Anda di halaman 1dari 24

REGULASI SARANA DAN PRASARANA

KANTOR

Nama :
Fitri Yolanda ( 18 )
Muhammad Zidane Fakhrezi ( 23 )
Noval Fauzan ( 26 )
Rokhi Nur Hamim ( 28 )
Safa Putri Nurfitrialin (29)

SMK NEGERI 8 JAKARTA


Jalan Raya Pejaten Pasar Minggu
Jakarta Selatan, 12510
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan nya tentu
kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Salawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda tercinta kita ya habibana ya maulana
Muhammad SAW serta para sahabat dan keluarganya hingga akhir zaman.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat sehat dan karunianya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah mata pelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Sarana dan Prasarana dengan materi yang berjudul “ Regulasi
Sarana dan Prasarana Kantor”.

Makalah ini ditulis sebagai salah satu pembelajaran di kelas XI dan untuk memenuhi
permintaan bapak Muhammad Agus Fauziyansyah. Isi makalah ini disusun atas dasar
materi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya. Pembahasan materi di makalah ini
disajikan dalam bahasa yang mudah di mengerti bagi kalangan para pelajar tingkat atas.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
membutuhkan banyak saran dan kritik agar penulis dapat berkembang lebih baik lagi.
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat berguna di masa depan sebaga salah satu
bahan pembelajaran.

Jakarta. 22 Jui 2019


( Penulis )

pg. I
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................... I

Daftar Isi ....................................................................................................... II

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi masalah ............................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................ 3

A. Pengertian Regulasi Sarana dan Prasarana Kantor .............................. 3

B. Regulasi Sarana dan Prasarana Kantor : .............................................. 3

1. Permendagri Nomor 48 Tahun 2013 tentang Standar Sarana dan


Prasarana Kantor ..................................................................................... 3
2. Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah .......................................................... 9
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Standardisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah. ....... 13
C. Tujuan dibuatnya Regulasi Sarana dan Prasarana Kantor ................. 17

BAB III : PENUTUP................................................................................... 18


A. Kesimpulan ........................................................................................ 18

B. Saran .................................................................................................. 18

pg. II
pg. III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era modern ini kebutuhan sarana dan prasarana kantor semakin
meningkat, baik di kantor maupun di sekolah. Di era ini makin berkembang pula
sarana dan prasarana kantor dari yang awalnya manual sekarang menjadi digital.
Dampak dari digitalisasi sarana dan prsarana kantor ini di alami oleh para
penggunanya di setiap belahan dunia.
Pada saat ini pengguna sarana prasarana kantor bentuk digital di Indonesia
tergolong rendah dibandingkan negara-negara lainnya seperti cina, korea selatan,
amerika serikat serta negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pemerataan pembangunan dan pendidikan di Indonesia sehingga letak perusahaan
– perusahaan dan sekolah – sekolah yang memakai sarana dan prasarana kantor
digital hanya memusat di pusat kota.
Dampak dari pemusatan tersebut adalah kurangnya pengetahuan bagi
sarana dan prasarana yang tinggal di daerah sebab sarana dan prasarana biasanya
hanya terpusat dikota saja. Dengan demikian sarana dan prasarana harus merata
sampai pelosok daerah. Maka dari itu sarana dan prasarana sangat penting bagi
pembangunan dan pendidikan di indonesia.
Selain itu dengan adanya sarana dan prasarana yang baik dapat membantu
kita dalam menyelesaikan berbagai hal dengan efisien. Apalagi di kalangan para
pelajar yang sangat membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh
karena itu untuk menggunakan sarana dan prasarana secara efisien diperlukan
suatu standar kebijkan atau peraturan yang disebut regulasi.
Oleh sebab itu makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dasar
tentang ruang lingkup dan penggunaan regulasi sarana dan prasarana kantor.

