Anda di halaman 1dari 8

Apa itu Aset Desa

Proses inventarisasi aset desa adalah salahsatu masalah bagi pemerintah desa. Banyak asset
desa yang sulit ‘ditarik’ kembali karena berbagai kebijakan kepala desa dan perangkat desa
sebelumnya yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Apa saja yang termasuk asset desa
sebagaimana yang ditetapkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa)?

Aset desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
Selain UU Desa, asset desa secara terperinci diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1
Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa (Permendagri 1/2016). Lalu apa saja yang termasuk
dalam asset desa?

Yang termasuk dalam asset desa meliputi berupa tanah kas desa, tanah ulayat, pasar desa,
pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian,
hutan milik desa, mata air milik desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik desa.
Bagaimana dengan pasar desa? Ya, pasar desa adalah salahsatu aset desa. Juga termasuk
tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik
desa, mata air milik desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik desa.

Aset lainnya milik desa adalah:

1. kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (“APBDesa”);
2. kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
3. kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. hasil kerja sama desa; dan
5. kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Lalu apa saja jenis Aset Desa


1. Kekayaan asli desa; Kekayaan asli desa adalah tanah kas desa, pasar desa, pasar
hewan, tambatan perahu dan bangunan desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh
desa, pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa, mata air milik desa, pemandian
umum dan lain-lain kekayaan asli desa
2. Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa;
3. Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
4. Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan/atau
diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang;
5. Hasil kerja sama desa; dan
6. Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lain yang sah.

Dengan berbagai asset yang dimiliki desa, lalu apa yang dimaksud dengan pengelolaan asset
desa? Pengelolaan asset desa adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, peghapusan, pemindah-
tanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
aset desa.

Untuk bisa dikelola sebagai aset desa, ada beberapa ketentuan yang harus ada dalam asset itu,
antara lain:

1. Aset desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah Desa.
2. Aset desa berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan
ditatausahakan secara tertib.
3. Aset desa dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan desa dan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Aset desa dilarang untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas
tagihan kepada pemerintah desa.
5. Aset desa dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

Siapa warga desa yang memiliki kewenangan melakukan pengelolaan aset desa? Kepala
desa adalah orang yang berwenang sekaligus bertanggungjawab memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan dan aset desa.
Perbedaan Aset Desa dengan Inventaris Desa

Aset desa dan inventaris desa merupakan dua hal yang berhubungan. Aset desa merupakan
barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

Sedangkan inventaris desa adalah daftar barang milik desa, yakni hasil aset desa yang didata,
dicatat, dan dilaporkan. Kegiatan inventarisasi desa merupakan tugas dan tanggung jawab
petugas/pengurus aset desa yang berkoordinasi dengan sekretaris desa.

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Mengenai aset desa secara umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (“UU Desa”) dan lebih rinci diatur dalamPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2016 tentang Pengelolaan Aset Desa (“Permendagri 1/2016”).

Definisi Aset Desa dan Inventaris Desa


Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.[1]

Sementara itu, istilah inventaris desa tidak ditemukan dalam UU Desa maupunPermendagri
1/2016.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (“KBBI”) yang kami akses dariBadan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, inventaris adalah daftar yang memuat semua barang milik kantor (sekolah,
perusahaan, kapal, dan sebagainya) yang dipakai dalam melaksanakan tugas.

Merujuk pada definisi inventaris desa di atas, maka dapat kami simpulkan bahwainventaris
desa adalah daftar barang milik desa.

Namun demikian, istilah inventarisasi dapat kita temukan dalam Permendagri


1/2016. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan
hasil pendataan aset Desa.[2]

Merujuk pada definisi inventarisasi di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa inventaris desa
adalah hasil aset desa yang didata, dicatat, dan dilaporkan.

Yang Termasuk Aset Desa


Aset Desa dapat berupa tanah kas desa, tanah ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan
perahu, bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa, mata air
milik desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik desa.[3]
Inventarisasi Aset Desa
Sekretaris desa selaku pembantu pengelola aset desa berwenang dan bertanggungjawab:[5]
a. meneliti rencana kebutuhan aset desa;
b. meneliti rencana kebutuhan pemeliharan aset desa ;
c. mengatur penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan aset desa yang
telah di setujui oleh Kepala Desa;
d. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi aset desa;dan
e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan aset desa.

Petugas/pengurus aset desa bertugas dan bertanggungjawab:[6]


a. mengajukan rencana kebutuhan aset desa;
b. mengajukan permohonan penetapan penggunaan aset desa yang diperoleh dari beban
APBDesa dan perolehan lainnya yang sah kepada Kepala Desa;
c. melakukan inventarisasi aset desa;
d. mengamankan dan memelihara aset desa yang dikelolanya; dan
e. menyusun dan menyampaikan laporan aset desa.

