasmin dan Siti Madaniyah (2010)
mikrobiologi dan cemaran logam berat tentang perilaku penjaja pangan jajanan
(Pb dan Cu) pada makanan jajanan di anak sekolah terkait kemanan pangan di
bursa kue subuh pasar Senen Jakarta Jakarta dan Sukabumi diperoleh 74,1%
Pusat yang dilakukan oleh Dewi Monita penjaja makanan yang masih mempunyai
Sari (2003) menunjukkan jumlah total pengetahuan yang rendah akan praktik
mikroba makanan jajanan tidak melebihi keamanan pangan. Penelitian tentang
ambang batas tapi bila mengacu pada analisa kebijakan keamanan pangan juga
Standar New Hanshire Guideline, ada tiga pernah dilakukan oleh Putut Har Riyadi
sampel makanan yang melebihi ambang (2007) dimana berdasarkan penelitian
batas, yaitu kroket kentaang, kue bugis sebelumnya diperoleh penggunaan bahan
dan cucur. Kadar Pb dari lima sampel tambahan makanan illegal pada
juga ditemukan melebihi ambang batas penanganan dan pengolahan produk ikan
yang ditentukan oleh Depkes RI dan hasil segar dan ikan asin sehingga perlu
analisa kadar Cu juga menunjukkan dilakukan usaha meningkatkan
bahwa pada tiga sampel (pie, onde-onde kesempatan bagi masyarakat untuk

23
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311
memberikan masukan dan cara Tabel 1 Uji Kualitatif dn Kuantitatif
pemecahan masalah kebijakan keamanan Boraks dalam Sampel Pangan Jajanan
pangan produk perikanan. Kabupaten Bangkalan
No Tempat Sampel Ket Kadar
1 Geger Pentol + 1
Metode Penelitian Pentol + 17
Tahu + 8
Penelitian dilakukan di Mi
Laboratorium Teknologi Industri 2 Kwanyar Pentol + 17
Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Tahu + 1
mulai bulan Mei-November 2013. Sampel Nugged + 18
diambil di 10 Sekolah Dasar kabupaten 3 Arosbaya Pentol + 9
Bangkalan di kecamatan Geger, Kwanyar, Kecil + 45
Arosbaya, Socah, Bangkalan, Tanah Krupuk + 20
Merah, Burneh, Blega, Kamal dan Pentol
Labang. Rancangan riset dilakukan sesuai Tanggung
4 Socah Tahu Balut + 70
dengan tahapan penelitian sebagai
Telur + 34
berikut: Cimol
Penentuan lokasi pengambilan Sampel 5 Bangkalan Pentol + 24
Pentol + 1
Tahu
6 Tanah Pentol + 24
Pengambilan Sampel Merah Sosis + 17
7 Burneh Pentol + 20
Tahu + 1
Sosis
Uji Laboratorium terhadap kandungan
8 Blega Sosis + 37
formalin Mi + 12
Krupuk + 33
9 Kamal Pentol + 2
Hasil Laboratorium Pentol + 1
Tahu + 17
Cimol
10 Labang Pentol + 18
Sosialisasi Hasil Penelitian
Pentol + 3
Tahu + 10
Cimol
Hasil Penelitian dan Pembahasan Keterangan :
(+) : mengandung formalin
Identifikasi formalin dalam (-) : tidak mengandung formalin
makanan jajanan dilakukan secara
kualitatif maupun kuantitatif. Analisa Identifikasi kualitatif formalin
kualitatif menggunakan larutan PK pada pangan jajanan di kabupaten
sedangkan analisa kuantitatif Bangkalan menunjukkan bahwa 100 %
menggunakan spektrofotometer UV Vis. sampel mengandung formalin. Indikator
Hasil identifikasi kualitatif dan kuantitaif yang digunakan adalah larutan PK dimana
boraks dalam makanan jajanan dapat terjadi perubahan warna dari pink menjadi
dilihat pada tabel 1. pudar dan lama kelamaan hilang.
Perubahan warna ini disebabkan karena