pg. 1
B. Identifikasi masalah
1. Apa yang dimaksud dengan regulasi sarana dan prasarana kantor ?
2. Apa keuntungan dan kerugian menggunakan regukasi sarana dan prasarana ?
3. Apa tujuan dibuatnya regulasi sarana dan prasarana kantor ?
4. Bagaimana cara menerapkan regulasi sarana dan prasarana kantor di berbagai
bidang profesi ?
5. Dimana saja regulasi saranan dan prasarana kantor di terapkan ?
6. Bagaimana cara menerapkan regulasi sarana dan prasarana kantor dalam bidang
administrasi ?

pg. 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Regulasi Sarana dan Prasarana Kantor


Secara umum regulasi adalah suatu cara untuk mengendalikan sekelompok
manusia dengan suatu aturan atau kebijakan – kebijakaan tertentu. Menurut KBBI
regulasi diartikan sebagai sebuah peraturan.
Menurut peraturan menteri pendaya gunaan aparatur negara dan reformasi
birokrasi Republik Indonesia nomor 48 tahun 2013 tentang standar sarana dan
prasarana kantor di lingkungan kementerian pendayagunaan aparatur negara dan
reformasi birokrasi sarana merupakan fasilitas yang secara langsung berfungsi
sebagai penunjang proses penyelenggraan tugas dan fungsi pekerjaan, sedangkan
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung berfungsi sebagai penunjang
proses penyelenggaraan tugas dan fungsi pekerjaan.
Jadi kesimpulan dari pengertian diatas, regulasi sarana dan prasarana kantor
merupakan suatu cara untuk mengendalikan sekelompok manusia dengan suatu
aturan atau kebijakan – kebijakaan dalam menggunakan fasilitas yang secara
langsung dan tidak langsung berfungsi sebagai penunjang proses penyelenggraan
tugas dan fungsi pekerjaan.

B. Regulasi Sarana dan Prasarana Kantor :


1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2013 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Kantor di Lingkungan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi.

pg. 3
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Standar sarana dan prasarana kantor adalah pedoman yang


dipakai sebagai ukuran baku ruang kantor, perlengkapan kantor, dan kendaraan
dinas.
2. Sarana adalah fasilitas yang secara langsung berfungsi sebagai penunjang proses
penyelenggaraan tugas dan fungsi pekerjaan.
3. Prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung berfungsi sebagai penunjang
proses penyelenggaraan tugas dan fungsi pekerjaan.
4. Ruang kantor adalah ruang tempat melaksanakan pekerjaan, dengan ukuran luas dan
alat-alat perlengkapannya yang disesuaikan dengan kebutuhan serta memenuhi
persyaratan estetika.
5. Ruang Penunjang adalah ruang yang berfungsi menunjang pelaksanaan pekerjaan
secara tidak langsung.
6. Perlengkapan kantor adalah alat-alat yang dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan dan
menurut jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
7. Ruang Pusat Closed Circuit Television yang selanjutnya disebut CCTV adalah ruang
tempat mengendalikan dan memantau jaringan kamera closed circuit television.
8. Ruang Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE adalah
ruang tempat melakukan proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik.
9. Ruang Media Center adalah ruang tempat melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan penyampaian informasi terkait bidang aparatur negara dan reformasi
birokrasi.
10. Ruang Teleconference adalah ruang tempat melakukan pertemuan berbasis
elektornik secara langsung (real time).
11. Telekomunikasi adalah pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda,
gambar, suara dan informasi melalui internet, telepon, radio, dan facsimile.

pg. 4
12. Local Area Network yang selanjutnya disebut LAN adalah suatu jaringan
komunikasi data dalam suatu wilayah tertentu/kecil.
13. Kendaraan Dinas adalah sarana kerja berupa alat transportasi yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian

BAB II
ASAS, MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Asas standar sarana dan prasarana kantor terdiri dari:

a. Tertib; f. Keselamatan;
b. Adil; g. Kesejahteraan;
c. Transparan; h. Kepatuhan;
d. Efisien dan efektif; i. Akuntabel.
e. Manfaat;

Pasal 3
Maksud penyusunan standar sarana dan prasarana kantor adalah untuk:
a. Kepastian ketentuan penggunaan ruangan kantor, alat perlengkapan kantor, dan
kendaraan dinas;
b. Keseragaman penggunaan ruangan kantor dan alat perlengkapan kantor;
c. Kelancaran proses pekerjaan;
d. Kemudahan komunikasi dan hubungan kerja yang baik antar pejabat/pegawai di
lingkungan kementerian pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi;
e. Kelancaran tugas pengawasan dan pengamanan;dan
f. Kemudahan pengamanan arsip dan dokumentasi.

pg. 5
Pasal 4

Tujuan penyusunan standar sarana dan prasarana kantor adalah untuk:


a. Menciptakan keselamatan, keamanan, kesehatan dan kenyamanan kerja;
b. Mewujudkan penataan yang bernilai estetika;
c. Menciptakan keleluasaan bergerak secara sehat dan teratur; dan
d. Mewujudkan sarana dan prasarana kantor sesuai standar.

Pasal 5

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi pengaturan mengenai ukuran, jumlah,
bahan, kapasitas, jenis, dan model/tipe sarana dan prasarana kantor di lingkungan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

BAB III
STANDAR SARANA DAN PRASARANA

Pasal 6

Standar sarana dan prasarana kantor terdiri atas:

a. ruang kantor;
b. ruang penunjang;
c. perlengkapan ruang kantor;
d. perlengkapan ruang penunjang; dan
e. kendaraan dinas.

pg. 6
Pasal 7

1. Ruang kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, terdiri atas:


a. ruang kerja;
b. ruang tamu;
c. ruang rapat;

2. Ruang kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf diperuntukkan bagi:
a. Menteri e. Pejabat eselon III;
b. Wakil Menteri f. Pejabat eselon IV; dan
c. Pejabat eselon I; g. Pejabat fungsional.
d. Pejabat eselon II;

3. Standar ukuran dan perlengkapan ruang kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada Lampiran I Peraturan Menteri ini.

Pasal 8

1. Ruang penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, terdiri atas:


a. ruang ibadah;
b. lobi;
c. ruang pusat data (server);
d. ruang arsip;
e. ruang perpustakaan;
f. ruang penyimpanan barang;
g. ruang pusat cctv;
h. ruang poliklinik;
i. ruang sentral telepon;
j. ruang pos penjagaan keamanan;
k. ruang kantin pegawai;

pg. 7
2. Standar perlengkapan ruang penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada Lampiran II Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

1. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, bagi pejabat dan pegawai di lingkungan


Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi disediakan
kendaraan dinas
2. Kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kendaraan dinas Menteri;
b. kendaraan dinas Wakil Menteri;
c. kendaraan dinas pejabat Eselon I;
d. kendaraan dinas pejabat setara Eselon I;
e. kendaraan dinas pejabat Eselon II;
f. kendaraan dinas pejabat setara Eselon II;
g. kendaraan dinas operasional.
3. Kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disediakan bagi pejabat dan
pegawai selama yang bersangkutan memangku jabatan tersebut.
4. Standar kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
Lampiran III Peraturan Menteri ini.

Pasal 11

Pemenuhan standar sarana dan prasarana kantor disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.

pg. 8
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2. Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang


Milik Daerah

BAB II
PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH

Pasal 5

1. Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah


berwenang dan bertanggungjawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan
barang milik daerah;
2. Dalam melaksanakan ketentuan pada ayat (1), Kepala Daerah dibantu oleh:
a. Sekretaris Daerah selaku pengelola;
b. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah
selaku pembantu pengelola;
c. Kepala SKPD selaku pengguna;
d. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna;
e. Penyimpan barang milik daerah; dan
f. Pengurus barang milik daerah.

pg. 9
Pasal 6

1. Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah,


mempunyai wewenang :
a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan
c. bangunan;
d. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;
e. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan
f. persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
g. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik Daerah
sesuai
h. batas kewenangannya; dan
i. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan.

2. Sekretaris Daerah selaku pengelola, berwenang dan bertanggung jawab:


a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;
b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;
c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang
milik daerah;
d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan
barang milik daerah yang telah disetujui oleh Kepala Daerah;
e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah;
dan melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik
daerah.

3. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik daerah


bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik
daerah yang ada pada masing-masing SKPD;

pg. 10
4. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah,
berwenang dan bertanggung jawab:
a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;
b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan
barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya
yang sah kepada Kepala Daerah melalui pengelola;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam
Sie Infokum – Ditama Binbangkum penguasaannya;
d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Kepala
Daerah melalui pengelola;
g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui pengelola;
h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah
yang ada dalam penguasaannya; dan
i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS)
dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam
penguasaannya kepada pengelola.

pg. 11
5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna barang milik daerah,
berwenang dan bertanggung jawab:
a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang
dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan;
b. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
c. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja yang
dipimpinnya;
d. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah
yang ada dalam penguasaannya; dan menyusun dan menyampaikan Laporan
Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa
Pengguna Tahunan (LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada kepala
satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan.

6. Penyimpan barang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan barang yang


berada pada pengguna/kuasa pengguna; dan Pengurus barang bertugas mengurus
barang milik daerah dalam pemakaian pada masing-masing pengguna/kuasa
pengguna

pg. 12
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standardisasi Sarana
dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

a. Standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah adalah pembakuan


ruang kantor, perlengkapan kantor, rumah dinas, dan kendaraan dinas.
b. Sarana kerja adalah fasilitas yang secara langsung berfungsi sebagai penunjang
proses penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mencapai sasaran yang
ditetapkan, antara lain; ruangan kantor, perlengkapan kerja, dan kendaraan dinas.
c. Prasarana kerja adalah fasilitas yang secara tidak langsung berfungsi menunjang
terselenggaranya suatu proses kerja aparatur dalam meningkatkan kinerja sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya, seperti gedung kantor, rumah jabatan dan
rumah instansi.
d. Ruangan kantor adalah ruang tempat melaksanakan pekerjaan, dengan ukuran luas
dan alatalat perlengkapannya disesuaikan dengan kebutuhan serta memenuhi
persyaratan estetika.
e. Perlengkapan kantor adalah alat-alat yang dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan dan
menurut jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
f. Rumah dinas adalah rumah milik atau yang dikelola oleh pemerintah daerah, terdiri
atas rumah jabatan, rumah instansi/rumah dinas, dan rumah pegawai.
g. Kendaraan dinas adalah kendaraan milik pemerintah daerah yang dipergunakan
hanya untuk kepentingan dinas, terdiri atas kendaraan perorangan dinas, kendaraan
dinas operasional/ kendaraan dinas jabatan, dan kendaraan dinas khusus/lapangan.

pg. 13
BAB II
PENATAAN SARANA DAN PRASARANA KERJA

Pasal 2

Penataan sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dilakukan berdasarkan azas
tertib, adil, transparan, efisien dan efektif, manfaat, keselamatan, kesejahteraan,
kepatutan, dan akuntabel, serta memperhatikan kemampuan keuangan daerah.

Pasal 3

Penataan sarana dan prasarana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan
untuk:

a. kelancaran proses pekerjaan;


b. kelancaran hubungan kerja intern dan ekstern antar pejabat/pegawai;
c. memudahkan komunikasi;
d. kelancaran tugas pengawasan dan pengamanan; dan
e. memudahkan pengamanan arsip dan dokumentasi.

Pasal 4

Penataan sarana dan prasarana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 bertujuan
untuk menjamin:

a. keselamatan, keamanan, kesehatan jasmani dan rohani;


b. keleluasaan bergerak secara sehat dan teratur;
c. cahaya dan fentilasi yang sehat balk slang maupun malam;
d. penataan yang bernilai estetika;
e. kesejahteraan pegawai; dan
f. kemungkinan perkembangan bagian kantor untuk perubahan sesuai perkembangan
volume/beban kerja dan struktur organisasi.

pg. 14
BAB III
STANDARISASI SARANA DAN PRASARANA KERJA

Pasal 5
Standarisasi sarana dan prasarana kerja, meliputi:
a. ruangan kantor;
b. perlengkapan kantor;
c. rumah dinas; dan
d. kendaraan dinas.