Aset lainnya milik desa antara lain:[4]


a. kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (“APBDesa”);
b. kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
c. kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. hasil kerja sama desa; dan
e. kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Penjelasan selengkapnya mengenai aset desa dapat Anda simak dalam artikelYang Termasuk
Aset-Aset Desa.

Inventarisasi Aset Desa


Sekretaris desa selaku pembantu pengelola aset desa berwenang dan bertanggungjawab:[5]
a. meneliti rencana kebutuhan aset desa;
b. meneliti rencana kebutuhan pemeliharan aset desa ;
c. mengatur penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan aset desa yang
telah di setujui oleh Kepala Desa;
d. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi aset desa;dan
e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan aset desa.

Petugas/pengurus aset desa bertugas dan bertanggungjawab:[6]


a. mengajukan rencana kebutuhan aset desa;
b. mengajukan permohonan penetapan penggunaan aset desa yang diperoleh dari beban
APBDesa dan perolehan lainnya yang sah kepada Kepala Desa;
c. melakukan inventarisasi aset desa;
d. mengamankan dan memelihara aset desa yang dikelolanya; dan
e. menyusun dan menyampaikan laporan aset desa.

Aset desa yang sudah ditetapkan penggunaannya harus diinventarisir dalam buku inventaris
aset desa dan diberi kodefikasi. Kodefikasi yang dimaksud diatur dalam pedoman umum
mengenai kodefikasi aset desa.[7]

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Desa melakukan inventarisasi dan


penilaian aset Desa sesuai peraturan perundang-undangan.[8]

Jadi menjawab pertanyaan Anda, aset desa dan inventaris desa merupakan dua hal yang
berhubungan. Aset desa merupakan barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak
lainnya yang sah.

Sedangkan inventaris desa adalah daftar barang milik desa, yakni hasil aset desa yang didata,
dicatat, dan dilaporkan. Kegiatan inventarisasi aset desa merupakan tugas dan tanggung jawab
petugas/pengurus aset desa yang berkoordinasi dengan sekretaris desa.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa.

[1] Pasal 1 Angka 11 UU Desa


[2] Pasal 1 angka 27 Permendagri 1/2016
[3] Pasal 76 ayat (1) UU Desa
[4] Pasal 76 ayat (2) UU Desa
[5] Pasal 5 ayat (1) Permendagri 1/2016
[6] Pasal 5 ayat (2) Permendagri 1/2016
[7] Pasal 28 Permendagri 1/2016
[8] Pasal 29 Permendagri 1/2016

Pengelolaan Aset Desa melalui BUMDesa


Badan Usaha Milik Desa atau disingkat BUMDesa merupakan amanat dari Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, yang mana adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa, apakah itu untuk menggali potensi desa
ataukah mengadakan seperti simpan pinjam yang berupa koperasi atau tetapi ada pula
menyesuaikan dengan kondisi riil desa dalam artian menyesuaikan potensi-potensi apa saja
yang bisa dikelola dan kemudian diangkat untuk dikelola oleh BUMDesa.

Sedang pengertian Aset desa sesuai Peraturan Mendagri Nomor 1 tahun 2016 pasal 1 angka 5
adalah "merupakan barang Milik Desa atau yang berasal dari kekayaan asli milik desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) atau perolehan
Hak lainnya yang sah".

Jadi jelas bahwa aset desa merupakan murni kepunyaaan desa, dalam hal pengelolaan Aset
desa, kegiatan-kegiatan yang meliputi dalam hal ini adalah apakah itu perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, danpengendalian aset desa,
kesemua ini adalah ragkaian dari pengelolaan aset desa.

Adapun jenis aset desa sesuai pasal 10 permendagri nomor 1 tahun 2016 terdiri dari: :
a) Kekayaan asli desa;
b) Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa;
c) Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
d) Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjasnsjian/kontrak dasn/atau
diperoleh berdsarkan ketentuan perundang-undangan;
e) Hasil kerjasama des; dan
f) Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lain yang sah;

Dari sini kemudian, dalam hal pengelolaan aset desa melalui BUMDesa penulis ingin membahas
dan menyinggung perbedaan yang secara umum antara BUMDesa dengan BUMN, BUMD
karena BUMDesa sendiri memiliki karakter khusus terkait pendiriannya, ini bisa kita lihat dalam
pasal 88 UU nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang menyebutkan dalam ayat (1) berbunyi :
"Pendirian BUMDesa disepakati melalui Musyawarah Desa" dan ayat (2) "Pendirian BUMDesa
sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa".

Jika kita jabarkan sifatnya ada beberapa catatan penulis dalam hal ini, mengenai apa yang
kemudian menjadi perbedaan antara BUMDesa dengan BUMN maupun BUMD.

Pertama, BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN dapat pula berupa perusahaan
nirlaba yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup khalayak luas, baik dalam bentuk
barang atau jasa.
Sejak tahun 2001 seluruh entitas BUMN berada dibawah pengawasan dan pengelolaan
Kementerian BUMN yang dipimpin oleh Menteri BUMN. BUMN di Indonesia berbentuk
perusahaan perseroan, perusahaan umum, dan perusahaan jawatan.

Kedua, Badan Usaha Milik Daerah yang disingkat sebagai BUMD adalah perusahaan yang
didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk
dan mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi, adapun cirinya
salah satunya yaitu Pemerintah daerah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha dan
didirikan oleh PERDA.

Jadi perbedaan yang mencolok disini terkait pendiriannya adalah:

Pertama, BUMN statusnya merupakan Perseroan yang mana didirikan harus melalui akta
notaris dan didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, begitu juga dengan BUMD yang
mana BUMD di Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT) maupun Perusahaan Daerah (PD)
yang mana berbentuk Badan Hukum yang didaftarkan di Kemenkumham dan keduanya
dipimpin oleh direksi, sehingga ini yang kemudian menjadi sedikit pembeda terhadap BUMDesa
karena BUMDesa merupakan badan usaha yang pembentukannya diusulkan dengan melalui
musyawarah desa, sesuai amanat UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, jadi tidak ada syarat
khusus terkait pembentukan badan usaha milik desa ini harus berbadan hukum tetapi unit-
unitnya dapat dibentuk berbadan hukum, semisal dari unit lembaga bisnis yang kepemilikan
sahamnya bersal dari BUMDesa dan masyarakat sesuai Pasal 7 Peraturan Menteri Desa nomor
4 tahun 2015.

Selanjutnya badan usaha milik desa atau BUMDesa mempunyai beberapa klasifikasi antara lain
seperti Usaha Bersama, lembaga perantara apakah itu berbentuk Koperasi atau sebagai
lembaga perantara seperti sebagai penghubung yang mana menghubungkan komoditas
pertanian dengan pasar atau agar para petani tidak kesulitan menjual produk mereka ke pasar.

Itu semua tergantung kebutuhan Desa itu sendiri. Bisa dikatakan BUMDesa ini menjadi
semacam jasa pelayanan untuk melayani dan membantu kebutuhan masyarakat dipedesaan.

Kemudian yang menjadi catatan penting adalah dalam hal pengelolaan aset desa melalui
BUMDesa ini, yang sangat diharapkan adalah BUMDesa bisa turut serta membantu
penyelenggaraan Pemerintahan Desa khusus untuk membantu pengelolaan aset, dan juga
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa demi kesejahteraan rakyat dipedesaan,
kemudian BUMDesa juga dapat melaksanakan fungsi pengembangan ekonomi masyarakat
setempat apakah dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa ataupun BUMDesa sebagai
lembaga yang menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat desa, antara lain dengan
pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam

Adapun yang harus diingat adalah Organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari Organisasi
Pemerintahan Desa yang mana susunan kepengurusannya diatur dalam pasal 10 Permendes
nomor 4 tahun 2015 yaitu terdiri dari:
Pertama;
a) Penasihat;
b) Pelaksana Operasional; dan
c) Pengawas;
Kedua; penamaan susunan kepengurusan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapan
menggunakan penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan gotong
royong;

Artinya terkait penamaan susunan kepngurusan organisasi dapat menggunakan penyebutan


atau nama sesuai nama setempat dengan kesepakatan pengurus.

Terakhir sebagai catatan mengenai hal pengelolaan aset desa melalui BUMDesa yang mana
sebagai sumber permodalanya dalah sebagian besar lewat dana desa, yang menjadi perhatian
adalah kepada pengelola /pengurus BUMDesa harus kemudian mengasah kemampuan
memanage keuangan tersebut secara profesioanal, karena apabila salah kelola dan kemudian
mendapat indikasi penyalahgunaan terkait dana tersebut, ya berakibat fatal.

Saran penulis harus kemudian tetap berpedoman kepada Permendagri nomor 1 tahun 2016
tentang pengelolaan aset desa. Disamping mengelola lewat BUMDesa.

Anda mungkin juga menyukai