24
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311
senyawa formalin dapat bereaksi pada saluran pernafasan, penurunan shu
menghilangkan warna larutan PK. badan dan gatal-gatal.
Formalin merupakan larutan yang
tidak berwarna dan baunya menusuk,
Larutan formalin mengandung sekitar Simpulan dan Saran
37% formaldehida yang dilarutkan dalam Berdasrakan identifikasi kualitatif
air. Rumus kimia dari formalin adalah pangan jajanan yang beredar di 10
HCOH. Formalin biasa diperdagangakan Sekolah Dasar tempat pengambilan
dengan nama yang berbeda-beda antara sample penelitian 100% mengandung
lain: Formol, Morbicid, Methanal, Formic formalin. Sedangkan berdasarkan uji
aldehyde, Formalith, dll. Penggunaan kuantitatif mengandung boraks berkisar
Formalin biasanya sebagai deinfektan dan antara 10-213ppm sedangkan formalin
pengawet mayat pada bidang kesehatan, berkisar antara 1-70 ppm.
pemercepat pewarnaan pada industry Perlu dilakukan penelitian untuk
tekstil, karet, dll, sebagai perekat pada menghasilkan bahan pengawet dan
industry kayu, dll. Formalin tidak pengenyal yang aman dan tidak merusak
diijinkan sebagai pengawet makanan rasa, sehingga para penjual makanan tidak
berdasarkan Kepmenkes lagi menggunakan boraks dan formalin
No.1168/Menkes/Per/X/1999. Dampak dalam membuat makanan.
formalin pada manusia dapat bersifat akut
dan kronik.
Ada beberapa dampak akut yang
disebabkan formalin, yaitu (1) Bila Dafar Pustaka
terhirup akan terjadi iritasi pada hidung
dan tenggorokan, rasa terbakar pada Ayudiah aprilianti, dkk. 2010. Studi
tenggorokan serta batuk-batuk; (2) Bila Kasus Penggunaan Formalin
terkena kulit akan terjadi perubahan pada Tahu Takwa Di Kotamadya
warna pada kulit menjadi merah, Kediri. PKM Universitas
mengeras, mati rasa dan kulit terbakar; (3) Muhammadiyah Malang. Malang
Bila terkena mata akan menimbulkan
iritasi mata; dan (4) Bila tertelan maka Cahyo Saparinto dan Diana Hidayati.
mulut, tenggorokan dan perut terasa 2006. Bahan Tambahan Pangan.
terbakar. Kanisius. Yogyakarta
Dampak kronik yang ditimbulkan
oleh formalin antara lain: (1) Apabila Charisa Oktavrilani . 2010. Degradasi
terhirup dalam jangka waktu lama akan Kadar Formalin pada Ikan Asin
menimbulkan sakit kepala, gangguan dengan Variasi Konsentrasi Air
pernafasan, batuk-batuk, mual, Leri. UNIMUS Digital Library
mengantuk, kehilangan konsentrasi dan UNIVERSITAS Muhammadiyah
daya ingat berkurang; (2) Apabila terkena Semarang. Semarang
kulit maka kulit akan terasa panas,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan Dewi Monita Sari. 2003. Studi keamanan
kulit dan kepekaan pada kulit dan terjadi mikrobiologi dan cemaran logam
radang kulit yang menimbulkan berat (Pb dan Cu) pada makanan
gelembung; (3) Jika terkena mata bisa jajanan di bursa kue subuh pasar
menimbulkan radang selaput mata; dan Senen Jakarta Pusat. Jurusan
(4) Jika tertelan akan menimbulkan iritasi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga Fakultas Pertanian.IPB

25
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2407-2311
Dewi S. 2010. Kecukupan Energi dan
Protein serta Sumbangan Energi
dan Protein Makanan Jajanan
pada Anak SD NEGERI No.
060822 Kecamatan Medan Area.
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Univesitas Sumatera Utara.

Ghaida Yasmin dan Siti Madanijah. 2010.


Perilaku penjaja Pangan Jajanan
Anak Sekolah Terhadap
Keamanan Pangan di Jakarta
dan Sukabumi. Jurnal Gizi dan
Pangan, 2010, 5(3): 148–157.
Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor, Bogor

Henny Putri Sitiopan T. ( 2012). Studi


Identifikasi Kandungan Formalin
Pada Ikan Pindang Di Pasar
Tradisional Dan Modern Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, UNDIP.Semarang.
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012,
Halaman 983 - 994

Indri Lestari . 2010. Hubungan Tingkat


Pengetahuan dan Sikap Produsen
dengan Derajad Keberadaan
Boraks dalam Kerupuk di Desa
Sijeruk Kecamatan Kendal
Kabupaten Kendal. UNIMUS
Digital Library. UNIVERSITAS
Muhammadiyah Semarang.
Semarang.

Ira Rahmanita. 2011. Hubungan


Pengetahuan, Sikap serta
Perilaku Ibu mengenai Jajanan
Anak SD Yang Mengandung
Bahan Pengawet dan Pewarna di
Kelurahan Beringin Jambi Tahun
2011. Program Studi Pendididkan
Dokter Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai