Colitis Ulcerative
Colitis Ulcerative
LAPORAN TUTORIAL
MODUL 1
“GASTROENTEROHEPATOLOGI”
DISUSUN OLEH :
Stambuk : (12-777-048)
Kelompok : IV ( empat )
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2014
SKENARIO
Seorang wanita berusia 17 Tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan keluhan
utama sakit perut di daerah kanan bawah. Rasa sakit ini datang tiba-tiba yang
membuat ia terbangun dari tidur tadi malam karena kesakitan. Keluhan utama di
atas disertai asa mual dan beberapa kali muntah. Pasien juga mengeluh
mengalami menggigil.
Kata sulit
Kata Kunci
1. Wanita 17 tahun
2. Sakit perut kanan bawah
3. Bangun malam hari karena kesakitan
4. Disertai Mual dan muntah
5. Mengigil
TUGAS :
1. Bagaimana mekanisme mual dan muntah?
2. Jelaskan Ulcerative Colitis/Kolitis Ulserasi !
Jawaban: :
Stimulus emetik dari usus berasal dari dua tipe serat saraf aferen vagus yaitu :
1. Mekanoreseptor : berlokasi pada dinding usus dan diaktifkan oleh
kontraksi dan distensi usus, kerusakan fisik dan manipulasi selama
operasi.
2. Kemoreseptor : berlokasi pada mukosa usus bagian atas dan sensitif
terhadap stimulus kimia.
Kortikal atas dan sistem limbik dapat menimbulkan mual muntah yang
berhubungan dengan rasa, penglihatan, aroma, memori dan perasaaan takut
yang tidak nyaman. Nukleus traktus solitaries dapat juga menimbulkan mual
muntah dengan perangsangan simpatis dan parasimpatis melalui perangsangan
jantung, saluran billiaris, saluran cerna dan saluran kemih. Sistem vestibular
dapat dirangsang melalui pergerakan tiba-tiba yang menyebabkan gangguan
pada vestibular telinga tengah.
Reseptor sepeti 5-HT3, dopamin tipe 2 (D2), opioid dan neurokinin-1 (NK-1)
dapat dijumpai di CTZ. Nukleus tractus solitarius mempunyai konsentrasi yang
tinggi pada enkepalin, histaminergik, dan reseptor muskarinik kolinergik.
Reseptor-reseptor ini mengirim pesan ke pusat muntah ketika di rangsang.
Sebenarnya reseptor NK-1 juga dapat ditemukan di pusat muntah. Pusat muntah
mengkoordinasi impuls ke vagus, frenik, dan saraf spinal, pernafasan dan otot-
otot perut untuk melakukan refleks muntah.
PATOMEKANISME
Mekanisme dasar yang menimbulkan IB D adalah respons inflamasi yang
berlebihan terhadap antigen terutama dari bakteri komensal dari lumen usus
pada seseorang yang mempunyai ciri-ciri genetik dan lingkungan tertentu. .
Ciri-ciri khusus IBD aktif adalah terdapat peningkatan infiltrasi sel-sel sistem
imun innate dan sel- sel sistem imun adaptif di lamina propria. Peningkatan
jumlah dan aktivitas sel-sel tersebut akan menyebabkan peningkatan kadar
Tumor nekrosis faktor α (TNF α), Interleukin-1β, Interferon-γ dan sitokin-
sitokin dari interleukin-23-Th17 pathway di mukosa usus. Ini menunjukkan
bahwa terjadi disregulasi sistem imun di usus yang menimbulkan inflamasi
berlebihan. Teori etiologi IBD yang pada saat ini banyak dianut adalah : Pada
seseorang yang mempunyai ciri-ciri genetik tertentu, mengalami infeksi spesifik
pada lumen usus sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan mikrobiota
usus atau yang disebut dengan disbiosis. Ciri-ciri genetik tersebut menyebabkan
kemampuan barier mukosa terhadap invasi kuman melemah sedangkan regulasi
imunologik usus terganggu yang menyebabkan terjadi inflamasi berlebihan dan
terus-menerus.
DIAGNOSIS
Keluhan utama KU adalah diare lendir-darah, rectal urgency dan
tenesmus. Keluhan tersebut menunjukkan lesi berasal dari rektum. Perluasan
lesi ke proksimal sering terjadi walaupun tidak pada setiap kasus. Lesi yang
meluas dapat diprediksi dari keluhan dan tanda klinik yang semakin berat.
Gambaran klinik fulminan, menunjukkan sudah terjadi pankolitis atau inflamasi
berat walaupun belum melampaui flexura lienalis. Terdapat beberapa kriteria
klinik untuk menilai KU.
Kriteria Truelove and Witts yang kemudian dimodifikasi oleh beberapa
ahli merupakan kriteria klinik yang dapat digunakan dengan baik untuk
kepentingan klinik.
Bab berdarah / hari < 4 kali 4 atau lebih bila > 6 dan
Nadi < 90 /menit < 90 / menit > 90/menit atau
Suhu < 37,5°C < 37,8°C > 37,8°Catau
Hemoglobin > 11,5 > 10,5 < 10,5 atau
LED < 20 mm < 30 mm > 30 mm
Atau CRP normal < 30 mg/L > 30 mg/l
PENGOBATAN
Pengobatan KU bertujuan untuk menghilangkan inflamasi pada keadaan
akut dan mempertahankan remisi .Secara umum pengobatan ditentukan oleh
beratnya keadaan klinik dan luasnya lesi kolon. Kira-kira 60-70% pasien yang
mendapat terapi medik adequat dapat mencapai remisi. Kira-kira 80% pasien
yang dapat menerima terapi penahan dengan baik akan dapat mempertahankan
remisi yang telah dicapai nya.
Kolitis ulserasi distal ( proktitis dan left sided ) derajat ringan sampai
sedang dapat diterapi dengan aminosalisilat oral, mesalamin topikal, atau
steroid topikal. Dari ketiga jenis terapi tersebut, mesalamin topikal meberikan
hasil paling baik. Tetapi kombinasi aminosalisilat ( 5- ASA) oral dan topikal
lebih baik bila dibandingkan dengan terapi tunggal. Steroid oral diperlukan
hanya bila dengan cara terapi seperti tersebut diatas sampai dosis maksimal,
tidak tercapai remisi.
Kolitis ulserasi ekstensif derajat ringan sampai sedang terapi dimulai
dengan preparat 5-ASA dengan dosis sampai 6 gram/hari bila menggunakan
sulfasalasin atau 4,8 gram/hari bila menggunakan mezalasin. Steroid oral
diberikan bila dijumpai gambaran klinik amat berat atau pasien retracter
terhadap aminosalisilat. Azatioprin dapat digunakan bila tidak memberikan
respons yang baik terhadap steroid. Aminosalisilat topikal dalam kombinasi
dengan terapi oral dapat diberikan untuk mengatasi inflamasi mukosa rektum.
Infliximab suatu anti TNFalfa dapat diberikan pada pasien yang gagal atau tidak
dapat diterapi dengan semua obat tersebut diatas. Harganya yang mahal
membatasi penggunaan infliximab sebagai obat lini pertama. Kolitis ulserasi
berat atau refrakter terhadap semua obat oral dan topikal, sebaiknya dirawat
untuk mendapat terapi secara intravena. Gagal memberikan respons yang baik
setelah steroid intravena selama 7 – 10 hari merupakan indikasi untuk anti
calcineurin atau kolektomi.
Indikasi tindakan operasi pada KU adalah perdarahan yang tidak dapat
diatasi dengan terapi medik, perforasi, sangat mungkin terdapat karsinoma,
kolitis yang sangat berat apalagi diikuti dengan toksik megakolon.dan pasien
yang dengan terapi medik dalam dosis maksimal tetap tidak menunjukkan
respons yang baik atau timbul efek samping. Total kolektomi pada KU bersifat
kuratif walaupun tindakan ini bukan merupakan tindakan yang menyenangkan.
Sehingga harus dipertimbangkan dengan seksama, Aminosalisilat baik oral
maupun topikal merupakan obat terpilih untuk terapi penahan Proktitis dapat
digunakan suposatoria, sedangkan ekstensif sering memerlukan kombinasi oral
maupun supositoria. Kortikosteroid tidak dapat digunakan sebagai terapi
penahan karena efek samping yang sangat berat. Surveilance terhadap
karsinoma kolon sangat diperlukan pada KU ekstensif .Selain distribusi
anatomi, faktor risiko lain adalah lamanya penyakit. Kira-kira 2% pasien KU
ekstensif akan menderita karsinoma kolon setelah 10 tahun, menjadi 8% setelah
20 tahun dan menjadi 18% setelah 30 tahun. Proktitis dan KU sebelah kiri
mempunyai risiko yang sama dengan populasi normal untuk mendapatkan
karsinoma kolon.
DAFTAR PUSTAKA