Pasal 6
Ruangan kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, meliputi:
a. ruang kerja; n. ruang baca perpustakaan;
b. ruang tamu; o. ruang poliklinik;
c. ruang staf/adc; p. ruang laboratorium;
d. ruang tunggu; q. ruang penyajian data;
e. ruang rapat; r. ruang penyimpanan/gudang;
f. ruang pola; s. ruang sentral telepon;
g. ruang data; t. ruang komputer;
h. ruang bendahara/pemegang kas; u. ruang pos penjagaan keamanan;
i. ruang sandi dan telkom; j. ruang v. ruang kantin;
arsip rahasia; w. ruang sumber tenaga diesel;
j. ruang arsip aktif; x. ruang ibadah/mushola;
k. ruang arsip inaktif; y. ruang kamar mandi/toilet;
l. ruang arsip statis; z. ruang penggandaan; dan
m. ruang perpustakaan; aa. bb. lain-lain sesuai kebutuhan.

pg. 15
Pasal 7
Perlengkapan kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, meliputi:
a. perabot kantor; h. perangkat sandi dan
b. alat-alat bermesin; telekomunikasi;
c. alat tulis kantor; i. perlengkapan kearsipan;
d. papan informasi; j. perlengkapan Petugas Keamanan;
e. peralatan alat ukur; dan
f. alat-alat visual; k. lain-lain sesuai kebutuhan.
g. alat-alat medis;

Pasal 8
Ruangan kantor dan perlengkapan kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal
7 diperuntukkan bagi:
a. Gubernur; g. Pimpinan Dewan Perwakilan
b. Wakil Gubernur; Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;
c. Pimpinan Dewan Perwakilan h. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
Rakyat Daerah Provinsi; i. Pejabat eselon II, eselon III, eselon
d. Sekretaris Daerah Provinsi; IV, eselon V, pejabat fungsional
e. Bupati/Walikota; serta pegawai lainnya.
f. Wakil Bupati/Wakil Walikota;

Pasal 9

Rumah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, meliputi :

a. Rumah jabatan;
b. rumah instansi/rumah dinas; dan
c. rumah pegawai.

pg. 16
Pasal 10

1. Rumah jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diperuntukkan bagi


pemangku jabatan Gubernur, Wakil Gubernur, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Sekretaris Daerah Provinsi, Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil
Walikota, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.
2. Rumah jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi perlengkapan dan
perabot rumah tangga.
3. Penghunian rumah jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas selama
pemangku jabatan memangku jabatannya.

Pasal 11

1. Rumah instansi/rumah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b


diperuntukkan bagi pegawai instansi dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Rumah instansi/rumah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disediakan
perlengkapan.
3. Penghunian rumah instansi/rumah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terbatas selama pegawai melaksanakan tugas pada instansinya.

C. Tujuan dibuatnya Regulasi Sarana dan Prasarana Kantor


Tujuan dibuatnya Regulasi Sarana dan Prasarana kantor adalah untuk mengendalikan dan
mengatur para pengguna Sarana dan Prasarana Kantor agar dapat menggunakannya
secara efektif dan efisien.
Contohnya :
1. Agar barang tidak mudah rusak
2. Agar barang tidak mudah hilang
3. Agar sarana dan prasarana selalu dalam keadaan bersih.

pg. 17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya regulasi ini kita dapat mengetahui peraturan peraturan yang
diterapkan pada sarana dan prasarana kantor. Regulasi sangat dibutuhkan oleh para
pengguna sarana dan prasarana kantor, karena regulasi sangat mendukung
berjalannya suatu organisasi. Salah satunya dapat membuat suatu pekerjaan
menjadi lebih mudah dan efisien.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Dengan adanya makalah tersebut penulis berharap pembaca dapat
memahami pembahasan materi diatas. Penulis akan berusaha memperbaiki makalah
tersebut dengan bertanggung jawab. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dari pembahasan di atas.

pg. 18
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Tri Setyo,2019,OTOMATISASI TATA KELOLA SARANA DAN


PRASARANA,(BUMI AKSARA;JAKARTA TIMUR)

LAMPIRAN

SOAL :


pg. 19
FOTO :

pg. 20

Anda mungkin juga menyukai